BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Informasi tersebut digunakan dalam upaya pengambilan keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. maraknya dengan skandal-skandal di lingkup internasional. Meskipun tidak

BAB I PENDAHULUAN. kode etik profesi. Snoeyenbos et al. (1983) telah menggambarkan ini sebagai

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan dalam mengaudit laporan keuangan. Dari profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian (

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. usaha perbaikan perekonomian di Indonesia, pemerintah telah menggalakkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi para pengguna laporan keuangan, profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. masih ada pihak lain yang membutuhkan informasi laporan keuangan seperti

BAB I PENDAHULUAN. (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada kepercayaan publik. Masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan. akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik dan pihak eksternal pengguna laporan keuangan dalam kualitas

BAB I PENDAHULUAN. selama kurun waktu dalam tahun buku, yang terdiri dari neraca, laba-rugi,

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. audit laporan keuangan memiliki peran penting untuk mengurangi berbagai

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan. Financial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pada perusahaan tersebut. Akuntan publik atau auditor berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntansi merupakan profesi yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan kompetitif, bukan hanya dengan perusahaan dalam negeri namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit dianggap penting bagi para pengguna laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain: pemilik (principal), investor, kreditur, lembaga keuangan pemerintah dimana

BAB I PENDAHULUAN. mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, auditor mendapat sorotan publik akibat kasus-kasus yang

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA SKRIPSI.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan menyediakan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan kondisi dan fakta-fakta mengenai suatu perusahaan dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam menjalankan audit sesuai dengan tujuan organisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi akuntan publik juga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Klien dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan seorang Pemeriksa Keuangan. Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Peranan auditor sangat dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha. Para auditor

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan. sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era masa kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. mendukung keberlangsungan suatu perusahaan. Menurut IAI dalam. pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah pemeriksa keuangan. independen sektor publik di Indonesia yang dapat melaksanakan tiga jenis

BAB I PENDAHULUAN. dengan laporan keuangan, dan semakin kompleks suatu kegiatan bisnis maka. sebagai pedoman dalam mengambil suatu kebijakan.

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada dua

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran atas bukti dan informasi yang diberikan oleh klien. SPAP (Standar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan perdagangan dunia saat ini banyak perusahaan melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya principal (pemilik perusahaan) tidak bisa mengawasi atau mengelola langsung perusahaannya. Oleh karena itu, principal membutuhkan agent untuk mengelola perusahaannya agent dalam hal ini harus mampu bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan yang dikelolanya kepada principal. Laporan keuangan yang disajikan oleh agent berpotensi mengalami kesalahan ataupun kecurangan yang menyebabkan terjadinya risiko informasi sehingga para pengambil keputusan menerima informasi yang tidak andal. Beberapa alasannya adalah jauhnya informasi, keberpihakan dan motif si penyedia, data yang sangat banyak, serta adanya transaksi pertukaran yang kompleks. Salah satu cara untuk mengurangi risiko informasi adalah dengan melakukan audit. Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Hal ini bertujuan agar hasil audit dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Audit dilakukan melalui segenap prosedur yang telah ditetapkan (Arens, 2012 : 99).

2 Ada empat tahapan dalam melakukan prosedur audit. Pertama, merencanakan dan merancang pendekatan audit. Kedua, melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi. Ketiga, melaksanakan prosedur analisis dan pengujian rincian saldo dan yang keempat, menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit. (Arens, 2012 : 505) Dalam melakukan prosedur audit atas pelaporan keuangan, auditor junior selalu dihadapkan pada situasi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, auditor junior harus mampu memilih prosedur audit yang efektif dalam audit atas pelaporan keuangannya, banyak kendala yang dihadapi auditor junior ketika menjalankan proses audit atas pelaporan keuangan, diantaranya besarnya biaya yang digunakan dan kecilnya pendapatan yang didapat oleh auditor junior ketika menjalankan prosedur audit. Hal tersebut menyebabkan banyak auditor junior melakukan prosedur audit atas pelaporan keuangan melalui proses analitycal procedure saja dan cenderung mengabaikan pengujian internal control. International standards on auditing (ISA) menekankan auditor harus mampu melakukan prosedur audit dengan menggunakan analisis berbasis risiko. Beberapa Kantor Akuntan Publik sebelumnya sudah melakukan prosedur tersebut, akan tetapi, pada saat itu belum ada izin resmi (legal) dari regulator yang berwenang, international standards on auditing diberlakukan secara umum januari 2013, ISA memberikan penekanan yang sangat besar terhadap faktor risiko. Sejak auditor mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan auditnya sampai sesudah laporan yang berisi opininya diterbitkan.(tuanakotta, 2013: 59). Program audit harus direview dengan cermat selama tahap perencanan audit untuk menentukan

