Tentang Pameran IIMelihat/Dilihat"

dokumen-dokumen yang mirip
PAMERAN KARYA PENGAJARSENI RUPA 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

"ELUAS BENTANG. Pengantar Kuratorial Asikin Hasan. 9 sedikit sekali. Semua semata-mata tersebab oleh populasi perupa di pelbagai provinsi memang tidak

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

SELASAR SENI RUPA KONTEMPORER DI SURAKARTA (Penekanan Desain Arsitektur Morphosis)

BAB V PENUTUP. Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam. memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

. ' Dari Sebuah Pengalaman Catatan: Asikin Hasan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PAMERAN (EKSPRESI DAN APRESIASI SENI KRIYA)

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

RANCAK KECAK PASOLA DI PURA LUHUR ULUWATU PERANG SAMBIL BERKUDA MEMBER OF INFLIGHT MAGAZINE OF BATIK AIR NOVEMBER 2017 NOVEMBER 2017

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang biografi seniman kaligrafi Arab Hendra. Buana dan karya seninya yang tertuang dalam tesis ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

M PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain adalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

PERAN ISI DENPASAR DALAM MENYIAPKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN MEMASUKI PASAR GLOBAL

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. adanya Undang-undang Guru dan Dosen. Guru bertanggung jawab mengantarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN MUTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA) YANG PROFESIONAL

Berbagai Catatan atas Tesis S-2 Grace Samboh PEMETAAN RUANG SENI RUPA YANG MENYATAKAN-DIRI KONTEMPORER DI BALI

2014 PENGARUH LAYANAN ADMINISTRASI TERHADAP PEMIMPIN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak banyak kewenangan pemerintah yang dilaksanakan oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan aset nasional jangka panjang, sehingga perlu

PROFESIONALITAS GURU SENI TARI: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN. Abstrak Oleh: Wenti Nuryani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, sedangkan ditinjau dari sudut pandang subjektif karir dipandang. karena seseorang menjadi tua (Wany, 2011).

MEMBANGUN BUDAYA BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB VII PENUTUP. Organisasi mahasiswa intra kampus bersifat pemerintahan (student

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang di atur dalam

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

SENI RUPA MODERN INDONESIA : ANAGLYPH 3D

Pelukis-pelukis Modern Indonesia dalam Perspektif Sosiohistoris

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUA N. mensejahterakan kehidupan masyarakat. Ketatnya persaingan dunia dengan

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya proses pembelajaran. Pendidikan nasional diarahkan untuk. masalah hidup, serta membentuk manusia kreatif dan inovatif.

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki agar mengetahui,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan, termasuk juga kegiatan perkuliahan di kelas. Proses

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tugas tersendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

kritis dalam melihat serta memahami setiap persoalan yang memantik daya kreasi. Dalam hal artikulasi, tak hanya persoalan mengatakan, tetapi terkandung unsur merumuskan. Bagaimana bisa mengatakan dan merumuskan dengan baik, kalau dalam berkarya tak memiliki dasar filosofi (konseptual) yang kuat; tanpa memiliki kekayaan referensi dan wawasan, dan tanpa sikap kritis? Seeara umum, itulah kondisi krisis yang terjadi, tanpa mengeeilkan arti peneapaian sejumlah keeil dosen yang memiliki peneapaian eemerlang, baik sebagai seniman maupun pemikir. Di tengah fakta semaeam itu, apa yang bisa dilakukan oleh para dosen seni rupa? Tak dapat dipungkiri, tak mudah untuk keluar dari krisis semaeam itu. Diperlukan usaha ekstra untuk menjadi sosok berpengaruh dalam lingkungan dosen-mahasiswa. dosen seni rupa ini memainkan perannya, terutama memainkan perannya sebagai seniman/perupa. Peran dan tanggungjawab, yang sebelumnya saya katakan demikian kompleks, tentu bukan untuk dijadikan alat permakluman. Perari "melihat" seorang dosen adalah pengandaian (dan keharusan) bahwa seorang dosen semestinya memiliki kemampuan yang titis terhadap potensi tersembunyi para mahasiswanya, kemudian mendorong dan memotivasi, serta akhirnya menunggu peneapaian demi pencapaian terbaik para mahasiswanya. Dosen yang "melihat"tentulah bukan dosen yang "sok tahu, sok kuasa, anti kritik, anti dialog, dan berujung pada sikap otoriter'; seperti sudah disebut pada awal catatan ini. Tentang Pameran IIMelihat/Dilihat" Pameran ini menarik dieermati sebagai bahan renungan; sebagai otokritik, kesempatan untuk bercermin melihat diri, (mengandaikan) melihat publik, dan kemudian dapat digunakan untuk mengukur bayang-bayang sendiri. Bagi publik, tentu saja dapat digunakan untuk melakukan konfirmasi, afirmasi dan selanjutnya menagih peran-peran para dosen ini sesuai kapasitas yang seharusnya dimiliki. Peserta pameran ini dijaring dari aplikasi terbuka, kemudian tim kurator bekerja berdasarkan data yang dikirimkan para calon. Terjaring 122 proposal dari 31 perguruan tinggi - baik perguruan tinggi seni seperti 151 atau STSI, maupun universitas yang memiliki jurusan seni rupa - dari seluruh Indonesia. Akhirnya terpilih 74 buah karya, dari 74 orang pengajar, berasal dari 31 perguruan tinggi. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, grafis, instalasi, fotografi, dan seni video. Tajuk "MelihatiDilihat" mengisyaratkan posisi seorang dosen - dalam memainkan perannya - baik sebagai 'dosen yang seniman' atau 'seniman yang dosen'. Dari perspektif manapun dan apapun untuk memaknai pameran ini, yang pasti hasrat utamanya adalah "ingin memeriksa dengan seksama" bagaimana para Sebaliknya, dosen yang "melihat" adalah dosen yang "terbuka, egaliter dengan tetap berpegang pada aturan permainan yang disepakati, merangsang dikembangkannya kritik melalui dialog terbuka, tidak khawatir berbeda dengan mahasiswanya (atau dengan sejawatnya), dan berujung pada sikap demokratis". Dosen yang demikian itu menyadari, bahwa akses terhadap informasi demikian terbuka, dan sedemikian cepat menghampiri siapapun yang rajin dan tekun memanfaatkan akses tersebut. Kini terbuka ruang belajar yang demikian luas, jauh, dan dalam di mana-mana. Sementara itu, dosen yang memiliki kesadaran "dilihat'; adalah mereka yang menyadari bahwa dirinya adalah sang motivator, atau menjadi sang teladan, baik bagi mahasiswa, bagi sejawat, atau bahkan bagi masyarakat luas. Karena itu, ia selalu berada dalam kondisi "siap" untuk "dilihat"; terus berkarya, mengasah kemampuan, memperluas dan mempertajam wawasan, dan sensitive terhadap gejala kemapanan. la selalu eepat tanggap, dan bersikap subversive terhadap dirinya sendiri. "Melihat/Dilihat" seperti peristiwa dalam mal; ketika seseorang mendatangi mal/pusat perbelanjaan modern di kota-kota besar, dalam dirinya terdapat setidaknya dua hasrat, yakni untuk melihat (Iihat) dan dilihat. la adalah subje~ sekaligus objek. 12 13

