BAB VII PENUTUP. Organisasi mahasiswa intra kampus bersifat pemerintahan (student
|
|
- Doddy Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VII PENUTUP Organisasi mahasiswa intra kampus bersifat pemerintahan (student government), khususnya di Yogyakarta pada kenyataannya masih menemui berbagai macam permasalahan baik di internal organisasinya maupun di eksternal organisasinya. Salah satu permasalahan yang cukup mendasar dalam diberlakukannya student government ini ialah bagaimana organisasi tersebut merespon adanya kebijakan distributif dari pihak pengelola Universitas (rektorat), khususnya dalam konteks diberikannya kesempatan Badan Eksekutif Mahasiswa untuk dilibatkan dalam pengelolaan kampus. Beberapa permasalahan yang muncul rata-rata tidak jauh dari belum diakuinya BEM sebagai salah satu organisasi yang dapat mempengaruhi kebijakan mapun peraturan pengelolaan di tataran Universitas. Mulai dari adanya distrust dari pihak rektorat hingga kurangnya kapasitas dari anggota BEM untuk duduk sebagai mitra rektorat dalam pengelolaan kampus. Tentunya kegiatan melibatkan diri ini juga sangat dipengaruhi oleh akuntabilitas dari organisasi semacam BEM tersebut. Akuntabilitas sebagai salah satu ukuran pertanggungjawaban yang digunakan dalam penelitian ini jelas dipengaruhi dari adanya pandangan bahwa BEM juga memiliki ciri sebagai organisasi publik yang merepresentasi dan melegitimasi kepentingan konstituennya, atau dalam konteks ini mahasiswa. Dengan digunakannya pendekatan principal agent theory dalam pembahasan di atas, pemetaan mengenai sejauh mana BEM dapat dinyatakan akuntabel dalam menjalankan kegiatannya 208
2 menjadi lebih mudah dipetakan. Untuk itu berdasarkan pembahasan mengenai penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah, maka dituliskan beberapa kesimpulan dan saran dari peneliti mengenai akuntabilitas BEM Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta terhadap kebijakan distributif Universitas melalui studi kasus dari berlangsungnya organisasi BEM/ DEMA dalam usaha melibatkan dirinya dalam proses kebijakan kampus Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah tertuang di dalam bab sebelumnya serta rangkuman dari beberapa poin penting mengenai fokus penelitian di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan. Akuntabilitas student government di Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta sejauh ini masih menemui banyak permasalahan. Adanya BEM sebagai wujud dari student government pada kenyataannya hanya dianggap sebagai organisasi yang dituntut sedikit melupakan fungsi dan tujuan dari keberadaannya. Terma student government sendiri pada dasarnya sudah tertuang di dalam dasar hukum dari legalitas adanya organisasi kemahasiswaan seperti layaknya BEM, yakni Permendikbud Nomor 155/U/1998. Akan tetapi permasalahan tersebut tetap terjadi dengan adanya bukti dari ketidakikutsertaan pengelola kampus untuk mengakui keberadaan BEM sebagai salah satu mitra mereka dalam konteks pengelola kampus, terutama dalam merumuskan beberapa kebijakan yang berdampak pada mahasiswa di dalam satu lingkungan universitas. Ada pun pengalaman keorganisasian BEM Perguruan Tinggi Negeri di 209
3 Yogyakarta dalam menyuarakan kepentingannya dengan duduk bersama pihak rektorat para pengelola kampus. gunakan sebagai bentuk hak suara oleh Selain itu, adanya ketidakkonsistenan aturan dari Permendikbud dengan AD/ ART Organisasi tiap Universitas hingga berdampak pada pemaknaan ganda dalam mengartikulasikan student government layaknya BEM itu sendiri. Aturan merupakan satu-satunya landasan dari suatu organisasi bekerja. Akan tetapi dalam kasus pengelolaan organisasi kemahasiswaan terutama BEM, terdapat adanya diskoneksi mengenai pola pertanggungjawaban. Adanya temuan analisis ini dibantu oleh pendekatan principal agent theory dalam membaca bagaimana agent, atau dalam penelitian ini BEM/ DEMA melakukan bentuk pertanggungjawaban. AD/ ART di setiap BEM di Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta lebih menunjukan bahwa segala bentuk program dan pekerjaan BEM dipertanggungjawabkan kepada mahasiswa sebagai pemberi legitimasi. Sementara itu, di dalam Permendikbud 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Intra Perguruan Tinggi justru lebih menarasikan bahwa segala bentuk kegiatan dari BEM dipertanggungjawabkan oleh pihak pengelola kampus. Selain itu, hingga saat ini belum ada ukuran-ukuran secara baku mengenai standar kinerja BEM dalam melibatkan diri di dalam pengelolaan kampus. Belum adanya ukuran baku ini lah yang cukup berdampak pada performa BEM selama ini yang pada akhirnya menjadi satu keresahan tersendiri, khususnya mengenai kasus 210
