BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DIBAWAH SATU ATAP KOTA DEPOK

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya UPT Dinas Pendapatan Daerah Provinsi. Sumatera Utara (Kantor SAMSAT Sidikalang)

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PENERBITAN BPKB BARU (BBN I) DITLANTAS POLDA ACEH

INFORMASI & PROSEDUR PENGURUSAN BPKB

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru. dan Pemungutan Lainnya Pada Kantor SAMSAT Serpong

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor

SISTEM DAN PROSEDUR OPERASIONAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERBITAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN BERMOTOR ( S T N K )

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-BID REGIDENT- /I/2015 TENTANG PELAYANAN PENERBITAN STNK PADA SAMSAT

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA UTARA RESOR TANAH KARO

BAB III OBYEK PENELITIAN. Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR

Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat)

BAB III SETTING PENELITIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) didirikan berdasarkan

PROFIL KANTOR PELAYANAN PAJAK DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DI KABUPATEN KULON PROGO (SAMSAT KULON PROGO)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPTD

BAB I PENDAHULUAN. porsi jumlah terbesar dibandingkan dengan penerimaan dari pos minyak bumi

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR.

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN SAMSAT DRIVE THRU

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN STNK NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : 02 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat salah satunya adalah SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Di

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENERBITAN

Oleh Nama : Dede Bahrudin

NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : 01 MEI 2016 Diperiksa oleh KASAT LANTAS ARIF ABDILLAH IPTU NRP

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RARMAT TUHAN YANG MARA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB III GAMBARAN UMUM PEMUNGUTAN DAN PENGAWASAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR II (BEKAS) KABUPATEN TANGERANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA NO. DOKUMEN SOP-BID REGIDENT-004 NO. REVISI 00 HALAMAN

WEBSITE SAMSAT DIY PELAYANAN KAMI URUSAN KAMI PERPANJANGAN KBM (5 TAHUN) Kendaraan Mutasi dari Dalam Daerah. Penggantian BPKB Hilang

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MEKANISME PROSES PENERBITAN BPKB

31 Universitas Indonesia

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 10 Tahun 2006 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Nani C. Mokoginta. Analisis Efektivitas Prosedur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri merupakan induk dari semua

organisasi dan tataa kerja pada tingkat Kepolisian Daerah;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Satu Atap. Terbentuknya SAMSAT atau Samsat Ditlantas Polda Jabar berdiri

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PERUBAHAN SIFAT DAN ATAU PERUBAHAN BENTUK KENDARAAN BERMOTOR

DAFTAR SOP INISIATIF SAT LANTAS POLRES BIMA KOTA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE PELAYANAN PENERBITANN BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR (BPKB) UNTUK KENDARAAN BERMOTOR BARU

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. swasta saat ini tengah berlomba untuk meningkatkan pelayanan agar lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH (STUDI KASUS SAMSAT KOTA MANADO PERIODE )

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 080 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

1. Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) penerbitan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor untuk penggantian BPKB hilang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2008

JENIS PELAYANAN A. UJI BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

BAB IV PEMBAHASAN. Proses Permohonan Izin Penyelenggaraan Reklame. harus memenuhi syarat yang diperlukan untuk memohon izin agar dapat

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT LALU LINTAS NO. DOKUMEN SOP-BID REGIDENT-004 NO.

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat Pada bab ini akan dimulai dengan pembahasan pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang berada di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT). Diantara beberapa Kantor SAMSAT yang ada di Provinsi DKI Jakarta seperti Kantor SAMSAT Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Utara, penulis mengambil salah satunya yaitu di Kantor SAMSAT Jakarta Barat. Ini dikarenakan penulis telah mendapat kesempatan untuk mengamati secara langsung pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kantor tersebut. IV.1.1 Mekanisme Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB dan pemungutan lainnya Dalam pelaksanaan pemungutan pajak di Kantor SAMSAT terdapat beberapa mekanisme pelaksanaan pemungutan, diantaranya: mekanisme pelaksanaan pemungutan untuk Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan mekanisme pelaksanaan pemungutan lainnya. Adapun mekanisme pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terdiri dari mekanisme BBN I dan mekanisme BBN II. IV.1.1.1 Mekanisme Bea Balik Nama (BBN) I Dalam mekanisme ini diperuntukkan bagi kendaraan bermotor baru (100% baru) dan kendaraan mutasi dari luar daerah dan lain-lain. Kendaraan bermotor ini belum memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dan Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB). Oleh karena itu 56

pemilik/wajib Pajak harus mendaftarkan kendaraan bermotor ini pada Kantor SAMSAT agar mendapat bukti yang sah telah memiliki kendaraan bermotor tersebut. Berikut ini salah satu contoh dari mekanisme dan persyaratan BBN I: Persyaratan Pendaftaran RANMOR CKD: 1. Mengisi formulir permohonan; 2. Cek fisik RANMOR; 3. Faktur Pembelian; 4. Sertifikat NIK/VIN; 5. Copy identitas: a) Untuk perseorangan: tanda jati diri yang sah (KTP, SIM, dan Paspor asli) bagi yang berhalangan melampirkan Surat Kuasa; b) Badan hukum: SIUP dan NPWP, keterangan domisili, Surat Kuasa bermeterai cukup dan tanda tangan pimpinan serta cap badan hukum; c) Instansi Pemerintah: surat tugas/surat Kuasa bermeterai dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap instansi. Beberapa contoh lain pada mekanisme BBN I adalah 1. Pendaftaran KBM (kendaraan bermotor) CBU form A; 2. Pendaftaran Dump TNI/POLRI; 3. Pendaftaran lelang, faktur daerah; 4. Pendaftaran eks luar daerah; 5. Pendaftaran angkutan umum. Berikut ini Loket/Kelompok Kerja (Pokja) terkait dengan mekanisme BBN I: Loket/Pokja I Loket/Pokja II : Penyediaan Formulir dan Penerangan : Cek Fisik Kendaraan Bermotor 57

Loket/Pokja III Loket/Pokja IV : Pendaftaran, Penelitian, dan Penetapan : Penerimaan Pembayaran PKB, BBN-KB, dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) Loket/Pokja V : Penyerahan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) Loket/Pokja VI : Pengarsipan Apabila semua persyaratan telah dilengkapi oleh Wajib Pajak, langkah selanjutnya adalah mengetahui mekanisme pendaftaran kendaraan bermotor CKD yang terdapat pada Bagan 1 di bawah ini: Bagan 1. Mekanisme Pendaftaran RANMOR CKD Wajib Pajak dgn persyaratan lengkap Loket pendaftaran penelitian persyaratan awal Penelitian Berkas Penelitian persyaratan akhir k u r i r T.U. STNK Cek identitas Order Nopol Menulis identitas KBM dan pemilik POKJA V Penyerahan STNK, SKPD, dan TNKB k u r i r Kasir Pemeriksaan PKB dan BBN-KB Print STNK dan SKPD Kode Harian Tulis identitas KBM dan Nopol SSPD ke Wajib Pajak KODING Pengkodean identitas KBM oleh Dipenda Korektor 3 Pengecekan SWDKLLJ pada SSPD oleh Jasa Raharja Pengesahan PKB dan BBN-KB oleh Kasi Dipenda Korektor - 2 Pengecekan PKB dan BBN-KB pada SSPD oleh Dipenda Entry data KBM Input data KBM Print SSPD oleh POLRI 58

IV.1.1.2 Mekanisme Bea Balik Nama (BBN) II Dalam mekanisme ini diperuntukkan bagi kendaraan bermotor yang telah berpindah kepemilikan ke tangan kedua dan selanjutnya dan lain-lain. Kendaraan bermotor ini telah memiliki STNK, TNKB, dan BPKB. Oleh karena itu hanya perlu sedikit perubahan data identitas kendaraan bermotor sesuai keinginan pemilik/wajib Pajak. Perubahan data identitas ini harus dilaporkan ke Kantor SAMSAT agar data identitas lama dapat diganti dengan data identitas terbaru. Berikut ini salah satu contoh dari mekanisme dan persyaratan BBN II: Persyaratan proses tukar nama: 1. STNK asli; 2. BPKB asli; 3. Fotocopy/identitas: a) Perorangan jati diri yang sah (KTP, SIM, CIM, S + satu lembar fotocopy); b) Badan hukum: SIUP dan NPWP, keterangan domisili, Surat Kuasa bermeterai cukup dan tanda tangan pimpinan serta cap badan hukum; c) Instansi Pemerintah: surat tugas/surat Kuasa bermeterai dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap instansi yang bersangkutan. 4. Kuitansi pembelian yang sah; 5. Bukti pelunasan PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ tahun terakhir; 6. Hasil cek fisik KBM. Beberapa contoh lain pada mekanisme dan persyaratan BBN II adalah 1. Pendaftaran STNK rusak/hilang/leasing; 2. Pendaftaran rubah bentuk/ganti nama; 59

3. Pendaftaran ganti Nopol; 4. Pendaftaran Ralat STNK; 5. Pendaftaran penghitaman/penguningan angkot. Untuk Loket/Kelompok Kerja (Pokja) terkait dengan mekanisme BBN II adalah sama dengan mekanisme pada BBN I. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi oleh Wajib Pajak, langkah selanjutnya adalah mengetahui mekanisme proses tukar nama yang terdapat pada Bagan 2 di bawah ini: Bagan 2. Mekanisme Tukar Nama atau Pindah Alamat Wajib Pajak dengan persyaratan lengkap Loket Pendaftaran Penelitian persyratan k u r i r T.U. STNK Cek identitas Mengganti nama atau alamat baru k u r i r POKJA V Penyerahan STNK, SKPD, dan TNKB KOHAR Pok. Proses sesuai jenis KBM dan Identitas Kasir Menerima pembayaran Entry Nopol Korektor SSPD Pengecekan SWDKLLJ oleh Jasa Raharja Korektor SSPD Pengecekan PKB dan BBN-KB Ranmor oleh DIPENDA Korektor SSPD Pengecekan identitas Ranmor oleh POLRI Entry Data Input data identitas pemilik/alamat KR yang baru Print SSPD oleh POLRI Adapun mekanisme pelaksanaan pemungutan lainnya terdiri dari mekanisme perpanjangan atau pengesahan dan mekanisme Tata Usaha (TU). 60

IV.1.1.3 Mekanisme Perpanjangan atau Pengesahan Dalam mekanisme ini diperuntukkan bagi kendaraan bermotor yang telah memiliki STNK, TNKB, dan BPKB. STNK dan TNKB memiliki masa berlaku selama lima tahun. Dalam masa tenggang waktu tersebut pemilik/wajib Pajak diwajibkan untuk melunasi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tiap tahun sebagai syarat untuk pengesahan atas STNK yang dimiliki pemilik/wajib Pajak. Persyaratan perpanjangan atau pengesahan R 2 dan R 4: 1. Mengisi formulir permohonan; 2. Identitas untuk: a) Perorangan: tanda jati diri yang sah (asli) bagi yang berhalangan, melampirkan Surat Kuasa; b) Badan hukum: salinan Akte Pendirian Surat Kuasa bermeterai dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang bersangkutan. c) Instansi Pemerintah (termasuk BUMN/BUMD): surat tugas/surat Kuasa bermeterai dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap instansi tersebut. 3. STNK asli dan BPKB asli; 4. Bukti pelunasan PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ ( SKPD yang telah divalidasi) tahun terakhir; 5. Apabila masa berlaku STNK telah habis (5 tahun) harus melampirkan bukti hasil pemeriksaan fisik motor. 61

Untuk Loket/Kelompok Kerja (Pokja) terkait dengan mekanisme perpanjangan atau pengesahan adalah sama dengan mekanisme pada BBN I. Namun bila masa berlaku STNK dan TNKB telah habis maka ditambahkan proses cek fisik di Loket/Pokja II pada persyaratan perpanjangan atau pengesahan. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi oleh Wajib Pajak, langkah selanjutnya adalah mengetahui mekanisme perpanjangan atau pengesahan yang terdapat pada Bagan 3 di bawah ini: Bagan 3. Mekanisme Perpanjangan atau Pengesahan Wajib Pajak dengan persyarakatan lengkap Mengisi formulir Loket Pendaftaran Penelitian persyaratan Entry Data Input Nopol Print SSPD POKJA V Penyerahan STNK, SKPD, dan TNKB Korektor SSPD Pengecekan identitas KBM oleh POLRI Kasir Menerima pembayaran Entry Nopol Penyerahan SSPD ke Wajib Pajak Korektor SSPD Pengecekan SWDKLLJ oleh Jasa Raharja Korektor SSPD Pengecekan PKB KBM oleh Dipenda IV.1.1.4 Mekanisme Tata Usaha (TU) Dalam mekanisme ini diperuntukkan bagi pemilik kendaraan bermotor yang akan melakukan proses administrasi dengan Tata Usaha POLRI. Salah satu contoh dari proses administrasi dengan Tata Usaha POLRI adalah perpindahan kendaraan bermotor keluar daerah, blokir dan lain-lain. Berikut ini salah satu contoh persyaratan dalam mekanisme TU: 62

Persyaratan mutasi ke luar daerah : 1. Mengisi formulir permohonan; 2. Identitas untuk: a) Perorangan: fotocopy KTP, SIM/PASPOR; b) Badan hukum: SIUP/NPWP + 1 lembar fotocopy, keterangan domisili, Surat Kuasa bermeterai dan ditandatangani pimpinan serta dibubuhi stempel; c) Instansi pemerintah (termasuk BUMN/BUMD): surat tugas/surat Kuasa bermeterai cukup dan ditandatangani pimpinan serta dibubuhi stempel. 3. Surat rekomendasi dari Dirut. Lalu Lintas BABINKAM POLRI; 4. Surat rekomendasi dari Dinas Perhubungan (Dishub); 5. Surat pengantar dari perusahaan 6. Kuitansi Pembelian; 7. Surat keterangan ganti warna (apabila ganti warna); 8. STNK, BPKB, dan cek fisik. Beberapa contoh lain dari mekanisme dan persyaratan TU adalah: 1. Mutasi antar SAMSAT; 2. Blokir; 3. Buka blokir; 4. Pendaftaran eks, berkas/faktur hilang. Untuk Loket/Kelompok Kerja (Pokja) terkait dengan mekanisme Tata Usaha adalah sama dengan mekanisme pada BBN I. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi oleh Wajib Pajak, langkah selanjutnya adalah mengetahui mekanisme mutasi keluar daerah yang terdapat pada Bagan 4 di bawah ini: 63

Bagan 4. Mekanisme Mutasi Keluar Daerah Pemohon Dengan persyaratan lengkap Loket Mutasi Luar Daerah Penelitian persyaratan Cek data komputer Matikan data KR pada komputer k u r i r Fiskal Pembuatan fiskal antar daerah oleh Dipenda T.U. STNK Matikan buku register Loket Pengeluaran Penyerahan berkas mutasi Luar Daerah (LD) kepada Wajib Pajak + arsip Korektor Paur Mutasi/PAMINI Reg. identitas Kelengkapan Adm TTD STNK sementara.oleh Kasi STNK TTD surat pengantar oleh Direktur Lalu Lintas Penomeran Setum Sie BPKB Matikan Registrasi dan ambil arsip BPKB k u r i r Mutasi PMJ IV.1.2 Komposisi Penerimaan BBN-KB Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor obyek utamanya adalah penyerahan kepemilikan kendaraan bermotor dari satu pihak ke pihak lainnya tetapi dalam pelaksanaan pemungutannya terdapat juga obyek lain yang mana bertujuan untuk meningkatkan penerimaan dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Berikut ini akan dijelaskan komposisi penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, sebagai berikut: 1. Bea Balik Nama (BBN) I BBN I dikenakan kepada kendaraan bermotor baru, KBM (kendaraan bermotor) CBU form A, Dump TNI/POLRI, lelang, faktur daerah, dan angkutan umum. 2. Ex luar daerah Ex luar daerah merupakan kendaraan bermotor yang berasal dari luar daerah misalnya Surabaya kemudian berpindah ke daerah lain dalam hal ini DKI Jakarta. 64

Pada saat kendaraan bermotor yang berasal dari Surabaya masuk ke DKI Jakarta dan ingin menetap lama maka pemilik kendaraan bermotor tersebut dikenakan pajak. 3. Bea Balik Nama (BBN) II BBN II dikenakan kepada kendaraan bermotor yang berpindah kepemilikan ke tangan ke-2 dan selanjutnya, STNK rusak/hilang/leasing, rubah bentuk/ganti nama, ganti Nopol, ralat STNK, dan penghitaman/penguningan angkot. 4. Penagihan diterima dari tagihan wajib pajak yang belum melunasi BBN-KB sampai jatuh tempo. Sanksi administrasi berupa denda tidak dimasukan ke dalam total penerimaan BBN- KB tetapi dimasukan ke pos tersendiri karena pada akhir tahun total denda dari seluruh pajak daerah akan digabungkan ke dalam pos denda pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI Jakarta. IV.1.3 Penilaian Kinerja pada Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat Dalam melaksanakan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pasti akan terkait dengan penerimaan dan pengeluaran. Dalam praktek akuntansi ini dinamakan prinsip penandingan (matching principle). Proses penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan oleh instansi pemerintah daerah dalam hal ini Kantor SAMSAT Jakarta Barat menggunakan akuntansi dasar kas (cash basis), karena penerimaan BBN-KB diakui pada saat kas diterima dan pengeluaran untuk biaya pemungutan diakui pada saat terjadinya pembayaran. Untuk melihat efektif dan efesiennya kinerja dari Kantor SAMSAT maka kita menandingkan keduanya pada periode yang sama dan sesuai dengan ketentuan umum pajak daerah bahwa biaya pemungutan ditetapkan adalah sebesar lima persen dari total penerimaan pajak daerah. 65

Berikut ini akan ditampilkan perbandingan antara penerimaan BBN-KB dengan biaya pemungutannya di Kantor SAMSAT Jakarta Barat, sebagai berikut: Tabel 1 Perbandingan antara Penerimaan dengan Biaya Pemungutan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat Tahun 2006 s/d 2008 No Tahun Penerimaan Biaya Pemungutan BBN-KB BBN-KB % 1 2006 371,721,253,295 18,586,062,665 5 2 2007 467,770,552,800 23,388,527,640 5 3 2008 662,151,885,700 33,107,594,285 5 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa penerimaan yang diperoleh dari BBN-KB dibandingkan dengan biaya pemungutannya sudah efektif dan efisien. Penerimaan BBN-KB diperkirakan masih bisa naik lagi karena dimungkinkan biaya pemungutan tidak lima persen, bisa saja di bawah lima persen. Hal ini diperbolehkan karena telah diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, dalam rangka pemungutan pajak daerah dapat diberikan biaya pemungutan paling tinggi sebesar lima persen. IV.2 Peranan Penerimaan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat terhadap BBN-KB yang telah Dianggarkan oleh Dipenda Provinsi DKI Jakarta IV.2.1 Laju Pertumbuhan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan salah satu dari penerimaan yang diperoleh Kantor SAMSAT. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam mendukung realisasi atas rencana pajak daerah yang ditargetkan oleh Pemerintah Daerah. Pada Grafik 1 di bawah ini akan ditampilkan laju pertumbuhan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sebagai berikut: 66

Grafik 1 Realisasi BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat Realisasi BBN-KB di kantor Samsat Jakarta Barat Nilai 700,000,000,000 600,000,000,000 500,000,000,000 400,000,000,000 300,000,000,000 200,000,000,000 100,000,000,000 0 662,151,885,700 467,770,552,800 371,721,253,295 2006 2007 2008 Tahun Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa realisasi BBN-KB menunjukkan tren positif atau mengalami kenaikan. Pada tahun 2006 realisasi BBN-KB sebesar Rp. 371,721,253,295 dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar Rp. 467,770,552,800 dan kenaikan ini terus berlanjut hingga pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 662,151,885,700. Untuk mengetahui besarnya persentase laju pertumbuhan BBN- KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Laju Pertumbuhan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat Tahun 2006 s/d 2008 No Tahun Realisasi Pertumbuhan Pertumbuhan Anggaran Penerimaan BBN-KB (Rp) (%) 1 2006 371,721,253,295 - - 2 2007 467,770,552,800 96,049,299,505 25.84 3 2008 662,151,885,700 194,381,332,900 41.55 Rata-rata 33.70 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan BBN-KB mengalami kenaikan pertumbuhan penerimaan tiap tahunnya. Pada tahun 2007 realisasi penerimaan mulai mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya pada tahun 2006 yaitu sebesar 25.84% dan peningkatan ini terus berlanjut 67

hingga tahun 2008 yaitu sebesar 41.55%. Dari hasil rata-rata perhitungan pertumbuhan BBN-KB diperoleh angka sebesar 33.70%, ini menandakan bahwa tingkat pertumbuhan penerimaan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat untuk setiap tahun baik. IV.2.2 Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat Dinas Pendapatan Daerah setiap tahun melakukan perencanaan terhadap pajak daerah yang akan dipungut pada tahun selanjutnya. Salah satu pajak daerah yang dilakukan perencanaan adalah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Rencana penerimaan dari BBN-KB dibagi dalam beberapa wilayah pelayanan mulai dari Kantor SAMSAT Jakarta Utara hingga Kantor SAMSAT Jakarta Selatan. Perencanaan penerimaan ini harus dilakukan dengan baik dan matang agar realisasi yang diperoleh bisa maksimal. Pada Grafik 2 di bawah ini akan ditampilkan perbandingan rencana dan realisasi BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sebagai berikut: Grafik 2 Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat Rencana & Realisasi BBN-KB di kantor Samsat Jakarta Barat Nilai 700,000,000,000 600,000,000,000 500,000,000,000 400,000,000,000 300,000,000,000 200,000,000,000 100,000,000,000 0 Rencana BBN-KB (Rp) 662,151,885,700 502,740,000,000 544,575,000,000 467,770,552,800 468,113,000,000 371,721,253,295 2006 2007 2008 Tahun Realisasi BBN-KB (Rp) 68

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa antara rencana dan realisasi yang terdapat di Kantor SAMSAT Jakarta Barat menunjukkan tren yang kurang memuaskan karena selama dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2006 dan tahun 2007 realisasi penerimaan BBN-KB tidak tercapai. Pada tahun 2006 realisasi penerimaan hanya mencapai sebesar Rp. 371,721,253,295 dan pada tahun 2007 mulai terjadi peningkatan penerimaan walaupun sebenarnya penerimaan tidak mencapai rencana yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp. 467,770,552,800. Akhirnya setelah tidak melampaui target yang telah ditetapkan pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2008 Kantor SAMSAT Jakarta Barat bisa melampaui target yang diberikan yaitu sebesar Rp. 662,151,885,700. Untuk mengetahui besarnya persentase antara rencana dan realisasi BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Perbandingan Rencana dan Realisasi BBN-KB di Kantor SAMSAT Jakarta Barat Tahun 2006 s/d 2008 Tahun Rencana Realisasi Realisasi terhadap No Rencana BBN-KB Anggaran BBN-KB (Rp) BBN-KB (Rp) (%) 1 2006 502,740,000,000 371,721,253,295 73.94 2 2007 544,575,000,000 467,770,552,800 85.90 3 2008 468,113,000,000 662,151,885,700 141.45 Rata-rata 100.43 Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 3 dapat diketahui bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kantor SAMSAT Jakarta Barat mengalami kenaikan dalam hal pertumbuhan realisasi penerimaan, namun realisasi terhadap rencana yang telah ditetapkan tidak tercapai ini dibuktikan pada tahun 2006 dan tahun 2007 dimana pertumbuhan realisasi penerimaan untuk masing-masing tahun adalah 73.94% untuk tahun 2006 dan 85.90% untuk tahun 2007. Akhirnya setelah tidak mencapai realisasi 69

dalam dua tahun berturut-turut, pada tahun 2008 realisasi penerimaan mencapai pertumbuhan yang signifikan yaitu sebesar 141.45%. Dari hasil rata-rata perhitungan pertumbuhan realisasi penerimaan terhadap rencana yang dianggarkan diperoleh angka sebesar 100.43%, ini menandakan bahwa tingkat pencapaian suatu realisasi terhadap rencana yang telah dianggarkan setiap tahun baik sekali karena melebihi 100%. IV.3 Kontribusi BBN-KB terhadap PAD Provinsi DKI Jakarta IV.3.1 Laju Pertumbuhan PAD Suatu cara untuk mengukur besarnya peranan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta yaitu dengan melakukan analisis perbandingan pada pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah tiap tahunnya. Besarnya realisasi penerimaan PAD dapat dilihat pada Grafik 3 di bawah ini: Grafik 3 Realisasi PAD Realisasi PAD 12,000,000,000,000.00 10,000,000,000,000.00 8,000,000,000,000.00 8,452,403,885,154.81 8,731,096,244,968 10,279,884,199,180 Nilai 6,000,000,000,000.00 4,000,000,000,000.00 2,000,000,000,000.00 0.00 2006 2007 2008 Tahun Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa realisasi PAD menunjukkan tren positif atau mengalami kenaikan tiap tahunnya tetapi kenaikan ini tidak dibarengi dengan tercapainya rencana yang diharapkan, ini terjadi pada tahun 2006 dan 2007. Penerimaan 70

PAD pada tahun 2006 sebesar Rp. 8,452,403,885,154.81 dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp. 8,731,096,244,968 dan kenaikan ini terus berlanjut hingga pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 10,279,884,199,180. Untuk mengetahui besarnya persentase laju pertumbuhan PAD Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Laju Pertumbuhan PAD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 s/d 2008 No Tahun Realisasi Pertumbuhan Pertumbuhan Anggaran Penerimaan PAD (Rp) (%) 1 2006 8,452,403,885,154.81 - - 2 2007 8,731,096,244,968 278,692,359,813.19 3.30 3 2008 10,279,884,199,180 1,548,787,954,212 17.74 Rata-rata 10.52 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir telah mengalami kenaikan dalam hal pertumbuhan penerimaan tetapi kenaikan ini tidak didukung oleh realisasi terhadap rencana yang telah dianggarkan. Pada tahun 2007 pertumbuhan penerimaan meningkat 3.30% dari tahun sebelumnya pada tahun 2006 dan kenaikan pertumbuhan penerimaan ini terus berlanjut secara signifikan pada tahun 2008 yaitu sebesar 17.74%. Terjadinya target yang tidak terealisasi pada tahun 2006 dan 2007 disebabkan oleh tidak terealisasinya beberapa sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI Jakarta seperti pajak daerah, retribusi daerah, laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan. Dan terjadinya target yang terealisasi pada tahun 2008 disebabkan oleh terlampauinya rencana yang telah ditetapkan pada pajak daerah dan retribusi daerah. 71

IV.3.2 Laju Pertumbuhan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta Pajak daerah di Provinsi DKI Jakarta terdiri dari sepuluh jenis pajak. Di antara sepuluh jenis pajak terdapat pajak yang menjadi unggulan dalam hal besarnya peranan yang diberikan kepada pajak daerah, pajak tersebut ialah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB). Besarnya penerimaan BBN-KB yang diterima tidak selalu sama dari tahun ke tahun ini tergantung dari rencana dan realisasi yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Pada Grafik 4 di bawah ini akan ditampilkan laju pertumbuhan BBN-KB di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sebagai berikut: Grafik 4 Realisasi BBN-KB Provinsi DKI Jakarta Realisasi BBN-KB Provinsi DKI Jakarta Nilai 3,500,000,000,000 3,000,000,000,000 2,500,000,000,000 2,000,000,000,000 1,500,000,000,000 1,000,000,000,000 500,000,000,000 0 2,981,056,833,050 2,215,253,938,300 1,808,720,941,930 2006 2007 2008 Tahun Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa realisasi BBN-KB menunjukan tren positif atau mengalami kenaikan tiap tahunnya tetapi kenaikan ini tidak dibarengi dengan tercapainya rencana yang diharapkan, ini terjadi pada tahun 2006 dan 2007. Penerimaan BBN-KB pada tahun 2006 sebesar Rp. 1,808,720,941,930 dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp. 2,215,253,938,300, kenaikan penerimaan ini terus berlanjut hingga akhirnya pada tahun 2008 mengalami kenaikan tren yang 72

signifikan yaitu sebesar Rp. 2,981,056,833,050. Untuk mengetahui besarnya persentase laju pertumbuhan BBN-KB di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5 Laju Pertumbuhan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 s/d 2008 No Tahun Realisasi Pertumbuhan Pertumbuhan Anggaran Penerimaan BBN-KB (Rp) (%) 1 2006 1,808,720,941,930 - - 2 2007 2,215,253,938,300 406,532,996,370 22.48 3 2008 2,981,056,833,050 765,802,894,750 34.57 Rata-rata 28.52 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir telah mengalami kenaikan dalam hal pertumbuhan penerimaan, kenaikan ini berawal dari penerimaan pada tahun 2007 yang mengalami kenaikan sebesar 22.48% dari tahun sebelumnya pada tahun 2006, kemudian kenaikan ini terus berlanjut pada tahun 2008 yaitu sebesar 34.57%. Dari hasil rata-rata perhitungan pertumbuhan BBN- KB diperoleh angka sebesar 28.52%, ini menandakan bahwa tingkat pertumbuhan penerimaan BBN-KB untuk setiap tahun cukup baik. IV.3.3 Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta BBN-KB merupakan salah satu diantara sekian banyak jenis pajak yang ada di Provinsi DKI Jakarta. BBN-KB termasuk jenis pajak unggulan di samping Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari penerimaan BBN-KB setiap tahunnya maka diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam 73

menetapkan suatu rencana yang akan ditetapkan dalam APBD karena apabila rencana tidak terealisasi ini akan berdampak pada buruknya penilaian kinerja pada instansi terkait. Pada Grafik 5 di bawah ini akan ditampilkan perbandingan rencana dan realisasi BBN-KB di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sebagai berikut: Grafik 5 Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta Rencana dan Realisasi Penerimaan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta Nilai 3,500,000,000,000 3,000,000,000,000 2,500,000,000,000 2,000,000,000,000 1,500,000,000,000 1,000,000,000,000 500,000,000,000 0 Rencana BBN-KB (Rp) 2,450,000,000,000 2,981,056,833,050 2,650,000,000,000 2,700,000,000,000 2,215,253,938,300 1,808,720,941,930 2006 2007 2008 Tahun Realisasi BBN-KB (Rp) Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa antara rencana dan realisasi BBN-KB menunjukkan tren positif atau menunjukkan kenaikan antara penetapan rencana dan realisasi yang diperoleh akan tetapi terdapat tahun yang tidak merealisasikan rencana yang telah ditetapkan, yaitu pada tahun 2006 dan tahun 2007. Pada tahun 2006 hingga tahun 2007 penerimaan BBN-KB tidak mencapai target yang telah dianggarkan yaitu sebesar Rp. 1,808,720,941,930 dan Rp. 2,215,253,938,300. Kemudian pada tahun ke-3 yaitu tahun 2008 penerimaan BBN-KB mulai menunjukkan perbaikan atau telah melampaui target yang telah dianggarkan yaitu sebesar Rp. 2,981,056,833,050. Untuk mengetahui besarnya persentase antara rencana dan realisasi BBN-KB di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini: 74

Tabel 6 Perbandingan Rencana dan Realisasi BBN-KB Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 s/d 2008 No Tahun Rencana Realisasi Realisasi terhadap Anggaran BBN-KB (Rp) BBN-KB (Rp) Rencana BBN-KB (%) 1 2006 2,450,000,000,000 1,808,720,941,930 73.83 2 2007 2,650,000,000,000 2,215,253,938,300 83.59 3 2008 2,700,000,000,000 2,981,056,833,050 110.41 Rata-rata 89.28 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir telah mengalami kenaikan dalam hal pertumbuhan realisasi penerimaan, ini berawal dari realisasi penerimaan BBN-KB pada tahun 2006 yang mencapai 73.83% dan terjadi kenaikan pada tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2007 yang mencapai sebesar 83.59%, kemudian kenaikan ini terus berlanjut dan melampaui rencana yang telah ditetapkan pada tahun 2008 yang mencapai 110.41%. Dari hasil rata-rata perhitungan pertumbuhan realisasi terhadap rencana yang dianggarkan diperoleh angka sebesar 89.28%, ini menandakan bahwa tingkat pencapaian suatu realisasi terhadap rencana yang telah dianggarkan setiap tahun kurang memuaskan. IV.3.4 Kontribusi yang Diberikan oleh BBN-KB terhadap Pajak Daerah Pajak daerah memiliki beragam jenis pajak mulai dari pajak provinsi hingga pajak kabupaten/kota. Diantara sekian banyak pajak daerah terdapat pajak unggulan atau yang diprioritaskan, ini dikarenakan besarnya kontribusi yang diberikan kepada pajak daerah dalam hal penerimaan pajak, pajak yang dimaksud adalah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Untuk melihat besarnya kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap pajak daerah dapat dilihat pada Grafik 6, sebagai berikut: 75

Grafik 6 Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi Pajak Daerah Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi Pajak Daerah 15,000,000,000,000 Nilai 10,000,000,000,000 5,000,000,000,000 0 PD BBN-KB 2006 2007 2008 Tahun Realisasi BBN-KB (Rp) Realisasi Pajak Daerah (Rp) Dari Grafik 6 dapat diketahui bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan jenis pajak daerah yang memiliki porsi kontribusi yang cukup besar terhadap jumlah penerimaan pajak daerah secara keseluruhan. Di bawah ini akan ditampilkan besarnya nilai yang diberikan oleh Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor kepada pajak daerah, sebagai berikut: Tabel 7 Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi Pajak Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 s/d 2008 No Tahun Realisasi Realisasi Anggaran BBN-KB (Rp) Pajak Daerah (Rp) % 1 2006 1,808,720,941,930 6,482,168,811,472 27.90 2 2007 2,215,253,938,300 7,202,527,438,121 30.76 3 2008 2,981,056,833,050 8,751,315,392,333 34.06 Rata-rata 30.91 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa kontribusi realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap pajak daerah di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan penerimaan yang baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor memberikan kontribusi penerimaan terhadap pajak daerah sebesar 27.90% 76

dan pada tahun 2007 kontribusi penerimaan dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor meningkat menjadi 30.76%, dan kenaikan ini terus berlanjut hingga pada tahun 2008 yang mencapai 34.06%. Bila dilihat dari rata-rata selama tiga tahun kontribusi penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap pajak daerah mencapai 30.91%, ini menandakan bahwa peranan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap pajak daerah cukup penting karena sepertiga dari total keseluruhan penerimaan pajak daerah diperoleh dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. IV.3.5 Kontribusi yang Diberikan oleh BBN-KB terhadap PAD Pendapatan Asli Daerah memiliki berbagai macam sumber penerimaan, seperti pajak daerah, retribusi daerah, laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan. Salah satu sumber penerimaan paling besar adalah pajak daerah. Pajak daerah memiliki beragam jenis pajak, salah satu yang paling dominan dalam hal kontribusi penerimaan yang diberikan adalah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Berikut ini akan dijelaskan besarnya kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah yang akan ditampilkan dalam Grafik 7, sebagai berikut: Grafik 7 Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi PAD Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi PAD Nilai 15,000,000,000,000 10,000,000,000,000 5,000,000,000,000 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (Rp) Realisasi BBN-KB (Rp) 0 PAD 2006 2007 2008 Tahun BBN-KB 77

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa Bea Balik Nama Kendaran Bermotor merupakan bagian dari jenis pajak daerah yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah secara keseluruhan. Berikut ini akan ditampilkan besarnya nilai yang diberikan oleh Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor kepada Pendapatan Asli Daerah, sebagai berikut: Tabel 8 Kontribusi Realisasi BBN-KB terhadap Realisasi PAD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 s/d 2008 No Tahun Realisasi Realisasi Anggaran BBN-KB (Rp) Pendapatan Asli Daerah (Rp) % 1 2006 1,808,720,941,930 8,452,403,885,154.81 21.40 2 2007 2,215,253,938,300 8,731,096,244,968 25.37 3 2008 2,981,056,833,050 10,279,884,199,180 29.00 Rata-rata 25.26 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa kontribusi realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan penerimaan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor memberikan kontribusi penerimaan terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 21.40% dan pada tahun 2007 kontribusi penerimaan dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor meningkat menjadi 25.37% dan kenaikan ini terus berlanjut hingga pada tahun 2008 yang mencapai sebesar 29.00%. Bila dilihat dari rata-rata selama tiga tahun kontribusi penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah memang tidak sebesar kontribusi yang diberikan kepada pajak daerah, namun bila dilihat dengan rata-rata yang mencapai 25.26%, ini menandakan bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah cukup 78

penting kontribusinya karena seperempat dari total keseluruhan penerimaan Pendapatan Asli Daerah diperoleh dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Untuk melihat seberapa besar tingginya hubungan antara Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta. Di bawah ini akan ditampilkan hasil dari penghitungan korelasi dengan menggunakan SPSS: Tabel 9 Kuatnya Hubungan antara BBN-KB terhadap PAD Tahun Anggaran BBN-KB (X) PAD (Y) 2006 1,808,720,941,930 8,452,403,885,154.81 2007 2,215,253,938,300 8,731,096,244,968 2008 2,981,056,833,050 10,279,884,199,180 Tabel 10 Hasil Perhitungan Korelasi Dari hasil perhitungan korelasi di atas terlihat bahwa nilai koefisien korelasi antara Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dengan Pendapatan Asli Daerah, didapatkan nilai sebesar 0.979, ini menandakan bahwa hubungan korelasi tersebut tinggi dan koefisien korelasi bertanda positif (+), artinya hubungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dengan Pendapatan Asli Daerah searah sehingga jika Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor semakin besar maka Pendapatan Asli Daerah semakin besar pula. Dan nilai signifikansi antara Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dengan Pendapatan Asli Daerah adalah 0.131 > 0.05, ini menandakan bahwa hubungan antara 79

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dengan Pendapatan Asli Daerah adalah tidak signifikan, artinya bila Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor turun tidak akan menyebabkan penurunan yang drastis pada Pendapatan Asli Daerah karena Pendapatan Asli daerah masih memiliki sumber penerimaan lain, seperti pajak daerah lainnya, hasil laba perusahaan daerah, retribusi daerah, dan pendapatan lainnya yang sah. IV.4 Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB Provinsi DKI Jakarta Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pajak daerah yang mana hasil dari penerimaan ini akan digunakan untuk membantu pemerintah daerah dalam membangun daerah khususnya dalam hal ini pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, seperti membangun infrastruktur jalan dan jembatan, perbaikan jalan, dll. Setiap tahun Dinas Pendapatan Daerah melakukan perencanaan terhadap pajak daerah agar penerimaan yang akan dicapai pada tahun selanjutnya terencana dengan baik dan mencapai sasaran, namun tidak selalu apa yang direncanakan sesuai dengan target atau melampaui target. Hal ini disebabkan karena banyak faktor bisa dari luar atau dari dalam, berikut ini akan dijelaskan beberapa hal yang menyebabkan tidak terealisasinya penerimaan yang direncanakan pada tahun 2006 dan tahun 2007, sebagai berikut: 1. Pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak tiga kali dalam kurun waktu empat tahun, ini disebabkan karena bergejolaknya harga pasar minyak dunia dan ini berimbas pada beberapa harga BBM di Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan salah satu kenaikan harga BBM yang membawa dampak kurang baik terhadap penerimaan dari sektor pajak yang memiliki kaitannya dengan kendaraan bermotor selama kurun waktu empat tahun terakhir, yang akan ditampilkan pada Tabel 11, sebagai berikut: 80

Tabel 11 Kenaikan Harga BBM Tanggal Harga BBM 1 Maret 2005 2,400 sebelumnya 1,810 1 Oktober 2005 4,500 sebelumnya 2,400 24 Mei 2008 6,000 sebelumnya 4,500 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pemerintah menaikan harga BBM yaitu premium sebanyak tiga kali, ini merupakan upaya pemerintah dalam merespon perkembangan gejolak harga pasar minyak dunia. Kenaikan ini bertujuan untuk melindungi APBN Indonesia agar tidak terjadi defisit terlalu besar karena pemerintah masih memberikan subsidi BBM untuk masyarakat, sehingga dampak dari kenaikan harga BBM ini tidak mengganggu anggaran lainnya seperti untuk pendidikan dan pertahanan. Namun, resiko dari kenaikan harga BBM ini harus ditanggung oleh rakyat. Ini bisa dilihat pada Tabel 12, sebagai berikut: Tabel 12 Pertumbuhan Jumlah Kbm Baru Tahun Jumlah Kbm Pertumbuhan % 2006 467,385 - - 2007 497,424 30,039 6.43 2008 591,422 93,998 18.90 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dampak dari kenaikan harga BBM ini terlihat pada pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor baru pada tahun 2007 hanya sebesar 6.43%. Jumlah kuantitas kendaraan bermotor memang naik tetapi tingkat pertumbuhannya kecil ini disebabkan karena masyarakat masih belum siap menerima kenaikan harga BBM sebanyak dua kali, yaitu kurun waktu dari tahun 2005 sampai 2007 dan juga karena tidak adanya penambahan pemasukan sehingga 81

masyarakat melakukan penghematan dan menunda pembelian kendaraan bermotor baru. 2. Setiap tahun jumlah kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah selalu menunjukkan adanya kenaikan, hal ini akan berdampak bukan hanya pada penerimaan dari BBN-KB tetapi juga akan berdampak besar pada penerimaan PKB setiap tahunnya. Berikut ini akan dijelaskan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah, yang akan ditampilkan pada Tabel 13, sebagai berikut: Tabel 13 Pertumbuhan Jumlah Kbm yang Mutasi Keluar Daerah Tahun Jumlah Kbm Peningkatan % 2006 124,979 - - 2007 149,105 24,126 19.30 2008 174,679 25,574 17.15 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang mutasi selalu menunjukkan adanya kenaikan, ini terlihat pada tahun 2007 yang mencapai 19.30%, namun pada tahun 2008 menunjukkan adanya perbaikan yaitu adanya penurunan persentase pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah yang mencapai 17.15%. Kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah menyebabkan penurunan penerimaan BBN-KB, karena bila terjadi penjualan kendaraan bermotor yang mana pemilik kendaraan tersebut dahulu berdomisili di Jakarta tetapi karena sudah mutasi keluar daerah maka penerimaan BBN-KB-nya diterima oleh pemerintah daerah dimana pemilik kendaraan bermotor tersebut berdomisili. 3. Kendaraan ex luar daerah merupakan kendaraan yang sebelumnya adalah objek pajak dari luar daerah misalnya Bandung kemudian berpindah ke daerah lain dalam 82

hal ini DKI Jakarta. Bagi daerah yang ditinggalkan ini merupakan pengurangan penerimaan tetapi bagi daerah yang ditempati ini merupakan pemasukan penerimaan. Berikut ini akan dijelaskan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor ex luar daerah yang berada di Provinsi DKI Jakarta, yang akan ditampilkan pada Tabel 14, sebagai berikut: Tabel 14 Pertumbuhan Jumlah Kbm Ex Luar Daerah Tahun Jumlah Kbm Pertumbuhan % 2006 33,576 - - 2007 33,064 (512) (1.52) 2008 34,583 1,519 4.59 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor ex luar daerah mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar -1.52%, walaupun penurunan ini kecil tetapi cukup berdampak pada penerimaan BBN-KB yang tidak terealisasi. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2008 mulai terjadi adanya peningkatan kembali pertumbuhan secara positif atas kendaraan ex luar daerah dan ini mempunyai kontribusi cukup besar atas terlampauinya target yang direncanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah. IV.5 Upaya Optimalisasi Penerimaan BBN-KB dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah pada Tahun 2009. Pada tahun 2009 pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pelayanan Pajak mempunyai pekerjaan besar dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak daerah. Dalam beberapa tahun ke belakang pajak daerah merupakan sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang sangat diandalkan karena besarnya kontribusi yang diberikan dibandingkan dengan sumber penerimaan lainnya. Namun tahun ini pajak 83

daerah akan mendapat cobaan terutama untuk pajak unggulannya seperti Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan Bermotor, dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, ini dikarenakan beberapa hal, yaitu pemerintah daerah mempunyai rencana untuk menetapkan BBN-KB maksimal 20% dari nilai kendaraan bermotor, diperkirakan akan bergejolak kembali harga pasaran minyak dunia, dan krisis finansial global yang terjadi saat ini. Bila hal ini terjadi maka akan berdampak pada penerimaan pajak dari sektor yang secara langsung berkaitan dengan kendaraan bermotor. Berikut ini akan ditampilkan dalam sebuah tabel tentang besarnya rencana penerimaan BBN-KB terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2008 dan 2009, sebagai berikut: Tabel 15 Rencana Penerimaan BBN-KB terhadap PD & PAD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 & 2009 Tahun Rencana Rencana Rencana Rencana BBN-KB Rencana BBN-KB BBN-KB Pajak Daerah PAD terhadap PD (%) terhadap PAD (%) 2008 2,700,000,000,000 8,484,270,000,000 10,381,542,819,361 31.82 26.01 2009 3,067,951,000,000 9,397,012,000,000 11,134,547,508,395 32.65 27.55 Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa rencana penerimaan BBN-KB terhadap PD pada tahun 2009 lebih tinggi dari tahun 2008, yaitu 32.65% untuk tahun 2009 dan 31.82% untuk tahun 2008. Rencana penerimaan BBN-KB terhadap PAD pada tahun 2009 lebih tinggi dari pada tahun 2008, yaitu 27.55% untuk tahun 2009 dan 26.01% untuk tahun 2008. Melihat dari persentase pertumbuhan rencana baik BBN-KB, PD maupun PAD, terlihat bahwa pemerintah daerah pada tahun 2009 menginginkan adanya kenaikan penerimaan, namun bila dilihat dari adanya rencana untuk menetapkan BBN-KB maksimal 20% dari nilai kendaraan bermotor, ini sungguh berbanding terbalik. 84

Oleh karena itu, diperlukan upaya dari Dinas Pelayanan Pajak dan instansi terkaitnya dalam hal ini Kantor SAMSAT untuk membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan dari sektor pajak agar bisa mencapai rencana yang diharapkan. Berikut ini beberapa upaya yang telah dilakukan agar dapat meningkatkan penerimaan BBN-KB, sebagai berikut: 1. Penyampaian Surat Pemberitahuan Kewajiban Pajak Kendaraan Bermotor (Super KPKB) secara intensif; 2. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat melalui penetapan Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) yang belum tercantum di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Peningkatan survey di lapangan dan pengumpulan data lainnya untuk menentukan Harga Pasaran Umum (HPU) kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta; 4. Peningkatan pendataan kendaraan bermotor bekas pakai yang diperjualbelikan melalui Show Room; 5. Pelaksanaan koordinasi yang lebih intensif baik dengan instansi terkait maupun dengan pihak swasta, seperti : Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Asosiasi Importir Kendaraan Bermotor, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), dan pengusaha atau pemilik Show Room; 6. Peningkatan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pembayaran BBN I (kendaraan baru). 85