EFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING 1 Moh Salimi 2

dokumen-dokumen yang mirip
EFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

PROGRAM GURU PEMBELAJAR: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. yaitu berubahnya sistem pembelajaran dari teacher centered menjadi

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si.

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DI ABAD 21

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU GEOGRAFI MENYONGSONG PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM KONTEKS PENDIDIKAN DI ABAD XXI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

penemuan (discovery atau invention). 3. Lima tipe inovasi; produk, proses, pemasaran, organisasi, dan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan dan persaingan global tersebut. Adanya sumber daya. masyarakat luas, khususnya di dunia pekerjaan.

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL

MATERI 2. copyright: dit.akademik.ditjen dikti

Standar Kurikulum Penilaian landasan penumbuh kembangan kompetensi abad 21 dan karakter bangsa

Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa. Bertalya Universitas Gunadarma

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hedya Nurwijayaningsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

PENGANTAR E-LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rosa Nika Agusta,2014

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Matematika lahir karena adanya kebutuhan untuk menyelesaikan masalah di

PENERAPAN MODEL CTL DENGAN MULTIMEDIA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI AMPIH TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

MEMILIH METODE/BENTUK/MODEL PEMBELAJARAN

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Model pembelajaran dengan pendekatan SCL

BAB I PENDAHULUAN. bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008). Pendidikan formal

21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

MEMBANGUN LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN OLEH : Nunuk Suryani. Page 1

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

Nurul Umamah, Marjono dan Erly Nurul Hidayah

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 PENERAPAN PEND EKATAN METAKOGNITIF D ALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

yahoo.com

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRIMA UNTUK MENGOPTIMALKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA NEGERI 2 GORONTALO PADA MATAPELAJARAN BIOLOGI

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

Pendidikan Masa Kini dan Masa Depan. Lintang Yuniar Banowosari

21 (elearning for 21 st Century Skills)

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Education and Human Development Journal, Vol. 02. No. 01, April 2017

ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY, DISCOVERY, PROBLEM BASED LEARNING, DAN PROJECT BASED LEARNING.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DAN KOMPETENSI GURU

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

PENERAPAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peran Kemampuan Literasi Matematis pada Pembelajaran Matematika Abad-21

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3. Dosen PGSD FKIP UNS

MEMBANGUN KOMUNITAS PEMBELAJAR MELALUI LESSON STUDY: Pengalaman di Program Studi PPKn Universitas Ahmad Dahlan

PROCEEDINGS INTERNATIONAL SEMINAR

ARTIKEL ILMIAH BAGIAN DARI TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tim Pengembang Kurikulum DIKTI

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA

PEMBELAJARAN BERBASIS RISET SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

Pemanfaatan ICT untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

2015 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING DENGAN TEKNIK MEANS-END ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGANTAR TUGAS PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

EFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING 1 Moh Salimi 2 e-mail: salimi@staff.uns.ac.id Pendahuluan Indonesia akan memiliki generasi emas pada tahun 2045, artinya itu tersisa 30an tahun lagi mulai dari hari ini. Generasi emas 2045 merupakan suatu keadaan melimpahnya sumber daya manusia (SDM) usia produktif 30-40 tahun. Sehingga pada investasi untuk mempersiapkan generasi emas 2045, setidaknya dimulai dari usia sekolah dasar. Hal tersebut menjadi tentangan bagi seluruh stakeholeder pendidikan sekolah dasar. Kiranya para stakeholder memiliki peran masing masing sebagai berikut: (1) orang tua siswa bertanggungjawab atas kebutuhan kesehatan dan perhatian di rumah; (2) Dinas Pendidikan bertanggngjawab atas tersedianya akses pendidikan dan sarana prasarana yang memadai; (3) Kepala sekolah bertanggungjawab atas berjalannya manajemen sekolah dan manajemen pembelajaran; dan (4) Guru bertanggungjawab menjadi guru yang efektif dan menyajikan pengajaran yang efektif. Menjadi guru yang efektif dan menyajikan pengajaran yang efektif tentunya memerlukan konsep dasar dan bestpractices. Konsep dasar tersebut dibutuhkan sebagai landasan dalam bertindak. Sementara bestpartices sebagai contoh dalam bertindak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis akan membahas tentang guru dan pengajaran yang efektif, generasi emas 2045 dan pendidikan abad 21. Generasi Emas 2045 dan Langkah Menghadapi Indonesia di tahun 2045, 30an tahun lagi, dari berbagai sumber dikatakan memiliki bonus demografi yang terus berlanjut dan akan berkontribusi atau sebaliknya berbencana pada berbagai sektor. Bonus demografi di tahun 2045 akan berkontribusi atau berbencana menjadi semakin nyata, tergantung bagaimana kita menyiapkan generasi saat ini yang 31 tahun lagi akan pengisi era itu. Jika dimulai saat 1 Disajikan dalam Seminar Nasional dengan Tema Strategi Belajar Mengajar Yang Efektif Untuk Mewujudkan Generasi Emas, PGRI Kec. Klirong Kab. Kebumen, 15 November 2016 2 Dosen Program Studi PGSD Kebumen FKIP Universitas Sebelas Maret

