ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan perkebunan memiliki karakteristik khusus yang. yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut.

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Keywords: financial ratio, financial distress, z-score

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian suatu tujuan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI WANITA SEHATI SEMOLOWARU SURABAYA ARTIKEL ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II URAIAN TEORITIS

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cepat dalam berbagai segi kehidupan, baik segi sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan, diperlukan kemampuan untuk membaca, menganalisa, dan menafsirkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi dari hasil operasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RASIO LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH IPO (INITIAL PUBLIC OFFERING)

BAB II URAIAN TEORITIS

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Financial Performance (2)

ANALISIS RASIO KEUANGAN PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY TBK. BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PERIODE

Bab II. Tinjauan Pustaka

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP KINERJA KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai. moneter (Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2008: 2).

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk. dengan alat-alat pembanding lainnya (Munawir, 2007:36).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Didalam penelitian ini, adapun teori teori yang mendukung atas judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata "to manage" yang dapat diterjemahkan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Pengertian analisis laporan keuangan (financial statement analysis)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA Risma Ayunda Ayundarisma001@yahoo.com Dini Widyawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the comparison of financial performance at food and beverage companies in Indonesia Stock Exchange and to find out which company s financial performance is the best. Data in this research is the company s financial statement of food and beverage companies from 2009 to 2012. Based on the comparison of liquidity ratios which consist of current ratio and quick ratio it is found that PT Akasha Wira Internasional Tbk has better financial performance. Based on the comparison of activity ratio it is found that if it is considered from total asset turn over, PT Mayora Indah Tbk has better financial performance and if it is considered from receivable turn over, PT Multi Bintang Indonesia Tbk has better financial performance. Based on the comparison of solvability ratio it is found that if it is considered from debt to total assets ratio, PT Indofood Sukses Makmur Tbk has better financial performance. Based on the comparison of profitability ratios which consist of Profit Margin, Return on Assets, and Return on Equity, PT Multi Bintang Indonesia Tbk has the best financial performance. Keywords: financial performance, liquidity, solvability, activity, profitability ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia dan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan mana yang terbaik. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman dari tahun 2009 sampai 2012. Berdasarkan perbandingan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio, dapat diketahui bahwa PT. Akasha Wira Internasional Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio aktivitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari total asset turn over, PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dan jika dilihat dari receivable turn over, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio solvabilitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari debt to total assets ratio, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio profitabilitas yang terdiri dari profit margin, Return On Assets, dan Return On Equity, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Kata kunci : kinerja keuangan, likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas PENDAHULUAN Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi perusahaan yang meliputi posisi keuangan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Kinerja keuangan perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas kebijakan manajemen yang diambil dalam upaya mencapai tujuan organisasi, sehingga untuk mengukur kinerja keuangan perlu dilaksanakannya analisa laporan keuangan, karena dalam laporan keuangan segala hasil kebijakan manajemen terangkai dan terdokumentasi secara memadai dalam bentuk informasi keuangan.

2 Keterbukaan dalam penyampaian informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan dimaksudkan agar setiap pihak yang ada di dalam perusahaan maupun pihak yang ada di luar perusahaan dapat memperoleh informasi mengenai laporan keuangan yang akurat, lengkap dan tepat waktu. Tetapi laporan keuangan saja tidak dapat memberikan informasi yang berarti sebelum melakukan analisis atas laporan keuangan tersebut. Alat analisis yang digunakan biasanya adalah analisa laporan keuangan yang berupa rasio-rasio laporan keuangan (Darsono dan Ashari, 2005:62). Rasio keuangan ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dari berbagai aspek kinerja. Ukuran kinerja pertama yang diukur adalah ukuran likuiditas. Likuiditas mengukur kinerja perusahaan dari aspek kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran kinerja kedua adalah leverage atau solvabilitas. Solvabilitas mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka panjang. Ukuran ketiga adalah profitabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan sumber daya yang dimiliki. Dan ukuran keempat adalah aktivitas yang mengukur efektivitas dan efisiensi dalam memnggunakan aktiva, selain itu terdapat juga ukuran investasi yang mengukur profitablitas investasi yang dilakukan perusahaan. Kepemilikan modal perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dimiliki oleh masyarakat umum. Sedangkan analisis perbedaan dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya perbedaan yang berarti antara perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga investor dan calon investor dapat menentukan investasinya dengan tepat. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan makanan dan minuman di mana dalam penelitian ini difokuskan pada kinerja keuangannya sehingga bisa memberikan informasi pada masyarakat terlebih pada investor yang mau menginvestasikan dana atau modal yang dimiliki. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia dan kinerja keuangan perusahaan mana yang terbaik di antara perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia dan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan mana yang terbaik di antara perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Kinerja Keuangan Kinerja adalah kemampuan organisasi untuk meraih tujuan-tujuannya melalui pemakaian sumberdaya secara efisien dan efektif. Sedangkan penilaian kinerja menurut Mulyadi (2003:415) adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian orang, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar,dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai prestasi organisasi atau perusahaan dinilai secara kuantitatif dalam bentuk uang yang dapat dilihat dari segi pengelolaannya, pergerakanya, maupun tujuannya. Kinerja dapat dilihat dari segi kualitatif dan kuantitatif yaitu (Mulyadi, 2003: 428). Kinerja dari segi kualitatif adalah suatu kinerja perusahaan yang tidak dapat diukur seperti keunggulan produk di pasar, pemanfaatan sumber daya manusia, kekompakan tim, kepatuhan perusahaan terhadap peraturan masyarakat. Kinerja dari segi kuantitatif adalah kinerja keuangan perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan suatu analisis tertentu (dalam hal ini analisis laporan keuangan) seperti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