Terlebih lagi,dengan mengutip pendapat Chua Beng-Huat, bahwa "... toko serba ada dan pusat perbelanjaan kini telah naik status menjadi istana impian atau katedral bagi budaya konsumen kontemporer". "MelihatiDilihat" juga dapat dimaknai, menurut Chua, setara dengan ungkapan to see and be seen - cuci mata sambil ngeceng. Itulah sihir mal. Dosen/tenaga pengajar analog dalam posisi dan pusaran dunia mal semacam itu. Namun, perjalanan menuju hingga berada dalam mal, sesungguhnya adalah berada dalam jalan dan ruang asketik; apakah ia - sang dosen itu - memiliki kemampuan dan pengetahuan yang pantas dan laku dipertukarkan di ruang mal (baca: di ruang institusi pendidikan di mana dia berada, maupun di dunia seni rupa). Semestinya, dosen memiliki kesadaran untuk membangun ruang asketik bagi pencapaian karier, prestasi, dan reputasinya. Akan tetapi ruang asketik ini digerogoti oleh kembimbangan dalam menentukan sikap atau pilihan, karena alasan-alasan yang sudah dikemukakan pada bagian awal catatan ini. Maka yang terjadi bukannya mendapatkan ruang asketik, tetapi justru ruang bimbang. Kini saatnya mempertanyakan; apakah dirinya menjadi subjek sekaligus objek yang signifikan, atau sekadar figuran di dalam dinamika 'mal'. Itulah pertanyaanpertanyaan reflektif yang dihasratkan muncul dari peristiwa pameran ini. /-, \ Catatan: 1 Sebutan 'perguruan tinggi seni rupa' pasca berfusinya STSRI "ASRI"Yogyakarta bersama ASTI dan AMI menjadi 151 Yogyakarta pad a tahun1984, sudah tidak ada lagi yang spesifik sebagai pendidikan tinggi seni rupa, kecuali yang kemudian pada sekitar akhir tahun 1990an bermunculan pendidikan tinggi seni rupa yang diselenggarakan oleh institusi swasta. Kini di bawah Ditjen Dikti, Kemendikbud, dikenal sebutan Perguruan Tinggi Seni terdiri atas 151 Yogyakarta, 151 Denpasar, 151 Surakarta, 151 Padang Panjang, IKJ Jakarta, Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya, dan STSI Bandung. Kemudian terdapat FSRD ITB yang memiliki sejarah panjang, dan sejumlah fakultas di berbagai Universitas (dulu IKIP), yang memiliki jurusan pendidikan seni rupa seperti di UNY, UNJ, UPI, UNES, UNESA, UNIMED, UNM, dll. 2 Tentang hal ini, sesungguhnya kita dapat melihat sejumlah contoh, dengan menyebut nama-nama generasi awal para dosen yang cemerlang meraih reputasi sebagai seniman, seperti Fadjar Sidik, Widayat, Edhi Sunarso, But Muchtar, G. Sidharta Soegijo, Wardoyo, Mochtar Apin, A. Sadali, Srihadi Soedarsono, A.D. Pirous, Sun Ardi, Y. Eka Suprihadi, Herry Wibowo, Sunaryo, Nyoman Gunarsa, termasuk generasi berikutnya seperti Suwaji, Subroto Sm, Aming Prayitno, Setiawan Sabana, Sudarisman, Edi Sunaryo, Anusapati, Tisna Sanjaya, Agus Kamal, dan beberapa lainnya dari generasi yang lebih muda misalnya Asmudjo J Irianto, San san, Willy Himawan, Bambang 'Toko'Witjaksono, Dikdik Syahyadikumulah, Nano Warsono, dan Andre Tanama. Perbincangan terkait ini dapat dibaca artikel Asikin Hasan pada Katalog ini. 3 Kajian menarik terkait mal, baca lebih jauh artikel Chua Beng-Huat, Tubuh di Mal; Pamer, Bentuk, Keintiman, dalam Jurnal Kebudayaan Kalam, No. 15, Tahun 2000. Pameran ini, sebagai langkah awal, sesungguhnya masih demikian terbuka dan cenderung agak longgar dalam menetapkan kriteria. Hal ini juga disebabkan oleh kehendak untuk memetakan (maping) sejauh dan seluas apa sesungguhnya potensi para dosen yang mengajar seni rupa di berbagai perguruan tinggi di Indonesia ini. Sekali lagi, inilah saatnya para dosen merenungi posisi "MelihatiDilihat'; dan saatnya pula publik menagih tanggung jawab dan peran-peran para tenaga pengajar yang seharusnya mereka pikul. 14 15