4 akuntabilitas organisasi yang menjadi tidak jelas. Salah satu temuan analisis yang telah ditunjukkan ialah bagaimana mahasiswa di dalam satu Universitas di mana BEM itu berada cenderung memiliki sikap apatis serta tidak percaya (distrust) dengan kinerja BEM selama ini. Tarik menarik distrust tersebut, seperti dijelaskan dalam bab sebelumnya, secara umum disebabkan karena adanya kepentingan lain selain kepentingan mahasiswa di internal kampus. Hal ini jelas berdampak pada melemahnya legitimasi BEM di mata rektorat karena BEM dianggap sebagai organisasi representasi mahasiswa. Selain itu, kejelasan mengenai mahasiswa yang dipresentasi masih jauh dari kata representatif. Hal tersebut juga dikarenakan mayoritas mahasiswa yang aktif dalam mengawal segala kegiatan BEM/ DEMA, ialah mahasiswa anggota organisasi ekstrakampus yang cenderung syarat akan kepentingan organisasinya sendiri. Isu mengenai legitimasi ini kenyataanya tidak hanya datang dari pihak mahasiswa yang diwakilkan oleh BEM, bahkan pihak rektorat kenyataannya juga kurang memberikan legitimasi terhadap BEM berdasarkan penjelasan sebelumnya. Usaha BEM dalam melibatkan diri dalam pengelolaan kampus agar dianggap sebagai satu stakeholder atau aktor dalam pengelolaan kampus masih menemui kendala legitimasi. Hal ini lebih dikarenakan fungsi yang diemban BEM cenderung mengarahkan BEM untuk terlibat aktif dalam segala isu dan permasalahan di dalam kampus. Di sisi lain, dalam menunjukan wujud pertanggungjawaban terhadap kinerjanya terkait melibatkan diri dalam isu dan permasalahan intra kampus kepada konstituennya (mahasiswa), BEM/ DEMA dalam pendekatan birokratis justru 211
5 diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan segala kegiatannya kepada pihak rektorat/ pengelola kampus. Padahal posisi BEM tidak termasuk di dalam struktur organisasi pengelolaan Universitas terkait, atau dalam kata lain BEM tidak dibawahi oleh Pihak Rektorat. Akan tetapi karena konsekuensi dari sistem pertanggungjawaban yang jauh lebih luas, yakni antara pihak pengelola Perguruan Tinggi Negeri dengan Pemerintah, BEM/ DEMA harus secara tidak langsung harus menerima bentuk ng diberikan oleh rektorat. Selain dikarenakan adanya konsekuensi dari Permendikbud 155/U/1998, hal tersebut kenyataannya lebih dikarenakan hampir seluruh sumberdaya (khususnya sumberdaya finansial dan fasilitas) yang dimiliki BEM/ DEMA ialah hasil alokasi anggaran dari pihak pengelola kampus. Beberapa permasalahan mengenai keterlibatan BEM/ DEMA dikuatkan dengan pemetaan melalui konsep tangga keterlibatan mahasiswa milik Adam Fletcher yang menunjukan bahwa selama ini mahasiswa hanya sekedar diberikan kesempatan untuk bicara saja, akan tetapi segala bentuk keputusannya tetap ada di tangan rektorat. Untuk itu, telah terbukti bahwa pada dasarnya adanya student government selama ini belum dapat dianggap sebagai mitra Universitas untuk meningkatkan kualitas, baik dalam konteks pelayanan hingga program pendidikannya. Terakhir, sebagai inti pembacaan yang dapat ditemukan melalui penelitian ini ialah terpeliharanya ketidakjelasan arah pertanggungjawaban ini membuat satu dilema tersendiri dalam konteks keterlibatan BEM/ DEMA dalam mengelola kampus. Ketidakjelasan tersebut berubah menjadi satu dilema mengenai akuntabilitas dari 212
6 ni, melalui studi akuntabilitas dengan pendekatan principal agent theory, ditemukan bagaimana kondisi BEM yang terhapit dua kepentingan, yakni kepentingan dari mahasiswa dan kepentingan dari rektorat. Kedua hal tersebut membuat arah gerak BEM justru menjadi dilematis mengingat terdapat adanya tekanan secara elektoral, yakni kepengurusannya dipilih oleh mahasiswa, sehingga BEM wajib mepertanggungjawabkan kinerjanya kepada mahasiswa; serta tekanan secara birokratis, yakni rektorat. Kedua hal ini jelas sama-sama penting mengingat posisi BEM/ DEMA di lapangan cukup resah untuk berusaha meningkatkan legitimasinya di mata kedua stakeholder tersebut. Namun, dalam konteks organisasi intra perguruan tinggi negeri yang diwakilakan oleh DEMA UIN SUKA, BEM KM UPN, BEM KM UGM, dan BEM UNY cenderung mempertanggungjawabkan segala kegiatannya, termasuk usaha-usaha untuk terlibat dalam isu dan permasalahan kampus, lebih kepada pihak rektorat, meskipun organisasi ini lebih mengatasnamakan mahasiswa sebagai principal-nya. Meski demikian, jika pihak rektorat dianggap sebagai principal, sejauh ini bentuk pertanggungjawaban BEM/ DEMA sendiri telah mencapai pada tahapan yang diinginkan oleh pihak rektorat, yakni dalam bentuk pembuatan laporan pertanggungjawaban per tahun sesuai dengan format. Berdasarkan seluruh cakupan isi, pembahasan, dan analisis dari penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah, BEM/ DEMA tingkat Universitas intra 213
7 Perguruan Tinggi Negeri dalam melaksanakan tugas dan fungsi untuk melibatkan diri dalam isu dan permasalahan kampus masih jauh dari kata akuntabel. Bahkan jika BEM/ DEMA sebagai organisasi representasi mahasiswa dianggap sebagai organisasi publik, maka organisasi publik ini mendapati suatu dilema karena harus bertanggunjawab kepada dua konstituen paling berpengaruh pada jalannya roda organisasi publik tersebut. Akan tetapi, organisasi publik ini tidak memiliki satu patokan jelas kepada konstituen mana organisasi ini harus bertanggungjawab. Meski demikian, adanya format penggunaan BEM sebagai satu wadah organisasi mahasiswa intra perguruan tinggi tetap lah berlangsung dari tahun ke tahun hingga saat ini. Pada dasarnya memang terdapat kompleksitas mengenai BEM/ DEMA jika ditinjau dari sifat-sifat student government yang hingga saat ini masih menjadi konsep ideal, apalagi jika dikaitkan dengan fungsi keterlibatannya dengan pihak kampus, serta jika ditinjau dari segi akuntabilitasnya. Pada akhirnya kesimpulan secara umum dari penelitian ini, adalah BEM/ DEMA melaksanakan pertanggungjawaban dalam menjalankan program kerja untuk terlibat dalam pengelolaan kampus kurang menganggap mahasiswa sebagai konstituennya, hingga pertanggungjawaban cenderung lebih besar ditujukan kepada pihak rektorat Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut ini merupakan saran kepada setiap individu/ kelompok yang concern terhadap isu-isu akuntabilitas organisasi serta student government organization (BEM/ DEMA), antara lain: 214
8 1. Mengevaluasi kembali adanya Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 155/U Tahun 1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Intra Perguruan Tinggi. Pasalnya peraturan ini ialah satu-satunya landasan legal yang mengisyaratkan organisasi intra kampus layaknya BEM/ DEMA merupakan organisasi otonom dan demokratis milik mahasiswa (berasaskan dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahsiswa). Selain karena peraturan tersebut cenderung out of date, di dalam pasal peraturan ini juga terdapat dua poin yang berseberangan, yakni adanya poin yang menunjukan bahwa pihak rektorat harus bertanggungjawab dengan segala kegiatan organisasi mahasiswa intra kampus dengan adanya isyarat bahwa segala asas diberlakukannya organisasi atas dasar mahasiswa itu sendiri, hingga organisasi mahasiswa intra kampus tidak berada di dalam struktur organisasi pendidikan tinggi. Kendati demikian, hal ini membuat satu kebingungan tersendiri dalam pemberlakuan organisasi intra kampus selama ini, khususnya dalam mengaktualisasikan kegiatan dan melaksanakan bentuk pertanggungjawaban kepada konsistuennya, yakni mahasiswa itu sendiri. 2. Merancang satu mekanisme tersendiri dalam rangka menggaris bawahi bahwa BEM/ DEMA sebagai organisasi representasi mahasiswa harus bertanggungjawab kepada konstituennya, yakni mahasiswa di lingkungan Universitas terkait. Misalkan, dalam mekanisme atau sistem tersebut mengisyaratkan bentuk pelaporan pertanggungjawaban kinerja mahasiswa 215
9 dengan menggunakan ruang terbuka dan mengisyaratkan jumlah kehadiran mahasiswa yang disepakati bersama. Hal ini membutuhkan satu kesadaran dari kedua belah pihak, yakni anggota BEM/ DEMA serta mahasiswa di Universitas terkait. Pasalnya, mekanisme atau sistem tersebut tidak berarti besar jika kedua belah pihak belum menyadari bahwa segala kegiatan yang dilakukan oleh BEM/ DEMA tersebut memang dilandaskan dari adanya kepentingan dari mahasiswa. Selain itu, mekanisme dan sistem tersebut tidak hanya dibebankan kepada pihak BEM/ DEMA sebagai agen yang mengartikulasikan kepentingan mahasiswa, akan tetapi pihak rektorat sebagai pengelola Universitas juga harus ikut terlibat karena memiliki legitimasi besar di dalam tataran kampus. Bentuk keikutsertaan pihak rektorat dalam pembentukan sistem ini ialah memberi masukan berupa kesadaran bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa yang sering dicap sebagai mahasiswa apatis, bahwa mengakses informasi dan ikut serta dalam mengawal kinerja BEM/ DEMA merupakan hal penting. 3. Menggeser paradigma pemerintahan di dalam organisasi mahasiswa intra perguruan tinggi ke paradigma yang mensyaratkan adanya organisasi berbentuk asosiatif. Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat terdapat kompleksitas tersendiri dalam memetakan kepentingan mahasiswa yang hingga saat ini makin beragam. Bentuk asosiatif ini sedikit memberikan keleluasaan yang lebih kepada mahasiswa di luar keanggotaan BEM/ DEMA untuk menyuarakan pendapat karena selama ini bentuk 216
10 pemerintahan dalam organisasi mahasiswa layaknya BEM/ DEMA cenderung kaku dan politis. Selain itu adanya keharusan untuk menggeser paradigma pemerintahan ini juga dikuatan dengan hasil analisis lapangan yang menunjukan bahwa mahasiswa pada saat ini justru cenderung apolitis dan memiliki sikap individualistis lebih tinggi. Untuk itu, dengan bergesernya paradigma pemerintahan dengan paradigma organisasi yang lebih asosiatif diharapkan dapat menterminasi kecenderungan mahasiswa untuk bersifat apatis. 4. Pihak rektorat perlu menggeser paradigma mereka dalam mengartikulasikan keberadaan BEM/ DEMA dari yang awalnya cenderung ke arah consumer dan client menjadi ke arah citizen. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan pihak rektorat untuk senantiasa membentuk suatu sistem dalam konteks keterlibatan BEM/ DEMA dalam mengawal isu dan pihak rektorat juga memiliki kecenderungan untuk distrust karena BEM/ DEMA seringkali dianggap sebagai penghambat proses pendidikan selama ini. Hal tersebut juga dikarenakan adanya mindset dari pihak rektorat dalam melihat mahasiswa secara umum dan BEM/ DEMA secara khusus hanya sebagai pengguna jasa pendidikan tanpa mempertimbangkan dari segi pentingnya bentuk kemitraan bersama dengan mahasiswa, khususnya dalam rangka perbaikan kualitas pendidikan. Hal ini juga dapat 217
11 dianalogikan dalam konteks adanya mekanisme pengelolaan negara oleh pemerintah yang berkejasama dengan masyarakat sipil. Analogi tersebut menjadi berarti mengingat posisi mahasiswa di sini dapat pula diisyaratkan sebagai suatu masyarakat di tataran negara dan BEM/ DEMA sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang merepresentasikan kepentingan masyarakat. 5. Terakhir, jika seluruh saran di atas masih menemui berbagai macam ganjalan berarti, maka lebih tepat jika organisasi mahasiswa intra kampus yang bersifat lebih ke arah pemerintahan layaknya BEM/ DEMA untuk dibubarkan terlebih dahulu. Hal ini menjadi sebuah saran yang paling memiliki resiko terbesar karena pada akhirnya mahasiswa tidak memiliki wadah yang legal untuk menyuarakan aspirasi, khususnya aspirasi mahasiswa dalam menyuarakan kepentingannya kepada pihak pengelola kampus. Pembubaran organisasi mahasiswa intra kampus berbentuk BEM/ DEMA lebih dipahami sebagai bentuk eksperimen apakah benar jika adanya BEM/ DEMA memiliki fungsi berarti, baik di dalam tataran keorganisasian mahasiswa atau fungsi yang dimiliki BEM/ DEMA itu sendiri. Selain itu, dengan dibubarkannya BEM/ DEMA juga memiliki beberapa advantage lainnya. Salah satunya, adalah menurut hasil penelitian lapangan, BEM/ DEMA sebagai organisasi intra kampus seringkali digunakan oleh beberapa mahasiswa organisasi ekstra kampus sebagai wadah pencarian kader organisasi ekstra kampus terkait, sehingga 218
12 menciptakan prinsip keterwakilan mahasiswa yang dimiliki BEM/ DEMA menjadi bias. Paling tidak dengan dibubarkannya BEM/ DEMA, beberapa stakeholder, baik mahasiswa, pihak pengelola kampus, atau bahkan pemerintah dapat meredefinisi ulang prinsip keterwakilan terhadap mahasiswa yang dijalankan oleh organisasi mahasiswa seperti BEM/ DEMA. 219
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEWAN MAHASISWA
ANGGARAN DASAR / ANGGARAN RUMAH TANGGA KELUARGA MAHASISWA PERIODE 2014-2015 MUQODIMAH Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat intelektual dan beriman, dituntut untuk memiliki konsep-konsep ideal dan ide-ide
Lebih terperinciAKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah Oleh Kamalia Purbani Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran Dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid
Lebih terperinci2015 PERAN SOSIALISASI POLITIK ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLIITK MAHASISWA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan insan intelektual yang akan menjadi generasi penerus bangsa di masa depan. Dalam mengembangkan dirinya, mahasiswa tidak hanya bisa memanfaatkan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
ANGGARAN DASAR Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada BAB I KETENTUAN UMUM Nama, Waktu, Tempat kedudukan, dan Lambang Pasal 1 Organisasi ini bernama Badan Eksekutif Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi kewenangan Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam pengelolaan keuangan daerah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA PERIODE FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ANGGARAN DASAR BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA PERIODE 2016-2017 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BAB I Nama, Waktu dan Tempat Kedudukan Pasal 1 Nama Organisasi ini bernama Badan Eksekutif
Lebih terperinciDRAFT PERATURAN KELEMBAGAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I KETENTUAN UMUM
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEWAN MAHASISWA Sekretariat : Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126 DRAFT PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan tertinggi, mempunyai perspektif luas untuk bergerak diseluruh aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan golongan masyarakat yang mendapatkan pendidikan tertinggi, mempunyai perspektif luas untuk bergerak diseluruh aspek kehidupan serta merupakan
Lebih terperinciAD/ART KM UGM PEMBUKAAN
AD/ART KM UGM PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan Republik Indonesia harus diisi dengan kegiatan pembangunan yang bervisi kerakyatan sebagai perwujudan rasa syukur bangsa Indonesia atas rahmat Tuhan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas
Lebih terperinciSenat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada
Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada UNDANG-UNDANG KM UGM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN, DAN KOORDINASI BADAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2016 PEMBUKAAN
ANGGARAN DASAR KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2016 PEMBUKAAN Dengan rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Universitas Sebelas Maret (UNS) menyadari bahwa sesungguhnya mahasiswa merupakan bagian
Lebih terperinciKETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA NOMOR: 02/BPM FIK UI/II/2016 TENTANG PENGAWASAN LEMBAGA FORMAL KEMAHASISWAAN
KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 02/BPM FIK UI/II/2016 TENTANG PENGAWASAN LEMBAGA FORMAL KEMAHASISWAAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Lebih terperinciAnggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH
Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam waktu tujuh tahun sejak tumbangnya rezim orde baru, bangsa Indonesia terus berupaya memperbaiki sistem pemerintahannya. Bahkan upaya-upaya perubahan yang
Lebih terperinciTINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH
45 TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH Bentuk Partisipasi Stakeholder Pada tahap awal kegiatan, bentuk partisipasi yang paling banyak dipilih oleh para stakeholder yaitu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG UNIT KEGIATAN MAHASISWA BAB I KETENTUAN UMUM
UNDANG-UNDANG UNIT KEGIATAN MAHASISWA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Unit Kegiatan Mahasiswa (disingkat UKM) adalah wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pendidikan membuat keberadaan komite sekolah yang mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peran komite sekolah dalam pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah sangat dibutuhkan. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam pengelolaan pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan reformasi, istilah Good Governance begitu popular. Salah satu yang cukup penting dalam proses perubahan
Lebih terperinciORMAWA UNY. By. Sisca Rahmadonna
ORMAWA UNY By. Sisca Rahmadonna Universitas saat ini diposisikan sebagai tempat pendidikan formal tertinggi yang identik dengan dunia akademik dan intelektual. Kampus merupakan merupakan suatu entitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, adanya desentralisasi pengelolaan pemerintah di daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi serta akuntabilitas memaksa pemerintah baik
Lebih terperinciATURAN DASAR IKM FMIPA UI
ATURAN DASAR IKM FMIPA UI BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Yang dimaksud dengan: 1) UI adalah Universitas Indonesia 2) FMIPA UI adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI 3) IKM FMIPA UI adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peran sertanya dalam pengelolaan pendidikan
Lebih terperinciSTUDI KOMPARATIF BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA TINGKAT UNIVERSITAS DAN FAKULTAS DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan butuh berinteraksi dengan yang lainnya, interaksi dapat dilakukan dengan aktif atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good government merupakan salah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat ini menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua pihak. Keinginan
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas
Lebih terperinciGood Governance. Etika Bisnis
Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang diurakan pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa proses perumusan kebijakan sertifikasi pendidik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciANGGARAN DASAR /ANGGARAN RUMAH TANGGA( AD/ART) KELUARGA MAHASISWA FITK INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA PERIODE 2015/2016
PEMBUKAAN Dengan kesempurnaan Allah SWT yang telah mengatur umat manusia di muka bumi ini, maka hanya kepada-nya-lah kita memohon dan mengabdikan diri. Tidak ada manusia yang sempurna. Sudah seharusnya
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN
ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan bangsa Indonesia yang saat ini dirasakan seluruh rakyat harus diisi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain proses reformasi sektor publik, khususnya reformasi pengelolaan keuangan daerah
Lebih terperinciBADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI,
KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Nomor: 02/TAP/BPM FF UI/I/16 Tentang FORUM BIRU HIJAU PERIODE 2016 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA TURKI
ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA TURKI 2016-2017 MPA PPI TURKI 2016-2017 ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA (PPI) TURKI PERIODE 2016-2017 BAB I SIFAT Pasal 1 1.
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2014 PENDAHULUAN
ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2014 PENDAHULUAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan bangsa Indonesia yang saat ini dirasakan seluruh rakyat harus diisi dengan
Lebih terperinciBAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran
BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini akan menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran penelitian terhadap pengembangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017
ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TAHUN 2017 BAB I VISI DAN MISI PASAL 1 VISI BERSATU, BERSINERGI, MEMBANGUN PASAL 2 MISI 1. MENINGKATKAN PERAN AKTIF SERTA KESOLIDAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan mendasar pada sistem pemerintahan yang ada. Salah satu perubahan mendasar yang dimaksud
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Anggaran 2.1.1.1 Pengertian Anggaran Menurut Mardiasmo ( 2002:61) : Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG KOTA SAMARINDA
ejournal Administrasi Publik, Volume 5, Nomor 1, 2017 : 5253-5264 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA
Lebih terperinciPasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha.
ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA PASCASARJANA FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MUKADIMAH Sesungguhnya tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciIKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015
IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA LEICESTER
ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA LEICESTER Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami para pelajar Indonesia di Leicester yang sadar dan meyakini bahwa Pancasila adalah dasar negara dan pandangan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat peraturan perundang-undangan),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam era otonomi daerah ini, masyarakat semakin menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga Negara dan lebih dapat menyampaikan aspirasi yang berkembang yang salah
Lebih terperinciAnggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH
Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politik yang sama sekali tidak demokratis. Di dalam masa transisi menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendemokrasian atau proses demokratisasi merupakan transisi menuju demokrasi yang bermuara kembar. 1 Demokratisasi merupakan langkah awal untuk menuju kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintahan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG DASAR IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER PEMBUKAAN
UNDANG-UNDANG DASAR IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya mahasiswa adalah pemuda-pemudi yang memiliki keyakinan kepada kebenaran dan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi Daerah.
Lebih terperinciB A B I P E N D A H U L U A N
B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari daerah-daerah provinsi yang didalamanya terdiri dari daerah-daerah kabupaten/kota, dan kabupaten/kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan reformasi 1998 telah membawa angin perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Sistem pemerintahan yang sentralis dengan Undang-Undang
Lebih terperinciRANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN
RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi dalam keseluruhan kehidupan berbangsa dan
BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan perguruan tinggi dalam keseluruhan kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki peran yang sangat besar. Untuk itu diperlukan konsep penyelenggaraan institusi
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI. Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu:
- 47 - BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI A. Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu: 1. Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merumuskan dan menyalurkan kepentingan masyarakat.partai politik juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran partai politik dalam sistem pemerintahan yang demokratis adalah suatu hal yang penting. Sebagai organisasi yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
Lebih terperinciATURAN DASAR IKM FMIPA UI
ATURAN DASAR IKM FMIPA UI BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Yang dimaksud dengan: 1) UI adalah Universitas Indonesia 2) FMIPA UI adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI 3) IKM FMIPA UI adalah
Lebih terperinciPUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)
ABSTRAK KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan yang mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan tersebut tentunya tidak hanya berdampak pada sistem
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA Bahwa bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang kaya akan sumberdaya alam. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam bagi
Lebih terperinciRANCANGAN ATURAN DASAR IKM FMIPA UI
RANCANGAN ATURAN DASAR IKM FMIPA UI BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Yang dimaksud dengan: 1) UI adalah Universitas Indonesia 2) FMIPA UI adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI 3) IKM FMIPA
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciKELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MUSYAWARAH UMUM MAHASISWA FAKULTAS (MUMF) 2015
ANGGARAN RUMAH TANGGA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (ART KM FEB UB) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota KM FEB UB adalah Mahasiswa Aktif S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI (GBHO) HIMPUNAN MAHASISWA HUBUNGAN INTERNASIONAL (HIMAHI) UNIVERSITAS PARAMADINA
GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI (GBHO) HIMPUNAN MAHASISWA HUBUNGAN INTERNASIONAL (HIMAHI) UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA, 2016 DAFTAR ISI BAB I... 3 PENDAHULUAN... 3 1.1 UMUM... 3 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN...
Lebih terperinci2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.
No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya krisis ekonomi diindonesia antara lain disebabkan oleh tatacara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan di daerah, Pemerintah Daerah wajib mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di daerahnya dengan
Lebih terperinciKETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 07/TAP/BPM FEB UI/IV/2015
KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 07/TAP/BPM FEB UI/IV/2015 TENTANG GARIS BESAR HALUAN KERJA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai
Lebih terperinciKEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA
KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Anggaran 2.1.1 Definisi Anggaran Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007) dalam akuntansi sektor publik mendefinisikan anggaran
Lebih terperinciABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)
ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN) Pemilihan umum merupakan salah satu wadah yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada masyarakat untuk menentukan siapa yang akan mewakili mereka dalam lembaga legislatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) baik dari level atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia kini dituntut terus-menerus untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) baik dari level atas (Pemerintah Pusat) sampai
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEDOMAN LEMBAGA KEMAHASISWAAN SEKOLAH TINGGI SENI RUPA DAN DESAIN INDONESIA TELKOM MUQADDIMAH
PEDOMAN LEMBAGA KEMAHASISWAAN SEKOLAH TINGGI SENI RUPA DAN DESAIN INDONESIA TELKOM MUQADDIMAH Mahasiswa. Demikian orang mengenalnya sebagai komunitas ilmiah yang bercekimpung dalam dunia intelektualitas
Lebih terperinciPada dasarnya, Lembaga Non Struktural menjalankan fungsi yang spesifik. Oleh karenanya apabila kewenangan yang diberikan didasarkan pada
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Nomor: PIKS@-DIAN PB 01.2015 1 POLICY BRIEF Pada dasarnya, Lembaga Non Struktural menjalankan fungsi yang spesifik. Oleh karenanya apabila kewenangan yang diberikan didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA No : 13/A-SK/DPM.REMA.UPI/IX/2013
SURAT KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA REPUBLIK MAHASISWA No : 13/A-SK/DPM.REMA.UPI/IX/2013 TENTANG UNDANG-UNDANG PENGELOLAAN DANA IURAN KEMAHASISWAAN REPUBLIK MAHASISWA NOMOR 01 TAHUN 2013 DENGAN
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Terjadinya Patologi Penelitian yang dilakukan di Kota Surakarta dan Kota Magelang dalam rentang waktu 2013-2015 ini bertujuan menjelaskan fenomena di balik
Lebih terperinciGOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007
GOOD GOVERNANCE Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007 Latar Belakang Pada tahun 1990an, dampak negatif dari penekanan yang tidak pada tempatnya terhadap efesiensi dan ekonomi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki intelektual, mahasiswa tentunya memiliki peran dan tanggung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan generasi muda yang memiliki kesempatan mengenyam pendidikan formal di perguruan tinggi. Sebagai generasi penerus yang memiliki intelektual, mahasiswa
Lebih terperinciMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Bahan Diklat Teknis Manajemen Kepala Sekolah SMP di Lingkungan Provinsi Jawa Barat Oleh: Cicih Sutarsih, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Desember 2006 KONSEP DASAR MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB 1 P E N D A H U L U A N. kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran
BAB 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REFLEKSI TEORI
109 BAB VI KESIMPULAN DAN REFLEKSI TEORI Berdasarkan analisis penelitian seperti yang telah diuraikan bab-bab sebelumnya berkaitan dengan analisis politik keuangan daerah di Era Desentraliasasi, Studi
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)
PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) I. SOSIALISASI Sebelum suatu PKBM didirikan di suatu komunitas/kampung/desa perlu dilakukan sosialisasi PKBM kepada seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reformasi yang sedang bergulir, membawa perubahan yang sangat mendasar pada tatanan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikeluarkannya UU No 22 tahun
Lebih terperinciKETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017
KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP 2017 Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017 Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 Menimbang 1. Bahwa Untuk Kelancaran Kinerja SMFISIPUNDIP2017
Lebih terperinciATURAN DASAR IKM FMIPA UI BAB I PENGERTIAN UMUM
ATURAN DASAR IKM FMIPA UI BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Yang dimaksud dengan: (1) UI adalah Universitas Indonesia. (2) FMIPA UI adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI. (3) IKM FMIPA UI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara detail latar belakang dan alasan pemilihan judul tesis, rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritik
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I UMUM Menyadari bahwa peran sektor pertanian dalam struktur dan perekonomian nasional sangat strategis dan
Lebih terperinciDemokrasi & Partisipasi Publik 1 Oleh: Dwi Harsono
Demokrasi & Partisipasi Publik 1 Oleh: Dwi Harsono Pendahuluan Dewasa ini istilah demokrasi sering muncul di media massa Indonesia menjelang diadakannya pemilihan legilatif maupun kepala daerah (PILKADA).
Lebih terperinciMENGENAL KPMM SUMATERA BARAT
MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU
ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon
Lebih terperinciSekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI, KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA
KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Nomor: 05/TAP/BPM FF UI/IV/15 Tentang PEDOMAN DAN MEKANISME PENGAWASAN LEMBAGA EKSEKUTIF Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah sebagai bentuk reformasi pemerintahan daerah bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem perekonomian yang tidak kuat, telah mengantarkan masyarakat bangsa pada krisis yang berkepanjangan.
Lebih terperinci