BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurlela, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab pendahuluan dari pembahasan penelitian ini akan dimulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB I PENDAHULUAN. bangsa wajib dikembangkan dan dioptimalkan melalui pendidikan dan. atas (SMA) dan menengah kejuruan (SMK), dalam upaya mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB I PENDAHULUAN. hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Umi Rahayu Fitriyanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi pelayanan kesehatan yang mempunyai kespesifikan dalam hal Sumber

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini selain menimbulkan kemudahan dalam berinteraksi, juga berdampak pula terhadap perubahan perilaku seseorang dalam berkarir yakni cenderung ingin serba cepat dan instan. Keinginan seseorang yang serba instan dalam memperoleh pekerjaan atau karir merupakan sebuah fenomena yang mencuat saat ini dan menarik untuk dikaji. Fenomena tersebut adalah ingin diterima di sekolah favorit, mempunyai rumah megah, mobil mewah dan uang berlimpah, gadget terbaru, pakaian trendy atau sepatu model terkini, dan materi yang berlimpah (Vivanews.com, 6 Februari 2012). Fenomena ini mengindikasikan ketidaksiapan seseorang dalam memasuki dunia pekerjaan di mana persaingan demikian ketat, maka tuntutan paling dasar dari setiap orang adalah dengan menjadi kompetitif. Salah satu cara untuk menjadi kompetitif adalah memiliki keterampilan dalam merumuskan perencanaan yang matang. Seperti kata pepatah yang mengatakan tanpa visi dan tujuan, maka mustahil bagi seseorang untuk mencapai garis finisnya. Begitupun dengan remaja yang tidak mempunyai perencanaan karir yang matang, maka sulit rasanya remaja akan dapat mengambil keputusan secara tepat dalam pilihan karirnya. Zakiah Darajat dalam (Hutasuhut, 1991: 5) menyatakan bahwa: Tidak jarang kita mendengar remaja mengeluh menyatakan bahwa hari depannya suram, tidak jelas, mau jadi apa nanti, di mana ia akan bekerja nanti, profesi apa yang akan cocok baginya, dan sebagainya. Akan tetapi di lain pihak ia tidak melihat jalan untuk menghadapinya, karena kenyataan hidup dalam masyarakat lingkungannya tidak memberikan kepastian kepadanya. Hal ini banyak hubungannya dengan macam sekolah dan sistem pendidikan yang dilaluinya. Pada pendapat di atas terlihat bahwa karir remaja tersebut tidak terencana, sedangkan perencanaan karir yang matang sangat berpengaruh terhadap perwujudan karir remaja baik sekarang maupun di masa depan. Selain itu, keluhan para remaja adalah terkait dengan masa depannya yang berhubungan dengan

2 masalah pekerjaan, pendidikan, dan keluarga. Pada diri remaja terdapat suatu citacita kehidupan yakni mengenai pekerjaan yang dianggapnya baik dan pendidikan yang dipandangnya memadai sebagai dasar memilih pekerjaan atau karir di kemudian harinya. Pada kenyataannya, remaja belum sepenuhnya mencapai tugas perkembangan karir. Menurut Okiishi (1987, Prihantoro, 2007;2) guru-guru, teman sebaya, dan orang tua mempunyai pengaruh yang berarti bagi para remaja dalam perkembangan harapan dan perkembangan karirnya. Selain itu, Witherington, (Margaretha, 1992) mengemukakan bahwa banyak keinginan anak merupakan gambaran dari keinginan orang tuanya, karena anak mudah untuk menerima keyakinan orang tua tanpa kritik; baik yang berbentuk agama, filsafat hidup, nilai-nilai, sikap, tujuan dan aspirasi. Ada dua hal pokok yang mendasari pernyataan tersebut yaitu: 1) peran orang tua sebagai tokoh identifikasi bagi anak (significant other), atau tokoh yang paling dekat bagi anak, sehingga anak cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan orang tua; 2) adanya tekanan dari orang tua (the great expectations syndrome), di mana orang tua sering mengharapkan agar anaknya mengikuti keinginan mereka dalam memilih kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan studi, pekerjaan atau teman hidup, yang dalam upaya mewujudkan sindrom tersebut orang tua sering tidak segan-segan memaksa anak mereka. Pernyataan Witherington, (Margaretha, 1992) dan Okiishi (1987) sejalan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Budiamin (2002) di Kabupaten Bandung yaitu sebanyak 90% siswa menyatakan masih bingung dalam memilih karir di masa depan dan 70% siswa menyatakan rencana masa depan tergantung pada orang tua (Puspita: 2010). Temuan ini tidak mengherankan jika melihat data yang dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat telah terjadi peningkatan pengangguran terdidik dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2004 mencapai 348.107 orang meningkat menjadi 612.714 orang pada tahun 2011 (Pikiran Rakyat, Kamis, 1 November 2012: 29). Data yang dikemukakan oleh BPS senada dengan data statistik yang dipaparkan oleh Firdaus (2012) yang menyatakan bahwa 41,2% dari total jumlah pengangguran di Indonesia adalah pelajar. Ada apa dengan pelajar Indonesia? Apakah dunia pendidikan yang tidak