3 Tinggi rendahnya kinerja suatu perusahaan merupakan dasar pertimbangan guna pemilihan tujuan investasi oleh para investor pada umumnya. Apabila kinerja suatu perusahaan baik dapat dikatakan perusahaan tersebut telah menjalankan usahanya secara efektif dan efisien. Penilaian kinerja keuangan perusahaan diukur melalui pengevaluasian laporan keuangan perusahaan, khususnya analisis laporan keuangan. Jenis-jenis analisis rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah rasio neraca (likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi (profitabilitas), dan rasio neraca aktivitas (Darsono dan Ashari, 2005:51). Rasio-rasio keuangan yang dihitung dapat dibandingkan dengan rasio-rasio tahun lalu maupun dengan perusahaanperusahaan yang sejenis (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:82). Analisis Laporan Keuangan Suatu laporan keuangan akan lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan apabila data keuangan dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Sebelum mengadakan analisis terhadap laporan keuangan, penganalisis harus benar-benar memahami bentuk dan isi laporan keuangan tersebut dan seorang analis harus mempunyai kemampuan dan kebijaksanaan yang cukup dalam pengambilan suatu kesimpulan di samping harus mempertahatikan dan mempertimbangkan perubahan kondisi perusahaan. Menurut Prastowo (2002:54), secara umum metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu metode analisis horizontal (dinamis) dan metode analisis vertikal (statis). Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama pada tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) sama. Sementara itu teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan menurut Munawir (2007:36) adalah: 1) Analisa perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah, kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, kenaikan atau penurunan dalam prosentase, perbandingan yang dinyatakan dengan rasio, dan prosentase total, 2) Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis) adalah suatu metode atau teknik analisis data untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun, 3) Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengatahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualan, 4) Analisa sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisa untuk mengatahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu, 5) Analisa sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis) adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan kas selama periode tertentu, 6) Analisa ratio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan

4 dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut, 7) Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis) adalah suatu analisa untuk mengatahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu perusahaan, 8) Analisa break-even adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan (Munawir, 2007:36). Analisis Rasio Keuangan Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dari rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Menurut Munawir (2007:64) analisis rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis rasio dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutrama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio yang digunakan sebagai standar. Dengan menggunakan analisis rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta derajat keuntungan perusahaan. Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan antara perusahaan sejenis atau juga dapat dilakukan dengan membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan tahun lalu. Menurut Hanafi dan Halim (2005:77) analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam 5 macam kategori, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar. Rasio Likuiditas Pengertian rasio likuiditas menurut Hanafi dan Halim (2005:77) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Munawir (2007:71) jika dilihat dari rasio likuiditas, suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern), memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern), membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan, dan memelihara tingkat kredit yang menguntungkan. Hanafi dan Halim (2005:79) menyatakan bahwa ada 2 rasio likuiditas yang sering digunakan yaitu rasio lancar dan rasio quick (acid test ratio). Rasio lancar atau current ratio adalah rasio yanga mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:74) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) current ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur. Quick ratio atau acid test ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaannya (Munawir, 2007:74). Quick ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

