LAND AVAILABILITY FOR FOOD ESTATE. Oleh : MENTERI KEHUTANAN RI ZULKIFLI HASAN, SE, MM

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN OLEH: ZULKIFLI HASAN MENTERI KEHUTANAN

O L E H : D r. I r. S u m a r j o G a t o t I r i a n t o, M. S., D. A. A D i r e k t u r J e n d e r a l P r a s a r a n a d a n S a r a n a P e r t

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.19/Menhut-II/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

RANGKUMAN HASIL RAKOR PANGAN NASIONAL, FEED INDONESIA FEED THE WORLD II JAKARTA, 26 JULI 2011

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.

PENDAHULUAN Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

Pembahasan Kebijakan Pengembangan Food Estate di Merauke

DEPUTI BIDANG USAHA INDUSTRI PRIMER 08 FEBRUARI 2012

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

LAPORAN SINGKAT RAPAT KOMISI IV DPR RI BIDANG PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERUM BULOG, DAN DEWAN KELAUTAN INDONESIA

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari

Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: PERSPEKTIF LINGKUNGAN. Mukti Sardjono, Saf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan,

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

OPTIMALISASI LAHAN PRODUKSI PERHUTANAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI KOMODITAS PANGAN

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

Nomor : S. /PHM-1/2011 Desember 2011 Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Laporan Rekap Berita Bulan November 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman kayu putih sebagai salah satu komoditi kehutanan

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

PENDIRIAN PT INHUTANI II

Oleh : Sri Wilarso Budi R

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN AGROFORESTRY UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI SEKITAR HUTAN

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

VI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 c. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs

REVITALISASI KEHUTANAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.49/Menhut-II/2011 TENTANG RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN) TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PROGRAM : PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN USAHA KEHUTANAN (Renstra Ditjen PHPL )

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

PENDAHULUAN Latar Belakang

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

Pembangunan Kehutanan

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

GRAFIK LUAS KAWASAN HUTAN INDONESIA

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

KRITERIA CALON AREAL IUPHHK-RE DALAM HUTAN PRODUKSI

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

Transkripsi:

LAND AVAILABILITY FOR FOOD ESTATE Oleh : MENTERI KEHUTANAN RI ZULKIFLI HASAN, SE, MM Jakarta Food Security Summit 2012 Feed Indonesia Feed The World Jakarta, Selasa, 7 Februari 2012

I. PENDAHULUAN Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan masalah krusial Luas Hutan Indonesia 136,89 juta ha : Hutan Konservasi seluas 23,4 juta ha, Hutan Lindung seluas 31,6 juta ha Hutan Produksi Tetap 59,1 juta ha, Hutan Produksi yang dapat dikonversi 22,8 juta ha Menyediakan bahkan memproduksi kekayaan hayati yang merupakan sumber pangan berkualitas

Potensi hutan dalam pemenuhan kebutuhan pangan adalah : 1. Sebagai penyangga sistem kehidupan (Life Supporting System) termasuk sistem pertanian pangan 2. Sebagai penyedia pangan (Forest for Food Production). Hutan menyimpan sumber pangan yang luar biasa, yaitu ; 77 jenis sumber pangan karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 75 jenis minyak dan lemak, 110 jenis biji dan buah buahan, 40 jenis bahan minuman, serta 1260 jenis tumbuhan obat.

BAB II. KEBIJAKAN KEMENHUT DALAM MEDUKUNG KETAHANAN PANGAN Dituangkan dalam PP Nomor 44 tahun 2004, tentang Perencanaan Kehutanan, dimana dialokasikan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) untuk kepentingan diluar kehutanan, seperti pangan, infrastruktur dan pemukiman.

Lanjutan... Dalam sidang kabinet, Presiden menetapkan untuk swasembada beras 10 Juta Ton pada tahun 2014. Kehutanan ditugaskan untuk menyiapkan areal seluas 200.000 hektar, tentu berdasarkan kesesuaian lahan hutan, yang akan dimintakan rekomendasi teknis dari Kementerian Pertanian, dan juga pertimbangan dari Gubernur/Bupati setempat. Selain upaya perluasan lahan, sebaiknya untuk pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan intensifikasi dan diversivikasi pangan, seperti umbi-umbian dan sagu, yang sudah dikenal oleh masyarakat di Wilayah Timur Indonesia

Lanjutan... Kemenhut juga mendukung program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) dalam bentuk penyiapan lahan. Status kawasan pada Rancangan MIFEE terdiri dari HPK seluas 1,30 juta ha dan APL seluas 0,17 juta ha.

III. Integrasi pengembangan produksi komoditas pangan Program atau kegiatan kehutanan tanpa merubah fungsi kawasan dengan model seperti tumpang sari, Pemanfaatan Lahan Bawah Tegakan (PLBT), Pengkayaan tanaman, agroforestry dan silvofishery, bahkan melalui silvo-pasture pada kawasan hutan produksi yang sudah tidak produktif.

Lanjutan... Di luar jawa, dimungkinkan dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Pembangunan HTI kedepannya diprioritaskan dengan tanaman yang dapat menghasilkan kayu, energi, sekaligus pangan, seperti HTI Sagu. Kemenhut juga mengembangkan pengusahaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) seperti pohon aren, dimana bioetanol dapat menjadi sumber energi terbarukan, sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan hidup dan ketersediaan pangan, untuk kesejahteraan masyarakat.

IV. Sinergi dan Implementasi Kebijakan Dalam Mengatasi Kerawanan Pangan 1. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yaitu suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani (salah satu BUMN Kehutanan) dan masyarakat desa hutan atau pihak yang berkepentingan. Implementasi PHBM (2002-2009) telah terbentuk 5.224 Desa PHBM dari 5.402 desa pangkuan (97 %).

Lanjutan... Produksi pangan dari program PHBM (2001-2009) Memberikan kontribusi pangan sebanyak 13,5 juta ton yang setara dengan 9,128 trilyun rupiah, berupa padi (0,86 juta ton atau setara dengan 1,193 trilyun rupiah), jagung (7,09 juta ton atau setara dengan 5,982 trilyun rupiah), kacang-kacangan (0,64 juta ton atau setara dengan 787 milyar rupiah) jenis pangan lainnya (4,96 juta ton atau setara dengan 1,165 trilyun rupiah).

2. Rehabilitasi hutan dan lahan, melalui kegiatan penanaman 1 miliar pohon. Realisasi penanaman mencapai 1,4 miliar. Kegiatan ini dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas hutan dan lahan sebagai penyangga sistem kehidupan, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk penyediaan pangan. Pohon yang ditanam selain yang memiliki fungsi ekologi seperti pohon lokal setempat dan pohon satwa, juga ditanam pohon yang memenuhi fungsi ekonomi penyedia pangan seperti sukun, durian, nangka dan sebagainya.

Seluruh kebijakan dan program prioritas ketahanan pangan dilakukan secara terintegrasi. Kebijakan tidak terlepas dari upaya pembangunan kehutanan dalam rangka mewujudkan visi Kementerian Kehutanan tahun 2010-2014, yaitu Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadilan.

Terima kasih