ini, 2013/2014, maka merekalah yang pada saat itu berusia 30 hingga 40 tahun yang disebut mencapai usia produktif, generasi emas 2045 (Prasetyo, 2014). Sugiharto (2012) menawarkan delapan langkah untuk menghadapi generasi emas 2045, yaitu: (a) Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan Ekstrim, (b) Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua, (c) Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan, (d) Perempuan Menurunkan Angka Kematian Anak, (e) Meningkatkan Kesehatan Ibu, (f) Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya, (g) Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan (h) Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan. Pada bidang pendidikan sekolah dasar, tentunya cara menyiapkan generasi emas melalui kegiatan Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua. Secara kuantitas, pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk menaikan angka pratisipasi kasar (APK) anak sekolah, seperti: pemberian bantuan operasional sekolah (BOS), bantuan siswa miskin (BSM), dan kartu indonesia pintar (KIP). Secara kualitas, walaupun jumlahnya terbatas, pemerintah telah melakukan beberapa kegiatan untuk melatih guru-guru agar siap menghadapi generasi emas 2045. Kegiatan ini perlu terus dilakukan dengan mengacu pada kebutuhan SDM abad 21. Menurut hemat penulis, SDM abad 21 menjawab tantangan tentang kriteria generasi emas indonesia 2045. Kebutuhan SDM Abad 21 Kebutuhan SDM abad 21, setidaknya dapat menjadi kriteria generasi emas indonesia 2045. Kebutuhan SDM abad 21 tersebut, diharapkan memenuhi kriteria menurut 21 st Century Partnership Learning Framework sebagai berikut: 1. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills) mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah 2. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills) mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak

3. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills) mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif 4. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and ommunications Technology Literacy) mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari 5. Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi 6. Kemampuan informasi dan literasi media (Information and Media Literacy Skills) mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak. Menciptakan SDM yang memiliki kemampuan berpikir kritis, pemcahan masalah, berkomunikasi, menguasai teknologi dan literasi, tentunya mebutuhkan pendidikan dan pembelajaran yang memadai. Pendidikan dan pembelajaran yang memadai, tentunya adalah pendidikan abad 21. Pendidikan Abad 21 Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010). Terdapat prinsip pokok pendidikan abad 21. Prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang digagas Nichols (2013) tersebut dapat dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini: 1. Instruction should be student-centered. Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya.

2. Education should be collaborative. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. 3. Learning should have context. Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. 4. Schools should be integrated with society. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Pengajaran yang Efektif dan Guru yang Efektif Prinsip-prinsip dalam pendidikan abad 21, setidaknya dapat diimplemetasikan melalui pembelajaran yang efektif dan ditopang oleh guru yang efektif. Pengajaran yang efektif, setidaknya memenuhi kriteria sebagai berikut (Smittle, 2003): 1. Commit to Teaching Underprepared Students. Pengajaran yang berkomitmen pada siswa yang memiliki persiapan di bawah standar. Artinya pembelajaran yang melayani semua siswa. 2. Demonstrate Good Command of the Subject Matter and the Ability to Teach a Diverse Student Population. Pengajaran yang memperlihatkan instruksi yang jelas dalam menyampaikan materi pada siswa siswa yang berbeda. 3. Address Noncognitive Issues that Affect Learning. Pengajaran yang menggambarkan fokus pada bahasan non kognitif dan pembelajaran sikap dan moral. 4. Provide Open and Responsive Learning Environments. Pengajaran yang terbukan terhadap alam dan responsive tehadap lngkungan. 5. Engage in Ongoing Evaluation and Professional Development. Pengajaran yang senanatiasa melakukan evaluasi dan pengembangan. Pengajaran yang efektif, tentunya perlu ditopang dengan gugu guru yang fektif pula. Menurut (Rubio) guru yang efektif adalah guru yang memiliki dedikasi mereka kepada siswa dan untuk pekerjaan mengajar, dan merasa bertanggung jawab atas

