Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DENGAN PROSES BIODEGESTER

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

Bab V Hasil dan Pembahasan

MAKALAH KIMIA ANALITIK

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

Tembalang, Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

KOMBINASI PROSES AERASI, ADSORPSI, DAN FILTRASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB III METODOLOGI. Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Literatur. Pembuatan Reaktor.

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

Transkripsi:

OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang Email: mukhlis_nabil@yahoo.com ABSTRAK Persoalan utama limbah katering adalah lemak, detergen, dan limbah cair hasil cucian. Namun dibalik pertumbuhan yang semakin meningkat, tidak diikuti oleh penanganan limbahnya. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui kemampuan bak interceptor dengan sistem top and bottom untuk pemisahan minyak dan lemak dalam air limbah katering. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dengan rentang waktu selama 4 bulan dan variasi waktu detensi 4 dan 8 jam. Selain minyak dan lemak, penelitian juga dilakukan untuk parameter TSS, BOD dan ph. Berdasarkan hasil penelitian, semakin lama waktu detensi, maka konsentrasi TSS, BOD, minyak dan lemak semakin kecil. Sebaliknya untuk nilai ph akan semakin besar. Konsentrasi TSS untuk waktu detensi 8 jam selama 78 hari sebesar 67 mg/l, dan waktu detensi 4 jam selama 47 hari sebesar 769 mg/l. Konsentrasi BOD untuk waktu detensi 8 jam selama 78 hari sebesar 84,6 mg/l, dan waktu detensi 4 jam selama 47 hari sebesar 7175,8 mg/l. Konsentrasi minyak dan lemak untuk waktu detensi 8 jam selama 78 hari sebesar 7,2 mg/l, dan waktu detensi 4 jam selama 47 hari sebesar 15,5 mg/l. Nilai ph untuk waktu detensi 8 jam selama 78 hari sebesar 7,1, dan waktu detensi 4 jam selama 47 hari sebesar 7,0. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bak interceptor dengan sistem top and bottom dengan proses aerobik, mempunyai efisiensi yang cukup baik dalam menurunkan konsentrasi TSS, BOD, Minyak dan Lemak yang terkandung dalam limbah katering. Akan tetapi belum cukup efisien dalam menurunkan konsentrasi hingga berada di bawah ambang baku mutu. Kata kunci : Limbah minyak/lemak, interceptor, aerobik 1. Pendahuluan Pertumbuhan usaha katering di Kota Padang semakin meningkat yang dipengaruhi oleh pola hidup dan pertumbuhan ekonomi, sehingga sangat menjanjikan perkembangannya. Persoalan utama limbah dari jasa katering adalah lemak, detergen, dan limbah cair hasil cucian. Namun dibalik pertumbuhan katering yang semakin meningkat, tidak diikuti oleh penanganan limbah yang terbentuk selama kegiatan usaha berlangsung. Umumnya pengelola katering belum melakukan pengolahan tersebut, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya a) Air limbah yang dihasilkan katering dianggap sama dengan yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga yang tidak mengolah air limbahnya, b) Belum/tidak diketahuinya bentuk pengolahan air limbah katering yang tepat untuk dimanfaatkan, sehingga air limbahnya selalu dibuang langsung ke lingkungan, c) Belum adanya pedoman teknis pengolahan air limbah yang mengandung minyak bagi Institusi pemerintah dalam pengawasan dan pembinaan terhadap usaha katering di Kota Padang. Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik untuk melakukan kajian Rekayasa Bak Interceptor Dengan Sistem Top And 138

Bottom Untuk Pemisahan Minyak dan Lemak Dalam Air limbah Kegiatan Katering. Dalam rekayasa ini akan dilakukan beberapa variasi variable untuk mendapatkan alternatif pengolahan air limbah yang mengandung minyak yang efektif dan tepat dalam mengatasi masalah pencemaran air. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan bak interceptor dengan sistem top and bottom untuk pemisahan minyak dan lemak dalam air limbah kegiatan katering menuju Green Economy. Sedangkan tujuan khususnya adalah 1) Diketahui efisiensi pemisahan minyak/lemak air limbah kegiatan katering, 2) Diketahui efisiensi penurunan konsentrasi BOD 5 air limbah kegiatan katering, 3) Diketahui efisiensi penurunan konsentrasi TSS air limbah kegiatan katering, 4) Diketahui ph sebelum dan sesudah pengolahan air limbah kegiatan katering, dan 5) Diketahui waktu detensi yang optimal dalam penurunan parameter air limbah kegiatan katering. 2. Metodologi Penelitian 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Workshop Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes Padang dan sumber air limbah penelitian diambil pada salah satu kegiatan katering/rumah makan yang menghasilkan air limbah dengan aktifitas pengolahan makanan dan minuman. Waktu penelitian berlangsung selama 4 bulan yang dimulai bulan Agustus 2013 s/d November 2013. 2.2. Desain Penelitian Untuk mendapatkan penurunan parameter air limbah secara keseluruhan sesuai dengan baku mutu, maka dilanjutkan dengan unit pengolahan activated sludge yang merupakan pengolahan secara biologis. Jenis penelitian Eksperimen dengan disain Pre and Post Test yang melihat perbedaan kadar minyak, BOD 5, TSS dan ph air limbah kegiatan katering/rumah makan sebelum dan sesudah pengolahan. Jika diperoleh hasil nilai sebelum dengan sesudah adalah Xa dan Xb maka selisih (Xa Xb) didapatkan efisiensi pengolahan reaktor dalam menurunkan parameter uji. 2.3. Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang merupakan objek kajian adalah : 1. Air Limbah Kegiatan Katering/rumah makan yang berasal dari proses pencucian peralatan dan piring 2. Bak Interceptor dengan Sistem Top and Bottom 3. Activated Sludge dan Clarifier 4. Parameter Uji (Minyak/Lemak, BOD 5, TSS dan ph) 5. Waktu Detensi 2.4. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian Terdiri dari 3 unit alat yaitu: a) Interceptor dengan sistem top and bottom b) Activated Sludge, dan c) Clarifier. Interceptor dengan sistem top and bottom dibuat 4 kompartemen dengan ukuran P x L x H = 1,2 m x 0,3 m x 1,0 m, dimana alat ini terbuat dari fiber yang dibentuk sedemikian rupa Activated Sludge dibuat dengan ukuran P x L x H = 0,5 m x 0,4 m x 0,4 m, dimana alat ini dibuat dari plastik yang dibentuk sedemikian rupa Clarifier dengan ukuran diameter 0,4 m dan tinggi 0,7 m dimana alat ini dibuat dari seng plat yang dibentuk sedemikian rupa 139

Influent Efluent Activated Sludge 1,0m Clarifier 0,3 m 0,3 m 0,3 m 0,3 m = Blower Efluen Gambar 1. Peralatan Interceptor De ngan Sistem Top and Bottom Ember plastik ukuran 30 liter sebagai Reservoir influent Ember plastik ukuran 10 liter sebagai Reservoir effluent Slang ukuran Ø ½ inchi Kran Blower Peralatan Pemeriksaan minyak, BOD5, TSS dan Ph Alat alat pemeriksaan parameter uji 2. Bahan Bahan Penelitian Air Limbah katering Bibit Lumpur Aktif Larutan Air Gula 2.5. Prosedur Pelaksanaan Operasi Penelitian a) Lakukan pemeriksaan kandungan minyak, BOD 5, TSS dan ph sebelum perlakuan b) Persiapkan seluruh peralatan dan bahan yang akan digunakan I. Masa Seeding 1. Ambil media mikroba dari air limbah katering, lalu masukkan ke bak Activated Sludge sebanyak 2 liter 2. Lakukan aerasi selama 7 hari dengan menggunakan aerator 3. Lakukan penambahan larutan air gula sebanyak 200 cc sekali 2 hari II. Masa Percobaan Alirkan air limbah pada bak influen ke Interceptor Lakukan pengaturan debit aliran untuk mendapatkan waktu detensi 4 jam Selanjutnya alirkan ke bak activated sludge dan pengaturan debit aliran untuk mendapatkan waktu detensi 4 jam Kemudian alirkan pada clarifier dan dan pengaturan debit aliran untuk mendapatkan waktu detensi 4 jam Lakukan ulangan percobaan dan sekali 3 hari lakukan sampling dengan analisa laboratorium parameter kandungan minyak, BOD5, TSS dan ph sampai mendapatkan efisiensi dalam kondisi steady state Apabila sudah mencapai kondisi steady state, maka dilakukan 140

perubahan uji dengan variasi waktu detensi ke 2 yaitu 8 jam untuk bak interceptor dan activated sludge dan 2 jam untuk clarifier Ikuti langkah percobaan variasi I sampai kondisi steady state Percobaan ini membutuhkan waktu ± 4 bulan, karena terkait dengan pengolahan secara biologis. 2.6. Analisa Data Data yang didapatkan diinterpretasikan dalam bentuk tabel untuk melihat efisiensi interceptor dengan sistem top and bottom untuk pemisahan minyak dan lemak. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Penelitian 3.1.1. Konsentrasi TSS Dalam percobaan ini dilakukan pengukuran parameter Total Suspended Solid (TSS) untuk melihat bagaimana partikel suspended yang ada dalam air limbah kegiatan katering/rumah makan yang dapat direduksi. Zat yang tersuspensi biasanya dari zat organik dan anorganik yang melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan pada air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak boleh dibuang ke badan air karena disamping dapat menyebabkan pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari kedalam dasar air. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kemampuan Rekayasa Bak Interceptor Dengan Sistem Top And Bottom Terhadap Konsentrasi TSS Dalam Pengolahan Air Limbah Kegiatan Katering dengan Waktu Detensi 8 jam dan 4 jam No. Tgl Hari Konsentrasi TSS (mg/l) Efisiensi Influen Efluen (%) Waktu Detensi 4 jam 21-8 s/d 5-9 14 Seeding & Aklimatisasi 1 7-9 16 4780 2943 38,43 2 12-9 21 4780 2229 53,37 3 17-9 26 4672 1884 59,67 4 22-9 31 4672 1782 61,86 5 27-9 36 4672 1431 69,37 6 2-10 41 4672 1143 75,54 7 7-10 42 4672 932 80,05 8 12-10 47 4672 769 83,54 Waktu Detensi 8 jam 13-10 s/d 14-10 49 Aklimatisasi 1 16-10 51 4672 864 81,51 2 21-10 56 4672 731 84,35 3 26-10 61 4672 567 87,86 4 31-10 66 4672 483 89,66 5 5-11 71 4672 301 93,56 6 8-11 74 4672 221 95,27 7 10-11 76 4672 135 97,11 8 12-11 78 4672 67 98,57 Sumber : Hasil analisis, 2013. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil konsentrasi TSS pada proses percobaan dengan waktu detensi 4 jam selama 47 hari nilai influen 4672 mg/l dan efluen 769 mg/l. Sedangkan pada proses percobaan dengan waktu detensi 8 jam selama 78 hari dengan influen 4672 mg/l dan efluen 67 mg/l. Sehingga hasil penelitian membuktikan semakin lama waktu detensi maka semakin kecil konsentrasi TSS, hal ini dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme aerob 141

yang berfungsi sebagai pengurai dapat tumbuh dengan baik akibat proses aerasi sehingga dapat mempercepat penggumpalan endapan-endapan. 3.1.2. Konsentrasi BOD BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. Oleh sebab itu dilakukan Pemeriksaan BOD pada air limbah kegiatan katering/rumah makan dengan bak interceptor dengan sistem Top And Bottom. Diperlukan untuk menentukan beban pencemaran pada air limbah katering/rumah makan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kemampuan Rekayasa Bak Interceptor Dengan Sistem Top And Bottom Terhadap Konsentrasi BOD Dalam Pengolahan Air Limbah Kegiatan Katering dengan Waktu Detensi 8 jam dan 4 jam No. Tgl Hari Konsentrasi BOD (mg/l) Efisiensi Influen Efluen (%) Waktu Detensi 4 jam 21-8 s/d 5-9 14 Seeding & Aklimatisasi 1 7-9 16 417,6 345,0 17,39 2 12-9 21 418,3 331,6 20,73 3 17-9 26 417,4 315,7 24,37 4 22-9 31 417,4 273,9 34,38 5 27-9 36 417,4 261,5 37,35 6 2-10 41 417,4 231,6 44,51 7 7-10 42 417,4 192,2 53,95 8 12-10 47 417,4 175,8 57,88 Waktu Detensi 8 jam 13-10 s/d 14-10 49 Aklimatisasi 1 16-10 51 417,4 192,2 53,95 2 21-10 56 417,4 183,0 56,16 3 26-10 61 417,4 164,9 60,49 4 31-10 66 417,4 126,8 69,62 5 5-11 71 417,4 105,2 74,80 6 8-11 74 417,4 83,9 79,90 7 10-11 76 417,4 90,2 78,39 8 12-11 78 417,4 84,6 79,73 Sumber : Hasil analisis, 2013. Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa pada proses percobaan dengan waktu detensi 4 jam selama 47 hari dengan influen 417,4 mg/l dan efluen 175,8 mg/l sedangkan terjadi penurunan konsentrasi BOD pada proses percobaan dengan waktu detensi 8 jam selama 78 hari dengan influen 417,4 mg/l dan efluen 84,6 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu detensi maka semakin banyak mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang dalam air limbah tersebut mampu menguraikan bahan-bahan organic yang terdapat dalam air limbah kegiatan katering/rumah makan sehingga dapat meningkatkan konsentrasi penyisihan BOD. Sehingga semakin lama waktu detensi maka makin kecil konsentrasi yang didapatkan. Karena kontak antara udara dan larutan yang sempurna dan waktu kontaknya lebih lama menunjukkan system yang baik. Gelembung udara yang besar menghasilkan luas 142

permukaan untuk terjadinya kontak antara udara larutan yang lebih kecil. 3.1.3. Konsentrasi Minyak /Lemak Seperti yang telah diketahui bersama bahwa air limbah katering/rumah makan mengandung minyak/lemak dan dapat mencemari lingkungan. Untuk itu dalam penanganannya dengan cara menurunkan kadar tersebut menggunakan alat atau reaktor pemisah minyak berupa interceptor dengan sistem top and bottom, dengan harapan dapat menurunkan kadar-kadar berbahaya yang terdapat pada minyak. Untuk hasil lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kemampuan Rekayasa Bak Interceptor Dengan Sistem Top And Bottom Terhadap Konsentrasi Minyak/Lemak Dalam Pengolahan Air Limbah Kegiatan Katering dengan Waktu Detensi 8 dan 4 jam No. Tgl Hari Konsentrasi Minyak & Lemak (mg/l) Efisiensi Influen Efluen (%) Waktu Detensi 4 jam 21-8 s/d 5-9 14 Seeding & Aklimatisasi 1 7-9 16 24,6 23,2 5,69 2 12-9 21 24,9 20,3 18,47 3 17-9 26 24,5 21,6 11,84 4 22-9 31 24,5 18,3 25,31 5 27-9 36 24,5 17,7 27,76 6 2-10 41 24,5 16,1 34,29 7 7-10 42 24,5 15,6 36,33 8 12-10 47 24,5 15,5 36,73 Waktu Detensi 8 jam 13-10 s/d 14-10 49 Aklimatisasi 1 16-10 51 24,5 16,5 32,65 2 21-10 56 24,5 15,1 38,37 3 26-10 61 24,5 13,2 46,12 4 31-10 66 24,5 11,0 55,10 5 5-11 71 24,5 9,3 62,04 6 8-11 74 24,5 7,4 69,80 7 10-11 76 24,5 7,2 70,61 8 12-11 78 24,5 7,2 70,61 Sumber : Hasil analisis, 2013. Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa dengan pengaruh waktu detensi yang semakin meningkat, maka konsentrasi penyisihan lemak semakin berkurang. Pemisahan minyak/lemak berdasarkan variasi waktu detensi masing-masing untuk waktu detensi 4 jam selama 47 hari dengan influen 24,5 mg/l dan efluen 15,5 mg/l sedangkan konsentrasi minyak/lemak dengan waktu detensi 8 jam selama 78 hari terjadi penurunan efluen dengan influen 24,5 mg/l dan efluen 7,2 mg/l. Sehingga semakin lama waktu detensi maka makin kecil konsentrasi yang didapatkan. Karena kontak antara udara dan larutan yang sempurna dan waktu kontaknya lebih lama menunjukkan system yang baik. Gelembung udara yang besar menghasilkan luas permukaan untuk terjadinya kontak antara udara larutan yang lebih kecil. 3.1.4. Nilai ph Seperti yang telah kita ketahui bersama derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa. Derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menetukan bentuk zat didalam air. 143

Untuk lebih jelas ph sebelum dan kegiatan katering/rumah makan dapat sesudah pengolahan limbah cair dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kemampuan Rekayasa Bak Interceptor Dengan Sistem Top And Bottom Terhadap ph Dalam Pengolahan Air Limbah Kegiatan Katering dengan Waktu Detensi 8 jam dan 4 jam No. Tgl Hari Konsentrasi PH Influen Efluen Waktu Detensi 4 jam 21-8 s/d 5-9 14 Seeding & Aklimatisasi 1 7-9 16 4,8 4,8 2 12-9 21 4,6 5,0 3 17-9 26 4,9 5,3 4 22-9 31 4,9 5,8 5 27-9 36 4,9 7,2 6 2-10 41 4,9 6,8 7 7-10 42 4,9 6,7 8 12-10 47 4,9 7,0 Waktu Detensi 8 jam 13-10 s/d 14-10 49 Aklimatisasi 1 16-10 51 4,9 6,0 2 21-10 56 4,9 6,8 3 26-10 61 4,9 7,0 4 31-10 66 4,9 7,5 5 5-11 71 4,9 7,2 6 8-11 74 4,9 7,2 7 10-11 76 4,9 7,0 8 12-11 78 4,9 7,1 Sumber : Hasil analisis, 2013. Efisiensi (%) Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan hal sebaliknya bahwa seiring lamanya waktu detensi, kecenderungan nilai ph yang didapatkan makin besar. Nilai ph pada limbah cair tahu dengan waktu detensi 4 jam selama 47 hari dengan influen 4,9 dan efluen 7,0 sedangkan waktu detensi 8 jam selama 78 hari dengan influen 4,9 dan efluen 7,1. Namun ph yang dihasilkan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 6-9 (KepMenNegLH No. 112 Tahun 2003). 3.2. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang rekayasa bak interceptor dengan sistem top and bottom untuk pemisahan minyak/lemak dalam air limbah kegiatan katering/rumah makan, dengan uraian sebagai berikut : 3.2.1. Konsentrasi TSS Dalam Pengolahan Air Limbah Kegiatan Katering Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa semakin lama waktu detensi maka semakin kecil konsentrasi TSS, hal ini dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme aerob yang berfungsi sebagai pengurai dapat tumbuh dengan baik akibat proses aerasi sehingga dapat mempercepat penggumpalan endapanendapan. 3.2.2. Konsentrasi BOD Dalam Pengolahan Air Limbah Kegiatan Katering Penurunan nilai BOD terjadi karena adanya menurunya jumlah bahan organik dan menurunnya jumlah bakteri yang menguraikan bahan organik dalam limbah menjadi CO2 dan amoniak karena kekurangan bahan organic sebagai sumber substrat. Menurut Mahida (1984), hancurnya bahan organik menjadi CO 2 dan 144

amoniak oleh aktivitas bakteri yang terjadi pada tahap awal akan mengakibatkan penurunan nilai oksigen terlarut, sehingga nilai BOD tinggi. Adanya aktivitas bakteri terus menerus menyebabkan kadar oksigen terlarut berkurang hingga mencapai tingkat paling rendah. Menurunnya populasi bakteri karena penurunan oksigen terlarut dalam air limbah mengakibatkan penurunan proses peruraian bahan organik yang ditunjukkan dengan penurunan BOD. Menurut Razif (2001) pengolahan dengan menggunakan bakteri aerobik yang diberi aerasi bertujuan untuk menurunkan karbon organik atau nitrogen organik. Dalam hal menurunkan karbon organik, bakteri yang berperan adalah heterotrophic. Sumber energi berasal dari oksidasi senyawa organik dan sumber karbon adalah karbon organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu detensi maka semakin banyak mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang dalam air limbah tersebut mampu menguraikan bahan-bahan organic yang terdapat dalam air limbah kegiatan katering sehingga dapat meningkatkan konsentrasi penyisihan BOD. Sehingga semakin lama waktu detensi maka makin kecil konsentrasi yang didapatkan. Karena kontak antara udara dan larutan yang sempurna dan waktu kontaknya lebih lama menunjukkan system yang baik. Gelembung udara yang besar menghasilkan luas permukaan untuk terjadinya kontak antara udara larutan yang lebih kecil. 3.2.3. Konsentrasi Minyak/Lemak Dalam Pengolahan Air Limbah Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pengaruh waktu detensi yang semakin meningkat, maka konsentrasi penyisihan lemak semakin berkurang. Menurut Manik (2003), minyak dan lemak termasuk senyawa organik yang relatif stabil dan sulit diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat dirombak oleh senyawa asam yang menghasilkan asam lemak dan gliserin. Pada keadaan basa, gliserin akan dibebaskan dari asam lemak dan akan terbentuk garam basa. Seperti yang telah diketahui bahwa air limbah katering mengandung minyak/lemak dan dapat mencemari lingkungan. Untuk itu dalam penanganannya dengan cara menurunkan kadar tersebut menggunakan alat atau reaktor pemisah minyak berupa interceptor dengan sistem top and bottom, dengan harapan dapat menurunkan kadar-kadar berbahaya yang terdapat pada minyak. 3.2.4. ph Dalam Pengolahan Air Limbah Kegiatan Katering Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hal sebaliknya bahwa seiring lamanya waktu detensi, kecenderungan nilai ph yang didapatkan makin besar. nilai ph pada limbah cair tahu dengan waktu detensi 4 jam selama 47 hari dengan influen 4,9 dan efluen 7,0 sedangkan waktu detensi 8 jam selama 78 hari dengan influen 4,9 dan efluen 7,1. Kenaikan kadar ph dapat terjadi karena proses peruraian bahan organic yang terkandung dalam limbah oleh bakteri menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air dan amoniak (NH3) akan tetapi kenaikan ph limbah masih dapat dikendalikan oleh aktivitas bakteri. Menurut Pramudya (2001) organisme yang merombak bahan organik akan menyesuaikan diri pada kisaran ph 6,5-8,3. Ewies, et.al. (1998) menambahkan bahwa pertumbuhan hamper semua mikroorganisme sangat tinggi pada ph antara 6-8 dan hampir semua bakteri menyukai kondisi netral, karena kondisi asam yang kuat atau alkali dapat menghambat aktivitas mikroorganisme. 4. Simpulan Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bak interceptor dengan sistem top and bottom dengan proses aerobik, mempunyai efisiensi yang cukup baik dalam menurunkan konsentrasi TSS, BOD, Minyak dan Lemak yang terkandung dalam 145

limbah katering. Akan tetapi belum cukup efisien dalam menurunkan konsentrasi hingga berada di bawah ambang baku mutu. Dengan demikian disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan, sehingga konsentrasi pencemar yang terukur bisa berada di bawah baku mutu. Daftar Pustaka Ahmad, Rukaesih, 2004. Kimia Lingkungan, Yogyakarta : Andi Ewies, J. B., Sarina J. E., Daniel P. Y. C., and Edward D. S. 1998. Bioremediation Principles. MC Graw Hill Companies, Inc. United States. Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. CV. Rajawali. Jakarta. Manik, K.E.S, 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Djambatan. Jakarta. Razif, M. 2001. Rekayasa Konfigurasi Sistem Adsorpsi dan Biocycle untuk Pengolahan Air Limbah Domestik yang Mengandung Deterjen. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian KLH Lembaga Penelitian ITS. Surabaya. Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 146