Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah (Capsicum annum) di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB III METODEPENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI. Oleh : YULIANA

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KELURAHAN KOYA, KECAMATAN TONDANO SELATAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAIK TURUNNYA HARGA CABAI MERAH MENURUT PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN SITUBONDO

III. METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

BAB III METODE PENELITIAN. kopi Robusta. Faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi kopi

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI CABAI MERAH

Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan Vol 13 No. 2 Juli

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA BONEMARAWA KECAMATAN RIOPAKAVA KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (1) 2015 ISSN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN JANGKAT KABUPATEN MERANGIN

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI KABUPATEN TAPANULI UTARA (Studi Kasus: Desa Banuaji IV, Kecamatan Adiankoting) ABSTRAK

Analisis Usahatani Bawang Merah di Desa Sumberkledung Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Novi Anggraeni 1) Dedi Darusman 2) Dedi Sufyadi 3)

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

METODE PENELITIAN. daerah yang prosfektif untuk mengetahui ketersediaan dan konsumsi pangan strategis

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

3-5kg/batang sehingga menghasilkan buah yang lebih baik mutunya.

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

JIIA, VOLUME 3 No. 3, JUNI 2015

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI SUMATERA UTARA ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola

BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG

IV. METODOLOGI PENELITIAN

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

III. METODE PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. terdiri dari sawi, kol, wortel, kentang, dan tomat.

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah ESAI Volume 5, Nomor 3, Juli 2011 ISSN No. 1978-6034 Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah (Capsicum annum) di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan The Red Chili (Capsicum annum ) Anayisis of Production Eficient and income of Usahatani in Penengahan District South Lampung Regency Eka Kasymir 1 ¹) Staf pengajar pada Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jln. Soemantri Brodjonegoro 1,Gedung Meneng Bandar Lampung ABSTRACT The Red Chili is one of horticulture product which has good economic value. Researcher tries to found which factor has influence of red chili production at Penengahan subdistrict South Lampung regency and also to know the profit of farming at Kecamatan Penengahan. This Research conducted Penengahan subdistrict, South Lampung regency. Sample was conducted by Simple Random Sampling. Respondents in this research are amount to 55 farmers of Kelaten and Gandri villages. The result of this research tells us that factors which influence of red chili production at Penengahan subdistrict are : field area, pesticide and farm labor. Seed, Urea fertilizer, NPK fertilizer are complement with field area. Red Chili farming at Penengahan subdistrict South Lampung regency was profitable which total profit Rp. 35.311.703,31 per hectare or (R/C) 2,00. It s mean that every cost Rp. 1,00 will get income Rp. 2,00. Keywords: Capsicum annum, Production Efficient, Income Pendahuluan Pembangunan pertanian tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani khususnya, serta masyarakat pada umumnya, melalui peningkatan produksi pangan. Salah satu komoditas pertanian tanaman pangan yang mempunyai peluang pasar cukup baik, dan produksi yang cukup besar adalah komoditas hortikultura. Pengembangan dan peningkatan agribisnis hortikultura selaras dengan tujuan pembangunan pertanian di Indonesia yaitu untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani secara lebih merata (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Lampung, 2007). Cabai merupakan tanaman hortikultura yang banyak diusahakan di Indonesia karena nilai ekonomisnya yang cukup tinggi. Permintaan akan cabai merah di pasarpun dari waktu ke waktu cenderung terus ikut meningkat bahkan dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor non migas. Peluang ekspor cabai merah tidak hanya dalam bentuk produk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan kering dan bubuk, sehingga memungkinkan untuk melaksanakan diversifikasi cabai merah. Berbagai jenis cabai telah di ekspor keluar negeri, diantaranya dalam bentuk segar/dingin, cabai kering dan saus cabai.

Volume ekspor cabai segar pada tahun 2006 sebesar 135.568 kg, sedangkan ekspor cabai kering sebesar 485.450 kg. Indonesia juga mengimpor berbagai jenis cabai olahan dari berbagai Negara. Pada tahun 2006, angka impor cabai olahan mencapai 1.788.760 kg. Volume impor cabai yang lebih tinggi dari volume ekspor menunjukan bahwa kebutuhan cabai di dalam negeri masih belum dapat dipenuhi oleh petani (BPS Lampung, 2007). Petani sebagai produsen cabai harus mengantisipasi melonjaknya permintaan ini, agar semua kebutuhan pengguna dapat dipenuhi, sehingga para konsumen tidak perlu impor dan harga dapat dijaga kestabilanya pada tingkat yang menguntungkan petani dan konsumen. Harga cabai merah yang diterima petani berfluktuasi tiap bulannya, fluktuasi harga menyebabkan rendahnya motivasi petani untuk mengembangkan usahatani cabai merah yang berakibat berkurangnya produksi yang dihasilkan. Usaha peningkatan produksi cabai dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi adalah dengan mengoptimalkan semua faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman cabai tanpa perluasan lahan antara lain meliputi pengolahan lahan, penggunaan bibit unggul, pengairan, pemberantasan hama dan penyakit serta pemupukan yang berimbang. Usaha ekstensifikasi adalah usaha peningkatan produksi yang dilakukan dengan cara perluasan areal tanam (Nawangsih, 2003). Salah satu daerah penghasil cabai merah terbesar di Propinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Selatan. Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah penghasil komoditas cabai merah yang cukup potensial untuk terus dikembangkan. Selain keadaan tanahnya yang cocok untuk usahatani cabai merah, juga masih banyak terdapat lahan yang dapat diusahakan untuk usahatani cabai merah. Kabupaten Lampung Selatan mempunyai luas panen yang lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Lain, produktivitasnya sebesar (1,99-2,21 ton/ha) meskipun masih lebih kecil dibandingkan dengan Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus dan Metro (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung, 2007). Sentra produksi cabai merah di Kabupaten Lampung Selatan masih menghadapi persoalan produksi yang tidak selalu mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan masih kurang tersedianya varietas unggul, teknik bercocok tanam dan pengendalian hama yang kurang memadai, modal yang dimiliki sangat terbatas, serta tingginya biaya produksi usahatani cabai merah. Terdapat lima Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki luas tanam komoditas cabai merah terbesar, yaitu: Kedondong, Penengahan, Way Lima, Padang Cermin, dan Sidomulyo. Kecamatan Penengahan mempunyai luas panen terbesar kedua dibandingkan dengan Kecamatan lainya, dengan luas panen 118 ha, dan produksi mencapai 143,0 ton. Namun tingkat produktivitas usahatani cabai merah di Kecamatan Penengahan hanya mencapai 1,21 ton/ha (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung, 2007). Melalui penerapan teknologi secara efektif dan efisien sesuai anjuran, produktivitas cabai dapat mencapai 10 ton/ha (Bambang, 1995) Produktivitas usahatani cabai merah di Kecamatan Penengahan yang masih tergolong rendah tersebut diduga disebabkan faktor faktor produksi yang digunakan petani belum optimal atau tidak

sesuai dengan rekomendasi Dinas Pertanian. Keberhasilan suatu usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor dari dalam usahatani tersebut, seperti penggunaan benih, pupuk, lahan, pestisida, dan tenaga kerja yang langsung mempengaruhi produktivitas tanaman. Faktor dari luar yang juga berpengaruh terhadap produktivitas tanaman yaitu seperti sarana transportasi, fasilitas kredit, dan harga yang sedang berlaku (Mubyarto. 1989). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah usahatani tersebut efisien baik secara teknis maupun secara ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi cabai merah dan besarnya keuntungan usahatani cabai merah di Kecamatan Penengahan. Metode Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Klaten dan Desa Gandri Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah sentra produksi cabai merah terbesar di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Responden dalam penelitian ini terdiri dari petani cabai merah yang pada musim tanam 2007 sampai dengan 2008 memiliki lahan cabai yang telah atau sedang berproduksi. Responden petani dianggap homogen dalam hal semua petani menghasilkan produk yang sama, semua petani mengembangkan teknik budidaya yang sama, dan semua petani menginginkan kemudahan-kemudahan dalam memasarkan hasil produksinya. Responden dipilih secara acak (sample random sampling) berjumlah 55 orang responden dari total 189 petani cabai merah di dua desa tersebut. Secara proposional sampel ditentukan sebanyak 32 petani dari Desa Kelaten dan 23 petani dari Desa Gandri. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2008. Data yang dukumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei dengan wawancara langsung kepada responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan (kuesioner), sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur yang menunjang dan data dari instansi-anstansi yang terkait. Secara umum data yang diambil di daerah penelitian ini seperti luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk NPK, pestisida dan tenaga kerja. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi cabai merah adalah model regresi berganda fungsi produksi Cobb- Douglas. Formula fungsi Cobb-Douglas ditulis sebagai berikut: Y = ax1 b1 X2 b2 X3 b3 Xi bi e u...(1) Selanjutnya, fungsi produksi tersebut diubah dalam bentuk logaritma linier berganda menjadi sebagai berikut: n Ln Yi = Ao + Bj Ln Xji + ei...(2) i=1

Keterangan: Y : produksi cabai merah X 1 : luas lahan X 2 : benih X 3 : pupuk kandang X 4 : pupuk urea X 5 : pupuk NPK X 6 : pestisida X 7 : tenaga kerja e : error Ao : intersep : Koefisien parameter dugaan b i Hasil dan Pembahasan Variabel yang mempengaruhi produksi usahatani cabai merah (Capsicum annum) Variabel-variabel yang mempengaruhi produksi usahatani cabai merah (Capsicum annum) meliputi: luas lahan (X1), benih (X2), pupuk kandang (X3), pupuk urea (X4), pupuk NPK, pestisida, (X6), dan tenaga kerja (X7). Hasil analisis variabel-variabel yang berpengaruh terhadap produksi cabai merah disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linear 1 pendugaan model produksi-produksi petani cabai merah di kecamatan penengahan kabupaten Lampung Selatan tahun 2009 Variabel Koef. Regresi t-hit sig. VIF Konstanta 6,281 *** 3,820 0,000 ln X1 Luas lahan (X1) 0,507 ** 2,590 0,013 279,556 ln X2 Benih (X2) -0,095-0,750 0,457 115,416 ln X3 Pupuk kandang (X3) 0,454 *** 3,439 0,001 81,222 ln X4 Pupuk Urea (X4) -0,037-1,085 0,284 9,861 ln X5 Pupuk NPK (X5) 0,017 0,482 0,632 10,628 ln X6 Pestisida (X6) -0,107 *** -3,140 0,003 2,731 ln X7 Tenaga kerja (X7) -0,020-0,514 0,609 1,122 F hitung 526,321 0,000 R 0,994 R 2 0,987 R 2 terkoreksi 0,986 Durbin-Watson 1,795 Keterangan: * **) = nyata pada taraf kepercayaan 99% **) = nyata pada taraf kepercayaan 97 % Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang diperoleh adalah 0,987 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas yaitu luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk

NPK, pestisida, dan tenaga kerja secara bersama-sama dapat menjelaskan 98,7% keragaan produksi cabai merah, sedangkan 1,3% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Nilai F hitung sebesar 526,321 yang signifikan pada selang kepercayaan 99% menyatakan bahwa semua variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) yang dimasukkan dalam model secara bersama-sama mampu menjelaskan 99% variasi variabel dependen (Y). Namun hasil analisis pada Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa di dalam model regresi terdapat masalah multikolinearitas sehingga model dan hasil uji koefisien regresi menjadi bias. Multikolinearitas terjadi pada konsisi variabel-variabel independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi erat satu sama lain. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Apabila nilai nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka dalam model dapat dipastikan tidak terjadi multikolinearitas (Supranto, 1984). Hasil analisis hanya memperlihatkan variabel pupuk urea, pestisida, dan tenaga kerja yang tidak terindikasi masalah multikolinearitas. Variabel pupuk urea memiliki nilai tolerance 0,101 dan nilai VIF 9,861; variabel pestisida memiliki nilai tolerance 0,366 dan VIF 2,731, dan; variabel tenaga kerja memiliki nilai tolerance 0,892 dan VIF 1,122. Masalah multikolinearitas ini dapat diatasi dengan cara transformasi dan respesifikasi model dengan mengeluarkan beberapa variabel dari analisis, yakni variabel benih, pupuk kandang, pupuk urea, dan pupuk NPK yang merupakan faktor produksi komplemen yang kuat dengan lahan, hingga cukup diwakili oleh lahan. Jadi variabel independen yang disertakan dalam analisis regresi V adalah variabel luas lahan (di dalamnya terkandung variabel benih, pupuk kandang, pupuk urea, dan pupuk NPK yang merupakan faktor produksi komplemen yang kuat), pestisida, dan tenaga kerja. Selanjutnya dilakukan kembali analisis regresi dengan hasil seperti pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear 2 Pendugaan Model Produksi Petani Cabai Merah di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan tahun 2009 Variabel Koef. Regresi t-hit sig. VIF Konstanta 10,319 *** 35,027 0,000 ln X1 Luas lahan (X1) 0,771 *** 39,717 0,000 2,199 ln X6 Pestisida (X6) -0,156 *** -4,549 0,000 2,185 ln X7 Tenaga kerja (X7) -0,003 ** -0,064 0,949 1,085 F hitung 976,870 0,000 R 0,991 R 2 0,983 R 2 terkoreksi 0,982 Durbin-Watson 1,691 Keterangan: * **) = nyata pada selang kepercayaan 99% **) = nyata pada selang kepercayaan 5 %

Hasil analisis regresi 2 (Tabel 2) menunjukkan tidak ditemukan adanya indikasi masalah multikolinearitas karena ketiga variabel bebas memiliki nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Variabel luas lahan memiliki nilai tolerance 0,455 dan nilai VIF 2,199; variabel pestisida memiliki nilai tolerance 0,458 dan VIF 2,185; dan variabel tenaga kerja memiliki nilai tolerance 0,921 dan VIF 1,085. Kemudian untuk mendeteksi adanya gejala-gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola diagram pencar dan untuk mendeteksi adanya gejala autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson. Berdasarkan hasil analisis regresi 2 diketahui bahwa di dalam model juga tidak terdapat heteroskedastisitas karena diagram pencar tidak membentuk pola tertentu tetapi acak. Pengujian ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari besarnya nilai DurbinWatson, dimana jika nilai DW atau nilai d: Lebih kecil daripada d L (batas bawah) atau lebih besar dari pada (4-d L) berarti terdapat autokorelasi; atau Terletak antara d U (batas atas) dan (4-d U) berarti tidak ada autokorelasi: atau Terletak antara d L dan d U atau diantara (4-d U) dan (4-d L) maka uji Durbin- Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (inconclusive), dengan kata lain tidak dapat disimpulkan apakah terjadi autokorelasi atau tidak. Berdasarkan hasil pengujian diketahui nilai d (DW) = 1,691. Berikut dapat dilihat letak d hitung dengan nilai d L = 1,452 dan d U = 1,681 pada tingkat kepercayaan 95% (n = 55; k =4). Korelasi + Tidak dapat disimpulkan d = 1,691 tidak berkorelasi Tidak dapat disimpulkan Korelasi - 0 1,452 1,681 2,319 2,548 4 dl du 4-dU 4-dL Gambar 1. Pengujian heteroskedastis menggunakan indicator nilai Durbin-Watson Hasil pengujian diketahui nilai d (DW) = 1,691, berarti nilai d terletak diantara d U = 1,691 dan 4-d U = 2,319 atau tidak berkorelasi (tidak terjadi autokorelasi). Berdasarkan kondisi tersebut di atas berarti model regresi 2 menghasilkan hasil analisis yang lebih baik sebagai estimator pendugaan model fungsi produksi cabai merah. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis model fungsi produksi cabai diketahui memiliki nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar adalah 0,983 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas yaitu: luas lahan, pestisida dan tenaga kerja secara bersama-sama dapat menjelaskan 98,3% keragaan produksi cabai merah, sedangkan sisanya 1,7% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Nilai F hitung sebesar 976,870 yang signifikan pada selang kepercayaan 99% menyatakan bahwa semua variabel independen (ln X1, ln X6, ln X7) yang dimasukkan dalam model secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen (ln Y). Pengaruh variabel luas lahan (X1) secara parsial berpengaruh nyata terhadap hasil produksi cabai merah pada selang kepercayaan 99%. Nilai koefisien regresi adalah 0,771 bernilai positif yang

berarti semakin luas lahan yang digunakan oleh petani cabai merah maka semakin meningkat hasil produksi cabai merah. Variabel pestisida (X6) berpengaruh negatif terhadap hasil produksi cabai merah pada selang kepercayaan 99%. Hal ini mengindikasikan bahwa aplikasi pestisida pada usahatani cabai merah melebihi ambang batas anjuran. Nilai koefisien regresi adalah -0,156 bernilai negatif yang berarti semakin besar jumlah penggunaan pestisida maka semakin menurun produksi cabai merah. Variabel tenaga kerja (X7) berpengaruh juga negatif pada selang kepercayaan 5% terhadap produksi cabai merah. Hal ini juga berarti menunjukkan curahan tenaga kerja pada usahatani cabai merah telah melebihi kebutuhan optimalnya, yang menyebabkan biaya tenaga kerja menjadi lebih tinggi. Modal petani akan terserap banyak untuk membayar tenaga kerja, sehingga mengurangi biaya lainnya seperti membeli pupuk dan sarana produksi lainnya. Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Sukino (2005). Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Cabai merah Pendapatan yang diterima petani tidak akan terlepas dari besarnya penerimaan yang diperoleh. Hasil analisis pendapatan usahatani cabai merah yang dilakukan dapat menjadi petunjuk apakah usahatani cabai merah yang diusahakan petani responden menguntungkan atau tidak. Pendapatan usahatani cabai merah adalah selisih antara total nilai penerimaan dan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani cabai merah. Penerimaan yang diperoleh petani dari hasil usahatani cabai merah berdasarkan harga rata-rata tersebut adalah Rp 70.789.277,78 per hektar dengan besarnya biaya rata-rata yang dikeluarkan petani dalam satu kali musim tanam Rp 35.477.574,47 per hektar.. Rincian penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani cabai merah dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Analisis penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani cabai merah per Hektar di Kecamatan Penengahan No URAIAN HARGA FISIK NILAI (Rp) 1 Penerimaan 12870,78 70.789.277,78 1. Produksi 2. Harga 5.500 2 Biaya Tunai 1. Benih (g) 7.000 169,29 1.185.022,22 2. Pupuk Kandang (kg) 452,73 18525,24 8.386.933,92 3. Pupuk Urea (kg) 1.863,64 234,33 436.712,97 4. Pupuk NPK (kg) 3.907,27 114,13 445.949,75 5. Obat-obatan (gba) * Gramaxon 542,75 1223,47 664.036,53 * Curacron 1.243,67 84,11 104.606,47 * Tokotion 1.242,23 262,07 325.547,08 6. Mulsa (Kg) 13.000 60,6 787.800,00 7. Bambu (batang) 250 555,56 138.888,89

8. Tali Rafia (gulung) 7.000 8,09 56.622,22 9. TK. Luar Keluarga 25.000 122,33 3.058.333,33 10. Sewa bajak 454.544,44 11.Biaya Pajak 13.131,31 12.Biaya Angkut 6.322.565,64 3 Biaya Diperhitungkan 1. Sewa Lahan 1.393.939,40 2. Penyusutan alat 8.730.718,07 3. TK. Dalam Keluarga 25.000 118,89 2.972.222,22 4 Total Biaya Tunai 22.380.694,78 Total Biaya Diperhitungkan 13.096.879,64 Total biaya 35.477.574,47 5 Pendapatan Atas biaya tunai 48.408.036,64 Pendapatan Atas Biaya Total 35.311.703,31 6 R/C atas Biaya Tunai 3,16 R/C Atas Biaya Total 2,00 Berdasarkan Tabel 3, perhitungan analisis struktur biaya usahatani cabai merah terbagi atas dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Nilai biaya tunai yang dikeluarkan dalam usahatani cabai merah adalah sebesar RP 22.380.694,78 per hektar. Nilai biaya diperhitungkan adalah sebesar Rp 13.096.879,69 per hektar. Dengan demikian usahatani cabai merah di Kecamatan Penengahan pada posisi menguntungkan. Pendapatan bersih rata-rata yang diperoleh petani dalam mengusahakan usahatani cabai merah atas biaya tunai adalah sebesar Rp 48.408.583,00 per hektar. Nilai biaya total adalah sebesar Rp 35.311.703,31 per hektar. Besarnya nisbah penerimaan terhadap biaya tunai (R/C) sebesar 3,16 yang artinya setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan Rp 3,16, sedangkan nisbah penerimaan terhadap biaya total (R/C) usahatani cabai merah sebesar 2,00 yang berarti setiap penambahan RP 1,00 biaya total yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,00. Nilai R/C yang lebih besar dari satu berarti bahwa usahatani cabai merah di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan menguntungkan untuk diusahakan. Selain itu petani masih biasa mengusahakan terus usahatani cabai merah karena ternyata pendapatan yang didapat dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. Harga rata-rata cabai merah yang digunakan adalah pada saat harga cabai merah sedang mengalami fluktuasi rendah yaitu Rp 5.500 sedangkan umumnya harga cabai merah jika mengalami fluktuasi tinggi dapat mencapai Rp 17.250 sampai dengan 19.500 untuk itu petani cabai merah masih dapat terus dapat mengusahakan usahatani cabai merah nya, karena produksi yang didapatkan masih melebihi Break Event Point yaitu pada harga Rp 2.648,43. Pendapatan dari usahatani cabai merah di daerah penelitian bukan merupakan usahatani utama melainkan cabang usahatani, usahatani utama petani adalah padi dan jagung.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi cabai merah secara bersama-sama dan parsial di Kecamatan Penengahan variabel luas lahan, pestisida, dan tenaga kerja. Usahatani cabai merah di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan menguntungkan untuk diusahakan. Keuntungan total yang diperoleh sebesar Rp 35.311.703,31 per hektar atau nisbah (R/C) 2,00. hal ini berarti bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 2,00. Saran Petani disarankan agar dapat lebih meningkatkan penggunaan faktor produksi seperti luas lahan, pupuk kandang, dan NPK. Sedangkan untuk penggunaan benih, pestisida, dan pupuk urea perlu dikurangi karena telah melebihi dosis yang dianjurkan, agar proses produksi cabai merah efisien sehingga keuntungan yang dicapai maksimal. Selain meningkatkan penggunaan sarana produksi, petani juga disarankan agar lebih memperhatikan cara, jumlah dan waktu pengaplikasian sarana produksi secara tepat dalam budidayanya, sehingga petani dapat mengalokasikan faktor produksi sesuai dengan yang dianjurkan. Mengingat potensi keuntungan dari usahatani cabai merah di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan serta masih adanya peluang peningkatan efisiensi usaha, maka pemerintah dapat membantu petani dengan memberikan subsidi terhadap harga input, terutama pupuk urea, pupuk NPK dan benih berlabel serta bimbingan dan penyuluhan usahatani yang tepat. Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2007. Kecamatan Penengahan Dalam Angka. Bandar Lampung. ------------------------------------------------. 2007. Lampung Selatan Dalam Angka. Bandar Lampung. ------------------------------------------------. 2007. Lampung Dalam Angka. Bandar Lampung. Bambang, C. 1995. Budidaya dan Analisis Cabai. Kanisius. Yogyakarta. Kadarsan, H.W. 1993. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahan Agribisnis. Gramedia. Jakarta. Mubyarto. 1989. Meningkatkan Efisiensi Nasional. BPFE. Jakarta. ------------. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Nawangsih, dkk. 2003. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. -------------. 1995. Agribisnis Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sugiarto. 2003. Teknik Sampling. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sumodiningrat, G. 2000. Pembangunan Ekonomi Melalui Pengembangan Pertanian. PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta. Supranto, J. 1984. Ekonometrika. LPFE UI. Jakarta.