EVALUASI ZONAAGROKLIMAT DARI KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI ZONA AGROKLIMAT DARI KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

EVALUASI ZONA AGROKLIMAT DARI KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

PEMUTAKHIRAN PETA AGROKLIMAT KLASIFIKASI OLDEMAN DI PULAU LOMBOK DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

ANALISIS SEBARAN SPASIAL IKLIM KLASIFIKASI SCHMIDT-FERGUSON KABUPATEN BANTAENG.

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu Untuk Proyeksi Mendatang

TEKNOLOGI PERTANIAN Klasifikasi Sub Tipe Iklim Oldeman: Studi Kasus di Wilayah UPT PSDA Bondowoso

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

DAFTAR PUSTAKA. American Geology Institute Glossary of Geology and Related Sciences, American Geological Institute, Washington, D.C., hal.

IDENTIFIKASI HUBUNGAN FLUKTUASI NILAI SOI TERHADAP CURAH HUJAN BULANAN DI KAWASAN BATUKARU-BEDUGUL, BALI

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

Bab 2 Tinjauan Pustaka

I. INFORMASI METEOROLOGI

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

PERANCANGAN MODEL PREDIKSI CURAH HUJAN BULANAN BERDASARKAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI KALIMANTAN SELATAN

EKSPLANASI ILMIAH DAMPAK EL NINO LA. Rosmiati STKIP Bima

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN DI YOGJAKARTA, SEMARANG, SURABAYA, PROBOLINGGO DAN MALANG

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

ACARA IV KLASIFIKASI IKLIM UNTUK BIDANG PERTANIAN

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : 49-60, Maret 2015

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM TANGGAL 9-14 DESEMBER 2016

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

ANALISIS CURAH HUJAN DASARIAN III MEI 2017 DI PROVINSI NTB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HU]AN DI DAERAH ACEH DAN SOLOK

PROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016

PENGARUH TOPOGRAFI TERHADAP CURAH HUJAN MUSIMAN DAN TAHUNAN DI PROVINSI BALI BERDASARKAN DATA OBSERVASI RESOLUSI TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI. Meteorology for better life

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

Gambar 2 Sebaran Sawah Irigasi dan Tadah Hujan Jawa dan Bali

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

ANALISIS RAGAM OSILASI CURAH HUJAN DI PROBOLINGGO DAN MALANG

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS PENGARUH CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

ANALISIS INTENSITAS CURAH HUJAN WILAYAH BANDUNG PADA AWAL 2010 ANALYSIS OF THE RAINFALL INTENSITY IN BANDUNG IN EARLY 2010

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

MINI RISERT METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI MENGHITUNG CURAH HUJAN

IMPLEMENTASI KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DAN EVAPORASI DI DAERAH BERIKLIM KERING UNTUK PERTANIAN (Studi Kasus Jawa timur)

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MATARAM DAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TANGGAL JUNI 2017

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

ANALISIS CUACA TERKAIT BANJIR DI KELURAHAN WOLOMARANG, KECAMATAN ALOK, WILAYAH KABUPATEN SIKKA, NTT (7 JANUARI 2017)

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENGARUH SEBARAN SUHU UDARA DARI AUSTRALIA TERHADAP SUHU UDARA DI BALI. Oleh, Erasmus Kayadu

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Estimasi Curah Hujan Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TANGGAL NOVEMBER 2017

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL HUJAN KONVEKTIF DI PULAU JAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT GMS-6 (MTSAT-1R) YETTI KUSUMAYANTI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

