BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI

BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI

4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4.

BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI BENDUNG. dapat memutar turbin generator. Dari pernyataan diatas maka didapat : - Panjang Sungai (L) = 12.

PERENCANAAN EMBUNG KEDUNG BUNDER KABUPATEN PROBOLINGGO AHMAD NAUFAL HIDAYAT

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH SAMPING (SIDE CHANNEL SPILLWAY) BENDUNGAN BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU TENGAH PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI BENDUNG. Elevasi mercu bendung untuk perencanaan bangunan bendung cikopo

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI

KAJIAN LEBAR BANGUNAN PELIMPAH TIPE LENGKUNG TERHADAP ELEVASI MUKA BANJIR (STUDI KASUS WADUK TENAYAN)

BAB V STABILITAS BENDUNG

BAB V PERENCANAAN KONTRUKSI BENDUNG. Elevasi mercu bendung untuk perencanaan bangunan bendung Cimandiri

5. BAB V PERENCANAAN STRUKTUR PERENCANAAN STRUKTUR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

ANALISA UJI MODEL FISIK PELIMPAH BENDUNGAN SUKAHURIP DI KABUPATEN PANGANDARAN JAWA BARAT

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE VLUGHTER DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

PERENCANAAN DETAIL EMBUNG UNDIP SEBAGAI PENGENDALI BANJIR PADA BANJIR KANAL TIMUR

STUDI PERENCANAAN PELIMPAH EMBUNG KRUENG RAYA KELURAHAN KRUENG RAYA KECAMATAN MESJID RAYA KABUPATEN ACEH BESAR

Perencanaan Bangunan Air. 1. Umum

BAB II STUDI PUSTAKA

PEMBERIAN SILL (Z) PADA AWAL SALURAN TRANSISI PELIMPAH SAMPING STUDI KASUS PADA PELIMPAH BENDUNGAN BAYANG-BAYANG KABUPATEN BULUKUMBA

BAB VI ANALISIS HIDROLIKA PENAMPANG SUNGAI DENGAN SOFTWARE HEC-RAS

PERENCANAAN EMBUNG MANDIRADA KABUPATEN SUMENEP. Oleh : M YUNUS NRP :

BAB 5 DESAIN BANGUNAN PELIMPAH DAN BANGUNAN PELENGKAP

EVALUASI PANJANG KOLAM OLAK (Ld) DAN PANJANG LONCATAN (Lj) PADA PEREDAM ENERGI BENDUNG,JL. TERUSAN KECUBUNG, KOTA MALANG. Oleh:

PENGARUH VARIASI PANJANG JARI-JARI (R) TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE BUSUR

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA

MENURUNKAN ENERGI AIR DARI SPILLWAY

Perencanaan Embung Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep

STUDI PERENCANAAN HIDROLIS PELIMPAH SAMPING DAM SAMPEAN LAMA SITUBONDO LAPORAN PROYEK AKHIR

ANALISIS DAN PERENCANAAN PENGAMAN DASAR SUNGAI DIHILIR BENDUNG CIPAMINGKIS JAWA BARAT

PERANCANGAN ULANG BENDUNG TIRTOREJO YOGYAKARTA (ANALISIS HIDRAULIKA) (181A)

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

PERHITUNGAN BENDUNG SEI PARIT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI LAPORAN

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

3.5 Teori kesebangunan Prinsip penskalaan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Studi awal (studi pustaka) Studi lapangan

e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2013/199 Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126: Telp

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

PERENCANAAN EMBUNG KERSULO KABUPATEN PATI JAWA TENGAH

THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

PERENCANAAN EMBUNG KEDUNG BUNDER KABUPATEN PROBOLINGGO

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

BAB III LANDASAN TEORI

Bab III Metodologi Analisis Kajian

PERENCANAAN EMBUNG PARAS KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH

PENGARUH ARAH SAYAP PELIMPAH SAMPING DAN KEDALAMAN ALIRAN TERHADAP KOEFISIEN DEBIT

BAB I PENDAHULUAN. Waduk Jatibarang. Peta Das Waduk Jatibarang BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I ALIRAN MELEWATI AMBANG ( AMBANG LEBAR DAN AMBANG TAJAM )

BAB 1 KATA PENGANTAR

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BENDUNG TIPE TYROLL PADA JARINGAN IRIGASI WARIORI KABUPATEN MANOKWARI PAPUA BARAT

KAJIAN TEKNIS DAM SEMBAH PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI

PERENCANAAN EMBUNG PANOHAN KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

ANALISA DESAIN BENDUNG D.I KAWASAN SAWAH LAWEH TARUSAN (3.273 HA) KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

PERBANDINGAN ENERGI AIR MELALUI SPILLWAY BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELUNCUR BERTANGGA DI KOLAM OLAK

KAJIAN PERILAKU ALIRAN MELALUI ALAT UKUR DEBIT MERCU BULAT TERHADAP TINGGI MUKA AIR

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK ABSTRACT

Perencanaan teknis bendung pengendali dasar sungai

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM DEWATERING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum 1.2 Perumusan Masalah 1.2 Latar Belakang 1.3 Tujuan 1.4 Batasan Masalah

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

Tinjauan Perencanaan Bandung Seloromo Pada Anak Sungai Kanatan Dengan Tipe Ogee

PENDAHULUAN. Abstrak. Abstract

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK. Dwi Kurniani *) Kirno **)

PERENCANAAN DAM DAN SPILLWAY YANG DILENGKAPI PLTMH DI KAMPUS TEMBALANG

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO

1.1 Latar Belakang Tujuan Lokasi proyek Analisis Curali Hujan Rata-rata Rerata Aljabar 12

KAJIAN PERENCANAAN BANGUNAN PELMPAH BENDUNGAN CIBATARUA KABUPATEN GARUT ABSTRAK

STUDI ANALISIS PENGGERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR III DENGAN MODEL FISIK DAN KEMIRINGAN DASAR SALURAN 2% ABSTRAK

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM)

BAB IV ANALISIS DAN HASIL. Sungai

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR... i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI...

PENYELIDIKAN POLA ALIRAN EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK FISIK. Dyah Ari Wulandari *), K i r n o **)

DAMPAK PENYEMPITAN PENAMPANG SUNGAI TERHADAP KONDISI ALIRAN (Studi Kasus Pada Sungai Krueng Pase)

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

TINJAUAN PERENCANAAN BENDUNG TETAP BATANG KASIK DI DESA PASIR JAYA KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI

Transkripsi:

VIII-1 BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) 8.1. Tinjauan Umum Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam embung agar tidak membahayakan keamanan tubuh embung. Pada perencanaan bangunan pelimpah Embung Panohan dipakai debit banjir rencana 100 tahun sebesar 106,85 m/det³. Bagian-bagian dari bangunan pelimpah yang direncanakan adalah: Penampang mercu pelimpah Saluran transisi Saluran peluncur Bangunan peredam energi Cek stabilitas bangunan pelimpah 8.. Mercu Bangunan Pelimpah Tahap-tahap dalam merencanakan penampang mercu pelimpah adalah: Menentukan kedalaman saluran pengarah Menghitung kedalaman kecepatan pada saluran pengarah Menghitung koordinat penampang mercu pelimpah Analisis hidrolis mercu pelimpah 8..1 Kedalaman Saluran Pengarah Saluran pengarah aliran dimaksudkan agar aliran air senantiasa dalam kodisi hidrolika yang baik dengan mengatur kecepatan alirannya tidak melebihi 4 m/det dengan lebar semakin mengecil ke arah hilir. Apabila kecepatan aliran melebihi 4 m/det, maka aliran akan bersifat helisoidal dan kapasitas alirannya akan menurun. Disamping itu aliran helisoidal tersebut akan mengakibatkan peningkatan beban hidrodinamis pada bangunan pelimpah tersebut (Sosrodarsono,1976) Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII- Berdasarkan pengujian-pengujian yang ada saluran pengarah aliran ditentukan sebagai berikut, seperti pada Gambar 8.1 : H V Saluran pengarah aliran Mercu pelimpah W V < 4 m/det Gambar 8.1 Kedalaman saluran pengarah aliran terhadap puncak mercu Dari analisis data sebelumnya di mana didapat : Elevasi mercu spillway = 7,18 m Ketinggian air di atas mercu (H) = 1,79 m, elevasi 73,97 m Q out yang melewati spillway (Q) = 106,85 m/det³ Lebar ambang mercu embung (b) = 0 m Maka : 1 W. H 5 (Sosrodarsono,1976) 1 W = 1,6 = 0,48 m 5 dipakai W = 1,5 m 8.. Kedalaman Kecepatan Aliran Dipakai tipe bendung pelimpah dengan Ambang Ogee. Dari analisis data sebelumnya, maka hasil perhitungannya adalah: Debit, lebar mercu dan tinggi muka air di atas mercu bendung Dari hasil flood routing didapatkan : Q = Q out lewat spillway = 106,85 m/det³ L = lebar mercu bendung = 0 m H = tinggi tekanan air di atas mercu bendung = 1,79 m Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-3 Hv 0,175 Hd hd He Hd 0,8 Hd + 7,18 TITIK (0,0) KOORDINAT X W = 1 m Y + 70,68 (X ^ 1,85) = (Hd ^ 0,85) Y R = 0, Hd R = 0,5 Hd POROS BENDUNGAN Gambar 8. Skema aliran air melintasi sebuah pelimpah Bef = B = 0 m kedalaman saluran pengarah = 1,5 m tinggi tekanan air total diukur dari dasar saluran pengarah: H total = 1,50 + 1,79 = 3,9 Kecepatan pada saluran pengarah Diasumsikan nilai hd pada saluran pengarah = 3,14 m Q V = A 106,85 V = = 1,704 m 3 /dt 3,14 0 Jadi tinggi kecepatan aliran : (,079) (. 9,8) V h v = = = 0,148 m g He = 3,14 + 0,148 = 3,88 m Htotal Jadi nilai hd = 3,14 m diterima. 8..3 Penampang Mercu Pelimpah Untuk merencanakan permukaan ambang ogee dipakai metode yang dikembangkan oleh Civil Engineering Department U.S. Army atau biasa disebut rumus lengkung Harold. Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-4 Rumus lengkung Harold X 1.85 1.85 0.85 X = hd Y Y = (Sosrodarsono,1976) 0. 85 h Dimana : X = jarak horizontal dari titik tertinggi mercu bendung ketitik dipermukaan mercu disebelah hilir Y = jarak vertical dari titik tertinggi mercu bendung ketitik dipermukaan mercu disebelah hilir Hd = tinggi tekanan rencana d Hv 0,8 Hd 0,175 Hd He Hd +7,18 x titik nol dari koordinat X,Y 1,85 X 0,85 = Hd Y y +71,18 R = 0, Hd poros bendungan R = 0,5 Hd Gambar 8.3 Penampang mercu pelimpah hd mercu pelimpah = 3,14 1,50 = 1,64 m R 1 = 0,5 hd = 0,5 x 1,64 = 0,8 m R = 0, hd = 0, x 1,64 = 0,38 m Xhulu 1 = 0,175 hd = 0,175 x 1,64 = 0,87 m Xhulu 1 = 0,8 hd = 0,8 x 1,64 = 0,46 m Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-5 Tabel 8.1 Koordinat penampang ambang bendung pelimpah Koordinat Lengkung x y Elevasi Lengkung 0, 0,017 7,163 0,4 0,060 7,10 0,6 0,18 7,05 0,8 0,17 71,963 1 0,38 71,85 1, 0,460 71,70 1,4 0,61 71,568 1,6 0,783 71,397 1,8 0,974 71,06 1,184 70,996, 1,41 70,768,4 1,659 70,51,6 1,93 70,57,8,06 69,974 3,506 69,674 3,,84 69,356 3,4 3,159 69,01 3,6 3,51 68,668 3,8 3,880 68,300 Sumber : Hasil Perhitungan 8..4 Analisis hidrolis mercu pelimpah Di titik A : hv hd A H = 1,64 + 7,18 + 70,68 Z = 5,5 A VB hd B B Gambar 8.4 Skema Aliran Pada Mercu Pelimpah - kecepatan aliran V = 1,704 m/det (V 1 ) - tinggi tekanan kecepatan aliran hv A = 0,148 m - tinggi aliran hd A = 1,640 m Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-6 Di titik B : - Kecepatan aliran pada kaki pelimpah : Vb = g( Z 0,5H ) =. 9,8(5,5 0,5. 1,64) = 9,598 m/dt h v V = = g ( 9,598) (. 9,81) = 4,7 m - Elevasi muka air pada kaki pelimpah : Q = V x A 106,85 = 9,598 x (0 x hd) db = 0,557 m Hb = 0,557 + 4,7 = 5,57 m - Froude number pada titik B adalah : V 9,598 F r = = = 4,1 g. hd 9,8. 0,557 SALURAN PENGARAH MERCU PELIMPAH SALURAN TRANSISI SALURAN PELUNCUR PEREDAM ENERGI MAB MAN A B C SALURAN TEROMPET D E 3.00 0.00 15.00 Gambar 8.5 Potongan memanjang spillway Elevasi A Elevasi B Elevasi C = +7,18 m = +68,30 m = +66,00 m Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-7 Elevasi D Elevasi E = +61,00 m = +57,5 m 8.3. Saluran Transisi Saluran transisi direncanakan agar debit banjir rencana yang akan disalurkan tidak menimbulkan air terhenti (back water) dibagian hilir saluran samping dan memberikan kondisi yang paling menguntungkan, baik pada aliran didalam saluran transisi tersebut maupun pada aliran permulaan yang akan menuju saluran peluncur. Bentuk saluran transisi ditentukan sebagai berikut, seperti pada Gambar 8.4: l b1 b y = 1,5 Gambar 8.6 Skema bagian transisi saluran pengarah pada bangunan pelimpah Dengan ketentuan tersebut diatas dan keadaan topografi yang ada dimana b 1 = 0 m, b = 10 m maka : y = ( 0 10 ) l = s = y = tgθ = 5 m 5 tg1,5 =,55 = 3 m H l H 0,1 = 3 H =,3 m Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-8 Analisis hidrolis titik C : K Vb - Vc g +hm Vb /g db Hb Vc /g Hc H B dc C Sal pengarah Sal transisi Sal peluncur Gambar 8.7 Skema penampang memanjang aliran pada saluran transisi Vb g = 4,7 m db = 0,557 m Hc = 4,7 + 0,557 + (0,1 x 3) = 7,557 m Hc = d c + Vc Vb Vc + K + hm g g hm Q n = L. 4 / 3 A R Dimana : Vb = kecepatan aliran titik B = 9,598 m 3 /dt db = kedalaman aliran titik B = 0,557 m dc = kedalaman aliran titik C Vc = kecepatan aliran titik C K = koefisien kehilangan energi tekanan yang disebabkan oleh perubahan penampang lintang saluran transisi = 0,1 hm = kehilangan energi akibat gesekan n = koefisien manning = 0,011 L = panjang saluran = 3 m Q = debit pada saluran Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-9 R A = jari-jari hidrolis rata-rata = luas penampang saluran rata-rata Diasumsikan nilai Vc = 10,14 m/dt Q = V x A 106,85 = 10,14 x (10 x dc) dc = 1,054 m Hc Vc Vrt = dc + + K + hm g g Hc = 1,054 + 5,4 + 0,496 + 0,768 = 7,559 m 7,557 m Jadi nilai Vc = 10,14 m/dt diterima. Froude number pada titik C adalah : F r = V 10,14 = g. dc 9,8.1,054 = 3,15 8.4. Saluran Peluncur Pada perencanaan bangunan pelimpah antara tinggi mercu dengan bangunan peredam energi diberi saluran peluncur (flood way). Saluran ini berfungsi untuk mengatur aliran air yang melimpah dari mercu dapat mengalir dengan lancar tanpa hambatan-hambatan hidrolis. Dalam merencanan saluran peluncur harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Agar air yang melimpah dari saluran mengalir dengan lancer tanpa hambatan-hambatan hidrolis.. Agar konstruksi saluran peluncur cukup kukuh dan stabil dalam menampung semua beban yang timbul. 3. Agar gaya konstruksi diusahakan seekonomis mungkin. Saluran peluncur dalam perencanaan ini dibentuk sebagai berikut : Tampak atas lurus. Penampang melintang berbentuk segi empat. Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-10 Kemiringan diatur sebagai berikut : 0 m tahap pertama dengan kemiringan = 0,5 dengan lebar saluran = 10 m, kemudian 15 m tahap kedua dengan kemiringan = 0,5 tetapi penampang melebar dari 10 m menjadi 15 m. Penampang Lurus Penampang Terompet 0 15 Saluran Peluncur Gambar 8.8 Penampang memanjang saluran peluncur Bagian yang berbentuk terompet pada ujung saluran peluncur bertujuan agar aliran dari saluran peluncur yang merupakan alira super kritis dan mempunyai kecepatan tinggi, sedikit demi sedikit dapat dikurangi akibat melebarnya aliran dan aliran tersebut menjadi semakin stabil. = Sudut Pelebaran 0.00 15.00 Gambar 8.9 Bagian berbentuk terompet pada ujung hilir saluran peluncur Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-11 Analisis hidrolis di titik D : hm Vc Vc /g dc H C Hc Vd /g L Sal transisi Sal peluncur Sal peluncur terompet Vd dd D Hd Vc dc Gambar 8.10 Skema penampang memanjang aliran pada saluran peluncur = 10,14 m 3 /dt = 1,054 m Vb g = 5,4 m S = 0,5 L = 0 Hd = 5,4 + 1,054 + (0 x 0,5) = 11,94 m Hd = dd + Vd g + hm Q n hm = L. 4 / 3 A R Dimana : Vc = kecepatan aliran titik C dc = kedalaman aliran titik C dd = kedalaman aliran titik D Vd = kecepatan aliran titik dd hm = kehilangan energi akibat gesekan n = koefisien manning = 0,011 L = panjang saluran = 0 m Q = debit pada saluran R = jari-jari hidrolis rata-rata Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-1 A = luas penampang saluran rata-rata Diasumsikan nilai Vd = 13,5 m/dt Q = Vd x A 106,85 = 13,5 x (10 x dc) dd = 0,808 m Vd Hd = dd + + hm g = 0,808 + 8,914 + 1,571 = 11,93 m 11,94 m Jadi nilai Vd = 11,93 m/dt diterima. Froude number pada titik D adalah : V 13,5 F r = = = 4,7 g hd 9,8. 0,808. Analisis hidrolis di titik E : hm Vd /g Vd dd H Hd Ve Ve /g de He D E Sal peluncur Sal peluncur terompet Peredam energi Gambar 8.11 Skema penampang memanjang aliran pada saluran peluncur terompet Vd g = 8,914 m dd = 0,808 m Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-13 He = 8,914 + 0,808 + (0,5 x 15) = 13,47 m He = de + Ve + hm g Q n hm = L. 4 / 3 A R Dimana : Vd = kecepatan aliran titik D dd = kedalaman aliran titik D de = kedalaman aliran titik E Vrt = kecepatan aliran rata-rata Ve = kecepatan aliran titik E hm = kehilangan energi akibat gesekan n = koefisien manning = 0,011 Q = debit pada saluran L = panjang saluran R = jari-jari hidrolis rata-rata A = luas penampang saluran rata-rata Dengan coba-coba didapat, Ve = 13,105 m/dt Q = V x A 106,85 = 13,1065 x (15 x dc) de = 0,543 m Ve He = de + + hm g He = 0,543 + 8,753 + 4,175 = 13,47 m 13,47 m Jadi nilai Ve = 13,105 m/dt diterima. Froude number pada titik E adalah : V 13,105 F r = = = 5,68 g hd 9,8. 0,543. Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-14 8.5. Bangunan Peredam Energi Guna meredusir energi aliran air dari saluran peluncur spillway, maka di ujung hilir saluran tersebut dibuat suatu bangunan yang disebut peredam energi pencegah gerusan (scour protection stilling basin). Perhitungan kolam olak digunakan rumus-rumus sebagai berikut : V = Kecepatan awal loncatan (m/dt) = 13,105 m/dtk g = Percepatan gravitasi = 9,81 m²/dt B = Lebar saluran = 15 m Debit air per meter lebar bangunan peredam energi = 106,85 15 = 7,13 m 3 /dt Dari data-data diatas maka bangunan peredam energi yang memenuhi adalah kolam olakan datar tipe III. Syarat pemakaian kolam olakan datar tipe III, Q < 18,5 m 3 /dt/m V < 18,0 m/dt Bilangan Froude > 4,5 Gambar 8.1 Bentuk kolam olakan Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-15 8.5.1. Dimensi kolam olakan Ukuran panjang kolam olakan tergantung pada bilangan Froude aliran yang akan melintasi kolam tersebut dan elevasi muka air hilir. D 1 D Gambar 8.13 Penampang Air Pada Bangunan Peredam Energi L Pada hilir bangunan peredam energi elevasi dasar sungai adalah + 58,07 m. Dari analisis hidrolika Sungai Grubugan yang dapat dilihat pada Lampiran Gambar VI.19, didapat bahwa pada debit sebesar 106,85 m 3 /dt elevasi muka air pada hilir bangunan peredam energi sebesar + 61,79 m. Dengan elevasi dasar saluran bangunan peredam energi sebesar + 57,5 m, maka ketinggian muka air pada bagian hilir adalah 4,54 m. Gambar 8.14 Panjang loncatan hidrolis pada kolam olakan datar Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-16 - Dengan Fr = 5,7 (dari grafik pada Gambar 8.14) didapatkan nilai - L/D =,4 L/4,54 =,4 L = 9,98 ~ 10 m Jadi dimensi kolam olak = 15m x 10m 8.5.. Gigi-gigi pemencar aliran, gigi-gigi benturan dan ambang ujung hilir kolam olakan Gigi-gigi pemencar aliran yang berfungsi sebagai pembagi berkas aliran terletak di ujung saluran sebelum masuk ke dalam kolam olakan. Sedangkan gigi-gigi benturan yang berfungsi sebagai penghadang aliran serta mendeformir loncatan hidrolis menjadi pendek terletak pada dasar kolam olakan. Adapun ambang ujung hilir kolam olakan dibuat rata tanpa bergerigi. Gambar 8.15 Grafik Penentuan Gigi Benturan dan Ambang Hilir Kolam Olak - Ukuran gigi-gigi pemencar aliran adalah D1 = 0,6 m, karena lebar ujung saluran peluncur adalah 15 m maka jumlah gigi-gigi dibuat = 1 buah @ 60 cm, jarak antara gigi-gigi = 60 cm dan jarak tepi ke dinding masing-masing = 30 cm Cek jumlah jarak = (1 x 0,6) + (11 x 0,6) + ( x 0,3) = 15 m Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-17 - Ukuran gigi-gigi pembentur aliran dengan mengacu pada Gambar 8.14 didapatkan Fr = 5,68 H 3 = 1,6 D H 3 1 = 0,96 ~ 1,00 m Lebar kolam olak adalah 15 m, maka jumlah gigi pembentur dibuat = 10 buah @ (0,75 H 3 = 0,75 m) cm, jarak antara gigi-gigi = 75 cm dan jarak tepi ke dinding masing-masing = 0,35 cm cek jumlah jarak = (10 x 0,75) + (9 x 0,75) + ( x 0,375) = 15 m - kemiringan ujung hilir gigi-gigi pembentur :1 dari gambar 8.14 dapat dihitung besarnyatinggi ambang hilir Fr = 5,68 H 4 = 1,3 D H 4 1 = 0,78 ~ 0,80 m 8.5.3. Tinggi jagaan Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah (spillway) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : F b = C. V. d atau 1 3 F b = 0,6 + 0,037. V. d F b minimal = 0,5 s/d 0,6 m di atas permukaan aliran Di mana : Fb = tinggi jagaan C = koefisien = 0,1 untuk penampang saluran berbentuk persegi panjang dan 0,13 untuk penampang berbentuk trapesium V = kecepatan aliran (m/det) d = kedalaman air di dalam saluran (m) Tinggi jagaan pada kolam olakan adalah sebagai berikut : Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-18 - d = 4,5 m - b = 15 m - A = 4,5 x 15 = 67,8 m² - V = Q/A = 106,85 / 67,8 = 1,576 m/det - Tinggi jagaan : Fb = 0,10 x 1,576 x 4,5 Fb = 0,71 Atau Fb = 0,6 + (0,037 x 1,576 x 4,5 1/3 ) Fb = 0,696 m Dipakai nilai tertinggi yaitu Fb = 0,713 m dibulatkan Fb = 1,00 m. 8.6. Analisis Stabilitas Bangunan Pelimpah Bangunan pelimpah dicek stabilitasnya terhadap rembesan akibat tampungan air embung. Perhitungan stabilitas bangunan pelimpah ditinjau dengan dua kondisi yaitu pada kondisi air normal dan pada kondisi air melimpah. 8.6.1 Pada Kondisi Air Normal 1.50 0.50 0.0 B C 0.50 E D.50 A F 3.88 3.00 G I J H K 0.50 1.73.00 M 0.9 L Gambar 8.16 Rembesan dan Tekanan Air Tanah di Bawah Pelimpah Kondisi Muka Air normal Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-19 Tabel 8. Perhitungan Rembesan dan Tekanan Air Tanah Kondisi Muka Air Normal Titik Garis Panjang Rembesan LV LH 1/3 LH (m) (m) (m) A 0,00 0,00 0,00 B A - B 0,00 0,00 0,00 C B - C 0,50 0,00 0,00 D C - D 0,00 0,50 0,17 E D - E 0,0 0,00 0,00 F E - F 0,00,50 0,83 G F - G 3,00 1,00 0,33 H G - H 0,00 0,50 0,17 I H - I 0,50 0,00 0,00 J I - J 0,00 1,73 0,58 K J - K 0,50 0,00 0,00 L K - L 0,00,00 0,67 M L - M 0,9 0,00 0,00 ΣLV 5,6 Σ(1/3 LH),74 Sumber: Hasil Perhitungan Angka rembesan (C w ) = (Σ Lv + Σ ⅓Lh)/ H w =,16 Dari penyelidikan tanah pada lokasi bangunan pelimpah pondasi bangunan pelimpah terletak pada lapisan lempung, sedikit berpasir, sangat keras. Dari KP-06 Standar Perencanaan Irigasi, harga aman untuk jenis tanah tersebut, C w =1,6 Karena Cw > Cw batas maka struktur bangunan pelimpah pada saat kondisi muka air normal aman terhadap rembesan. Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-0 8.6. Pada Kondisi Air Banjir AA 0.50 0.0 B C 0.50 E D.50 1.50 A F 5,11 3.00 G I J H K 0.50 1.73.00 M 0.9 L Gambar 8.17 Rembesan dan Tekanan Air Tanah di Bawah Pelimpah Kondisi Muka Air Banjir Tabel 8.18 Perhitungan Rembesan dan Tekanan Air Tanah Kondisi Muka Air Banjir Titik Garis Panjang Rembesan LV LH 1/3 LH (m) (m) (m) AA 0,00 0,00 0,00 A 0,00 0,00 0,00 B A - B 0,00 0,00 0,00 C B - C 0,50 0,00 0,00 D C - D 0,00 0,50 0,17 E D - E 0,0 0,00 0,00 F E - F 0,00,50 0,83 G F - G 3,00 0,00 0,00 H G - H 0,00 0,50 0,17 I H - I 0,50 0,00 0,00 J I - J 0,00 1,73 0,58 K J - K 0,50 0,00 0,00 L K - L 0,00,00 0,67 M L - M 0,9 0,00 0,00 ΣLV 5,6 Σ(1/3 LH),41 Sumber: Hasil Perhitungan Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108

VIII-1 Angka rembesan (C w ) = (Σ Lv + Σ ⅓Lh)/ H w = 1,7 Dari penyelidikan tanah pada lokasi bangunan pelimpah pondasi bangunan pelimpah terletak pada lapisan lempung, sedikit berpasir, sangat keras. Dari KP-06 Standar Perencanaan Irigasi, harga aman untuk jenis tanah tersebut, C w =1,6 Karena Cw > Cw batas maka struktur bangunan pelimpah pada saat kondisi muka air aman terhadap rembesan. Perencanaan Embung Panohan Elang Jagatpratista / LA 00 051 Kec. Gunem Kab. Rembang Mochammad Imron / LA 00 108