5 Aktiva Lancar - Persediaan Quick ratio = Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:75) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) quick ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio cepat yang berkisar antara 1 sampai 2 menunjukkan bahwa aset yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Rasio Solvabilitas Pengertian rasio solvabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:83) adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Sedangkan pengertian rasio solvabilitas atau juga disebut dengan rasio leverage (rasio pengungkit) menurut Darsono dan Ashari (2005:54) adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio solvabilitas atau rasio leverage meliputi Debt to Asset Rasio (DAR), Debt to Equityt Rasio (DER), Equity Multiplier (EM), dan Interst Coverage (IC) atau Time Interest Earned. Debt to Total Assets Ratio (DAR) menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Darsono dan Ashari (2005:76) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to total assets ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. Debt to Total Assets Ratio = Total Kewajiban Total Aktiva Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to equity ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. Rumusnya adalah: Debt to Equity Ratio = Total Kewajiban Total Ekuitas Equity Multiplier (EM) menunjukkan kamampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Semakin kecil rasio Equity Multiplier, berarti porsi pemegang saham semakin besar sehingga kinerjanya semakin baik karena persentase untuk pembayaran bunga semakin kecil. Rumus Equity Multiplier sebagai berikut: Equity Multiplier = Total Aktiva Total Ekuitas Interest Coverage (IC) atau Time Interest Earned berguna untuk mengetahui kemampuan laba untuk membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menykai rasio yang tinggi karena rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan. Rumusnya adalah: Interest Coverage = EBIT Biaya Bunga

6 Rasio Profitabilitas Analisis kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dibutuhkan untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang dan kelangsungan hidup perusahaan karena perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan. Rasio profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:85) adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil daripada investasi pada deposito berjangka. Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas. Menurut Hanafi dan Halim (2005:85) ada tiga rasio yang sering digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas yaitu Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity. Profit Margin adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis common-size untuk laporan laba-rugi (baris paling akhir). Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Rasio ini bisa dihitung dengan rumus : Profit Margin = Laba Bersih Penjualan Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi dari industri ke industri, sebagai contoh : industri retailer cenderung mempunyai profit margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur. Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return On Investment). Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ROA = Laba Bersih Total Aktiva Return On Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : ROE = Laba Bersih Total Ekuitas Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melihatkan perbandingan antar tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaliknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain.

7 Rasio aktivitas menurut Darsono dan Ashari (2005:59) antara lain Receivable Turn Over (RTO), Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP), Inventory Turn Over (ITO), Lama Persediaan Mengendap (PM), dan Total Asset Turn Over (TATO). Receivable Turn Over adalah rasio yang menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. akan tetapi rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan pelanggan yang lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini juga bisa menjadi dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang tidak tertagih. Darsono dan Ashari (2005:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. Rumusnya adalah: Receivable Turn Over = Penjualan bersih Rata-rata Piutang Dagang Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP) dapat dilihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa menjadi kas atau ditagih. Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Rumusnya adalah: Rata-Rata Penerimaan Piutang = 365 Receivable Turn Over Inventory Turn Over (ITO) adalah rasio yang berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rumusnya adalah: Inventory Turn Over = Harga Pokok Penjualan Rata-rata persediaan Barang Lama Persediaan Mengendap (LPM) berguna untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang menganggur terlalu lama. Rumusnya adalah: Rata-Rata Penerimaan Piutang = 365 Receivable Turn Over Total asset turn over merupakan rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Dengan melihat rasio ini, dapat diketahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1 (Darsono, 2005:61). Rumusnya adalah: Total asset turn over = Penjualan Bersih Rata-rata Total Aktiva METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang melukiskan atau menggambarkan keadaan obyek yang diteliti dan menyajikan data yang diperoleh kemudian membuat kesimpulan untuk memberikan alternatif pemecahannya. Sedangkan obyek penelitian dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 464 perusahaan.

8 Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan atas kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Kriteria yang ditentukan adalah 1) Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), 2) Data laporan keuangan tersedia lengkap secara keseluruhan dari 2009 sampai 2012, 3)Lima perusahaan yang mempunyai total aset terbesar. Adapun 5 perusahaan makanan dan minuman yang memenuhi kriteria tersebut adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT. Mayora Indah Tbk (MYOR), PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) Satuan Kajian Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio keuangan yaitu: 1) Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current rasio dan quick rasio, 2) Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity rasio dan debt to total assets, 3) Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total asset turn over dan receivable turn over, 4) Rasio profitabilitas adalah rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah profit margin, return on assets, dan return on equity. Teknik Analisa Data Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Menghitung rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas, 2) Menganalisis perkembangan rasio likuditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman secara horisontal (dari tahun ke tahun), 3) Membandingkan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas secara vertikal (antar perusahaan), 4) Menyimpulkan kinerja keuangan perusahaan manakah yang paling baik di antara perusahaan makanan dan minuman. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio dan quick ratio. Current Ratio Current ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Rasio = x 100% Hutang Lancar

9 Darsono dan Ashari (2005:54) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) current ratio adalah 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur. Perhitungan current ratio perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai 2012 nampak pada tabel 1. Tabel 1 Perhitungan Current Ratio Tahun 2009 Sampai 2012 Kode Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar CR Rata-rata ADES 2009 66.860 29.613 225,78% 2010 131.881 87.255 151,14% 2011 128.835 75.394 170,88% 2012 191.489 98.624 194,16% INDF 2009 12.967.241 11.148.529 116,31% 2010 20.077.994 9.859.118 203,65% 2011 24.501.734 12.831.304 190,95% 2012 26.202.972 13.080.544 200,32% MYOR 2009 1.750.424 764.230 229,04% 2010 2.684.854 1.040.334 258,08% 2011 4.095.299 4.175.176 98,09% 2012 5.313.600 5.234.656 101,51% TBLA 2009 985.163 973.633 101,18% 2010 1.631.470 1.468.443 111,10% 2011 1.883.106 1.366.205 137,83% 2012 2.318.104 1.459.715 158,81% MLBI 2009 561.482 852.194 65,89% 2010 597.241 632.026 94,50% 2011 656.039 659.873 99,42% 185,49% 177,81% 171,68% 127,23% 79,46% 2012 462.471 796.679 58,05% Sumber: Data diolah Dari tabel 1 perhitungan current ratio dapat diketahui bahwa current ratio masingmasing perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan current ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan current ratio yang terbaik adalah pada tahun 2011, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan current ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan current ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan current ratio tidak ada yang baik. Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata current ratio kelima perusahaan yang paling tinggi adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) yaitu sebesar 185,49%, sedangkan yang terendah adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) yaitu sebesar 79,46%. Kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari current ratio yang terbaik adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) karena mempunyai rata-rata current ratio di antara 100% sampai 200% dan yang terbesar. Quick Ratio Quick ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibankewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaanya. Quick ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

10 Aktiva Lancar - Persediaan Quick Rasio = x 100% Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:75) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) Quick ratio adalah 100% sampai 200%. Rasio cepat yang berkisar antara 100% sampai 200% menunjukkan bahwa aktiva yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek Perhitungan quick ratio perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai 2012 nampak pada tabel 2. Tabel 2 Perhitungan Quick Ratio Tahun 2009 Sampai 2012 Kode Tahun Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar QR Rata-rata ADES 2009 66.860 7.088 29.613 201,844% 2010 131.881 8.488 87.255 141,417% 2011 128.835 38.965 75.394 119,200% 2012 191.489 74.592 98.624 118,528% INDF 2009 12.967.241 5.117.484 11.148.529 70,411% 2010 20.077.994 5.644.141 9.859.118 146,401% 2011 24.501.734 6.536.343 12.831.304 140,012% 2012 26.202.972 7.782.594 13.080.544 140,823% MYOR 2009 1.750.424 458.603 764.230 169,036% 2010 2.684.854 498.464 1.040.334 210,162% 2011 4.095.299 1.336.250 4.175.176 66,082% 2012 5.313.600 1.498.989 5.234.656 72,872% TBLA 2009 985.163 247.071 973.633 75,808% 2010 1.631.470 477.585 1.468.443 78,579% 2011 1.883.106 488.998 1.366.205 102,042% 2012 2.318.104 649.179 1.459.715 114,332% MLBI 2009 561.482 110.497 852.194 52,920% 2010 597.241 101.153 632.026 78,492% 2011 656.039 106.732 659.873 83,244% 145,247% 124,412% 129,538% 92,690% 64,303% 2012 462.471 123.434 796.679 42,556% Sumber: Data diolah Dari tabel 2 perhitungan quick ratio dapat diketahui bahwa quick ratio masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional berdasarkan quick ratio yang terbaik adalah pada tahun 2010, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan quick ratio yang terbaik adalah pada tahun 2010, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan quick ratio yang terbaik adalah pada tahun 2009, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan quick ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan quick ratio tidak ada yang baik. Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata quick ratio kelima perusahaan yang paling tinggi adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) yaitu sebesar 145,247%, sedangkan yang terendah adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) yaitu sebesar 64,303%. Kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari quick ratio yang terbaik adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) karena mempunyai rata-rata quick ratio di antara 100% sampai 200% dan yang terbesar.

11 Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total asset turn over, dan receivable turn over. Total Asset Turn Over Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif di atas 1 (Darsono, 2005:61). Rumusnya adalah: Total asset turn over = Penjualan Bersih Rata-rata Total Aktiva Perhitungan total asset turn over kelima perusahaan makanan dan minuman pada tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 3. Tabel 3 Perhitungan Total Asset Turn Over Tahun 2009 Sampai 2012 Kode Tahun Penjualan Aktiva Rata-rata Aktiva TATO Rata-rata ADES 2008-185.015-2009 134.438 178.287 181.651 0,740 2010 218.748 324.493 251.390 0,870 2011 299.409 316.048 320.271 0,935 2012 476.638 389.094 352.571 1,352 INDF 2008-39.594.264-2009 37.397.319 40.382.953 39.988.609 0,935 2010 38.403.360 47.275.955 43.829.454 0,876 2011 45.332.256 53.585.933 50.430.944 0,899 2012 50.059.427 59.324.207 56.455.070 0,887 MYOR 2008-2.922.998-2009 4.777.175 3.246.499 3.084.749 1,549 2010 7.224.165 4.399.191 3.822.845 1,890 2011 9.453.866 6.599.846 5.499.519 1,719 2012 10.510.656 8.302.506 7.451.176 1,411 TBLA 2008-2.802.497-2009 2.783.573 2.786.340 2.794.419 0,996 2010 2.951.114 3.651.105 3.218.723 0,917 2011 3.731.749 4.244.618 3.947.862 0,945 2012 3.805.931 5.197.552 4.721.085 0,806 MLBI 2008-941.389-2009 1.616.264 993.465 967.427 1,671 2010 1.790.164 1.137.082 1.065.274 1,680 2011 1.858.750 1.220.813 1.178.948 1,577 2012 1.566.984 1.152.048 1.186.431 1,321 Sumber: Data diolah Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa total asset turn over masing-masing perusahaan adalah: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk berdasarkan total asset turn over yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berdasarkan total asset turn over tidak ada yang baik karena kurang dari 1, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan total asset turn over yang terbaik adalah pada tahun 2010, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan total asset turn over tidak ada yang baik karena kurang dari 1, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan total asset turn over yang terbaik adalah pada tahun 2010. 0,974 0,899 1,642 0,916 1,562

12 Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari total asset turn over yang paling baik adalah PT. Mayora Indah Tbk (MYOR), karena mempunyai rata-rata total asset turn over lebih dari 1 dan yang paling besar. Receivable Turn Over Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Darsono dan Ashari (2005:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki, akan tetapi rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan pelanggan yang lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rumusnya adalah: Receivable Turn Over = Penjualan bersih Rata-rata Piutang Dagang Perhitungan receivable turn over kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 4. Tabel 4 Perhitungan Receivable Turn Over Tahun 2009 Sampai 2012 Kode Tahun Penjualan Piutang Rata-rata Piutang RTO Rata-rata ADES 2008-16.042 2009 134.438 20.367 18.205 7,385 2010 218.748 95.929 58.148 3,762 5,339 2011 299.409 71.797 83.863 3,570 2012 476.638 71.787 71.792 6,639 INDF 2008-2.760.971 2009 37.397.319 2.296.474 2.528.723 14,789 2010 38.403.360 2.686.273 2.491.374 15,415 14,552 2011 45.332.256 3.669.305 3.177.789 14,265 2012 50.059.427 3.617.741 3.643.523 13,739 MYOR 2008-751.626 2009 4.777.175 880.906 816.266 5,852 2010 7.224.165 1.328.534 1.104.720 6,539 6,053 2011 9.453.866 1.707.355 1.517.945 6,228 2012 10.510.656 2.051.347 1.879.351 5,593 TBLA 2008-196.211 2009 2.783.573 172.206 184.209 15,111 2010 2.951.114 229.900 201.053 14,678 14,408 2011 3.731.749 241.282 235.591 15,840 2012 3.805.931 392.875 317.079 12,003 MLBI 2008-107.305 2009 1.616.264 94.348 100.827 16,030 2010 1.790.164 221.236 157.792 11,345 10,567 2011 1.858.750 264.465 242.851 7,654 2012 1.566.984 168.539 216.502 7,238 Sumber: Data diolah Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa receivable turn over kelima perusahaan adalah: 1)Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan receivable turn over yang terbaik adalah pada tahun 2009, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan receivable turn over tidak ada yang baik karena di atas 12, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan receivable turn over yang terbaik adalah pada tahun 2010, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan receivable turn over tidak ada yang baik karena di atas 12, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan receivable turn over yang terbaik adalah pada tahun 2011.