Peran Ganda Pengajar dan Seniman Catatan: Citra Smara Dewi dengan peran, tugas, dan tanggungjawab sangat penting dalam mew~judkan tujuan pengajaran nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yang meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan Terdapat fenomena menarik ketika kita membicarakan tentang eksistensi pengajar seni rupa, betapa tidak, ditengah "ketat"nya kebijakan pemerintah melalui Beban Kerja Dosen (BKD) yang meliputi bidang pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat, seorang pengajar seni rupa juga produktif dalam berkarya. Kondisi yang acapkali terjadi adalah bagaimana membagi waktu antara dua tuntutan tersebut, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan dosen yang professional, dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. /. I sehingga kedua tanggungjawab tersebut dapat saling mengisi dan menguatkan. Bagi beberapa pengajar situasi tersebut merupakan persoalan dilematis yang perlu dikritisi. /~.. \ Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam hal ini Kemendiknas, memang saat ini terdapat ketentuan dimana seorang pengajar, khususnya dosen tetap harus memenuhi Beban Kerja Dosen Persoalan dilematis antara peran ganda menjadi pengajar dan seniman merupakan wacana yang perlu dibicarakan terutama berdasarkan pengalaman dari beberapa perguruan tinggi. Secara factual terdapat beberapa kasus di Perguruan Tinggi, dimana beban kerja administrasi sebagai pengajar yang berat justru membuat seniman tidak mempunyai waktu untuk berkarya, (BKD) yang cukup padat yaitu memenuhi 12-16 sks, yang terdiri dari pengajaran, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Lalu bagaimana seorang pengajar mensiasati kondisi terse but?, disatu sisi harus menjadi pengajar professional dengan beban administrasi, namun disisi yang lain tetap harus produktif berkarya. kemudian memilih sebagai seniman profesional, ketimbang menjadi seorang pengajar. Begitu pula beberapa nama pengajar dari perguruan tinggi lain, yang awalnya pernah produktif berkarya, kini tak terdengar lagi, tenggelam dalam bidang pengajaran. Di berbagai perguruan tinggi, BKD memang tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik, berdasarkan data bisa dipastikan bahwa pengajar yang sangat produktif berkarya dan a~tif mengadakan pameran baik kelompok dan tunggal, maka rapot untuk BKD terbilang kurang bagus bahkan ada Seberapa besarkah beban menjadi seorang pengajar, sehingga Beban Kerja Dosen (BKD) yang telah menjadi ketetapan Dikti Kemdiknas seolah menjadi hal yang merisaukan? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, coba kita kutip profesi pengajarl dosen menurut Dikti, yaitu Dosen adalah salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pengajaran di perguruan tinggi yang memiliki rapot merah. Namun bagi pengajar yang sangat tekun memenuhi BKD, patut dipertanyakan komitmennya dalam berkarya. Meskipun data tersebut masih perlu dikaji ulang namun secara factual terjadi di beberapa perguruan tinggi seni, terlebih bagi pengajar yang kemudian menduduki jabatan struktural dimana beban administrasi semakin banyak. 16 17

yang sangat tinggi dari seorang pengajar. Berbagai konsekuensi Seniman dan pekerjaan administrasi selama ini bagai dua sisi dijalanin dengan sangat baik, yaitu memenuhi BKD sesuai mata uang, banyak seniman yang menghindari profesi sebagai peraturan dan kebijakan pemerintah dalam bidang pengajaran, pengajar karena terdapat kekhawatiran tidak mempunyai waktu namun juga masih mempunyai waktu dan komitmen untuk terus berkarya. Terdapat kasus menarik ketika awal-awal pendirian berkarya serta melakukan pameran secara berkala baik kelom pok IKJ pada tahun 1970, yang dulu bernama Lembaga Pengajaran maupun pameran tunggal. Terdapat beberapa nama pengajar Kesenian Jakarta (LPKJ), t idak ada satu pun seniman yang yang termasuk dari kategori ini, terutarna dari perguruan tinggi bersedia diangkat sebagai Ketua Akademi (sa at ini sejajar dengan seni berbasis seni rupa, baik dari 151 Yogyakarta, ITB, IKJ, lsi Dekan). Sekedar menoleh sejarah bahwa karena keterbatasan Denpasar dan sebagainya, (2) Menjadi Pengajar dan senimanl pengajar dalam bidang seni rupa, maka LPKJ didirikan oleh desainer sekedar memenuhi kewajiban berkarya. seniman-seniman otodidak antara lain Nahar, Oesman Efendi dan Zaini. Pada kategori ini seorang pengajar tetap berkarya namun tidak sepenuhnya memiliki komitmen sebagai seniman professional, Meskipun saat itu terdapat beberapa nama seniman yang berkarya dan mengikuti pameran jika secara kebetulan dilibatkan diajukan sebagai calon Ketua Akademi Seni Rupa, yaitu Affandi dalam sebuah kelompok seniman dan tidak perlu memiliki /. I dan Rusli, namun keduanya menolak dengan alasan ingin fokus kepada profesi sebagai seniman. Sampai akhirnya seorang /- I mimpi mengadakan pameran tunggal, (3) Menjadi pengajar dan penulis/kritikus/kurator profesional. Terlepas dari konteks pengajar yang juga seniman yaitu Po po Iskandar yang sa at itu permasalah yaitu peran ganda menjadi pengajar dan seniman, tinggal di Bandung, bersedia ditunjuk sebagai Ketua Akademi terdapat realitas yang tak boleh diabaikan, yaitu profesi pengaj ar Seni Rupa LPKJ pertama tahun 1970. Hal tersebut merupakan dalam bidang kajian atau penulisan. salah satu pot ret realitas, bahwa pekerjaan sebagai pengajar atau menjadi pejabat struktural dengan berbagai beban kerja Profesi ini mempunyai peran yang tak kalah penting, mengingat administrasi, kadang dihindari seorang seniman. diperlukan juga kompetensi dan keahlian yang tidak mudah. Meskipun bukan bermaksud melegitimasi, bahkan tidak mung kin Meskipun pada perkembangan berikutnya, terdapat kesadaran dalam waktu yang bersamaan memiliki kemampuan yang sa ma yang jauh lebih baik dari pengajar yang juga sebagai seniman, yaitu sebagai seniman dan penulis/kritikus/kurator, namun secara untuk berbesar hati dan penuh komitmen mengabdi baik kepada factual terdapat beberapa nama penulis/kritikus/kurator yang alma mater maupun salah satu Perguruan Tinggi yang menjadi dikondisikan harus memilih antara dua pilihan tersebut. Sebut pilihan sebagai home base. Terdapat beberapa nama pengajar saja Sudarmadji, Agus Dermawan, Jim Supangkat, pada awalnya yang tetap mempunyai komitmen tinggi sebagai seniman sempat berkarya, namun pada satu titik harus memutuskan professional, terlibat pada pameran ini. sebagai penulis/kritikus/kurator. Mengkritisi persoalan peran ganda antara menjadi pengajar dan Menjadi seniman atau penulis memang sama-sama diperlukan seniman dan menyorot persoalan yang terdapat pada perguruan sikap profesional dan komitmen yang tinggi, sehingga kedua tinggi, setidaknya terdapat tiga kategori pengajar dengan pilihan tersebut harus mendapat apresiasi yang seimbang. berbagai varia bel, yaitu : (1) Menjadi Pengajar dan Seniman profesional, pada kategori ini terdapat komitmen dan kesadaran Keduanya saling melengkapi dan memperkaya peradaban seni rupa Indonesia, keduanya saling bersinergi dalam membentuk 18 19

.), ' jati diri karya seni rupa kita. Seorang pengajar yang sekaligus sebagai seniman akan menghasilkan karya-karya senirupa baik lukisan, karya patung, seni gratis, desain, kriya, multimedia dan instalasi, sementara seorang pengajar yang juga memilih sebagai penulis akan menghasilkan karya dalam bentuk buku baik berupa hasil riset, pengamatan maupun wawancara. Sejarah dibentuk oleh kedua komponen tersebut dengan pendekatan metodologi yang berbeda. Terlepas dari tiga kategori terse but, setidaknya Pameran Karya Pengajar Seni Rupa 2013: "MelihatiDilihat" ini merupakan upaya mengcounter fenomena tersebut, bahwa dengan segala keterbatasan sebagai pengajar dan ditengah beban administrasi akademik yang cukup berat, masih terdapat beberapa pengajar yang memiliki komitmen terus berkarya. Namun kegelisahan dan kegalauan juga tersirat dibeberapa pengajar yang harus memilih antara prestasi akademik atau prestasi berkarya. Semua kembali kepada masalah pili han. tinggi seni, khususnya dari tiga kota yaitu : Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Pameran ini bukan sekedar melakukan mapping terhadap potensi dan kekuatan karya para pengajar di seluruh Indonesia, namun lebih jauh lagi merupakan konstruksi sejarah, yaitu membangun peradaban baru dalam melihat pergeseran paradigma pendidikan seni rupa yang tersirat dari karya-karya yang dipamerkan. Kita berharap dimasa mendatang karya-karya yang kita saksikan sekarang akan disimak, dibaca dan dimaknai kembali oleh jejak-jejak anak bangsa di masa mendatang. Satu hal yang perl u disada ri bersama bahwa pengajar sebagai bag ian integral da ri komponen Perguruan Tinggi, memegang peran strategis da lam pembentukan kualitas pendidikan. Pendidikan yang baik adalah yang mampu bersikap adaptif terhadap dinamika sosial budaya pada satu masyarakat, sehingga konsep sebagai agen perubahan dapat terwujud. Pameran Karya Pengajar Seni Rupa 2013: "Melihat/Dilihat'; yang baru pertama kali diadakan Galeri Nasional ini merupakan representasi dari konsep dan ideologi pendidikan masing-masing perguruan tinggi. Melalui pendekatan ide/gagasan, tema, teknik dan media, kita dapat melihat pemetaan sekaligus kekuatan masing-masing karya yang ditampilkan. Sejarah telah mencatat bahwa perkembangan seni rupa modern di Indonesia tak dapat dilepaskan dari peran Perguruan Tinggi, terutama setelah era Kemerdekaan pada tahun 1950- an. Berbagai mazhab seni rupa kemudian bermunculan mengatasnamakan sekelompok seniman jebolan pendidikan 20 2 1