3 mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan? Apakah selama di bangku sekolah mereka tidak belajar? Salah satu hal yang menjadi penyebab munculnya fenomena ketidaksiapan yang dialami para remaja di atas mengindikasikan ketidakmatangan mereka dalam merencanakan karir. Padahal menurut Super (Sharf, 1992) remaja berada pada masa pemilihan karir secara tepat sesuai dengan preferensi yang telah disiapkan pada tahap sebelumnya. Hal ini berarti bahwa dalam tahapan ini hendaknya telah dicapai suatu keputusan awal untuk menghadapi perjalanan hidup yang lebih realistis. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya memiliki rentang usia antara 12-15 tahun, atau secara psikologis berada pada tahap perkembangan remaja awal. Havigurst (Yusuf, 2009: 74-83) menyebutkan tugastugas perkembangan pada masa remaja, yakni (1) mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya; (2) mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita; (3) menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif; (4) mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya; (5) mencapai jaminan kemandirian ekonomi, dan; (6) memilih dan mempersiapkan karir. Pengetahuan tentang perencanaan karir pada remaja terutama peserta didik SMP akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perjalanan pendidikan dan pekerjaan peserta didik ke depannya. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pilihan yang dibuat peserta didik SMP, terutama pada saat memilih jenjang pendidikan mempunyai hubungan yang sangat kuat dan memberikan dampak jangka panjang dalam perkembangan pendidikan karir di kemudian hari. Fenomena tersebut diperkuat oleh hasil studi pendahuluan pada beberapa peserta didik kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Pelajaran 2011/ 2012, diperoleh informasi tentang permasalahan peserta didik yang terkait dengan perencanaan karirnya. Lebih mengejutkan lagi, permasalahan umum yang dihadapi oleh peserta didik adalah kebingungan dalam merumuskan dan menentukan pilihan karir untuk memilih SMA/ SMK. Peserta didik merasa kurang informasi tentang jenjang pendidikan yang dapat mereka pilih. Peserta didik merasa untuk mempersiapkan diri memasuki SMA/ SMK dapat disiapkan

4 kelak manakala mereka berada di kelas IX. Fakta ini diperkuat oleh pendapat Setianingsih (Tn, Pikiran Rakyat, Senin, 21 Januari 2013: 21) yang mengungkapkan bahwa secara umum kegiatan layanan bimbingan karir yang terprogram lebih difokuskan pada saat-saat tertentu, yakni dilaksanakan di kelas IX pada semester kedua bagi peserta didik yang hendak memilih SMK/ SMA dengan memperkenalkan beberapa sekolah. Padahal salah satu prinsip bimbingan karir adalah ditujukan bagi semua individu, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, dan bimbingan karir merupakan bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) yang sedang dalam proses berkembang (Supriatna, 2009:13-15). Pernyataan tersebut semakin dipertegas oleh Bailey dan Nystrom (Popon S. Arifin, 1985: 11-12) yang menyatakan bahwa dalam mempersiapkan dan merencanakan karir perlu dilakukan sejak dini. Kebingungan dalam mempersiapkan diri untuk masuk SMA atau SMK atau memilih pekerjaan ini menimbulkan rasa cemas terkait dengan berbagai pilihan yang harus dipilih oleh peserta didik. Jika dibiarkan, maka rasa cemas akibat kebingungan dalam mempersiapkan diri ini dapat menyebabkan efek domino yang buruk bagi peserta didik baik pada saat mempersiapkan dan memilih karir yang tepat di masa depan maupun terkait dengan prestasi belajarnya. Menurut John Crites (1987) dan Sharf (1992) ini semua merupakan pertanda perencanaan karir yang lemah. Lebih jauh lagi, Rogers (Crites, 1981) menyatakan bahwa individu akan mengalami masalah dalam karirnya apabila individu berada dalam salah satu kondisi berikut: (1) luas pengetahuan mengenai dirinya tetapi sempit mengenai dunia mengenai dunia kerja; (2) sempit pengetahuan mengenai dirinya tetapi luas pengetahuan mengenai dunia kerja; (3) sempit pengetahuan mengenai diri dan dunia kerja; dan (4) luas pengetahuan diri dan dunia kerja. Lahope (1988) menuliskan bahwa W. Weslwy Tennyson, dkk (1974) melaporkan hasil studi dari Vibian S. Sherman di Palo Alto California. Sherman mengkaji secara empiris mengenai perencanaan karir. Ditemukan bahwa variabel pemahaman diri dan motivasi memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap kemampuan siswa dalam merencanakan karir mereka.

5 Beberapa hasil penelitian di atas mempunyai kesamaan yaitu menggambarkan masih banyak remaja yang mengalami kesulitan merencanakan karir yang pada akhirnya bermuara pada pengambilan keputusan karir. Fenomena ini tentunya bisa dihindari manakala remaja memiliki kemampuan perencanaan karir yang matang. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan tanpa adanya tindakan yang tepat, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan karir remaja ke depannya. Mengingat layanan bimbingan karir pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam rangka persiapan diri memasuki dunia kerja atupun jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Akan tetapi, kesiapan dan ketersediaan sekolah terkait dengan layanan bimbingan karir yang dibutuhkan peserta didik sangat terbatas. Sementara peserta didik hanya mengandalkan informasi karir yang disampaikan oleh sekolah. Peranan guru pembimbing dalam pelaksanaan bimbingan karir di sekolah juga belum berjalan seperti yang diharapkan. Hal ini diduga selain disebabkan oleh faktor eksternal dari guru pembimbing seperti keterbatasan dan ketersediaan fasilitas di sekolah, juga disebabkan oleh faktor internal guru pembimbing yang belum sepenuhnya memahami layanan bimbingan karir yang akan disampaikan. Faktor peserta didik pun tidak luput dari penyebab munculnya permasalahan dalam merumuskan pilihan karir. Peserta didik kurang termotivasi untuk memahami secara mendalam menganai karir yang akan dipilihnya. Permasalahan-permasalahan seperti dijelaskan di muka, diduga kuat karena layanan bimbingan karir di sekolah belum banyak menyentuh kebutuhan peserta didik. Padahal sesuai dengan kerangka kerja bimbingan dan konseling dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling (Depdiknas: 2007) yang menyebutkan bahwa salah satu hal yang harus dilakukan dalam perencaaan program adalah menganalisis kebutuhan peserta didik. Pendapat ini senada dengan yang dikemukakan oleh Henderson (2006: 54) yang menyatakan bahwa intervensi yang sengaja dirancang dengan menargetkan kebutuhan atau tujuan-tujuan tertentu yang telah diidentifikasi lebih efektif daripada intervensi yang tidak sengaja didesain.

6 Fakta ini menunjukkan bahwa guru pembimbing dan pihak sekolah yang terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan peserta didik belum secara optimal dalam memberikan layanan bimbingan karir yang sesuai dengan karakterisktik peserta didik. Padahal karakteristik yang dimiliki peserta didik di sekolah merupakan faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menyajikan informasi karir (Masdudi, 2003: 3). Hadirnya masalah-masalah karir peserta didik yang dipaparkan di atas diduga kuat terkait dengan pemanfaatan dan pemenuhan kebutuhan layanan bimbingan karir di sekolah. Penelitian ini menarik untuk dikaji karena apabila permasalahan dibiarkan begitu saja maka akan memberikan efek yang berdampak tidak baik bagi perkembangan karir peserta didik terutama dalam perencanaan karir di masa depannya. Ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Supriatna (2009:15) menyatakan bahwa kemampuan individu untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen integral dari pendidikan di sekolah diharapkan mampu memfasilitasi peserta didik untuk dapat memahami kemampuan dirinya dan lingkungan yang dapat menunjang pemahaman tentang dunia karir yang tidak muncul dengan sendirinya. Akan tetapi, peran dari guru pembimbing/ konselor dalam penyampaian layanan bimbingan karir memiliki porsi yang cukup besar dalam proses perencanaan karir peserta didik. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Peserta didik sekolah menengah pertama (SMP)/ sederajat dikategorikan ke dalam fase perkembangan remaja. Remaja mulai berpikir dan berharap mengenai perkembangan karir di masa yang akan datang, baik karir secara akademik maupun karir dalam hal pekerjaan yang baik dan mampu membanggakan. Fakta di lapangan menunjukkan ketidaksiapan peserta didik SMP dalam merencanakan karirnya (memilih kelanjutuan studi atau bekerja setelah lulus SMP) karena belum optimalnya informasi yang diterima oleh peserta didik. Fenomena ini mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap kondisi diri serta

7 lingkungan. Sebuah kebimbangan akan arah hidup, membuat remaja harus memiliki sebuah perencanaan yang matang terkait dengan tujuan hidupnya. Fokus utama dalam penelitian ini adalah membantu peserta didik dalam meningkatkan perencanaan karir yang matang. Perencanaan karir memiliki makna sebagai sebuah pengidentifikasian tujuan-tujuan karir dan penyusunan program seseorang yang berkaitan dengan pekerjaan, pendidikan, serta pengalaman-pengalaman dalam kerangka perkembangan yang akan memberikan arah, waktu, dan serangkaian langkahlangkah untuk mencapai sebuah tujuan karir yang spesifik. Dillard (1985: 2) mengemukakan bahwa perencanaan karir merujuk pada pemetaan langkahlangkah pencapaian tujuan-tujuan karir dengan sukses. Selanjutnya, individu seyogianya membuat pemetaan rencana-rencana kecil dalam meraih tujuan-tujuan karir yang telah disusun, kemudian bekerja keras untuk mengimplementasikannya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah disusun itu. Bagi peserta didik, hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kehidupannya pada masa mendatang. Oleh karena itu, penting bagi peserta didik untuk memiliki kemampuan perencanaan karir yang matang. Hasil dari perencanaan karir yang matang ialah bermuara pada keterampilan membuat sebuah keputusan secara mandiri yang merupakan tujuan dari bimbingan karir. Ini senada dengan pendapat Supriatna (2009:15) yang menyatakan bahwa kemampuan individu untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Artinya, layanan bimbingan karir diarahkan untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan perencanaan karirnya supaya peserta didik dapat terampil dalam membuat sebuah keputusan karir secara mandiri. Mengingat program bimbingan karir merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling secara keseluruhan, dan kemampuan perencanaan karir peserta didik termasuk wilayah garapan dalam bimbingan karir, intervensi yang diberikan pun berkenaan dengan aspek perencaaan karir yaitu melalui program layanan bimbingan karir. Program bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir peserta didik ini perlu dituangkan ke dalam suatu

8 program bimbingan, agar layanan yang diberikan dapat terencana, sesuai dengan kondisi peserta didik, jelas tahapan pelaksanaannya, pengorganisasian dan evaluasinya. Rumusan masalah yang dipaparkan di muka mengusung tema penelitian pada program bimbingan karir sebagai bentuk intervensi untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir peserta didik. Upaya yang ditujukan untuk memenuhi hal tersebut adalah penelitian yang dapat menghasilkan program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir peserta didik. Oleh karena itu masalah utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah program bimbingan karir seperti apa yang efektif untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir peserta didik kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Pelajaran 2012/ 2013? Rumusan masalah tersebut dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana profil kemampuan perencanaan karir peserta didik kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Pelajaran 2012/ 2013? 2. Bagaimana rumusan program bimbingan karir yang layak untuk dapat meningkatkan kemampuan perencanaan karir peserta didik kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Pelajaran 2012/ 2013? 3. Bagaimana efektifitas program bimbingan karir yang dirumuskan untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir peserta didik kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Pelajaran 2012/ 2013? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang: 1. Profil kemampuan perencanaan karir peserta didik kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Pelajaran 2012/ 2013. 2. Rumusan program bimbingan karir yang layak untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir peserta didik. 3. Efektivitas program bimbingan karir dalam meningkatkan kemampuan perencanaan karir peserta didik.

9 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun pengembangan konsep-konsep keilmuan dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, khususnya dalam bidang bimbingan karir di sekolah. Secara teoretis, manfaat penelitian ini adalah untuk memperkaya wawasan keilmuan bimbingan dan konseling dalam penggunaan program bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir peserta didik SMP. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pihak-pihak yang terkait sebagai berikut: 1. Bagi guru bimbingan dan konseling/ konselor, memberikan panduan teknis dalam pelaksanaan program bimbingan karir untuk meningkatkan kamampuan perencanaan karir siswa. 2. Hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat menjadi pertimbangan peneliti selanjutnya apabila akan mengembangkan program bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir peserta didik. E. Struktur Organisasi Skripsi Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II menyajikan konsep teoretis yang terdiri dari konsep perencanaan karir dan program bimbingan karir, penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian, terdiri dari lokasi populasi dan sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, devinisi operasional variabel, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan prosedur penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari penguraian hasil penelitian dan pembahasan temuan penelitian. Bab V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian.