BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07 Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu belakangan ini pemerintah lebih mengutamakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal perkembangan otak dan pertumbuhan fisik yang baik. Untuk memperoleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

Sgmendung2gmail.com

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

KARAKTERISTIK REMAJA NIKAH MUDA DI DESA BRENGGOLO JATIROTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG RESIKO KEHAMILAN DI USIA DINI DI DESA HEULEUT KECAMATAN KADIPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami istri dengan upacara dan ritual tertentu (Kartono, 2006). Perkawinan dini adalah perkawinan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan usia remaja. Remaja adalah usia 10-19 tahun dimana masa remaja merupakan masa peralihan yang sesungguhnya yaitu dari kanak-kanak menjadi dewasa (Steve, 2007). Angka kejadian pernikahan dinidi Indonesia tahun 2002 usia 15 tahun berkisar 11%, sedangkan yang menikah di saat usia 18 tahun sekitar 35%.Praktek pernikahan usia dini paling banyak terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara didapatkan data bahwa sekitar 10 juta anak usia di bawah 18 tahun telah menikah, sedangkan di Afrika diperkirakan 42% dari populasi anak, menikah sebelum mereka berusia 18 tahun. Di Amerika Latin dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat mereka berusia 18 tahun. Kasus pernikahan usia dini tertinggi tercatat di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (Eddy, 2009). Di Indonesia terutama di daerah-daerah pedesaan masih banyak perkawinan di bawah usia. Kebiasaan ini berasal dari adat yang berlaku sejak dahulu dan masih terbawa sampai sekarang. Ukuran perkawinan di masyarakat seperti ini adalah kematangan fisik belaka (haid, bentuk tubuh yang yang sudah menunjukkan tandatanda seksual sekunder) atau bahkan hal-hal yang sama sekali tidak ada hubungannya

dengan pengantin misalnya masa panen, utang piutang antarorang tua, dan sebagainya (Rifka, 2011). Anak perempuan merupakan pihak yang paling rentan menjadi korban dalam kasus pernikahan dini yang juga mengalami sejumlah dampak buruk. Plan Indonesia yang merupakan suatu organisasi pengembangan masyarakat yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak, menyampaikan hasil temuannya mengenai pernikahan dini. Plan Indonesia mencatat 33,5% anak usia 13-18 tahun pernah menikah dan rata-rata usia mereka 15-16 tahun. Penelitian ini dilakukan selama Januari-April 2011 di 8 kabupaten yaitu Indramayu (Jawa Barat), Rembang (Jawa Tengah), Tabanan (Bali), Dompu (NTB), serta Timor Tengah Selatan, Sikka dan Lembata (NTT). Data dari Bappenas tahun 2008 bahwa 34,5% dari 2.049.000 perkawinan di Indonesia tahun 2008 adalah perkawinan anak. Berdasarkan data Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) tahun 2005, lebih dari 20% masyarakat Indonesia menikahkan anak-anaknya dalam usia dini. Rata-rata anak yang dinikahkan adalah usia 10-18 tahun dan didominasi oleh perempuan. Perbandingan jumlah angkanya bisa mencapai tiga kali lipat dari jumlah anak laki-laki yang dinikahkan dini. Data statistik tahun 2005, jumlah perempuan yang menikah usia dini mencapai 1600 orang sedangkan laki-laki sekitar 500 orang. Persentasi ini membuktikan masih sangat banyak masyarakat yang tidak mengetahui dampak dan sebab akibat pernikahan dini tersebut (Downix, 2010). Berdasarkan data BkkbN di Malang tahun 2007 lalu, usia perkawinan dini (interval usia 16-18 tahun) diketahui lebih dari 5000 pasangan. Interval usia tersebut berdasarkan daftar nikah Departemen Agama Kabupaten untuk usia istri. Hal tersebut juga dinilai memicu pertumbuhan penduduk sebesar 1.09%. Di daerah

pedesaan dan perkotaan perempuan melakukan perkawinan di bawah umur tercatat masing-masing 47,79% dan 21,75%. Perempuan Indonesia yang melakukan perkawinan pertamanya usia 17 tahun yaitu sebanyak 21,5%. Persentase terbesar kawin muda terdapat di propinsi Jawa Timur (40,3%). Dan diperkirakan 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya (Sarwono, 2011). Perkawinan dini berdampak buruk pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan yang berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar selama kehamilan dan melahirkan dibandingkan anak perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu, anak yang menikah usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan meninggal dua kali lebih besar. Wanita yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun memiliki risiko yang tinggi terhadap kehamilan, proses persalinan, dan keadaan bayinya (Indiarti, 2007). Secara mental, wanita usia kurang dari 20 tahun dinilai belum siap, sehingga dapat menyebabkan kurangnya kesadaran diri untuk memeriksakan kehamilannya dan berakibat timbulnya masalah kehamilan dan persalinan, risiko kanker leher rahim, bayi BBLR, kematian bayi dan abortus 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari wanita yang berusia lebih dari 25 tahun (Bobak, 2004). Data SDKI 2002-2003 menyatakan angka kematian perinatal pada ibu yang melahirkan berusia <20 tahun menempati posisi kedua (30/1000 kelahiran hidup) setelah kelompok ibu yang melahirkan usia >40 tahun (54/1000 kelahiran hidup). Berdasarkan data SDKI tahun 2007, kematian bayi yang dilahirkan oleh ibu usia <20 tahun adalah sebanyak 56/1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan kematian bayi yang dilahirkan oleh ibu usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 32/1000 kelahiran hidup (BPS, BkkbN, Depkes dan USAID, 2008).

Remaja perlu mendapat perhatian khusus untuk menurunkan risiko kelahiran prematur dan BBLR yang dapat meningkatkan risiko kematian bayi dan abortus karena semakin muda usia kehamilan remaja maka semakin tinggi insiden kematian bayi dan BBLR. Menurut Rachmawaty dari laporan Save The Children tahun 2004, satu dari sepuluh persalinan dialami oleh ibu yang masih anak-anak berusia 11-12 tahun yang menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan sehingga membunuh 70.000 remaja putri tiap tahun. Kalaupun selamat maka akan menderita injuri permanen. Estimasi bayi yang dilahirkanpun 1 juta meninggal dalam tahun pertama kehidupannya. Risiko kematian lebih tinggi 50% daripada bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia >20 tahun (Rachmawaty, 2011). Usia yang ideal untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun. Lebih atau kurang dari usia itu adalah berisiko. Kesiapan untuk hamil dan melahirkan ditentukan oleh kesiapan fisik, kesiapan mental/emosi/psikologis serta kesiapan sosial ekonomi. Usia 20 tahun secara fisik dianggap sudah siap. BkkbN memberikan batasan menikah yang ideal adalah pada usia 20 tahun karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia di bawah 20 tahun berisiko terjadinya kanker leher rahim serta penyakit menular seksual (BkkbN, 2011). Rendahnya pendidikan dan pengetahuan orangtua, anak dan masyarakat menyebabkan adanya kecenderungan untuk mengawinkan anaknya yang masih di bawah umur. Para orangtua ada yang ingin mempercepat pernikahan anaknya untuk melepaskan beban ekonomi, dimana rata-rata satu keluarga memiliki banyak anak (keluarga besar). Sehingga tak heran jika masih ada para orangtua sudah saling menjodohkan anak-anaknya sejak masih balita (Alfiyah, 2011).

Data BPS Simalungun tahun 2010 menyebutkan bahwa di Kabupaten Simalungun, jumlah penduduk yang melakukan perkawinan pertamanya usia kurang dari atau sama dengan 18 tahun adalah sebanyak 17,53%. Sementara data yang didapatkan dari Kecamatan Bandar Huluan tahun 2010, jumlah penduduk yang menikah dini (di bawah usia 20 tahun) di kecamatan tersebut sebanyak 36,32%. Survei awal telah dilakukan di SMP Budi Utomo Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun tahun 2012 yang jumlah siswanyasebanyak 301 orang.jumlah siswa perempuan kelas VII dan VIII adalah sebanyak 104 orang. Dari 8 orang siswa perempuan yang diwawancarai, ternyata seluruhnyamenyatakan tidak mengetahui dampak perkawinan usia dini pada kehamilan dan persalinan, namun 75% mengatakan bahwa menikah usia dini itu adalah hal yang wajar. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mencoba untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang dampak perkawinan dini pada kehamilan dan persalinan dengan sikap remaja putri terhadap perkawinan dini di SMP Budi Utomo Kecamatan Bandar Hulan Kabupaten Simalungun tahun 2012. 1.2. Perumusan Masalah Dari permasalahan yang telah dikemukakan maka dirumuskan masalah yaitu Tingginya persentase remaja putri yang menganggap perkawinan dini adalah hal yang wajar diduga terkait dengan rendahnya pengetahuan remaja putri tentang dampak perkawinan dini pada kehamilan dan persalinan di SMP Budi Utomo Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

1.3. Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang dampak perkawinan dini pada kehamilan dan persalinan dengan sikap remaja putri terhadap perkawinan dini di SMP Budi Utomo Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun Tahun 2012. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang dampak perkawinan dini pada kehamilan dan persalinan di SMP Budi Utomo Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun Tahun 2012. 2. Mengetahui sikap remaja putri terhadap perkawinan dinidi SMP Budi Utomo Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun Tahun 2012. 3. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang dampak perkawinan dini pada kehamilan dan persalinan dengan sikap remaja putri terhadap perkawinan dini di SMP Budi Utomo Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun Tahun 2012. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi sekolah khususnya siswa perempuan di SMP Budi Utomo Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun agar mengetahui dampak perkawinan dini pada kehamilan dan persalinan dan menghindari perkawinan usia dini. 2. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perkawinan dini dan dampaknya pada kehamilan dan persalinan.