prestasi dan keberhasilan siswa dan pengembangan profesional sendiri. Guru yang efektif benar-benar percaya bahwa semua siswa dapat belajar, meskipun semua belajar dengan cara berbeda. Mereka berusaha untuk memotivasi dan melibatkan semua siswa mereka untuk belajar daripada sederhana menerima bahwa beberapa siswa tidak dapat bergerak dan ditakdirkan untuk melakukan buruk. Lebih lanjut, Rubio (2010) mengungkap ciri guru yang efektif adalah sebagai berikut: 1. Professional Skill a. Content Knowledge (memiliki pengetahuan yang memadai) b. Good Planing (memiliki kemampuan merencanakan pembelajaran) c. Classroom Management and Organization (memiliki kemampuan mengelola kelas, terutama di awal tahun pelajaran) d. Classroom Behaviour (memiliki kemampuan mengelola sikap di kelas [terhadap siswa maupun diri sendiri]) e. Individual Differences (memiliki kemampuan membaca perbedaan siswa, yang bepengaruh pada layanan kepada siswa) f. Communication Skills (memiliki kemapuan komunikasi yang baik) g. The Teachers Confidence (percaya diri dalama mengajar) h. Motivation for Learning (selalu memotivasi siswa untuk belajar) i. Respect, Fairness and Equity (memiliki sikap hormat, adil dan setara) j. Assessment and evaluation (memiliki kemampuan asesmen dan evaluasi) k. Teacher Learning Development (memiliki kemampuan pengembangan pembelajaran) 2. Personal Skill a. Caring (memiliki kepedualian terhadap siswa) b. Knowing the Students Individually (mengetahui karakteristik masing masing siswa) c. Teacher-Students Relationship (hubungan yang baik antara siswa dan guru) d. Classroom Environment (mampu menciptakan iklim kelas yang hangat dan aman)

Model Pembelajaran yang Mencipatakan Generasi Emas 2045 Pengajaran yang efektif dan guru yang efektif kiranya menjadi prasarat untuk menjalankan model pembelajaran yang menciptakan generasi emas 2045. Model pembelajaran ini, menurut hemat penulis telah memenuhi paradigma di bawah ini, sehingga dianggap cocok sebagai sarana menciptakan generasi emas 2045. Guru yang Efektif Pengajaran yang Efektif Prinsip Pendidikan Abad 21 Model Pembelajaran Menciptakan Generasi Emas Kebutuhan SDM Abad 21 Ragam model pembelajaran yang menciptakan generasi emas 2045, diantaranya adalah Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), Discovery Learning, dan Inquiry Learning (Kemdikbud, 2013). Adapun penjelasan model tersebut adalah sebagai berikut: 1. Problem Based Learning (PBL). Merupakan pembelajaran yang menggunakans berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual. 2. Project Based Learning (PjBL). Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerjasama dalam upaya memecahkan masalah 3. Discovery Learning. Model pembelajaran penyingkapan (Discovery Learning)adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan 4. Inquiry Learning. Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya

Penutup 1. Salah satu cara mengahadapi generasi emas 2014 adalah dengan cara mencapai pendidikan dasar untuk semua 2. Menghadapi kebutuhan SDM Abad 21 dengan cara mennyajikan pembelajaran yang efektif dan menjadi guru yang efektif 3. Model-model pembelajaran yang efektif dalam rangka menghadapi generasi emas abad 21 diantaranya: Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), Discovery Learning, dan Inquiry Learning. Daftar Pustaka BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Kemdikbud. (2013). Model Pembelajaran Kurikulum 2013 (Modul Diklat Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud. Nichols, J. (2013). 4 Essential of 21st Century Learning. Prasetyo., Z. K. (2014). Generasi Emas 2045 sebagai Fondasi Mewujudkan Siklus Peradaban Bangsa Melalui Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Disampaikan pada Seminar Nasional Kurikulum 2013 di Universitas Tanjungpura Pontianak, 16 April 2014. Rubio, C. M. (2009). Effective Teachers Professional And Personal Skills. ENSAYOS. Revista de la Facultad de Educación de Albacete, Nº 24, 2009, (35-46). Smittle. (2003). Principles for Effective Teaching. Journal of Developmental Education, Volume 26, Issue 3, Spring, 2003. Sugiharto. (2012). Menyongsong Indonesia Emas 2045. Disampaikan pada Kuliah Perdana Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta. 17 September 2012.