BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering disebut multikultural, negara Indonesia dibangun dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Semboyan ini diharapkan merangkul berbagai bidang di Indonesia termasuk dalam bidang pendidikan. Hal ini sudah terlihat dan didukung dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2010 pasal 53 menjelaskan bahwa "satuan pendidikan wajib memberikan layanan pendidikan kepada calon peserta didik dan peserta didik, tanpa memandang latar belakang agama, ras, etnis, gender, status sosial, dan kemampuan ekonomi". Peraturan pemerintah ini diharapkan dapat menjadi pemersatu masyarakat Indonesia yang multikultural dari bidang pendidikan. Oleh karena itu diharapkan bahwa tidak ada lagi diskriminasi dalam dunia pendidikan. Salah satu media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan konsep multikultural dalam dunia pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal adalah salah satu sarana yang efektif untuk memupuk kembali nilai-nilai multikultural tersebut, yakni melalui pendidikan multikultural (Tan, 2006). Menurut Arifin (2012) pendidikan multikultural juga dapat dimanfaatkan untuk membina siswa agar tidak tercabut dari akar budayanya. Disisi lain pertemuan antar budaya di era globalisasi ini bisa jadi dapat menimbulkan masalah dalam bidang pendidikan. Keberagaman yang seharusnya dapat menjadi kekuatan bangsa, namun kenyataannya sangat rentan menimbulkan konflik 1

2 2 bahkan perpecahan bangsa (Gumono, 2011). Kerentanan yang dapat memicu konflik ini juga bisa terjadi dalam sekolah yang bermuatan pendidikan multikultural. Oleh karena itu, siswa perlu diberi pengetahuan yang luas tentang keberagaman, sehingga nantinya tidak menimbulkan konflik ataupun diskriminasi. Sekolah yang bermuatan pendidikan multikultural akan memiliki lingkungan yang berbeda dari sekolah umum, karena pada sekolah yang bermuatan multikultural memiliki jumlah siswa yang berasal dari berbagai etnis dan terdapat dimensi pendidikan multikultural yang diterapkan dalam lingkungan sekolah, serta perbedaan dalam fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Jika sekolah tersebut berhasil menciptakan dan menerapkan konsep multikultural di sekolahnya, maka lingkungan sekolah menjadi nyaman bagi setiap orang di sekolah tersebut, tetapi sebaliknya, jika gagal maka lingkungan sekolah bisa menjadi ancaman bagi setiap orang di sekolah tersebut terutama bagi peserta didik. Lingkungan sekolah dapat memberikan pengaruh pada berbagai hal. Salah satunya dapat berpengaruh dengan student engagement. Lippman dan Rivers (2008) mengemukakan bahwa lingkungan sekolah dapat menjadi instrumen dalam menggambarkan student engagement. Hal ini didukung juga oleh Fredricks (2004) yang menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor besar yang mempengaruhi student engagement yaitu faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal. Berbagai pengertian dan teori tentang student engagement sudah banyak dipublikasikan. Diantaranya, teori yang diungkapkan oleh Fredricks (2011) student engagement terdiri dari komponen psikologis yang berkaitan dengan rasa memiliki siswa kepada sekolahnya, penerimaan aturan yang ada di sekolah, dan

3 3 komponen perilaku yang berkaitan dengan partisipasi dalam kegiatan sekolah. Selain defenisi, terdapat juga aspek dari student engagement. Menurut Appleton (dalam Doll, 2010) aspek dari student engagement terdiri dari 2 yaitu afektif & kognitif. Aspek afektif berisi tentang interaksi antara siswa dengan guru, interaksi antara siswa dengan siswa lainnya serta siswa tersebut mendapat dukungan dari orangtuanya dalam kegiatan belajar. Dalam teorinya, Appleton (2006) menyebutkan bahwa siswa yang tinggi dalam aspek afektif ini adalah siswa yang memiliki banyak jumlah teman di sekolahnya, aktif dalam mengikuti kegiatan di sekolah dan siswa yang tidak pernah melanggar peraturan sekolah karena siswa tersebut memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap guru-gurunya. Di sisi lain, Appleton juga menjelaskan tentang siswa yang tinggi pada aspek ini adalah mereka yang berhubungan baik dengan keluarganya dan menunjukkan kepuasan terhadap keluarganya. Aspek yang kedua adalah kognitif, aspek ini lebih menggambarkan bagaimana siswa tersebut menunjukkan usaha dalam belajarnya, berusaha dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik. Dalam teorinya, Appleton (2006) menyebutkan bahwa siswa yang tinggi dalam aspek kognitif adalah siswa yang selalu mengerjakan tugas-tugas di sekolah, siswa yang memperoleh nilai tugas dan ujian yang tinggi serta siswa yang berada pada ranking kelas yang baik. Selain teori mengenai student engagement, ada juga berbagai hasil penelitian yang mendukung teori ini. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Finn dan Voelkl (1993) kepada 32 sekolah di Amerika menemukan bahwa banyaknya jumlah absensi siswa dan aturan-aturan yang terlalu ketat dapat

4 4 membuat siswa disengangement dengan sekolah. Kemudian, hasil penelitian dari Kovalik (2008) juga melakukan penelitian kepada 250 siswa/i di Amerika dan menemukan bahwa anak laki-laki lebih disengagement daripada anak perempuan dikarenakan faktor sosial dan biologis. Dalam penelitiannya ini ia menjelaskan bahwa anak laki-laki dari dasar biologisnya terlahir dengan fisik yang kuat sehingga laki-laki akan lebih aktif dan lebih mudah menjalin pertemanan, sehingga lebih mudah terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang bisa melanggar peraturan sekolah dan ini akan menyebabkan siswa tersebut disengagement terhadap sekolahnya. Selain itu ada juga hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Johnson et al. (2001) terhadap 134 sekolah yang tersebar di Amerika. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa Afrika Amerika lebih engagement daripada siswa kulit putih dan Amerika Hispanik, setidaknya dalam salah satu aspek student engagement yaitu behavior yang telah diukur. Dari hasil penelitian ini bisa dilihat bahwa terlihat fenomena yang berbeda pada tingkat student engagement yang terkait dengan perbedaan ras/etnis di sekolah yang tersebar di Amerika. Hasil penelitian ini juga menjadi dasar peneliti untuk melihat apakah sekolah yang bermuatan pendidikan multikultural di kota Medan memiliki fenomena dalam konsep student engagement. Terkait dengan sekolah yang bermuatan pendidikan multikultural, di kota Medan terdapat sekolah yang staf pengajar dan siswanya berasal dari berbagai ras/etnis. Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) merupakan sekolah yang bermuatan pendidikan multikultural. Sekolah ini terletak di Jl. Teuku Amir

5 5 Hamzah Pekan I, Gang Bakul, Medan Sunggal, Sumatera Utara. Sekolah ini sudah berdiri sejak tahun 1987 dan sudah mengemban sebuah visi untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada di dalam masyarakat, yakni kemiskinan dan diskriminasi yang merugikan masyarakat marjinal di Indonesia (YPSIM, 2012). Selain itu YPSIM juga mengemban beberapa misi. Secara keseluruhan misi tersebut sejalan dengan tujuan sekolah yang berbasis multikultural, diantaranya sekolah YPSIM menyelenggarakan pendidikan dari tingkat playgroup sampai SMA/SMK dengan dasar kurikulum nasional yang berbasis budaya, karakter dan kewirausahaan. Kemudian YPSIM juga menyelenggarakan program anak asuh silang dan berantai, menyelenggarakan pendidikan ekstra kurikuler yang membangun kebersamaan dan terakhir YPSIM berusaha menumbuhkan sikap saling menghormati antar umat beragama (YPSIM, 2012). Program yang dibentuk oleh YPSIM ini merupakan usaha untuk menghilangkan diskriminasi dari berbagai perbedaam yang ada di sekolah tersebut dimana sekolah tersebut berbasis multikultural yang terdiri dari berbagai suku dan agama. Selain program yang disebutkan di atas, YPSIM menyediakan 5 rumah ibadah dari berbagai agama dan letaknya saling berdekatan di dalam kawasan sekolah (YPSIM, 2012). Hal ini membuktikan bahwa sekolah YPSIM memberikan hak untuk menjalankan agama masing-masing kepada siswa, guru dan orang-orang yang berada di ruang lingkup sekolah tanpa adanya diskriminasi. Hal ini juga sejalan dengan salah satu dimensi dari multikultural yang dikemukakan oleh Banks (2010) yaitu pemberdayaan budaya di sekolah yang memiliki gagasan bahwa sekolah harus menciptakan budaya sekolah yang

6 6 memberdayakan siswa dari beragam kelompok, ras, etnis dan budaya. Yayasan Perguruan Sultan Iskanda Muda membuat suatu model pembelajaran bermuatan multikultural dengan menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dimana didalamnya bermuatan nilai multikultural seperti, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras dan ulet, kreatif dan mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, nasionalisme, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan kesejahteraan, tanggung jawab, kesetaraan gender, dan pluralism (YPSIM, 2012). Nilai nilai tersebut sejalan dengan dimensi pendidikan multikultural yang dikemukakan oleh Banks (2010) yaitu integrasi konten, proses penyusunan pengetahuan, menurunkan prasangka, kesetaraan pedagogi, dan pemberdayaan budaya di sekolah. Untuk melihat apakah student engagement tergambar dalam sekolah yang bermuatan pendidikan multikultural, dalam hal ini adalah SMA Sultan Iskandar Muda Medan, maka peneliti melakukan wawancara terhadap salah seorang guru dan beberapa orang siswa di sekolah tersebut.wawancara berikut ini terkait dengan kelebihan dan kekurangan dari sekolah YPSIM : Sekolah ini sudah terkenal dengan konsep multikulturalnya, sudah sekitar 27 tahun sekolah ini berdiri, sekolah ini sudah lebih banyak perkembangan, baik dalam hal peningkatan jumlah siswa, prestasi, dan kurikulum pembelajaran berbasis multikultural. Setiap tahun juga siswasiswa YPSIM sudah memberikan prestasi yang beragam dan lebih membanggakan tidak hanya dari lingkup internal, tetapi mereka bersaing dalam lingkup eksternal, seperti mengikuti olimpiadi nasional, menjuarai beberapa perlombaan dalam bidang seni dan olahraga seperti kegiatan O2SN. Selain itu kelebihan juga bisa dilihat dari segi pembangunan. Sekolah YPSIM ini satu-satunya sekolah yang memiliki rumah ibadah lengkap sesuai dengan agama yang dianut. Terlepas dari kelebihan tersebut, pasti ada hambatan atau kekurangan yang dihadapi YPSIM, diantaranya siswa/i masih ada yang tidak taat peraturan walaupun sudah beberapa kali diperingatkan, terkadang ada beberapa siswa yang masih

7 7 tidak teratur. Contohnya seperti cabut dari sekolah, terlambat, dan ada beberapa siswa yang bermasalah dengan absensi. Masalah yang terkait dengan perilaku siswa ini menurut kami bukan hal yang ringan, karena ada beberapa siswa sampai diberikan surat panggilan orangtua karena memang perilakunya tidak bisa diperingati oleh guru-guru di sekolah lagi. (E, Komunikasi Personal 14 Agustus 2015) Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa di sekolah. Dalam hal ini fokus peneliti adalah pada siswa/i SMA YPSIM. Hasil wawancara diperoleh peneliti yang terkait dengan bagaimana respon siswa terhadap sekolahnya yang berfokus pada keadaan sekolah yang berbasis multikultural tertuang dalam kutipan berikut ini : "Sekolah disini menyenangkan kak, teman sekelasku dari berbagai suku. Mereka asik-asik, apalagi teman sebangku saya yang sukunya India, kami sudah sahabatan dari kelas 1 SMA kak sampai sekarang. Kemudian kak, disini ada hal yang gak kita temukan di sekolah lain, misalnya kalau upacara kita akan berdoa menggunakan empat agama yaitu Islam, Kristen, Hindu, dan Budha" (M, Komunikasi Personal 23 Januari 2015) "Biasa aja sih kak, tapi disini peraturannya ketat, contohnya kalau celana kuncup langsung digunting kak pinggirnya. Tapi ada uniknya juga kak yaitu temen-temen disini berasal dari berbagai suku kak, tapi kalau saya memilih kawan dekat masih nyaman kalau yang sama sukunya dengan saya kak, yaitu Tionghoa juga, alasannya karena enak aja gitu kalau kami sama-sama suku Tionghoa kak". (R, Komunikasi Personal 23 Januari 2015) Sekolah ini banyak kegiatan ekskul nya kak, saya ikut ekskul basket kak, karena teman-teman saya banyak ikut ekskul ini juga. Kemarin saat baru masuk sekolah ini saya ikut ekskul tari, tetapi di ekskul itu rata-rata yang ikut dari teman-teman suku India kak, sementara saya orang batak, saya kurang nyaman di ekskul itu, ga bisa dapat kawan yang akrab kak, kemudian pada semester selanjutnya saya pindah ke basket dan saya nyaman karena banyak teman yang satu suku sama saya di dalamnya kak, jadi lebih asyik ekskul nya kak. (C, Komunikasi Personnal, 14 Agustus 2015)

8 8 Kemudian ada juga hasil wawancara terkait dengan alasan siswa bersekolah di YPSIM : "Saya masuk ke YPSIM karena tidak lulus sekolah negeri kak, kemudian saya mendengar informasi dari saudara saya, kalau sekolah YPSIM bagus dan fasilitasnya lengkap. Setelah masuk sini memang bagus kak sekolahnya, fasilitasnya juga lengkap, bisa dilihat kak ada 5 rumah ibadah yang dibuat untuk masing-masing agama. Ekstrakulikulernya juga banyak kak dan asik- asik, ada dari berbagai jenis olahraga, seni seperti siaran radio, vocal, melukis dll. Siswa-siswa disini juga diwajibkan ikut kegiatan ekskul kak, jadi satu kelas pasti kami ikut ekskul smua kak. Tidak ada yang tidak mengikuti kegiatan di sekolah kak. Kalau ada kegiatan seperti pentas seni, semua kelas harus ikut terlibat dalam acara itu kak. Asik lah kak sekolahnya. (Y, Komunikasi Personal 23 Januari 2015) "Saya bersekolah di sini karena memang kemauan saya kak, kebetulan rumah saya dekat dari sini, dan warga sini juga sering bilang kalau sekolah ini bagus kak, dari kedisiplinannya dan saling menghargainya itu kak tinggi disini, siswa-siswanya dari berbagai suku kak, tapi semua dilakukan setara kak, baik di kelas maupun pada kegiatan-kegiatan sekolah, misalnya pada acara besar keagamaan, tidak ada larangan buat yang berbeda agama untuk melihat ataupun ikut dalam perayaan hari keagaamaan itu kak. Di dalam kelas juga tidak ada guru-guru yang lebih menyayangi siswa dari salah satu suku, semuanya disamakan kak. ( L, Komunikasi Personal 23 Januari 2015) Dari hasil wawancara di atas, dapat dilihat bahwa sekolah YPSIM sendiri sudah memiliki banyak kelebihan terutama dalam sistem pembelajaran yang sudah berbasis multikultural yang didukung oleh fasilitas yang lengkap seperti terdapat 5 rumah ibadah yang dibangun dalam lingkungan sekolah. Kemudian, kelebihan juga terlihat dari prestasi-prestasi siswa yang semakin meningkat baik dalam lingkup internal dan eksternal. Selain memiliki beberapa kelebihan, sekolah YPSIM juga masih tetap menghadapi beberapa kekurangan, diantaranya masih ada beberapa siswa yang belum bisa mematuhi peraturan sekolah dengan baik dan ada beberapa siswa yang belum menunjukkan interaksi sosial yang baik

9 9 di antara teman yang berbeda suku, hal ini dapat memicu munculnya masalah dalam lingkungan sekolah yang bermuatan multikultural seperti yang dijelaskan sebelumnya. Selain wawancara, peneliti juga melakukan survey kecil kepada 30 siswa/i di YPSIM. Survey ini berisi 15 pernyataan mengenai keadaan siswa tersebut di lingkungan sekolah. Hasil menunjukkan adanya perbedaan dari beberapa siswa. Secara keseluruhan dari 30 siswa menunjukkan perasaan puas terhadap sekolah YPSIM. Hal ini bisa terlihat dari ada beberapa siswa yang tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di sekolah, kemudian beberapa siswa menunjukkan bahwa bersekolah di YPSIM merupakan pilihan dirinya sendiri dan mengatakan bahwa mereka menyukai lingkungan sekolah YPSIM. Selain itu survey juga menunjukkan ketidakpuasan dari beberapa siswa terhadap YPSIM. Hal ini terlihat dari beberapa siswa mengakui bahwa peraturan sekolah terlalu ketat, beberapa siswa sering datang terlambat ke sekolah. Dimana seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa peraturan yang terlalu ketat akan menurunkan tingkat student engagement siswa terhadap sekolahnya. Selain itu ada beberapa siswa mengakui bahwa ia lebih ingin berinteraksi dan berkegiatan dengan teman yang berasal dari suku yang sama. Informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara dan hasil survey ini dikaitkan dengan aspek student engagement yang sudah dijelaskan sebelumnya sehingga tergambar fenomena student engagement dari aspek afektif dan kognitif. Selain fenomena yang tergambar dari hasil wawancara dan survey yang telah dilakukan peneliti, terdapat juga penelitian sebelumnya di SMA Sultan

10 10 Iskandar Muda Medan yang dilakukan oleh Susy (2014). Penelitian ini berisi tentang gambaran sikap siswa SMA terhadap pembelajaran bermuatan pendidikan multikultural. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, sikap siswa SMA YPSIM terhadap pembelajaran bermuatan multikultural berada pada kategori positif. Hal ini merupakan suatu bentuk penilaian ataupun evaluasi siswa terhadap pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai multikultural ke dalam kurikulum yang diajarkan guru di sekolah. Pada penelitian ini evaluasi siswa tersebut lebih dominan kepada penilaian positif (memihak) dibandingkan penilaian negatif (tidak memihak). Sikap terdiri dari 3 komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen kognitif (cognitive), afektif (affective), dan konatif (conative) (Azwar, 2013). Dapat dilihat dari komponen sikat tersebut, ada 2 komponen yang sama dengan aspek dari student engagement yaitu, aspek afektif dan kognitif. Hasil penelitian ini semakin menambah beragamnya fenomena yang tergambar dari SMA Sultan Iskandar Muda. Sehingga pada akhirnya peneliti dapat menggambarkan student engagement di sekolag tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimana gambaran student engagement siswa SMA di sekolah bermuatan multikultural yaitu SMA Sultan Iskandar Muda. B. RUMUSAN MASALAH Peneliti mencoba merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu :

11 11 Bagaimana gambaran dari student engagement pada siswa yang bersekolah di sekolah bermuatan multikultural (Studi kasus SMA Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda)? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui gambaran student engagement pada siswa yang bersekolah di sekolah bermuatan multikultural (Studi kasus SMA Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda). D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam memberikan informasi dan perluasan teori di bidang psikologi pendidikan, yakni mengenai konsep student engagement. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan penelitian di bidang psikologi pendidikan, sehingga hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penunjang untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat: a. Memberikan informasi ilmiah kepada para profesional, terutama para tenaga pendidik yang berada di lingkungan sekolah tentang gambaran student engagement siswa/i nya. Sehingga nantinya diharapkan pihak sekolah dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mempertahankan ataupun meningkatkan student engagement siswa di sekolahnya.

12 12 b. Untuk Siswa/i SMA Sultan Iskandar Mudan Medan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan suatu gambaran tentang student engagement yang mereka miliki. E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bab I - Pendahuluan Pada bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 2. Bab II - Landasan Teoritis Pada bab ini berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, antara lain teori mengenai student engagement, pendidikan multikultural dan deskripsi SMA Sultan Iskandar Muda Medan. 3. Bab III - Metode Penelitian Berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang berisikan tentang identifikasi variabel, definisi operasional variabel, subjek penelitian, jenis penelitian, metode dan alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian serta metode analisis data. 4. Bab IV- Analisa Data dan Pembahasan Berisikan mengenai gambaran umum dan karakteristik dari responden penelitian, serta penggunaan analisa statistik dalam menganalisis data. Pada bab ini pula dibahas mengenai interpretasi data yang kemudian diuraikan ke dalam pembahasan.

13 13 5. Bab V - Kesimpulan dan Saran Bab ini menguraikan kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian serta saran penelitian yang meliputi saran metodologis dan saran praktis.

BAB II LANDASAN TEORI. dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang

BAB II LANDASAN TEORI. dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang BAB II LANDASAN TEORI A. STUDENT ENGAGEMENT 1. Definisi Student Engagement Menurut National Research Council dan Institute of Medicine (2004), dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya, pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana yang dilakukan untuk mengubah perilaku individu, agar dapat mencapai potensi terbaik dari dalam diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. SIKAP 1. Definisi Sikap Sikap atau attitude dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin yaitu aptus. Kata ini memiliki arti fit atau siap untuk beraksi. Jika mengacu pada definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dimensi, yaitu behavioral engagement (partisipasi, tidak adanya perilaku yang

BAB II LANDASAN TEORI. dimensi, yaitu behavioral engagement (partisipasi, tidak adanya perilaku yang BAB II LANDASAN TEORI A. STUDENT ENGAGEMENT 1. Definisi Student Engagement Fredricks, dkk (2004) mendefinisikan student engagement melalui tiga dimensi, yaitu behavioral engagement (partisipasi, tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. School Connectedness 1. Definisi School Connectedness Definisi school connectedness masih berkembang hingga saat ini. Secara umum school connectedness dijelaskan sebagai tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertajam keterampilan yang dimiliki serta menjalin pertemanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempertajam keterampilan yang dimiliki serta menjalin pertemanan dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga formal yang memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peranan tersebut berupa kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga sebagai alat mobilitas vertikal ke atas dalam golongan sosial. Konsep mengenai pendidikan

Lebih terperinci

GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN)

GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN) GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia secara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan pemahaman umum mengenai seberapa senang seseorang akan kehidupannya sendiri atau secara formal merupakan tingkat dimana seseorang menilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu objek (Azwar, 2010). Sikap (attitude) ialah pernyataan evaluatif, baik yang

BAB II LANDASAN TEORI. suatu objek (Azwar, 2010). Sikap (attitude) ialah pernyataan evaluatif, baik yang BAB II LANDASAN TEORI A. Sikap 1. Definisi Sikap Sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Sebuah efek langsung pendidikan adalah mendapat pengetahuan. Pendidikan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran, pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat membantu siswa dalam mempelajari serta memahami suatu materi yang disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu. Ragam budaya Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan (Kartono, 2007). Pendidikan di Indonesia diatur dengan jelas pada pasal

Lebih terperinci

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA NILAI INDIKATOR 7 9 10-12 Religius: Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama dianutnya, Toleran terhadap pelaksanaan ibadah

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, relevansi pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Persaingan yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Persaingan yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK) mengharuskan suatu organisasi melakukan usaha peningkatan

Lebih terperinci

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan fenomena universal yang dapat kita temui disetiap kehidupan manusia. Eksistensi agama telah ada sejak lama, bahkan sejak zaman prasejarah. Pada zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dan berpotensi tinggi untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak. mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan.

I PENDAHULUAN. pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak. mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini era globalisasi semakin terasa, terkhusus di Negara Indonesia. Era globalisasi sudah berpengaruh dalam semua bidang, terutama dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

Bagan 1.1 : Skema Kerangka Pemikiran

Bagan 1.1 : Skema Kerangka Pemikiran Keluarga Teman sebaya Sekolah (SMA X Bandung) melalui Pendidikan Agama Islam (PAI), Tafsir, dan Tauhid Akhlaq Value Autonomy Tinggi Siswa/i Kelas III SMA X Bandung Value Autonomy Siswa/i Kelas III SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah unik. Hal ini terjadi karena manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berbeda-beda, baik secara budaya, latar belakang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 92 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Setelah penulis menyampaikan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul Pemahaman Nilai-nilai Multikultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengemukakan bahwa: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Identitas pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dan dipakai oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Identitas pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dan dipakai oleh para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Identitas pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dan dipakai oleh para Teolog abad pertengahan, para filsuf seperti Locke dan Hume, matematikawan, dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam setiap dunia pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar adalah motivasi siswa. Pintrich dan Schunk (2002) mengatakan bahwa motivasi memiliki peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN 2008/2009

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN 2008/2009 PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN 2008/2009 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi menghilangkan jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini menjadikan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara padu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multi kultural dan multi etnis. Keberadaan etnis Cina di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5. Secara umum etnis Cina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan bahasa (Kushartanti, 2005). Bahasa sangat diperlukan sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan bahasa (Kushartanti, 2005). Bahasa sangat diperlukan sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa adalah salah satu kemampuan dasar dan alamiah yang dianugerahkan pada umat manusia. Umat manusia tidak akan mungkin mempunyai budaya atau peradaban yang didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi yang berpengaruh pada bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi yang berpengaruh pada bidang-bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya globalisasi yang berpengaruh pada bidang-bidang kehidupan, maka Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari. Karena melalui komunikasi seseorang dapat tumbuh dan belajar, menemukan kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sekitar kita. Permasalahan yang terkait dengan asusila,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. MA Xaverius Kota bukittinggi. kesimpulan sebagai berikut: 1. Usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Nilai Karakter yaitu

BAB V PENUTUP. MA Xaverius Kota bukittinggi. kesimpulan sebagai berikut: 1. Usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Nilai Karakter yaitu BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan analisis yang penulis lakukan tentang usaha guru PAI dan Kepala Sekolah dalam membina nilai karakter pada siswa MA Xaverius Kota bukittinggi.

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA

PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan aspirasi yang berbeda-beda satu sama lain tetapi memiliki kedudukan setara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan aspirasi yang berbeda-beda satu sama lain tetapi memiliki kedudukan setara, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis adalah menampilkan sikap yang menghargai kemajemukan perbedaan suku, ras,

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab V dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. 6.1 Simpulan Memperhatikan rumusan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan kualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas Sumber

PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan kualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas Sumber PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya di dunia yang ditandai dengan melimpahnya Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM). Dilihat dari letak

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 207 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab V ini peneliti akan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab lima ini merupakan kesimpulan dari hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

SEMANGAT KERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DI SMK NEGERI KECAMATAN LUBUK BASUNG

SEMANGAT KERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DI SMK NEGERI KECAMATAN LUBUK BASUNG SEMANGAT KERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DI SMK NEGERI KECAMATAN LUBUK BASUNG Novlinda Santi Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini sering disebut anak prasekolah, memiliki masa peka dalam perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah,

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, 1 1. PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP I. IDENTITAS 1. Nama Sekolah : 2. Mata Pelajaran : PKn 3. Materi Pokok : Globalisasi 4. Kelas/Program : XII 5. Pertemuan Minggu ke : 16 dan 17 6. Alokasi Waktu : 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan budaya yang beraneka ragam, hal ini menjadi nilai tersendiri bagi Indonesia. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang 16 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang memiliki karakteristik negara multietnik, yaitu negara yang memiliki beberapa etnis sebagai masyarakatnya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2). BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang beragam, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, ataupun kelompok etnis. Keragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan tentang bentuk-bentuk. kerjasama guru dan orang tua dapat disimpulkan, sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan tentang bentuk-bentuk. kerjasama guru dan orang tua dapat disimpulkan, sebagai berikut: 139 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan tentang bentuk-bentuk kerjasama guru dan orang tua dapat disimpulkan, sebagai berikut: 1. Kerjasama guru dan orang dalam pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk siap menjadi tenaga terampil dan pandai matematika melalui penerapan

BAB I PENDAHULUAN. untuk siap menjadi tenaga terampil dan pandai matematika melalui penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang telah berkembang pesat di negara-negara maju. Matematika dianggap penting karena menjadi dasar ilmu dalam

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERAN GURU DALAM MENANAMKAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR (Studi Kasus Semua Guru Selain Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Colomadu, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Dengan berkembangnya jaman, pendidikan turut serta berkembang. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.

Lebih terperinci