13 Dari tabel 4 diketahui bahwa kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari receivable turn over yang terbaik adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) karena mempunyai rata-rata receivable turn over antara 6 sampai 12 dan yang terbesar. Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total assets dan debt to equity rasio. Debt to Total Assets Ratio Rasio debt to total assets menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus sebagai berikut: Total Kewajiban Debt to Total Assets = x 100% Total Aktiva Perhitungan debt to total assets ratio kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 6. Tabel 5 Perhitungan Debt To Total Assets Ratio Tahun 2009 Sampai 2012 Kode Tahun Total Hutang Total Aktiva DTAR Rata-rata ADES 2009 110.068 178.287 61,736% 2010 224.615 324.493 69,220% 2011 190.302 316.048 60,213% 2012 179.972 389.094 46,254% INDF 2009 24.886.781 40.382.953 61,627% 2010 22.423.117 47.275.955 47,430% 2011 21.975.708 53.585.933 41,010% 2012 25.181.533 59.324.207 42,447% MYOR 2009 1.622.970 3.246.499 49,991% 2010 2.358.692 4.399.191 53,616% 2011 4175176 6.599.846 63,262% 2012 5.234.656 8.302.506 63,049% TBLA 2009 1.881.639 2.786.340 67,531% 2010 2.409.512 3.651.105 65,994% 2011 2.637.303 4.244.618 62,133% 2012 3.438.056 5.197.552 66,148% MLBI 2009 888.122 993.465 89,396% 2010 665.714 1.137.082 58,546% 2011 690.545 1.220.813 56,564% 59,356% 48,129% 57,480% 65,451% 68,969% 2012 822.195 1.152.048 71,368% Sumber: Data diolah Darsono dan Ashari (2005:55) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to total assets ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. Rasio solvabilitas adalah rasio hutang, di mana semakin tinggi rasio hutang menunjukkan kinerja keuangan yang buruk, sebaliknya semakin rendah rasio hutang maka semakin baik kinerja keuangannya. Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa debt to total assets ratio masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan debt to total assets ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan debt to total assets ratio yang terbaik adalah pada tahun 2011, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR)

14 berdasarkan debt to total assets ratio yang terbaik adalah pada tahun 2009, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan debt to total assets ratio yang terbaik adalah pada tahun 2011, 5)Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan debt to total assets ratio yang terbaik adalah pada tahun 2011. Dari tabel 5 diketahui bahwa kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari debt to total assets ratio yang paling baik adalah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) karena mempunyai rata-rata debt to equity ratio kurang dari 100% dan yang terkecil. Debt to Equity Rasio Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Rumus yang digunakan adalah: Total Kewajiban Debt to Equity Rasio = x 100% Total Modal Sendiri Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to equity ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. Debt to equity rasio adalah rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio hutang, di mana semakin tinggi rasio hutang menunjukkan kinerja keuangan yang buruk, sebaliknya semakin rendah rasio hutang maka semakin baik kinerja keuangannya. Perhitungan debt to equity ratio kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 6. Tabel 6 Perhitungan Debt To Equity Ratio Tahun 2010 Sampai 2012 Kode Tahun Total Hutang Total Modal DER Rata-rata ADES 2009 110.068 68.219 161,345% 2010 224.615 99.878 224,889% 2011 190.302 125.746 151,338% 2012 179.972 209.122 86,061% INDF 2009 24.886.781 10.155.495 245,057% 2010 22.423.117 16.784.671 133,593% 2011 21.975.708 31.610.225 69,521% 2012 25.181.533 34.142.674 73,754% MYOR 2009 1.622.970 1.581.755 102,606% 2010 2.358.692 1.991.295 118,450% 2011 4.175.176 2.424.669 172,196% 2012 5.234.656 3.067.850 170,629% TBLA 2009 1.881.639 899.648 209,153% 2010 2.409.512 1.234.180 195,232% 2011 2.637.303 1.607.315 164,081% 2012 3.438.056 1.759.496 195,400% MLBI 2009 888.122 105.211 844,134% 2010 665.714 471.221 141,274% 2011 690.545 530.268 130,226% 155,908% 130,481% 140,970% 190,966% 341,224% 2012 822.195 329.853 249,261% Sumber: Data diolah Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa debt to equity ratio masing-masing perusahaan adalah: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk berdasarkan debt to equity ratio yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan debt to equity ratio yang terbaik adalah pada tahun 2011, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan debt to equity ratio tidak ada

15 yang baik karena lebih dari 100%, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan debt to equity ratio tidak ada yang baik karena lebih dari 100%, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan debt to equity ratio tidak ada yang baik karena lebih dari 100%. Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan kelima perusahaan jika dilihat dari debt to equity ratio tidak ada yang baik karena mempunyai rata-rata debt to equity ratio lebih dari 100%. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas adalah rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Profit Margin, Return On Assets, dan Return On Equity. Profit Margin Rasio profit margin merupakan rasio yang mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Laba Bersih Profit Margin = x 100% Penjualan Perhitungan profit margin kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 7. Tabel 7 Perhitungan Profit Margin Tahun 2009 Sampai 2012 Kode Tahun Laba Bersih Penjualan PM Rata-rata ADES 2009 16.321 134.438 12,140% 2010 31.659 218.748 14,473% 2011 25.868 299.409 8,640% 2012 83.376 476.638 17,493% INDF 2009 2.075.861 37.397.319 5,551% 2010 2.952.858 38.403.360 7,689% 2011 4.891.673 45.332.256 10,791% 2012 4.779.446 50.059.427 9,548% MYOR 2009 372.158 4.777.175 7,790% 2010 484.086 7.224.165 6,701% 2011 483.486 9.453.866 5,114% 2012 744.428 10.510.656 7,083% TBLA 2009 250.955 2.783.573 9,016% 2010 246.663 2.951.114 8,358% 2011 421.127 3.731.749 11,285% 2012 243.767 3.805.931 6,405% MLBI 2009 340.458 1.616.264 21,065% 2010 442.916 1.790.164 24,742% 2011 507.382 1.858.750 27,297% 13,186% 8,395% 6,672% 8,766% 25,509% 2012 453.405 1.566.984 28,935% Sumber: Data diolah Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa profit margin masing-masing perusahaan adalah: 1)Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan profit margin yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan profit margin yang terbaik adalah pada tahun 2011, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan profit margin yang terbaik adalah pada tahun

16 2009, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan profit margin yang terbaik adalah pada tahun 2011, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan profit margin yang terbaik adalah pada tahun 2012. Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan yang terbaik dilihat dari profit margin di antara kelima perusahaan adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Return On Assets Return On Assets digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Laba Bersih Return On Assets = x 100% Total Aktiva Perhitungan Return On Assets kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai 2012 nampak pada tabel 8. Tabel 8 Perhitungan Return On Assets Tahun 2009 Sampai 2012 Kode Tahun Laba Bersih Total Aktiva ROA Rata-rata ADES 2009 16.321 178.287 9,154% 2010 31.659 324.493 9,756% 2011 25.868 316.048 8,185% 2012 83.376 389.094 21,428% INDF 2009 2.075.861 40.382.953 5,140% 2010 2.952.858 47.275.955 6,246% 2011 4.891.673 53.585.933 9,129% 2012 4.779.446 59.324.207 8,056% MYOR 2009 372.158 3.246.499 11,463% 2010 484.086 4.399.191 11,004% 2011 483.486 6.599.846 7,326% 2012 744.428 8.302.506 8,966% TBLA 2009 250.955 2.786.340 9,007% 2010 246.663 3.651.105 6,756% 2011 421.127 4.244.618 9,921% 2012 243.767 5.197.552 4,690% MLBI 2009 340.458 993.465 34,270% 2010 442.916 1.137.082 38,952% 2011 507.382 1.220.813 41,561% 12,131% 7,143% 9,690% 7,593% 38,535% 2012 453.405 1.152.048 39,356% Sumber: Data diolah Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa Return On Assets masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2011, 3) Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2009, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2011, 5)Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2011.

17 Dari tabel 8 diketahui bahwa kinerja keuangan yang terbaik dilihat dari Return On Assets di antara kelima perusahaan adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Return On Equity Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu Rumus yang digunakan adalah : Laba Bersih Return On Equity = x 100% Total Ekuitas Perhitungan Return On Equity kelima perusahaan makanan dan minuman tahun 2009 sampai tahun 2012 nampak pada tabel 9. Tabel 9 Perhitungan Return On Equity Perusahaan Makanan dan Minuman Kode Tahun Laba Bersih Modal Sendiri ROE Rata-rata ADES 2009 16.321 68.219 23,924% 2010 31.659 99.878 31,698% 2011 25.868 125.746 20,572% 2012 83.376 209.122 39,870% INDF 2009 2.075.861 10.155.495 20,441% 2010 2.952.858 16.784.671 17,593% 2011 4.891.673 31.610.225 15,475% 2012 4.779.446 34.142.674 13,998% MYOR 2009 372.158 1.581.755 23,528% 2010 484.086 1.991.295 24,310% 2011 483.486 2.424.669 19,940% 2012 744.428 3.067.850 24,265% TBLA 2009 250.955 899.648 27,895% 2010 246.663 1.234.180 19,986% 2011 421.127 1.607.315 26,201% 2012 243.767 1.759.496 13,854% MLBI 2009 340.458 105.211 323,595% 2010 442.916 471.221 93,993% 2011 507.382 530.268 95,684% 29,016% 16,877% 23,011% 21,984% 162,682% 2012 453.405 329.853 137,457% Sumber: Data diolah Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa Return On Equity masing-masing perusahaan adalah: 1) Kinerja keuangan PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2012, 2) Kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2009, 3)Kinerja keuangan PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2010, 4) Kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2009, 5) Kinerja keuangan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berdasarkan Return On Assets yang terbaik adalah pada tahun 2009. Dari tabel 9 diketahui bahwa kinerja keuangan yang terbaik dilihat dari Return On Equity di antara kelima perusahaan adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Intepretasi Dari hasil analisis pada beberapa rasio keuangan pada perusahaan makanan dan minuman, dapat dilakukan rekapitulasi mengenai kinerja keuangan perusahaan yang paling baik nampak pada tabel 10.

18 Current ratio Quick ratio Total asset turn over Receivable turn over Tabel 10 Rekapitulasi Kinerja Keuangan Yang Terbaik Rasio Debt to total assets ratio Perusahaan PT. Akasha Wira Internasional Tbk PT. Akasha Wira Internasional Tbk PT. Mayora Indah Tbk PT. Multi Bintang Indonesia Tbk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Debt to equity rasio Tidak ada yang baik Profit margin PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Return On Assets PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Return On Equity PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Sumber: Tabel 1 sampai Tabel 9 Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa: 1) Jika dilihat dari perbandingan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio, PT. Akasha Wira Internasional Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya, 2) Berdasarkan perbandingan rasio aktivitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari total asset turn over, PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya, serta jika dilihat dari receivable turn over, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya, 3)Berdasarkan perbandingan rasio solvabilitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari debt to total assets ratio, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya, serta jika dilihat dari debt to equity rasio, kinerja keuangan kelima perusahaan tidak ada yang baik karena tidak ada perusahaan yang mempunyai ratarata debt to equity rasio kurang dari 100%, 4) Jika dilihat dari perbandingan rasio profitabilitas yang terdiri dari profit margin, Return On Assets, dan Return On Equity, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kinerja keuangan pada PT. Akasha Wira Internasional Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio, dapat diketahui bahwa PT. Akasha Wira Internasional Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik Berdasarkan perbandingan rasio aktivitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari total asset turn over, PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dan jika dilihat dari receivable turn over, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio solvabilitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari debt to total assets ratio, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dan jika dilihat dari debt to equity rasio, kinerja keuangan kelima perusahaan tidak ada yang baik karena tidak ada perusahaan yang mempunyai rata-rata debt to equity rasio kurang dari 100%. Jika dilihat dari perbandingan rasio profitabilitas yang terdiri dari profit margin, Return On Assets, dan Return On Equity, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik.