TATA CARA BERPIDATO. Oleh : Muslikhah Dwihartanti

dokumen-dokumen yang mirip
Modul ke: Public Speaking. Output / Hasil dari Pidato. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat

JENIS-JENIS PIDATO / RETORIKA GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI.

sastransa Jurnal Bahasa dan Sastra satransa.blogspot.com

GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI Jurnalistik Fikom Unpad

PUBLIC SPEAKING (BERBICARA DI DEPAN UMUM)

Public Speaking. Berbicara di depan umum. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan MAsyarakat

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

METODE PIDATO. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

73 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

PERSIAPAN UNTUK PUBLIC SPEAKING

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERBICARA

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI. Tarigan (1987: 15) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

PENYAMPAIAN PRESENTASI. Oleh: Marsudi Sudarisman

Tips Menghadapi Wawancara 5 artikel/tulisan Saran-Saran Menghadapi Wawancara

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

Oleh Untung Widodo, SE, MM

Sekolahku. Belajar Apa di Pelajaran 7?

KERANGKA PIDATO. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

PENDAHULUAN. A. Pengertian Wawancara

55% Bahasa tubuh 25% Alat bantu audio-visual 30% Suara 38%

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

PIDATO. Bentuk, Tujuan,dan Metode. TOTO HARYADI, M.Ds

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

Peluang. Penawaran. Menjelaskan lebih detil Siapa dan Kemampuan Anda serta kesesuaiannya dg kebutuhan Perusahaan

Cara Membaca Bahasa Tubuh

09/09/2011. Who says (Komunikator) Says what (Pesan) To Whom (komunikan) With Channels (Saluran/Media) What Effect (umpan balik)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

KONSEP DAN TIPS MENJADI MC

Kompetensi Dasar : 12.2 Menulis Teks Pidato/Ceramah/Khotbah dengan Sistematika dan Bahasa yang Efektif

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

ETIKA BERKOMUNIKASI. ALREFI, M.Pd UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016

Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

Peristiwa di Sekitarku

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Berbicara Pengertian Kemampuan Berbicara

...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode

BAB I PENDAHULUAN. tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas (silabus Depdiknas, 2006: 46).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF

Keterampilan Dasar Memberikan Variasi Mengajar

DASAR PRESENTASI. Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang dapat disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

Oleh FMIPA Institut Teknologi Bandung

Materi Minggu 1. Komunikasi

Pesan yang sudah Anda susun dalam bentuk kerangka bahkan teks jadi sesuai dengan sistematika penulisan pidato atau presentasi, tentu saja akan segera

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mariah Ulfah, 2014

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pdt Gerry CJ Takaria

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

CARA PRESENTASI YANG EFEKTIF

Persiapan Menjadi MC. Oleh: Marita Ahdiyana

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

PUBLIC SPEAKING. Modul ini membahas tentang seni berbicara di depan umum (public speaking) dan kompetensi seorang public speaker.

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAHASA INDONESIA BERBICARA UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Interpersonal Communication Skill

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

Handout Untuk Peserta

public speaking in an easy way! disusun oleh : Ivany L. Goutama Universitas Tarumanagara Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang Teknik Penyiar Radio Fresh 94,3 FM dalam Menyampaikan Informasi

CERITA, INGATAN, DAN KENANGAN. By MID A.K.A ICHISAN A.K.A NEKOVA LIGHT NOVEL SERIES BAB II UNTUK SEMUA YANG MENDUKUNGKU AKU UCAPKAN TERIMAKASIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY.

BAB IV ANALISIS DATA. dianalisis maka ada beberapa hal yang ditemukan yaitu : panca indra. Dalam iklan oreo versi oreo dan handphone ayah terdapat

Kecakapan Antar Personal

29/05/2012 PRESENTASI ILMIAH. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2012 K14 MPPI

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

HANDLING TAMU EVADA EL UMMAH KHOIRO, S.AB.,M.AB PERTEMUAN 5 PRODI D3 ADM. NIAGA SMT 2 TH AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam ensiklopedia islam diartikan sebagai ajakan kepada islam. Jadi

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

Transkripsi:

TATA CARA BERPIDATO Oleh : Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat Pelatihan Protokoler dalam Event Organizer pada Kelompok PKK Desa Pleret, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo PENDAHULUAN Di antara sekian banyak karunia Tuhan yang diberikan kepada manusia adalah kemampuan berbicara, dan kemampuan inilah yang membedakan antara mahluk yang bernama manusia dengan mahluk lainnya. Jauh sebelum orang mengenal huruf A sampai Z ataupun mengenal tulisan, maka orang terlebih dulu menggunakan bicara sebagai alat komunikasi. Bahkan setelah tulisan dikenal orang, bicara tetap lebih banyak digunaka. Hal itu disebabkan bicara memiliki kelebihan, yaitu bicara dapat lebih akrab,lebih pribadi dan lebih dipahami. Seorang tokoh Jerman, yaitu Hitler mengatakan Setiap gerakan besar di dunia ini dikembangkan oleh ahli-ahli pidato dan bukan oleh ahli- ahli tulisan. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar waktu dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, terutama bicara. Pada saat-saat tertentu, ternyata diperlukan kemampuan khusus untuk berbicara. Kemampuan bicara ini penting salah satunya pada saat kita melakukan pidato atau berbicara di depan orang banyak. Oleh karena itu kemampuan berbicara harus diolah dan dipelajari sehngga pesan yang ingin disampaikan dalam pidato dapat diterima dengan jelas oleh pendengar. TAHAP PERSIAPAN PIDATO Setiap pidato memerlukan persiapan. Dalam persiapan dapat meliputi pemilihan topic, penentuan tujuan yang jelas dan pengembangan pokok bahasan.berdasarka ada tidaknya persiapan, maka ada 4 macam pidato, yaitu : impromptu, manuskrip, memoriter dan ekstempore. 1. Impromtu, yaitu pidato tanpa naskah. Biasanya dilakukan tanpa persiapan lebih dahulu. Misalnya dalam satu pesta, kita tiba-tiba dipanggil untuk berpidato. 2. Mauskrip, yaitu pidato dengan naskah. Juru pidato (orang yang berpidato) membaca naskah dari awal sampai akhir. Misalnya pidato kepala Negara. 3. Memoriter, yaitu pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Pada memoriter memerlukan persiapan lebih lama karena harus menulis isi pidato dan menghafalkannya. Kesalahan yang sering terjadi adalah bila juru pidato lupa pada

satu kata yang harus diungkapkan sehingga bias mengakibatkan lupa kelanjutan isi pidato. 4. Ekstempore, yaitu jenis pidato yang paling baik. Pidato terlebih dahulu disiapkan berupa garis besar dan pokok penunjang. Garis besar itu menjadi pedoman saja dan tidak perlu mengingat kata demi kata. Juru pidato mengembangkan sendiri pokokpokok atau garis besar pida, menurut bahsa dan gayanya sendiri. Memilih Topik dan Tujuan Sebelum melakukan pidato, kita harus tahu apa yang akan disampaikan dan apa yang diharapkan dari orang yang mendengar pidato kita. Ada beberapa sumber yang dapat dijadikan topic pidato, misalnya pengalaman pribadi, hobby dan keterampilan, pengalaman pekerjaan, pendapat pribadi, peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, dan lain-lain. Kriteria topic yang baik meliputi beberapa hal, antara lain : 1. Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan kita. Topik yang baik adalah topic yang member kemungkinan juru pidato lebih tahu daripada orang-orang yang diberi pidaro/pendengar/khalayak. 2. Topik harus menarik minat kita. Topik yang paling baik adalah topic yang kita minati, sehingga pidato akanlebih lancer. 3. Topik harus menarik minat pendengar/khalayak. Topik yang dibicarakan adalah sesuatu yang diminati khalayak, sehingga khalayak akan lebih tertarik mendengarkan pidato. 4. Topik harus sesuai denganpengetahuan pendengar/khalayak. Topik yang tidak dapat direncana oleh khalayak/pendengar berakibat tidak menarik dan menyusahkan khalayak. 5. Topic harus jelas ruang lingkup dan pembatasannya. Topik tidak perlu terlalu luas untuk menghindari bahasan yang terlalu banyak yang bias mengakibatkan ulasan tidak jelas. 6. Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi. 7. Topik harus dapat ditunjang dengan bahn lain. Artinya kalau perlu buku-buku yang dapat member masukan tentang topic yang dibahas tersedia sehingga tidak akan kehabisan bahan pidato.

Sedangkan tujuan berpidato ada beberapa macam, antara lain: memberitahukan (menambah pengetahuan pendengar), mempengaruhi (agar orang lain mempercayai sesuatu) dan menghibur. Merumuskan Judul Judul yang baik memenuhi tiga syarat :1). Relvan, artinya ada hubungannya dengan pokok bahsan; 2). Provokatif, yaitu dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar; 3). Singkat, artinya muda ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya dan muda diingat. Setelah opik, tujuan, dan judul ditentukan, kemudian pidato dikembangkan sehingga menjadi pesan yang mempunyai nilai komunikasi yang efektif. TAHAP PENYUSUNAN PIDATO Bahan-bahan yang sudah dikumpulkan, selanjutnya diatur atau disusun dalam komposisi pidato yang menarik. Ada tiga prinsip komposisi yang dapat mempengaruhi seluruh organisasi pesan,yaitu : 1. Kesatuan Artinya setiap isi pidato harus merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh, baik isi maupun tujuannya. 2. Pertautan Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari bahasa satu ke bahasa lain berjalan lancar. Biasanya kata yang digunakan antara lain : karena itu, walaupun, selain itu, sebaliknya, misalnya, dan lain-lain. 3. Titik berat Titik berat merupakan bagian yang penting yang patut diperhatikan. Titik bera dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda huruf besar, garis bawah, atau huruf miring. Sedangkan dalam pidato (uraian lisan), titik berat dapat dinyatakan dengan tekanan suara yang dinaikakan, perubahan nada, isyarat, hentian, dan sebagainya.

Memilih Kata-Kata Setiap oarng yang berpidato harus pandai memilih kata-kata. Kata-kata dapat berfungsi untuk mengungkapaka, memperhalus, dan menyembunyikan kenyataa. Ada beberapa ketentuan dalam memilih kata, yaitu : 1. Kata-kata harus jelas Artinya dalam memilih kata tidak perlu berbelit-belit dan harus dipilih kata-kata yang sederhana. 2. Kata-kata harus tepat Artinya, kata-kata yang digunakan harus sesuai denga kepribadian, jenis pesan, keadaan khalayak dan situasi komunikasi. Kata-kata dalam pertemuan formal/resmi biasanya lebih kaku daripada pertemuan tidak resmi. Selain itu juga hindari katakata yang tidak sopan atau vulgar, karena dapat mempengaruhi khalayak untuk menganggap juru pidato sebagai orang yang memiliki sifat jelek, dan akhirnya pendengar menolak isi pesan/pidato yang disampaikan. 3. Kata-kata harus menarik Artinya kata-kata harus menimbulkan kesan yang kuat, hidup dan menarik perhatian bagi orang yang mendengar. Misalnya, istilah Saudara lebih baik daripada manusia. TAHAP-TAHAP PENYAMPAIAN PIDATO Sikap dan Kepribadian dalam Berpidato Sikap dan kepribadian sangat penting selama berpidato. Sikap dan kepribadian dapat mempengaruhi serta menarik perhatian pendengar untuk mengikuti jalanya pidota. Lalu apakah yang dimaksud dengan sikap dan kepribadian? Sikap adalah gerak gerik atau tingkah laku manusia. Sedangkan kepribadian adalah rangkuman semua yang ada pada manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, serta sikap termasuk di dalamnya. Kepribadian adalah sifat-sifat keturunan yang dipengaruhi oleh gagasan, perasaan, agama, serta lingkungan sekitarnya. Kemudian sikap dan kepribadian yang bagaimana yang harus dilakukan dalam berpidato? Menurut Rachman Hakim (2004 : 15) ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain : 1. Berpikir yang rapi, bersih, dan terasa nyaman dipakai. Warna pakaian juga sangat berpengaruh sehingga harus dipilih warna yang tidak mencolak. Pemilihan warna yang mencolok hanya akan membuat perhatian pandangan lebih fokus pada

penampilan juru pidato. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal kecil seperti kancing baju, dasi, kerudung maupun assesoris lainnya. 2. Apa bila melakukan pidato dalam posisi duduk, maka sebelum duduk juru pidato harus berdiri tegak tanpa gerak. Kemudian kuasai dan pandanglah pendengar dari baris depan sampai belakang dengan penuh phu perhatian. Sebelum pendengar/khalayak tenang, jangan mengucapkan kata-kata. Beri salam terlebih dulu baru kemudian duduk dengan posisi dada tegap, angkat kepala dan tarik bahu ke belakang. Posisi seperti tersebut dilakukan dengan wajar dan tidak kaku. 3. Apabila berpidato dalam posisi berdiri, kedua tangan dibiarkan menggantung di sisi badan dan jangan mempermainkan jari. Bila dengan cara tersebut dirasakan kurang nyaman dan masih gugup, maka tarik kedua tagan ke belakang dan dalam batas kewajaran. 4. Jangan sering menggerakkan tangan dengan gerakan yang sama. Sesekali lakukan gerakan yang istimewa untuk member penekanan terhadap kata-kata yang dianggap penting. 5. Perkataan harus sopan, tidak berkata jorok dan hindari mengulang kata-kata. Keyakinan dan Pengendalian Diri Keyakian dapat menimbulkan pengendalian diri, demikian sebaliknya. Seorang yang gugup dan tidak dapat mengendalikan diri dapat dlihat dari semua sikap sebsgsi gerakan tingkah laku. Seseoang yang berkeyakinan biasanya berpidao tanpa gerak isyarat tangan ke muka seperti menutup mulut dan hidung atau menggaruk kepala. Oleh karena itu jika ingin mengeahui keyakinan juru pidato, khalayak harus memperhatikan apakah tidak ada gerakan isyarat negative dari penampilannya. Sikap yang tegak dan percaya diri pada juru pidato yang sudah berpengalaman, merupakan bentuk keyakinan yang jelas. Selain itu orang yang memiliki keyakinan akan lebih banyak mengadakan kontak mata serta jarang mengerdipkan mata. Oleh karena itu jangan menghindari tatapan /pandanagan mata dengan pendengar, serta berdiri dengan sikap tegak. Cara Menyampaikan Pidato Ketika seseorang berpidato, tanggapan yang diberikan khalayak dapat bermacammacam. Kadang-kadang hanya khalayak di barisan depan saja yang mendengarkan pidato, sementara dibarisan belakang hanya bercakap-cakap, mengantuk, bahkan bergurau dengan

pendengar lainnya. Dalam hal ini juru pidato perlu mengoreksi diri dan memahami siapa yang menjadi khalayak atau pendengarnya. Ada berpa hal yang harus diperhatikan oleh seorang juru pidato saat berpidato : 1. Media (alat untuk menyampaikan) Ketika seorang berpidato, maka pendengar dapat menangkap dan memahami isi pidato melalu beberapa cara, yaitu : pendengaran, penglihatan, pendengar dan penglihatan, atau pun dengan alat peraga. Oleh karena itu seorang juru pidato sangat diharapkan mampu menyampaikan pidato yang bias ditangkap pendengar melalui beberapa cara tersebut. Caranya, agar pidato dipendengaran terasa enak, maka juru pidato jangan biara dengan nada yang sama atau monoton. Khalayak akan lebih tertarik dan mendengarkan dengan baik apabila juru pidato berbicara dengan pola bicara yang berganti-ganti. Sehingga ada rasa senang dan asyik untuk mendengarkan pidato dari khalayak. Selain itu buatlah gerakan tangan dan ekspresi wajah yang sesuai dengan isi pidato dan tidak berlebihan sehingga selain enak didengar, pesan pidato juga sampai melalui bahsa tubuh. 2. Bahasa Bahasa yang digunakan dalam berpidato adalah bahasa yang sesuai dengan keadaan pendengar, masyarakat pedesaan, masyarkat kota atau kelompok pelajar. Hindari bahasa yang tidak dimengerti oleh khalayak. Apabila perlu dipergunakanlah bahasa daerah jika khalayak terdiri dari masyarakat pedesaan yang belum paham bahasa Indonesia. Apabila memakai istilah asing, pilih istilah yang sering didengar oleh khalayak. Siasat Membuka Pidato Yang dimaksud dengan siasat membuka pidato ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh pembicara atau juru pidato untuk menciptakan prakondisi, sehingga perhatian sikap dan mental pendengar dapat digiring atau siap untuk mengikuti masalah yang akan dibahas atau dibicarakan dalam pidato. Pembukaan pidato merupakan bagian yang sangat penting dan menentukan, karena permulaan yang bagus akan menarik perhatian pendengar/khalayak. Kegagalan dalam membuka pidato akan menghancurkan seluruh komposisi dan presentasi pidato. Tujuan utama pembukaan pidato adalah menarik perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik.

Ada beberapa prinsip membuka pidato yang harus dihindari dan yang harus dilakukan oleh juru pidato atau orang yang akan berpidato. Prinsip-prisip tersebut antara lain : 1. Jangan membuka pidato dengan bahasa yang bertel-tele atau berputar-putar yang dapat membuat pendengar bosan. Butalah kata-kata pemula yang singkat tapi menarik hati dan mengenai sasaran, yaitu ada hubungannya dengan pokok masalah yang dibicarakan. 2. Sebaiknya jangan membuat kat-kata pembuka yang lucu, karena pendengar telah siap mendengarkan ceramah atau pidato dan bukan badut. Selain itu, apabila kata lucu digunakan sebagai pembuka, akan memberikan dampak yang besar bila berhasil atau gagal. Bila berhasil, pembukaan yang lucu akan sangat berkesan bagi pendengar, tapi bila gagal, maka pendengar akan kecewa dan akhirnya mempengaruhi juru pidato dalam kelanjutan pidatonya. Oleh karena itu, pembuka pidato yang lucu biasanya tidak dianjurkan dipakai oleh juru pidato. Leluconlelucon dapat saja dimasukkan pada saat pendengar terlihat dan tegang. 3. Jangan membuka pidato dengan kata-kata bahwa sebenarnya anda belum siap berpidato. Apabila seseorang sudah berada di depan khalayak untuk nerpidato, maka segala sesuatunya sudah yakin siap. 4. Timbulkan perhatian adan kinat pendengar, dan jangan mementahkan semangat untuk mendengarkan pidato. Dengan menggunakan cara-cara membuka pidato yang baik diharapkan perasaan ingin tahu pendengar dapat timbul. Cara-cara membuka pidato dan berapa banyak waktu yang dibutuhkan sangat tergantung pada topic, tujuan, situasi, khalayak, dan hubungan anara juru pidato dengan khalayak. Ada beberpa cara yang digunakan untuk membuka pidato, yaitu : 1. Langsung menyebutkan pokok persoalan Yaitu juru pidato menyebutkan hal yang akan dibicarakan dan memberikan keangka pembicaraannya. Cara ini bias ilakukan bila topic adalah pusat perhatian khalayak. Misalnya bila khalayak tertarik kredit bank, maka juru pidato dapat membuka pidato dengan langsung menyebutkan topic atau tata cara kredit bank. 2. Melukiskan latar belakang masalah Yaitu juru pidato menerangkan sejarah topic, membatasi pengertian dan menyatakan masalah utamanya, mengapa timbul persoalan itu, apa hubungan nya dengan khalayak dan lain-lain.

3. Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang sedang menjadi pusatperhatian khalayak. Yaitu dengan menambatkan pembicaraan kepada focus perhatian khalayak. Selanjutnya juru pidato dapat menyisipkan pesan-pesan atau ide-ide yang dapat menimbulkan kesan bagi pendengar atau khalayak. 4. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati Biasnya dilakukan dalam pidato untuk memperingati hari bersejarah, orang yang sudah tiada, upacara kematian, perkwainan, kelahiran, dan lain-lain. 5. Menghubungkan dengan tempat juru pidato,e;akukan pidato. Temapt berlangsung pertemuan dapat dijadikan dasar pembukaan pidato, yaitu dapat dihubungkan dengan kejadian yang bersejarah, fungsi tempat tersebut atau hal-hal lain yang sesuai dengan topic pembicaraan. 6. Menghubungkan dengan suasna emosi yang tengah meliputi khalayak Suasana senang ataupun sedih memerlukan cara pembukaan pidato yang berbeda. 7. Memberi pujian pad khalayak atas prestasi mereka Pembukaan dengan menyebutkan keistimewaan atau memuji usaha yang telah dilakukan khalayak akan sangat menyenangkan khalayak. Oleh karena itu cara ini bagus diterapkan sebagai pembuka pidato. 8. Menceritakan pengalaman pribadi Pengalaman juru pidato yang menarik dapat membuka minat pendegar. Siasat Menutup Pidato Selain membuka pidato, kata-kata penutup merupakan bagian yang terpenting dalam suatau pidato karena kalimat kalimat terakhir yang diucapkan juru pidato akan selalu diingat pendengar atau khalayak serta yang paling berkesan dalam ingatan mereka. Siasat menutup pidato ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh juru pidato untuk mengakhiri pidatonya. Kata-kata penutup pidato harus dapat memfokuskan pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan penting dari seluruh isi pidato. Ada dua macam cara menutup pidato yang buruk dan sebaiknya dihindari oleh juru pidato, yaitu : berhenti tiba-tiba tanpa memberikan gambaran komposisi yang sempurna dan berlarut-larut tanpa pengetahuan dimana harus berhenti. Oleh karena itu, penutup pidato harus direncanakan dulu dan apabila perlu dihapalkan terlebih dahulu. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menutup sebuah pidato, antara lain :

1. Mengitisarikan atau membuat garis-garis besar isi ceramah Biasanya dengan cara menyebutkan pokok-pokok utama, dengan membilangnya dalam 1,2,3 dan seterusnya 2. Meringkas semua pidato yang panjangsehungga menjadi satu gagasan utama Hal ini dapat dilakukan setelah menyebutkan intisari atau agris-garis besar pidato 3. Mendorong khalayak untuk bertindak Tindakan dapat berupa respon fisik seperti mencoblos partai, mengikuti program tertentu, berinfak, dan juga dapat berupa penerimaan usul/ide. 4. Mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, ucapan tokoh. Yang penting kutipan harus sesuai atau ada kaitannya dengan tema yang dibicarakan. 5. Memuji dan menghargai khalayak Yaitu pujian yang wajar, tidak berlebihan, dan ikhlas. Harapannya pendengar/khalayak akan merasa puasn dan bahagia. Saat yang Tepat untuk Menutup Pidato Perhitungan waktu dalam pidato sangat penting. Dalam hal ini juru pidato harus mempunyai strategi atau perhitungan yang tepat, untuk menghindari kejenuhan dan kelelahan pendengar/khalayak. Saat-saat yang tepat untuk menutup pidato antara lain : 1. Pidato diakhiri sebelum pendengar/khalayak mengingatkan pidato dakhiri, karena pendengar sudah lelah. 2. Pidato diakhiri setelah para pendengar mencapai puncak kegembiraan, karena apabila diteruskan akan menimbulkan kebosanan atau kejenuhan. PENUTUP Pada dasarnya untuk menghasilkan sebuah pidato yang baik memerlukan persiapan diri terlebih dahulu. Karena tanpa persiapan yang baik, gagasan ataupun ide dan pesan yang ingin disampaikan dalam pidato tidak akan mengenai sasaran. Persiapan diri tidak hanya berupa bahan pidato, yaitu menghafal isi pidato yang ingin disampaikan. Tetapi persiapan diri juga meliputi persiapan fisik dan terutma mental. Hal yang sering terjadi ketika akan berpidato adalah kita sering mengalami yang namanya kecemasan berkomunikasi. Kecemasan berkomunikasi bias menghancurkan hal-hal lain yang sudah dipersiapkan sebelum berpidato, karena kecemasan ini kan menghilangkan kepercayaan

diri. Betapapun bagusnya pesan yang akan disampaikan dalam pidato, apabila tidak ada kepercayaan diri dan penuh dengan kecemasan, maka pidato yang akan disampaikan tidak akan mempengaruhi pendengar. Dan yang terakhir yang juga penting adalah keterampilan untuk menyampaikan pidato. Yaitu teknik/cara agar pendengar/khalayak tertarik mendengarkan pidato sehingga isi/pesan pidato dapat diterima oleh khalayak. DAFTAR PUSTAKA Jalaludin Rakhmat, 2001. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bnadung: PT Remaja Rosdakarya. Rahman Hakim, 2004. Teknik, Pedoman dan Seni Berpidato. Surabaya: Indah