BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia mengalami kelesuan. Hal ini tentu berdampak pula pada

dokumen-dokumen yang mirip
Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

PERIODE JANUARI- MARET 2010 PERIODE APRIL-SEPTEMBER 2010 PERIODE OKT-DES 2010

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SUMEDANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 26 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

Persiapan Pelaksanaan Musrenbang Tahun 2013

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013

PROVINSI JAWA BARAT BUPATI SUMEDANG,

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sumedang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

DAFTAR ISI. ABSTRAK.. i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.

Statistika Sosial. Penyajian data & Distribusi Frekuensi #2. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


U Hidayat Tanuwiria, A Yulianti, dan N Mayasari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun Jumlah UMKM Jumlah Usaha Besar Gita Gustiana Wulandara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

KABUPATEN SUMEDANG DALAM ANGKA TAHUN 2014 ISSN : Katalog BPS : Ukuran Buku Jumlah Halaman Isi : 21 x 15 cm : x NASKAH BPS

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 20 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 33 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

KABUPATEN SUMEDANG RINGKASAN PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat perekonomian nasional mengalami stagnasi, usaha mikro, kecil

KABUPATEN SUMEDANG DALAM ANGKA TAHUN

LESSON STUDY di KABUPATEN SUMEDANG

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

ANALISIS POTENSIALITAS EKONOMI DAN KETIMPANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SUMEDANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar kelas VI di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh

BAB 1 PENDAHULUAN. Batas wilayah Administratif Kabupaten Sumedang, dengan batas-batas. sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan

DAFTAR NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH BERDASARKAN PERDA N0.11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DAN LOKASI USAHA TERHADAP PENDAPATAN

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

LAPORAN PENELITIAN. Perbandingan Komoditas Unggulan Pada Berbagai Kecamatan di Kabupaten Sumedang dengan Menggunakan Analisis Korespondensi

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka pembinaan dan

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. sentral dalam perekonomian Indonesia khususnya Jawa Barat. Walaupun krisis

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Usaha Kecil 50 Juta 500 Juta Maksimal 300 Juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

2016 PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN KOMITMEN TERHADAP KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

B A B SOSIAL BUDAYA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998, perekonomian Indonesia mengalami kelesuan. Hal ini tentu berdampak pula pada hilangnya kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia. Kesenjangan antara kesempatan kerja dengan pencari kerja memotivasi para pencari kerja untuk mendirikan sebuah usaha yang bisa membantu mereka untuk bertahan dari serangan krisis moneter. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Pada tahun 2006-2009 pasca krisis ekonomi, perkembangan UMKM di Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang positif. Berikut ini adalah tabel 1.1 mengenai perkembangan unit UMKM dan Usaha Besar (UB) di Indonesia :

2 Skala usaha Tabel 1.1 Perkembangan Unit UMKM dan UB Indonesia 2006 2007 2008 2009 Unit % Unit % Unit % Unit % UMKM 49.021.803 99,9 50.145.800 99,9 51.409.612 99,9 52.764.603 99,9 UB 4.577 0,01 4.463 0,01 4.650 0,01 4.677 0.01 Jumlah 49.026.380 50.150.263 51.414.262 52.769.280 Sumber : menegkop dan UMKM Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa unit UMKM terus mengalami peningkatan dan unit UB cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2006 jumlah unit usaha UMKM mencapai 49.021.803 unit atau sebesar 99,9 %, sedangkan unit UB hanya sebanyak 4.577 atau sebesar 0,01 %. Dan sampai pada tahun 2009 unit UMKM mencapai 52.764.603 unit, sedangkan unit UB sebesar 4.677 unit. Melihat kondisi tersebut, maka tidak salah apabila keberadaan UMKM harus tetap di pertahankan. Karakteristik UMKM yang berbeda dengan Usaha Besar (UB) merupakan salah satu hal yang menjadikan jumlah UMKM lebih besar daripada UB. Tulus Tambunan (2009: 2-4), mengemukakan bahwa UMKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka yang berbeda dengan UB, sebagai berikut : 1. Jumlah UMKM sangat banyak jauh melebihi UB 2. Mempunyai suatu potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar 3. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih cocok terhadap proporsiproporsi dari faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di negara sedang berkembang, yakni Sumber Daya Alam (SDA) dan tenaga kerja