1. Pijar MIPA, Vol. III No.1, Maret 2008: 17-22. ISSN 1907-1744 EVALUASI ZONAAGROKLIMAT DARI KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) Abd. Rahman As-syakur Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Udayana Jln. PB Sudinnan Denpasar. Telp(0361)236221, Fax (0361)236180 e-mail: aan_dpm@yahoo.com Abstrak, Tulisan ini rnenguraikan ten tang evalu...si data agroklimat klasifikasi Schmid-Ferguson di Pulau Lombok berdasarkan data curah hujan terbaru. Metode yang digunakan adalah interpolasi atau ektrapolasi dengan aplikasi Sistem 1nformasi Geografi (SIG). Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan luas untuk zona-zona dengan tipe C sebesar 109.432% dan tipe D sebesar 51.571 % sedangkan penurunan luas terjadi pada zona-zona dengan tipe E sebesar 0.908% dan tipe F sebesar 36.194%. Tipe iklim E merupakan tipe iklim dominan di Pulau lombok dengan presentase masing 47.97 dari luas Pulau Lombok. Tipe D, E dan C masing-masing mempunyai persentase 29.11, 22.12 dan 5.81. Aplikasi SIG dapat meperrnudah dalarn penginterpolasian titik, Akan tetapi kelemahan peta isohyet yang dihasilkan oleh SIG tidak memperhitungkan faktor-faktor lain penyebab hujan selain faktor yang dimasukkan sebagai input data. Kata Kunci: hujan, klasifikasii iklim Schimdt-Ferguson, Sistem Informasi Geografi THE EVALUATION OF SCHMIDT-FERGUSON CLASSIFICATION ON AGROCLIMAT UATAAT LOMBOK ISLAND Abstract. This article describe about the evaluation of Schmidt-Ferguson classification on agroclimat data at Lombok island based on the newest climaters data. Method that are used was the interpolation or extrapolation with GIS Aplications. The experimental result showed that there were raised area for zones with C type as much 109.432% % and D type: as much 51.571 %. On the other land decreased areas happend on the zone with E type as much 0.908 % and F type as much 36.194 %. E climate type are the dominant climate type at Lombok island, with each prosentages of 47.97 from Lombok island area. D, E and C type each has prosentages of29.11, 22.12 and 5.81.. The application of Geographical Information System (GIS) can make interpolated dots become more easier, but the weakness of isohyet map which produced by GIS, did not count on other factors that cause rain beside the factors that enter as a data input. Keywords: rain, Schmidt-Ferguson classification climate, Geographic Information System. J. PENDAHlJLlJAN Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adajah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memijih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidangbidang tersebut ill. lklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan maupun siklus beberapa tahunan. Selain perubahan yang berpola siklus, aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala global maupun skala lokal 111. Selama ini pemanfaatan data-data iklim lama masih sering digunakan karenakurangnya penelitian tentang iklim, khususnya skala loka!. Hal ini juga terjadi pad a penentuan zona-zona iklim seperti zona iklim klasifikasi Schmidt Ferguson. Di Pulau Lombok Schmidt-Ferguson pernah menganalisa data curah hujan untuk menentukan tipe-tipe iklim yang di publikasikan pada tahun 1951 dan data-data itu masih digunakan sampai sekarang. Seiring dengan terjadinya peru bah an ikl im dan bertambahnya pos penakar curah hujan kemungkinan terjadinya perubahan tipe-tipe iklim klasifikasi Schmidt Ferguson sangat besar, sedangkan data-data ini masih digunakan sebagai dasar penelitian, perencanaan dan pengambil keputusan pada masa sekarang yang apabila dihubungkan dengan waktu penelitian dan perubahan iklim maka data-data tersebut sudah tidak begitu valid lagi. Pemanfaatan Sistem lnformasi Geografi dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sebaran spasial dari zonazona iklim sehingga dapat menampilkannya secara 17

1. Pijar MIPA Vol. III No. I, Maret2008: 17-22. ------ Gambar 1 Feu Penveoaran r05 Huj an Di Pulau Lombok.r ---- rp~t~ : ;::;;::"~::.i; :: ~ i;' ~':}:!~1:.:it r.:! ~..::; :,~: I Gambar 2. Diagram alir penelitian keruangan dalam bentuk zona-zona tipe iklim yang akhirnya dapat mempermudah pembacaan dan penginterpretasian data-data tersebut. SIG adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi tgeoreference y, disamping itu SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan anal isis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi [3] Analisis SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi geografi atau keruangan. Tujuan penelitian ini adalah mengaplikasikan Sistern Informasi Gecgrafi. (SIG) untuk mengevaluasi data agroklimat klasifikasi Schmidt-Ferguson berdasarkan datadata terbaru dan membuat peta zona iklim berdasarkan data- data terbaru tersebut untuk mengetahui perubahan luasan zona-zona iklim klasifikasi Schimidt-Ferguson di Pulau Lombok. II. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan di Pulau Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berlangsung mulai bulan November 2004 sampai Maret 2005. Pulau Lombok terdiri dari tiga kabupaten dan satu Kota serta rnernpunyai luas wilayah 4.647,39 km2 Menurut letak g~ografisnya P~lau Lombok terletakantara 115U46' BT -116U80' BT,dan 8U12' LS-9U02' LS. Schmidt-Ferguson menggunakan nilai perbandingan (Q) antara rata-rata banyaknya bulan kering (Xd) dan rata-rata banyaknya bulan basah (Xw). Berdasarkan penelitiannya, penggolongan iklim di Indonesia menjadi 8 (delapan) bb b golongan (Tabel I). \8

Evaluasi Zona Agroklimat dari Klasifikasi Schimidt-Ferguson... (Abd. Rahman As-syakur) a. Bulan Kering (Xci) j ika dalam satu bulan mempunyai curah hujan < 60 mrn b. Bulan Basah (Xw) : j ika dalam satu bulan mempunyai curah hujan > 100 mm Q rata - rata bulan kering (Xd) rata - rata bulan basah (Xw) Tab!; l. Klss,t'J:.a!:',Iklim :,hllunrt Schmidtf;;.rg:uSQll{F!.:.s.H:~: i 99;) :\. ~Sm&it d;:.:;ah) E. ;B=::i:J:~ C. :.",,~=";; 8~o"-h) D. :~~ri;.,:g_.. E.,.,~.;~ ~~f:.n;;) f. ~:K:ri]}~:. G, ~San~~t t':'f;n~:; H. ~Lu:;.r5i:.::. Kg,t'~Il~:',J<{.!<U)4i {U'B<Q.<:j)):;~ i\)~3>.::: Q -:::CI:6~<i V:6{1[l -::Q -;: l, ")J:l t.:)~,:)<:q ~~:.5-~I U-:' '-0 < ~,J':<' I -~.. berdekatan dapat berjarak teratur ataupun tidak teratur. Adapun alur penelitian dapat dilihat pad a gam bar 2. rn. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Schmidt-Ferguson pad a tab un 1951, pos-pos penakar hujan yang mewakili pulau lombok memperlihatkan empat tipe iklim yaitu tipe C (Agak Basah) untuk daerah pos pengamatan Barabali/Mantang, tipe 0 (Sedang) untuk daerah pos pengamatan Arnpenan, Mataram, Kopang/Mt Gamang, Praya dan Batujai/Penujak, Tipe E (Agak Kering) untuk Jaerah Tanjung, Bayan, Pujut/Mujur dan sekitarnya sedangkan tipe F (Kering) diwakil i daerah Selong, Tanjung Luar dan Labuhan Lombok. Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Schmidt-Ferguson tidak dilengkapi dengan peta sehingga dibuatlah peta zone Agrolkimat (Garnbar 3). Berdasarkan peta yang dibuat dengan mernanfaatkan Sisrem lnforrnas i Geografi rerlihat sebaran dar i zona-zona agroklimat. Hasil analisis menunjukkan bahwa Tipe C mempunyai luasan sebesar 12922.019 ha (2.774%). Tipe 0 seluas 89470.466 ha (19.204%), Tipe E seluas 202005.398 ha (43360%), dan Tipe F seluas 161483.879 ha (34.662%). ' Dara yang digunakan adalah data curah hujan bulanan Hasil pemutakhiran data dengan data rata-rata curah 33 pos di Pulau Lombok dari tahun 1963 sarnpai tahun 2003 hujan terbaru serta dengan pernanfaatan data-data dari pos yang diperoleh dari BPTPH Prop. NTB dan BMG Mararam. penakar hujan yang baru diternpatkan (Tabel 21. make peta seuangkan data nilai Q Schmidt-Feguson tahun 19) I zone Agroklirnat berdasarkan Kia ifikasi Sch!11;-=:-F-:rr~son diperoleh dari Rafi' il4j dapat diperbaharu.. ~ang analisisn- a jug::: me-r ~- :-:::~-"an -- - -------- 10 ISKm == f '. /.I I,\ t.j.j KETERANGAN Pos Hujan C ~J 0 E D F GarnbarJ Peta Agroklimat Pulau Lombok klasifikasi SchimidtFerguson tahun l v.i 1 Pengolahan data spasial dilakukan dengan cara interpolasi dan ektrapolasi dengan menggunakan program ArcGIS 9.0, metode interpolasinya adalah Kriging. Metode interpolasi atau ekstrapolasi merupakan metode yang digunakan untuk menduga nilai-nilai yang tidak diketahui. pada lokasi atau titik yang berdekatan, titik-titik yang Sistem Informasi Geografi. Hasil anal isis menunjukkan bahwa peta terbaru tidak menemukan adanya perubahan dari ke ernpat tipe iklim tersebut, yang terjadi hanyalah perubahan sebaran dan luasan zona-zona iklim (Gambar 4). Tipe C bertambah luasannya sebesar 109.432% dari luas awa112922.019 ha menjadi 27062.970 ha, tipe 0 bertambah 19

.I. Pi_jarMIPAVol.llI No.1, Maret2008: 17-22., 0 e '0 """' - ---- ----- +...' KETERANGAN Pes Hujan C D E F Gambar 4 P~ta Azroklimat Pul L - 1.. \ I.',1 ". hi.._ _. _ r. au...,nlou: r: aolll.j'::ej:)c umidtfergus.on ha sil ev alua si 51.571 % dari 89470.466 ha menjadi 135611.124 ha, tipe E berkurang U.'.IUO%dari 202005.398 ha menjadi 200 17U.'.I7! ha. sedangkan tipe F berkurang 36.194(~'J dari 161483.879 h.. menjadi 103036.697 ha. Tipe Iklim E rnerupakan tipe iklim dorninan di Pulau lombok yang meliputi 47.97% dari luas keseluruhan Pulau Lombok, ripe D meliputi 29.11%, tipe F 22.12% dan tipe C 5.81 %. Hasil evaluasi Peta agroklimat pulau lombok klasifikasi Schmidt-Ferguson mernperlihatkan bahwa daerah-daearah yang tergolong bertipe basah yaitu tipe iklim C terdapat di bagian selatan dan barat daya kaki Gunung Rinjani. Daerah yang tergolong bertipe kering yaitu tipe iklim F terdapat di pulau Lombok bagian timur dan sebagian kecil di barat daya hil:il! Lombok. Sedangkan untuk tipe iklim D dan E nicmbentuk sabuk terhadap Gunung Rinjani sarnpai di Pantai Selatan, Pantai Barat serta Pantai Utara Pulau Lombok Zone agroklimat di daerah pantai Pulau Lombok umumnya tidak berubah. Perubahan cukup besar terjadi hanya di sikitar Gunung Rinjani yaitu penambahan luasan zona tipe iklirn C dan D di bagian selatan Gunung Rinjani serta berkurangnya tipe iklim F di bagian timur laut Gununu Rinjani. Titik yang mengalami perubahan hanya terjadi d~i pos penakar hujan daerah Bayan, dimana berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson pada tahun 1951 daerah ini bertipe iklim E sedangkan hasil pemutakhiran data menunjukan tipe iklirn F. Anornali iklim seperti EI Nino dan La Nina cukup berpengaruh terhadap penurunan tipe iklirn ini yang dikarenakan Pulau Lombok rnerupakan daerah yang curah hujannya di pengaruhi oleh anain monsun hal ini b, sesuai dengan pernyataan Aldrian and Susanto'" yang mengatakan bahwa pengaruh EI Nino dan La Nina kuat pada dearah berpola hujan Monsun. Berdasarkan data anain yang diperoleh dari BMG Selaparang, arah angin terban;ak pada bulan januari berasal dari sudut 270 atau dari ami. barat sedangkan pada bulan juli arah angin terbanyak berasai dari sudut 1:20 atau dan arah 1e,,::'!2ara Menurut R.?!~~Rge( 1971) dalarn Tjasy ono bahwa Sd"~; san, ciri angin munson adalah..",::: an.:='r. _.:.1l1ld p::..:,.-_ -.-.:21ccari dan Juli berbeda paling sedikrt I ~(l. H;:i!ft; l1',,-''::.r,r'~,anbahwa Pulau Lombok drlewati oleh angin monsun Kejadian EI Nino dan La Nina menvebabkan rerjadinya peru bah an siklus walker yang pada kondisi normal sabuk konvergensi siklus walker berada di wi la) ah indonesia. akan tetapi saat kejadian EI Nino sabuk konvergensi bergeser ke arah tirnur Indones ia yang menyebabkan berkurangnya jumlah curah hujan beberapa daerah di Indonesia rermasuk Pulau Lombok. Akan tetapi pengaruh EI Nino dan La Nina berbeda-beda pada setiap lokasi, hal ini sangat berhubungan dengan pengendali-pengendali iklim seperti topografi. Menurut Las (2004) dalam Estiningtyas dan Arnien!" pengaruh anomali iklim terhaciap besaran curah hujan sangat tergantung akan posisi wi layah/daerah terhadap ekuarorial, pengaruh monsunal serta pengaruh lokal seperti topografi, penggunaan lahan, sistem hidrologi dan lain-lain Perubahan luasan peta ik lirn dari hasil evaluasi data me nurut k lasifik asi Schmidt-Ferguson lebih banyak disebabkan o le h pe n arn ba h an pos penakar hujan. Pen a mb a h a n pos penakar huj an akan lebih menyempurnakan penyebaran data-data hujan sehingga kondisi curah hujan di daerah yang bersangkutan dapat d ipastikan kebenarannya. Pernbuatan peta klasifikasi iklim serta pera isohyet curah hujan sangat tergantung dari kebaradaan data iklim Penyebaran pos pengambilan data akan rnernpengaruhi kesernpumaan dari peta yang dihasilkan. Kerapatan pos pengarnbilan data dalam hal ini adalah pos penakar hujan merupakan faktor penting dan menentukan dalam analisis hidrologi terutama yang menyangkllt parameter hujannya. Hal in i berkaitan dengan seberapa besar sebaran dan kerapatan pos penakar hujan dalam slltau daerah yang dapat 20

Evaluasi Zona Agroklimat dari KJasifikasi Schimidt-Ferguson... (Abd. Rahman As-syakur) memberikan data yang mewakili daerah yang bersangkutan. Sri Harto (1993) dalam Balai Hidrologi!" mengatakan bahwa untuk daerah tropik seperti indonesia diperlukan I pos penakar hujan untuk setiap 100-250 km2 dalam keadan normal, sedangkan dalam keadaan sulit dianjurkan untuk setiap 1 pos penakar hujan mewakili daerah seluas 250 - suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu [9). Perpaduan antara proses-proses terse but dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menyebabkan kondisi cuaca dan ikjim selalu bervariasi dalam jumlah, intensitas dan distribusinya. Eksploitasi TabelZ. Tipe iklim msuurut Sdllllidt-F,"!gu>~Jldi Pulsu Lcmb ok b"rd:'.mbm basil ;;':aiu.sidata.::c Tin-:banJh 44-!Hl $5 J soo I i---:-o)-t:c;-.a-,.a-,f,-=t-,,,r-"-j,-g -+-M,... '-~i::--i--~-: s-'-l :!.C'J!(I ~Erlird3Li3rl 35 2:! :e Ht:;3r,,3;,g ~::,,"j I ::: r-.. I ">,...,.-t------'-,.---t------t----t--- ::. ;::...r:ur.; 52r' ~'ITB~~...:.;;. ~~ :.: j"...!.,.dz t./:i:: 0.7::' I i-, -:2-t-L=-~- -t,;-.,.,--:p,---t--.u-. ::~--;---. -- -,--'" ::: i-~-~--+--:-.9-2-t--=-,-=--t-':-;:-_.j.-5-t--l,--j,...,..~-+~.:-ij!"'-r-a'..;_:/-(=-..d-::-;lr-:-i -+--.u-. ~-.-+--_-._--+-_-.,:-.~ -~:i-!!-:;:--,- +--O)-,.2-1-1--~:":.~-,,--t-C-'.--:.!-.5-t-_""'r-\-1 ---+---4--- ~1A~C-'a-I-3---r--4=-~1-+_~~~D-_r,...i~O~)--iL ~.~=,...~-+-:,...~~~f_r-4~,~5e,..._t-~~-j~1.5~7_~o~!7~~~'_r~c,...;~ 2: ' T=-r=~3 19.:02 ;-:1 1!~;.:!,. '4 5J 74 ~..5Z5 D ::3 D r-::-t:s-,~--_-r,~~---r-4.-"""'6-.~-+--~""'n--r-,=-+- 12..1.:1 O,ESO c, ~::I:= - _.=' o ':'?7 le'<2 i..cl50 157 5.,97 1.2.53 15C 52 10 B2':'(3.r, :>1 itbuaji 27 14 10 1.1:7 :TS 2.0J.71 14,2'" 5.,07 1000 km'. Pulau Lombok yang mempunyai luas 465881.762 ha atau 4658.818 km', dari luasan tersebut dapat diketahui bahwa setiap 1 pos penakar hujan mewakili daerah seluas 141 km'. Keadaan ini sudah sesuai dengan pernyataan Sri Harte, akan tetapi penyebaran pos penakar hujan ini belum merata untuk daerah Lombok bagian Utara dan sekitar Gunung Rinjani sehingga perlu penambahan pos penakar hujan untuk menambah kesempurnaan data, Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini akibat dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besamya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan serta pertambahanjumlah penduduk bumi yang berhubungan secara langsung dengan penambahan gas rumah kaca secara global akan meningkatkan variasi iklim tersebut. Keadaan ini mempercepat terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan penyimpangan iklim dari kondisi normal sehingga memunculkan anomali iklim yang salah satunya adalah EI Nino dan La Nina. Kemampuan anal isis terhadap data spasial untuk keperluan rnanipulasi maupun permodelan merupakan pembeda SIG dari sistem informasi spasial yang lain dimana fungsi anal isis ini dijalankan memakai data spasial dan data atribut dalam SIG untuk menjawab berbagai pertanyaan yang dikembangkan dari data yang ada menjadi persoalan nyata yang relevan [IOJ, 21

J. PijarMIP;\, Vol. III No.1, Maret 2008: 17-22. Menurut Sosrodarsono dan Takedal'!' dalam pembuatan peta isohyet harus memperhatikan topografi dan arah angin serta faktor-faktor yang mempengaruhi hujan di daerah tersebut. Aplikasi SIG, dalam analisis ini tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hujan didaerah tersebut sehingga hal ini merupakan kelemahan dari aplikasi, SIG, akan tetapi bila penyebaran titik pengamatan merata di seluruh tempat maka kelemahan ini bisa diperbaiki. Barus dan Wiradisastra!'" mengatakan bahwa salah satu kelemahan dari pemanfaatan komputer adalah hasil akan diperoleh dalam waktu yang singkat dan cepat tetapi hasil terse but akan sangat tergantung dari data dan anlisis yang dipakai, selain itu merekajuga mengatakan bahwa kemapuan pemakaian berbagai sarana dan data melalui suatu pendekatan yang sistematik akan menentukan kual itas informasi yang dihasilkan. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: I. Berdasarkan hasil Analisis dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk evaluasi zone iklim klasifikasi iklim Scmidt-Ferguson menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan luas untuk tipe C sebesar 109.432% dan tipe 0 sebesar 51.571 % sedangkan penurunan luas terjadi pacta ripe E sebesar 0.908% dan tipe F sebesar 36.194 0. :2. Tipe lk im E merupakan tipe iklim dominan di Pulau lombok yang meliputi 47.97% dari luas keseluruhan Pulau Lombok, ripe 0 meliputi 29.11 %, tipe F 22.12% dan tipe C 5.81%. 3. Aplikasi Sistem Informasi Geografi (Sl Gj sdapat mepermudah dalam penginterpolasian titik dalam mernbuat garis isohyet curah hujan dimana hasilnya akan lebih akurat dan user error bisa diminimalisir. Akan tetapi kelemahan peta isohyet yang dihasilkan oleh SIG tidak memperhitungkan faktor-faktor lain penyebab hujan selain faktor yang dirnasukkan sebagai input data. DAFfAR PUSTAKA [I] Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Cetakan Ke-dua. Raja Grafindo Persada. Jakarta. [2] lrianto, Gatot. 2003. Implikasi Penyimpangan Iklim Terhadap Tataguna Lahan, Makalah Seminar Nasional I1mu Tanah. KMIT Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. [3] Anonimus. 2003, Pemanfaatan SIC Dalam Studi Potensi Sumber Daya Lahan Dan Wilayah; Modul Pelatihan. Himpunan Mahasiswa I1muTanah Fakultas Pertanian UPN "Veteran". Yogyakarta [4] Rafi'i, Suryatna. 1995. Meteorologi dan Klimatolcgi. Angkasa. Bandung. [5] Aldrian, Elvin., and R. Dwi Susanto. 2003. Identification of Three Dominant Rainfall Regions Within Indonesia and Their Relationship to Sea Surface Temperature. International Journal of Climatology. Int. J. Climatol. 23: 1435-1452 (2003). Published online in Wiley InterScience (www.interscience.wiley.com). 001: 10.1002/joc.950 [6] Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Cetakan Ke-2. IPB Press. Bandung. [7] Estiningtyas, w., dan L. I.Amien. 2006. Pengembangan Model Prediksi Hujan Dengan Metode Filter Kaiman Untuk Ivfenyusun Skenario Masa Tanam. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Jumal SOL 2006. versi on line. Balai Besar Litbang Sumber Oaya Lahan Pertanian. http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/ index.[f1p?option=rornconten&id=45&ltemid= 115. dikinjungi pada tanggal 05 September 2007 [8] Balai Hidrologi. 2004. Perencanaan dan Rasionalisasi Pos Hidrologi Satuan Wilayah Sungai (SWS) Lombok. Balai Hidrologi NTB. Mataram. [9] Winarso, Paulus Agus. 2003. Variabilitasl Penyimpangan Iklim atau Musim Di Indonesia dan Pengembangannya. Makalah Seminar Nasional I1mu Tanah. KMIT Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. [10] Barus, Baba., dan U.S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi Geogr afi; Sarana Manajemen Sumberdaya. Laboraturium Pengindraan Jauh dan Kartografi Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.