KODE : SIDA X 8 PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIOFARMAKA UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS BIOFARMAKA DI KABUPATEN OGAN ILIR (OI) Perekayasa/ Peneliti: Mardison, S. STP, MSi BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
LATAR BELAKANG Potensi keanekaragaman hayati bio fakmaka Indonesia sangat tinggi, terdapat 3000 dari total 40,000000 flora yang telah diidentifikasi (Ditjen Hortikultura, 2006). Kekayaaan ini memberikan potensi pemberdayaan ekonomi kepada ekonomi kerakyatan, yang tercermin dari berkembang pesatnya industri obat tradisional baik skala industri (IOT) maupun skala industri kecil (IKOT). Salah satu Hambatan dalam pengembanganya adalah terbatasnya peralatan pascapanen dan pengolahan biofarmaka, sehingga kuantitas dan kualitas produk olahan biofarmaka belum optimal termasuk di Kabupaten Ogan Ilir (OI). Untuk magatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan peralatan pengolahan bahan baku bio farmaka yang sederhana dan memiliki fungsi yang baik, sehingga kualitas produk bahan baku maupun olahan biofarmaka yang dihasilkan memenuhi standar kualitas yang dapat diterima pasar. Untuk menghasilkan peralatan tersebut maka db dibutuhkan perancangan, pengujian, penerapan dan pelatihan penggunaan teknologi tersebut. Teknologi yang diterapkan lebih berhasil guna dan bernilai guna untuk kelompok tani pengelolanya, sehingga mendorong oo terujudnya agroindustri go pengolahan bahan baku tanaman obat di Kabupaten Ogan Ilir (OI). Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 1
PERMASALAHAN Permasalahan yang banyak dijumpai selama ini di tingkat pengolah jamu jamu tradisional adalah proses pengolahan masih dilakukan secara manual, yang memiliki kekurangan yaitu waktu yang dibutuhkan lebih lama dan kurang efisien Pengolahan bahan baku jamu secara manual juga berdampak pada kualitas hasil olahan, baik dari sisi higienitas maupun keamanan untuk dikonsumsi. Sebagai bahan baku obat obatan, higienitas dan keamanan untuk dikonsumsi merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dan merupakan syarat mutlak bagi semua produk yang akan dikonsumsi oleh manusia. Keterbatasan peralatan dalam melakukan pengolahan, membuat petani menjual produk hasil panennya (kunyit) dijual dalam bentuk segar, sehingga nilai tambah dari bahan baku kunyit sebagai bahan baku obat obatan tidak dapat dinikmati oleh petani. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 2
METODOLOGI Ruang Lingkup Kegiatan penelitian meliputi : a. Koordinasi dan penajaman perencanaan kegiatan penelitian b. Koordinasi dengan BPTP, Balitbangda, Bappeda, Badan Penyuluh dan kelompok tani. c. Perekayasaan, pabrikasi dan pengujian prototipe alat dan mesin pertanian d. Penempatan dan pelatihan e. Evaluasi dan pelaporan Fokus Kegiatan a. Rekayasa dan pengembangan mesin pencuci bahan baku tanaman obatobatan dan mesin pengering tipe ERH Hibrid b. Penempatan, penerapan dan pelatihan penggunaan Desain Penelitian Penelitian ini dirancang dalam bentuk koordinatif, pengembangan dan penyebarluasan paket teknologi (desiminasi) dan peningkatan manfaat hasil litbangyasa serta pembinaan kelompok k tani. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 3
Lanjutan... Tahapan Metode Pelaksanaan Kegiatan a. Tahap persiapan Koordinasi internal team peneliti, singkronisasi program dengan unit kerja, Kemenristek dan lembaga lembaga daerah (BPTP, Balitbangda, Bappeda, Badan Penyuluhan dan kelompok tani calon pengguna paket teknologi) b. Th Tahap pelaksanaan lk Melakukan perekayasaan prototipe, pengujian prototipe, penempatan dan pelatihan penggunaan prototipe. c. Tahap pelaporan dan evaluasi Melakukan evaluasi paket mesin yang ditempatkan, evaluasi internal dan ekternal kegiatan, penyusunan laporan kemajuan/perkembangan kegiatan dan laporan akhir kegiatan Perkembangan dan Hasil Kegiatan a. Telah dihasilkan 2 unit mesin pendukung paket pengolahan biofarmaka (mesin pencuci bahan baku biofarmaka dan mesin pengering ERK Hibrid) b. Telah ditempatkan 2 unit alsin di lokasi pengembangan agrobisnis biofarmaka, telah dilakukan pelatihan penggunaan paket alsin tersebut. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang 2012 4
