BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Persaingan yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah sakit terdapat banyak institusi yang padat karya dengan berbagai sifat, ciri,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan keunggulan kompetitif yang dapat menjamin kelangsungan usaha klien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Beban..., Dyah, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian saat ini menunjukkan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. harus didayagunakan agar dapat memberikan kontribusi seoptimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta didirikan karena

Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Karyawan Bank BPRS Al-Salam Cinere- Depok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyaknya tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu organisasi. Dalam setiap perusahan maupun dalam sebuah instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. tentang sumber daya manusia yang berkualitas pada dasarnya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam suatu perusahaan sumber daya manusia yang merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sutiadi (2003:6) dalam Ida Ayu dan Suprayetno (2008) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. memberdayakan karyawan agar karyawan mampu melaksanakan pekerjaan dengan. utama untuk mendorong keberhasilan suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian target yang akan dicapai secara professional (Ismirani, 2011). pada perasaan tertekan atau stres (Badiah, 2013).

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang dalam bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan

semua individu dapat bekerja dalam tim. Penilaian yang diberikan kepada Perilaku sosial dalam organisasi atau Organizational Citizenship Behaviour

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, motivasi, komitmen yang tinggi, disiplin diri, dan semangat kerja

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan memegang peranan sangat penting. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

Bussiness Ethic and Good Governence [ The Corporate Culture ] Dr. Ahmad Badawi Saluy, SE.,MM

BAB 1 PENDAHULUAN. independen sebagai pihak ketiga yaitu akuntan publik. eksistensinya dari waktu ke waktu semakin diakui oleh masyarakat bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemanusiaan dan menjadi contoh masyarakat. Seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. kerja seorang karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sangat cepat pada berbagai aspek. Organisasi dituntut untuk lebih responsif

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan (Stress) merupakan suatu tanggapan adaptif, diperantarai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam dunia kerja. Di masa pembangunan

BUDAYA ORGANISASI EFEKTIVITAS ORGANISASI. Christina Ariadne Sekar Sari, S.E., M.M. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif melalui peningkatan pengetahuan (knowlage), pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin dan mempertahankan kelangsungan

perseorangan dengan kinerja organisasi. Dengan kata lain bila kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi barang maupun jasa. Cascio (1998) menegaskan bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan permasalahan yang banyak di hadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK) mengharuskan suatu organisasi melakukan usaha peningkatan mutu dan menciptakan keunggulan kompetitif yang bisa menjamin kelangsungan hidup sumber daya manusia dan perkembangan organisasi. Globalisasi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dan memberikan dampak terhadap semua aspek kehidupan, termasuk dalam lingkungan organisasi. Dengan adanya perubahan pada lingkungan organisasi, maka hal tersebut akan memberikan dampak kepada sumber daya manusia suatu organisasi (Kendall, et al, 2000). Dampak tersebut harus menjadi perhatian suatu organisasi karena sumber daya manusia merupakan aset yang penting bagi suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Nawawi, 2006). Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi di bidang industri membawa dampak pada masyarakat secara umum, termasuk pada pegawai yang terlibat dalam organisasi. Akibatnya, pegawai memiliki tuntutan yang lebih tinggi untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Ketika individu yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut, maka akan mudah mengalami stres (Ie, 2004). Pada dasarnya setiap orang bisa mempunyai stres yang berkaitan dengan pekerjaan mereka (Luthans, 1998). Siapa saja bisa mengalami stres di tempat

kerja, termasuk pegawai negeri sipil (PNS). Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu sumber daya manusia sebagai pelaksana sistem pemerintahan di Indonesia. Pegawai Negeri Sipil pada dasarnya adalah sebagai tulang punggung pemerintah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) berperan sebagai penghubung antara negara dengan rakyat (Musanef, 1986). Oleh karena itu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan agar roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Pada lingkungan kerja, seringkali dijumpai individu atau kelompok individu yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan tuntutan lingkungan tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy pada tahun 2013, dimana kinerja Pegawai Negeri Sipil yang berada di Indonesia menempati urutan yang terburuk se-asia setelah India (asiarisk.com, 2013). Hasil survey yang menunjukkan bahwa PNS Indonesia memiliki kualitas buruk bisa jadi disebabkan oleh adanya benturan-benturan, ketegangan, tekanan atau penyesuaian dirinya yang kurang harmonis dengan lingkungan yang pada akhirnya menimbulkan stres. Sejalan dengan pendapat Sarafino (1994) yang mengatakan bahwa stres terjadi ketika individu berhubungan dengan lingkungan dan merasakan ketidaksesuaian antara tuntutan sosial dengan sumber daya biologis, fisiologis, dan sosial yang dimilikinya. Fenomena yang banyak dijumpai saat ini adalah banyaknya PNS yang tidak bekerja dengan baik. Banyak pelanggaran yang dilakukan oleh PNS yang

sering terlihat seperti tidak masuk kerja, datang terlambat, pekerjaan yang tidak diselesaikan dengan baik, dan pelanggaran lainnya (Harianterbit.com, 2013). Adanya pelanggaran yang dilakukan oleh PNS tersebut bisa jadi disebabkan adanya stres kerja yang dialami pegawai. Karena menurut Behr dan Newman (dalam Rice, 1992), ketika seseorang mengalami stres kerja maka seseorang akan menunjukkan gejala perilaku seperti menunda pekerjaan, menghindari pekerjaan, peningkatan absensi, dan sebagainya. Salah satu instansi pemerintah yaitu Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan pada prinsipnya berpijak pada prinsip mewujudkan masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri, dan sejahtera lahir batin (kemenag.go.id, 2013). Maka dengan demikian Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) sangat memperhatikan bagaimana perkembangan lingkungan organisasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai di Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan, dapat dikatakan bahwa sebagian besar stres yang terjadi di Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan adalah adanya beban tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing individu. Hal tersebut dikarenakan banyaknya tugas-tugas pokok organisasi, salah satunya apabila sudah memasuki akhir tahun dalam penyusunan laporan pertanggung jawaban kegiatan keuangan, pendataan pernikahan masyarakat, pelaksanaan haji setiap tahun, penyusunan kurikulum pendidikan, dan sebagainya. Pada dasarnya stres mempunyai dampak positif dan juga dampak negatif. Hal ini tergantung pada seberapa besar tingkat stres yang dirasakan oleh

karyawan. Tingkat stres yang rendah sampai sedang dapat mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan, karena dapat meningkatkan daya dorong atau semangat, serta menambah motivasi diri sehingga dapat meningkatkan kinerja (Gibson et al, 1996). Tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan dapat berdampak negatif, merusak, dan secara potensial berbahaya. Pada tingkat ini, stres akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan, karyawan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya, sehingga tidak mampu untuk mengambil keputusan keputusan dan perilakunya menjadi tidak teratur, dampak selanjutnya adalah menurunnya kinerja karyawan tersebut (Gibson, 1996). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam kadar tertentu stres juga diperlukan bagi seseorang untuk bisa meningkatkan kualitas pekerjaanya. Pada saat kinerja karyawan mengalami penurunan, maka pencapaian tujuan organisasi juga akan terganggu. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Steers (1985) bahwa tanpa kinerja yang baik disemua tingkatan organisasi, maka pencapaian tujuan dan keberhasilan organisasi menjadi sesuatu yang sangat sulit bahkan mustahil. Lazarus & Folkman (dalam Rhoades& Eisenberger, 2002) mengemukakan bahwa stres mengacu pada ketidakmampuan individu dalam mengatasi tuntutan dari lingkungan. Stres dapat juga didefinisikan sebagai suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (Chapplin, 1999). Gibson mengungkapkan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian individu sebagai hasil dari perbedaan-perbedaan individu atau proses

psikologis, yang merupakan konsekuensi setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologi atau fisik berlebihan kepada seseorang (Gibson, et.al, 1996). Menurut Robbins (2003), sumber stres dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu. Segala hal yang berasal dari lingkungan dan organisasi bisa menjadi pemicu stres yang dialami oleh seseorang. Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Luthans (1998) yang mengatakan bahwa pemicu stres bisa berasal dari interaksi seseorang dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya yang tidak nyaman. Menurut pendapat Ivancevich dan Donnely (dalam Luthans, 1998), stres kerja dipengaruhi oleh kondisi organisasi, seperti penetapan arah dan kebijaksanaan organisasi, perubahan strategi organisasi, dan keuangan, tuntutan kerja, tanggung jawab atas orang lain, perubahan waktu kerja, hubungan yang kurang baik antar kelompok kerja dan konflik peran (Luthans, 1998). Ketika seseorang merasakan ketidaksesuaian dan ketidaknyamanan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, maka seseorang rentan mengalami stres (Luthans, 1998) Salah satu faktor organisasi yang bisa memicu stres adalah budaya organisasi. Dikatakan bahwa untuk mencapai suatu organisasi yang efektif, maka efektivitas organisasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor lingkungan yang membentuk organisasi tersebut (O Connor, 1995).Sehingga diduga budaya organisasi berpengaruh terhadap stres kerja.

Menurut Robbins (2006), budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Selanjutnya Schein (1992) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan asumsi-asumsi dasar yang dipelajari baik sebagai hasil memecahkan masalah yang timbul dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya, maupun sebagai hasil memecahkan masalah yang timbul dari dalam organisasi, antarunit-unit organisasi yang berkaitan dengan integrasi. Budaya timbul sebagai hasil belajar bersama dari para anggota organisasi agar dapat tetap bertahan. Budaya organisasi ialah salah satu unsur penting dalam sebuah organisasi (Schein, 1992). Budaya organisasi menunjukkan suatu nilai-nilai, kepercayaan dan prinsip-prinsip yang mendasari suatu sistem manajemen organisasi (Denison, 1990). Fungsi budaya organisasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan internal maupun eksternal organisasi. Dikatakan bahwa budaya organisasi yang kuat dapat membantu melancarkan aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuannya (Robbins, 2006). Budaya yang kuat merupakan kunci kesuksesan sebuah organisasi. Budaya organisasi mengandung nilai-nilai yang harus dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan bersama oleh semua individu/kelompok yang terlibat didalamnya. Budaya organisasi yang berfungsi secara baik mampu untuk mengatasi permasalahan adaptasi eksternal dan internal (Dharma, 2004). Oleh Karena itu, untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal tersebut, nilai-nilai, dan norma yang

dikembangkan dalam organisasi dapat dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota organisasi (Mangkunegara, 2005). Setiap organisasi memiliki budaya organisasi yang unik yang dapat membedakan organisasinya dengan organisasi lain (Robbins, 2006). Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan juga memiliki budaya organisasi. Berdasarkan wawancara dengan pegawai Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan maka dapat digambarkan aspek budaya organisasi yang ada di dalam Kemenag, yaitu aspek involvement (keterlibatan) dimana para pegawai diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. kemudian aspek consistency (kekonsistenan) dimana organisasi selalu memegang teguh terhadap nilai-nilai dan peraturan organisasi. Aspek adaptability (adaptabilitas) yaitu organisasi selalu memperhatikan segala perubahan lingkungan, dan organisasi selalu berusaha memperbaiki segala kekurangan untuk bisa memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat. Selanjutnya aspek mission (misi) yaitu adanya misi yang jelas dalam organisasi, yaitu salah satunya untuk meningkatkan kualitas kehidupan beragama, kerukunan umat beragama, pendidikan keagamaan, kualitas penyelenggaraan haji, dan mengelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa (kemenag.go.id, 2013). Menurut Denison (1990) untuk mencapai suatu organisasi yang efektif dibutuhkan nilai-nilai involvement (keterlibatan), consistency (kekonsitenan), adaptability (adaptabilitas), dan mission (misi). Budaya organisasi yang efektif dapat membantu beradaptasi dalam memecahkan masalah internal maupun eksternal (Robbins, 2006). Berdasarkan nilai-nilai budaya organisasi yang ada di

Kanwil kementrian Agama Medan, ketika nilai-nilai yang ada di dalam organisasi tersebut dirasakan tidak sesuai dengan individu, maka individu bisa mengalami stres. Oleh karena itu, dengan adanya budaya organisasi yang efektif, maka individu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan terhindar dari stres (Gibson, et al, 1996) Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mariani (2007) mengatakan bahwa budaya perusahaan mempunyai hubungan nyata dan negatif dengan stres kerja. Jadi dapat dikatakan dengan semakin kuatnya budaya perusahaan maka akan menurunkan tingkat stres kerja yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2010) juga mengatakan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja sehingga hal tersebut hendaklah menjadi perhatian suatu organisasi. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap stres kerja pegawai. Hal tersebut dikarenakan salah satu faktor penyebab stres adalah interaksi antara individu dengan lingkungan, dan juga individu dengan organisasi. Dalam hal ini budaya organisasi sebagai salah satu faktor organisasi dijadikan pedoman bagi karyawan dalam berperilaku di dalam organisasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melihat lebih lanjut mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja pada Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan.

B. RUMUSAN MASALAH Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, yaitu: Apakah ada pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja pegawai negeri sipil di Kanwil Kementrian Agama Medan? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja pegawai negeri serta melihat gambaran tingkat budaya organisasi dan tingkat stres kerja pegawai negeri sipil di Kanwil Kementrian Agama Medan. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam memberikan informasi di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, yaitu mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja pegawai negeri sipil di Kanwil Kementrian Agama Medan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan penelitian mengenai psikologi industri dan organisasi, sehingga hasil penelitian nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran pada organisasi, untuk mengetahui tingkat stres kerja pegawai dan mengetahui seberapa kuat budaya organisasi di Kanwil Kementrian Agama Medan. E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat penelitian baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis dan sistematika penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini Bab II : Landasan Teori Bab ini akan menguraikan kepustakaan yang menjadi landasan teori yang berkaitan dengan variable yang diteliti, hubungan antar variabel dan hipotesa. Bab III : Metode Penelitian Bab ini berisikan uraian mengenai metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti, yaitu identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, instrument yang akan digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisa data.

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.