3 apakah ada prosedur audit yang harus ditingkatkan atau dihilangkan. Penilaian risiko harus menghasilkan pengurangan pengujian di area yang berisiko rendah dan lebih berfokus pada titik-titik masalahnya. Prosedur audit yang efektif yang dipilih oleh auditor junior sangat berguna selama proses audit itu berlangsung baik itu audit atas pelaporan keuangan maupun audit investigasi, untuk memperoleh keakuratan informasi, dalam hal ini bukti audit. Auditor harus mampu mengambil tindakan yang dapat mempermudah proses audit dari mulai perencanaan awal hingga penyelesaian. Ada beberapa tipe bukti audit dan memiliki karakteristik biaya yang berbeda-beda dari kategori dengan biaya tinggi hingga bukti audit yang memerlukan biaya yang rendah. Konfirmasi salah satu tipe yang digolongkan pada kategori biaya sangat tinggi, karena dijalankan dengan cara memperoleh dan menilai melalui komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Sedangkan yang memiliki biaya yang cukup rendah adalah prosedur analitis karena hanya menggunakan perbandingan dan hubungan untuk melihat ada tidaknya indikasi salah saji material. Pengumpulan bukti-bukti tersebut memiliki keandalan yang berbeda-beda pula untuk memilih arah yang tepat selama proses audit berlangsung seperti eksistensi maupun kelengkapan. Salah satu kasus yang menggambarkan kegagalan auditor dalam melakukan proesdur audit adalah sebagaimana yang telah terjadi pada PT Great River Tbk. Dimana Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta telah gagal dalam menyusun prosedur audit atas pelaporan keuangan untuk menentukan harga pokok

4 penjualan. Hal tersebut disebabkan karena, Justinus berpedoman pada auditor terdahulu yang melakukan prosedur audit yang tidak tepat. Temuan itu muncul setelah tim audit investigasi dari BAPEPAM yang menemukan kenaikan akun penjualan, penentuan harga pokok penjualan, piutang dan asset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan PT Great River International Tbk yang mengakibatkan perusahaan kesulitan dalam arus kas dan gagal dalam membayar utang (scribd :2013). Prosedur audit atas pelaporan keuangan digunakan untuk mendukung top down and bottom up approach. Pemilihan prosedur dilakukan pada tahap perencanaan audit. Pemilihan prosedur audit mempertimbangkan efektivitas potensial prosedur dalam memenuhi tujuan audit atas pelaporan keuangan, dan biaya untuk melaksanakan prosedur tersebut. Oleh karena itu, pemilihan prosedur audit yang efektif dalam audit atas pelaporan keuangan sangat berperan terhadap proses audit itu sendiri dan seorang auditor junior harus mampu mengambil tindakan tersebut agar dapat mengetahui segala bentuk kecurangan maupun kekeliruan dalam audit atas pelaporan keuangannya. Prosedur audit yang efektif erat kaitannya dengan skeptisme profesional auditor karena tindakan pemilihan prosedur audit yang efektif dipengaruhi oleh sikap skeptisme yang dimiliki oleh seorang auditor. Hal ini senada dengan penelitian Fullerton et al. (2005) dan penelitian Carpenter dan Reimers (2007). Teori psikologi Siegel dan Marconi (1989) menyatakan bahwa sikap menunjukkan suatu kesiapan untuk bertindak yang kemudian akan mengarah pada

5 perilaku. Dengan demikian sikap dapat digunakan untuk memprediksi perilaku yang akan dilakukan seseorang. Teori yang mendukung hal tersebut adalah Theory of Planned Behaviour (dalam Tuannakotta, 2011: 67) menyebutkan bahwa salah satu determinan dari intensi perilaku adalah sikap terhadap perilaku. Mengacu pada teori tersebut, apabila seorang auditor bersikap skeptis maka auditor tersebut akan cenderung mempunyai intensi perilaku yang skeptis pula. Dalam audit setting, Intensi perilaku yang skeptis ditunjukkan melalui pemilihan prosedur audit yang efektif. Seorang auditor yang bersikap skeptis juga akan bertindak skeptis yaitu dengan memilih prosedur audit yang lebih efektif meskipun mungkin untuk melakukan prosedur tersebut diperlukan usaha yang lebih besar dan waktu yang lebih lama. Skeptisme profesional auditor diperlukan karena merupakan suatu keharusan dalam setiap penugasan audit adapun definisinya yaitu sikap yang kritis terhadap bukti audit dalam bentuk keraguan, pertanyaan atau ketidaksetujuan dengan pernyataan klien atas kesimpulan yang diterima umum. Dalam (Arens, 2012 : 436). SAS 99 menjelaskan skeptisme profesional adalah sikap yang selalu mempertanyakan dan menekankan agar mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa memperdulikan bagaimana keyakinan auditor tentang kemungkinan kecurangan serta kejujuran dan integritas manajemen. Penjelasan mengenai skeptisme profesional auditor di atas menguatkan bahwa ketika prosedur audit yang efektif tidak dijalankan dan pendekatan analisis berbasis risiko diabaikan dalam audit atas pelaporan keuangan maka akan berakibat pada kualitas audit, sehingga menyebabkan berkurangnya kepercayaan

6 pengguna laporan keuangan terhadap kinerja seorang auditor. Hal tersebut akibat dari kurangnya sikap skeptis yang dimiliki oleh auditor, dengan adanya pendekatan audit yang berbasis risiko auditor akan mampu menilai kecurangan ataupun kekeliruan yang dilakukan oleh manajemen. Kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Due professional care merupakan hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Dengan adanya due professional care kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan tidak akan terjadi seperti kasus yang dialami pada perusahaan ZZZZ Best Company sebuah perusahaan pembersih karpet yang berspesialisasi dalam menangani kontrak restorasi asuransi ini mengalami masalah umum yaitu, kebutuhan kredit, Kecurangan itu semakin besar ketika ZZZZ Best membawa auditor ke berbagai lokasi pekerjaan yang riil, yang sebenarnya bukan miliknya untuk mengelabui para auditor. Kecurangan tersebut tidak akan terjadi lebih besar apabila auditor menanyakan pertanyaan yang bisa mendeteksi bahwa ZZZZ Best melakukan kecurangan. Hal tersebut tentu disebabkan karena, auditor tidak melakukan tindakan yang menunjukan sikap yang skeptis pada saat melakukan proses auditnya. Penelitian sebelumnya dari Payne & Ramsay (2005) membuktikan bahwa skeptisme profesional dipengaruhi oleh fraud risk assessment (penaksiran risiko kecurangan) yang diberikan oleh atasan auditor (auditor in charge) sebagai

7 pedoman dalam melakukan audit atas pelaporan keuangan di lapangan. Auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang rendah menjadi kurang skeptis dibandingkan dengan auditor yang menerima penaksiran risiko kecurangan yang tinggi. Dilihat dari fenomena tersebut jelas ini merupakan salah satu akibat dari kurangnya sikap skeptisme yang dimiliki auditor. Skeptisme profesional auditor diperlukan karena merupakan suatu keharusan dalam setiap penugasan audit. Skeptisme profesional auditor dipengaruhi akibat dari ketidakmampuan auditor untuk menaksir risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) teori tersebut diungkapkan dalam buku Tuannakota bahwa Auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang rendah menjadi kurang skeptis dibandingkan dengan auditor yang menerima penaksiran risiko kecurangan yang tinggi. Penaksiran risiko kecurangan merupakan tindakan yang harus dilakukan auditor dalam melakukan audit atas pelaporan keuangan (general) sesuai dengan SPAP 316. Seorang auditor dalam menjalankan penugasan audit di lapangan seharusnya, tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit saja, tetapi juga harus disertai dengan sikap skeptisme profesionalnya. Seorang auditor yang skeptis memiliki sikap kehati-hatian yang tinggi, tidak mudah menerima penjelasan dari klien seperti mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenal objek yang dipermasalahkan. Tanpa menerapkan skeptisme profesional, auditor hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja dan sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena kecurangan biasanya akan disembunyikan

8 oleh pelakunya. Jadi, rendahnya tingkat skeptisme profesional dipengaruhi oleh fraud risk assessment, yang menyebabkan auditor gagal dalam menjalankan tugas audit atas pelaporan keuangan. Kegagalan ini dapat merugikan kantor akuntan publik di mata masyarakat dan hilangnya kepercayaan kreditor dan investor di pasar modal. Peranan skeptisme profesional auditor salah satunya adalah untuk mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Albrecht (2012: 150) menjelaskan fraud merupakan istilah umum, dan mencakup semua cara dimana kecerdasan manusia dipaksakan dilakukan oleh satu individu untuk dapat menciptakan cara untuk mendapatkan suatu manfaat dari orang lain dari representasi yang salah. Fraud risk assessment seharusnya dimasukan ke dalam program audit atas pelaporan keuangan, tujuannya agar auditor mampu menilai risiko kecurangan yang terjadi. Fraud risk assessment dapat mempengaruhi sikap skeptisme auditor akibat dari rendahnya penaksiran risiko kecurangan yang diterima auditor. Dengan rendahnya risiko kecurangan yang dihadapi oleh auditor akan berpengaruh juga terhadap sikap skeptisnya. Uraian di atas menunjukkan pentingnya sikap skeptisme profesional auditor dalam penugasan audit terutama pada saat memilih prosedur audit yang efektif berbasis risiko. Di Indonesia sendiri, penelitian terkait hubungan skeptisme profesional dan implikasi prosedur audit yang efektif berbasis risiko belum banyak diteliti. Penelitian ini mengacu pada penelitian Suzy Noviyanti (2008), Hubungan Skeptisme dalam mendeteksi kecurangan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penekanan terhadap proses audit berbasis

9 risiko yang baru di keluarkan oleh internasional standards on auditing. Berbeda dengan peneliti sebelumnya yang memilih studi kasus di KAP Big Fours yang mempunyai kredibilitas tinggi, sumber daya manusia yang kompeten, KAP yang berafiliasi internasional dan dihadapkan pada tingkat risiko yang tinggi. Penulis lebih tertarik memilih KAP di Bandung karena memiliki karakteristik berbeda dan tingkat risiko yang dihadapi lebih rendah dibandingkan KAP Big fours. Penulis ingin mengembangkan penelitian tersebut dengan menekankan pada analisis berbasis risiko dan ingin mengetahui analisis berbasis risiko diterapkan dalam proses audit oleh auditor. Karena, pada penelitian sebelumnya penekanan terhadap proses audit berbasis risiko belum diteliti dikarenakan, internasional standards on auditing belum diterbitkan pada saat itu, maka, penulis tertarik untuk mengambil judul Fraud Risk Assessment Terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Implikasinya pada Prosedur Audit yang Efektif Berbasis Risiko. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dijadikan pokok bahasan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana gambaran fraud risk assessment pada KAP di Bandung. 2. Bagaimana gambaran skeptisme profesional auditor pada KAP di Bandung.

10 3. Bagaimana gambaran prosedur audit yang efektif berbasis risiko pada KAP di Bandung. 4. Bagaimana pengaruh fraud risk assessment terhadap skeptisme profesional auditor pada KAP di Bandung. 5. Bagaimana pengaruh skeptisme profesional auditor terhadap prosedur audit yang efektif berbasis risiko pada KAP di Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji dan mendapat gambaran mengenai pengaruh fraud risk assessment terhadap skeptisme profesional auditor dan implikasinya terhadap prosedur audit pada KAP di Bandung. Selain itu peneliti ingin mengetahui bagaimana prosedur audit yang dijalankan pada KAP di Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran fraud risk assessment pada KAP di Bandung. 2. Untuk mengetahui gambaran skeptisme professional auditor pada KAP di Bandung. 3. Untuk mengetahui gambaran prosedur audit yang efektif berbasis risiko pada KAP di Bandung. 4. Untuk mengetahui pengaruh fraud risk assessment terhadap skeptisme profesional auditor pada KAP di Bandung.

11 5. Untuk mengetahui pengaruh skeptisme profesional auditor terhadap prosedur audit yang efektif berbasis risiko pada KAP di Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, adapun manfaat yang diharapkan antara lain: 1.4.1 Kegunaan Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan di bidang akuntansi khususnya mengenai fraud risk assessment dan skeptisme profesional auditor serta menambah pengetahuan pada mata kuliah audit mengenai pengaruh fraud risk assessment terhadap skeptisme profesional auditor dan implikasinya terhadap prosedur audit berdasarkan ISA pada KAP di Bandung. Selain itu, dapat menjadi acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sama. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1.4.2.1 Bagi Kantor Akuntan Publik Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi KAP di Bandung untuk memilih auditor yang memiliki sikap skeptisme profesional yang tinggi agar tidak terjadi kekeliruan dalam melaksanakan tugas audit dan menghasilkan kualitas audit yang baik sehingga nama baik KAP akan positif di masyarakat.

12 1.4.2.2 Bagi auditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi Auditor akan pentingnya pemilihan prosedur audit yang efektif berbasis risiko meskipun dalam menerapkannya membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan pendekatan yang sudah ada sebelumnya, skeptisme auditor dan fraud risk assessment dalam melaksanakan tugas auditnya sehingga kasus-kasus yang telah terjadi sebelumnya tidak terulang lagi. 1.4.2.3 Bagi Regulator Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk diberlakukannya international standards on auditing bagi Kantor Akuntan Publik kecil. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan oleh KAP tersebut. Sehingga, kepercayaan masyarakat terhadap auditor meningkat image KAP juga akan menjadi lebih baik.

TERHADAP PROSEDUR AUDIT YANG EFEKTIF BERBASIS RISIKO 13