3 berpendidikan rendah yang berlimpah tetapi modal serta Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga kerja berpendidikan tinggi yang sangat terbatas. 4. Tingkat fleksibilitas UMKM tinggi Terlepas dari berbagai kontribusinya dalam perekonomian nasional, UMKM sering kali dihadapkan dengan berbagai permasalahan klasik yang menghambat keberhasilan usaha yang bersifat internal dan eksternal. Permasalahan internal tersebut diantaranya : (1) terbatasnya penguasaan dan pemilikan aset produksi, terutama permodalan; (2) rendahnya kemampuan SDM; (3) ditinjau dari konsentrasi pekerjaan sumber dayanya, pengembangannya terhambat oleh konsentrasi rakyat di pedesaan yang bergerak pada sektor pertanian; (4) kelembagaan usaha belum berkembang secara optimal dalam penyediaan fasilitas bagi kegiatan ekonomi. Sedangkan permasalahan eksternal yang dimaksud adalah : (1) terbatasnya pengakuan dan jaminan keberadaan UKM; (2) kesulitan mendapatkan data yang jelas dan pasti tentang jumlah dan penyebaran UKM; (3) alokasi kredit sebagai aspek pembiayaan masih sangat timpang, baik antar golongan, antar wilayah, dan antar desa-kota; (4) sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakterisitik sebagai produk-produk fashion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek ; (5) rendahnya nilai tukar komoditi yang dihasilkan; (6) terbatasnya akses pasar; (7) terdapatnya pungutan-pungutan atau biaya siluman yang tidak proporsional.

4 Kabupaten Sumedang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki banyak UMKM yang potensial, namun pengelolaannya belum begitu optimal. Berdasarkan data yang dipublikasikan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Barat sebagai hasil analisis dari tim Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB tahun 2010 terhadap sentra UMKM di Jawa Barat, sebesar 17 % sentra UMKM di wilayah Priangan Barat terkonsentrasi di Kabupaten Sumedang, masih jauh di bawah Kota Bandung yaitu sebesar 44 %. (diskukm.jabarprov.go.id) Selain itu, walaupun jumlah UMKM di Kabupaten Sumedang sudah banyak tersebar di berbagai pelosok, namun pada kenyataannya UMKM tersebut belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap nilai tambah ekonomi daerah. (LKPJ Bupati Sumedang Tahun Anggaran 2010) Dari kedua hal tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja UMKM di Kabupaten Sumedang harus lebih ditingkatkan lagi dengan cara menggali dan mengoptimalkan potensi UMKM yang ada, agar perekonomian daerah menjadi lebih baik. Pada tahun 2011 jumlah UMKM di Kabupaten Sumedang adalah sebanyak 4.466 unit. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan data Jumlah UMKM Kabupaten Sumedang Per Kecamatan Tahun 2011.

5 Tabel 1.2 Jumlah UMKM Kabupaten Sumedang Per Kecamatan Tahun 2011 No. Kecamatan Jumlah UMKM 1. Sumedang Utara 196 2. Sumedang Selatan 121 3. Ganeas 19 4. Cimalaka 189 5. Cisarua 20 6. Cimanggung 74 7. Jatinangor 211 8. Pamulihan 741 9. Sukasari 29 10. Tanjungsari 118 11. Rancakalong 126 12. Tanjungmedar 14 13. Tanjungkerta 72 14. Surian 9 15. Buahdua 152 16. Conggeang 249 17. Paseh 107 18. Tomo 33 19. Ujungjaya 52 20. Jatigede 21 21. Jatinunggal 34 22. Wado 44 23. Cibugel 1151 24. Darmaraja 43 25. Cisitu 524 26. Situraja 117 Junlah 4466 Sumber : Dinas KUKM Kabupaten Sumedang Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah UMKM terbanyak adalah di Kecamatan Cibugel dengan jumlah 1.151 unit, sedangkan jumlah UMKM yang paling sedikit adalah di Kecamatan Surian yaitu 9 unit UMKM. Berbagai jenis UMKM berkembang di Kabupaten Sumedang, mulai dari industri makanan, minuman, pakaian dan kerajinan. Desa Linggajaya, Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang merupakan salah satu daerah penghasil kerajinan

6 bambu. Penduduk Desa ini memanfaatkan bambu sebagai lahan usaha dengan mengolahnya menjadi kerajinan bambu yang memiliki nilai jual yang tinggi. Menurut keterangan ketua kelompok pengusaha kerajinan bambu Linggajaya, sampai saat ini jumlah anggota pengusaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya sudah mencapai 150 orang. Produk yang dihasilkan oleh para pengrajin cukup beragam. Mulai dari peralatan rumah tangga, hiasan dinding sampai alat musik. Sebagai salah satu unit usaha, kegiatan usaha kerajinan bambu ini tentu tidak lepas dari munculnya berbagai hambatan. Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian kepada sejumlah pengusaha kerajinan bambu, di peroleh informasi bahwa salah satu hambatan yang ada adalah jumlah laba yang diterima cenderung menurun. Berikut ini adalah tabel total laba 10 orang pengrajin bambu selama 6 bulan yang terdiri dari tiga bulan awal tahun 2011, dua bulan akhir tahun 2011 dan satu bulan awal tahun 2012. Tabel 1.3 Total Laba Pengrajin Bambu Desa Linggajaya Kabupaten Sumedang Bulan Laba (Rupiah) Pertumbuhan (Persen) Februari 2.645.000 - Maret 1.862.000-0.29 April 1.540.000-0.17 November 4.080.000 - Desember 2.460.000-0.39 Januari 1.275.000-0.48 Sumber: wawancara, pra penelitian

7 Adapun perkembangan total laba pengusaha kerajinan bambu dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 6000000 Laba 4000000 2000000 0 Laba Grafik 1.1 Total Laba Pengusaha Kerajinan Bambu Berdasarkan data tabel 1.3 dapat dilihat bahwa laba pengusaha kerajinan bambu selama 6 bulan cenderung menurun. Pada bulan Maret dan April 2011 jumlah laba menurun sebesar Rp.783.000 dan Rp. 322.000, pertumbuhannya sebesar -0,29 dan -0,17 sedangkan pada bulan Desember 2011 dan Januari 2012 jumlah laba menurun sebesar Rp. 1.620.000 dan Rp.1.185.000, pertumbuhannya adalah - 0,39 dan -0,48. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan laba selama 6 bulan adalah negatif. Adanya pertumbuhan laba yang negatif ini tentu akan menghambat keberhasilan usaha pengusaha kerajinan bambu Desa Linggajaya. Menurut Albert Widjaja (Suryana, 2006 : 168) laba perusahaan masih merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran keberhasilan usaha. Jadi, dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan usaha suatu perusahaan adalah laba. Menurut keterangan beberapa ahli di jelaskan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha adalah persaingan. kekuatan modal, penguasaan teknologi, manajemen dan perilaku kewirausahaan. Sedangkan,

8 berdasarkan informasi yang didapat dilapangan diduga faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha para pengusaha kerajinan bambu adalah sikap para pengusaha yang kurang berani menghadapi risiko dan kurang bisa memanfaatkan peluang. Sebagian besar pengusaha tidak menyadari bahwa hal mendasar untuk mencapai keberhasilan usaha adalah berasal dari diri pengusaha itu sendiri yaitu dalam bentuk perilaku kewirausahaan. Kurang pedulinya para pengusaha terhadap perilaku kewirausahaan tersebut, akan berakibat pada bisnis yang kurang berkembang atau bahkan mengalami kebangkrutan. Selain itu, masalah keberhasilan usaha ini tentu sangat penting untuk di teliti, karena tidak hanya berkaitan dengan pengusaha itu sendiri, melainkan juga dengan para tenaga kerja dan masyarakat yang tingkat kesejahteraan hidupnya bergantung pada usaha ini, dimana tingkat kesejahteraan akan menurun apabila laba yang diterima mengalami penurunan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berminat untuk mengadakan penelitian berjudul Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Usaha Kerajinan Bambu (Suatu Kasus pada Usaha Kerajinan Bambu di Desa Linggajaya Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran mengenai perilaku kewirausahaan dan keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya? 2. Bagaimana pengaruh kreativitas terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya?

9 3. Bagaimana pengaruh keberanian menghadapi risiko terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya? 4. Bagaimana pengaruh kerja keras terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya? 5. Bagaimana pengaruh opportunity obsession (ambisi mendapatkan peluang) terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran mengenai perilaku kewirausahaan dan keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya. 2. Mengetahui pengaruh kreativitas terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya. 3. Mengetahui pengaruh keberanian menghadapi risiko terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya. 4. Mengetahui pengaruh kerja keras terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya. 5. Mengetahui pengaruh opportunity obsession (ambisi mendapatkan peluang) terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya.

10 1.3.1 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian di bidang ekonomi yang dapat memperkaya khasanah ilmu ekonomi. 2. Secara Praktis penelitian ini dapat berguna bagi pengrajin usaha bambu sebagai acuan dalam meningkatkan keberhasilan usaha.