SINERGI KOORDINASI Lingkup dan bentuk koordinasi yang dilakukan Pemilihan Lokasi dan Petani, Jenis Paket Alat, pembinaan petani dan rencana pengembangan ke depanolehpemerintah daerah. Nama lembaga yang diajak koordinasi : Balitbangda Prop. Sumsel Bappeda Kab. Ogan Ilir Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan KbO Kab. Ogan Ilir BPP Kec. Kandis Kab. Ogan Ilir Strategi pelaksanaan koordinasi Melakukan sinkronisasi program yang ada di lokasi kajian bersama pemerintahan daerah, pemerintahan pusat, pihak industri dan kelompok tani (khususnya untuk pengembangan agribisnis biofarmaka). Signifikansi capaian koordinasi yang dilakukan : Terlaksananya program kegiatan di lokasi Balitbangda Pelatihan pengolahan minuman kesehatan (kunyit) Dinas Pertanian bantuan bibit tanaman kunyit BPP Kec. Kandis pendampingan lapangan dan budidaya Balitbangda dan Dinas Perindag pengembangan pasar (dalam penjajakan) Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 5
PEMANFAATAN HASIL KEGIATAN Kerangka dan strategi pemanfaatan hasil kegiatan Hasil penerapan paket alat digunakan oleh kelompok tani untuk membantu pengolahan biofarmaka, Pelaksana kegiatan (BBP Mektan) melakukan supervisi dan pendampingan teknis, Pemerintah daerah melakukan pembinaan, pengembangan dan membantu pemasaran (kerjasama dengan industri) Wujud bentuk pemanfaatan hasil kegiatan Mesin pencuci digunakan untuk penyiapan bahan baku siap jual ke pasar dalam bentuksegar dan bahan baku untukdiolah. Mesin pengering sampai saat ini baru digunakan untuk membuat contoh simplisia kering untuk di promosikan ke pasar. Data (jumlah dan demografi) pihak yang memanfaatkan hasil kegiatan Pk Paket alat mesin baru digunakan sebatas anggota kelompok k tani Signifikansi pemanfaatan yang dirasakan pihak penerima manfaat hasil kegiatan Mesin pencuci dapat membantu kegiatan persiapan bahan mentah dari kebun untuk dijual ke pasar. Dapat menyiapkan contoh produk untuk dipasarkan dengan kualitas yang lebih baik. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 6
POTENSI PENGEMBANGAN KE DEPAN Rancangan Pengembangan ke depan Paket alat akan digunakan sepenuhnya untuk pengolahan bahan biofarmaka dalam bentuk segar dan setengah jadi untuk dijual kepada pasar/industri jamu dalam bentuk simplisia kering dan tepung. Dibutuhkan dukungan dari pemerintahan daerah khususnya dalam pengembangan pemasaran hasil olahan kelompok tani. Strategi Pengembangan ke depan Agar usaha berkelanjutan maka diperlukan pasar yang dapat menampung lebih banyak hasil pengolahan lh biofarmaka, sehingga dibutuhkan kerjasama dan koordinasi antar lembaga lembaga daerah dan pusat dengan pihak industri pengguna bahan baku biofarmaka. Tahapan Pengembangan g ke depan Mencari pasar lebih luas yang dapat menampung produk olahan dari kelompok tani. Pendampingan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan sehingga dapat memenuhi standar industri. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 7
FOTO KEGIATAN Foto : Koordinasi dengan pihak terkait Foto : Pelaksanaan dan Hasil kegiatan Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 8
TERIMA KASIH Perekayasa/ Peneliti : Mardison, S. STP, MSi Dr. Ir. Raffi Paramawati, MSi Anjar Suprapto STP, MP Ir. Imelda Marpaung