BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena melibatkan sejumlah variable bebas (independent variable) dan variabel

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menjelaskan indikator-indikator dalam menentukan kepuasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

MAMMOGRAPHY SCREENING PADA KANKER PAYUDARA DENGAN GENERALIZED STRUCTURED COMPONENT ANALYSIS

BAB III METODE PENELITIAN. kepuasan pelanggan berbelanja di Tokopedia. Proses penelitian akan

MAMMOGRAPHY SCREENING PADA KANKER PAYUDARA DENGAN GENERALIZED STRUCTURED COMPONENT ANALYSIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan perilaku yang digambarkan dalam TAM menunjukkan secara tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka untuk melaksanakan proyek riset

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap Awal. Tahap Analisis Variabel - variabel Penerimaan SAP. (Model UTAUT)

STRUCTURAL EQUATION MODELING - PLS. SPSS for Windows

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh suatu elemen. Sedangkan

2 METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program S1 Akuntansi di Kota

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS

BAB III METODE PENELITAN

BAB V ANALISA HASIL. convergent validity yaitu apakah loading factor indikator untuk masing-masing konstruk sudah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di

Pendekatan Metode Generalized Structured Component Analysis (GSCA) untuk Model Persamaan Struktural Unidimensional TESIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GENERALIZED STRUCTURED COMPONENT ANALYSIS (GSCA)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau

BAB III METODE PENELITIAN. semua pengguna akhir sistem (end-user) pada Dinas Pendapatan, Pengelola

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan nilai dari variabel variabel yang

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dan pernah melakukan pembelian produk secara online di Bukalapak.com. pusat perkantoran yang berada di Jakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. data, populasi dan sampel, variabel dan indikator, serta teknik analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN


BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan pengertian objek penlitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012:38)

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PARTIAL LEAST SQUARE (PLS) DAN TERAPANNYA (Studi Kasus: Analisis Kepuasan Pelanggan terhadap Layanan PDAM Unit Camming Kab.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode studi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bintaro Jaya Sektor IV Tangerang Selatan pondok betung no. 88 bintaro jaya sektor IV Tangerang Selatan

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPUTUSAN KONSUMEN DENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELING PARTIAL LEAST SQUARE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS V.1 PERANCANGAN MODEL BERBASIS METODE QFD (QFD TAHAP 1)

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ditempat yang akan digunakan sebagai, perumusan masalah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan dan Achmad,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2010:13) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. penelitian ini berlangsung selama periode Juli 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah CV Opal Transport, sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan CV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAAN...13

SKRIPSI. Oleh : ZAENUDIN ZUHRI J2E

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. menjelaskan keadaan pada objek penelitian yaitu dengan penelitian asosiatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian penulis adalah PT Surya Toto Indonesia, Tbk Divisi Fitting.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yaitu

BAB V Analisis V.1 Perancangan Model berbasis Metode QFD (QFD tahap 1)

PEMODELAN SEM DENGAN GENERALIZED STRUCTURED COMPONENT ANALYSIS (GSCA)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. asosiatif. Menurut Sugiyono (2010:55) penelitian yang bersifat asosiatif merupakan

Jurnal Jilid 6, No. 2, 2016, Hal ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sakit yang terdiri dari tenaga medis (para dokter), tenaga paramedis (para

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

*Corresponding Author:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural (Structural Equation Modeling, SEM) adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah semua pimpinan di lingkungan Satuan Kerja

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

Pengantar (2) Y 11 Y 12 Y 13. Kondisi Sosial Keluarga. Kondisi Ekonomi Keluarga Y 21 Y 22 Y 23. Bangunan Rumah. Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Terhadap Tingkat Kepuasan Pelanggan Blitz Theater Grand Dadap City.

BAB III METODE PENELITIAN. Efek Indonesia (BEI) periode Pemilihan sampel penelitian didasarkan

VIII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kebayoran, Jakarta Selatan selama penelitian. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang dipilih sebagai tempat penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Kantor Keluarga Berencana Kota Administrasi Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN. kepemimpinan otokratis, budaya organisasi, stress kerja dan kinerja karyawan.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu sasaran

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Structural Equation Modeling (SEM) Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik dengan kombinasi dari analisis jalur (path) dan analisis regresi yang memungkinkan peneliti menguji secara simultan rangkaian hubungan yang saling terkait antara variabel terukur (measured variables) dan konstrak laten (latent constructs) (Hair et. al, 2010:634). Analisis SEM merupakan analisis multivariat yang bersifat kompleks, karena melibatkan sejumlah variable bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable) yang saling berhubungan membentuk sebuah model. Pada SEM tidak dapat dikatakan ada variabel bebas dan variabel terikat, karena sebuah variabel bebas dapat menjadi variabel terikat pada hubungan yang lain. SEM dapat dikategorikan menjadi 2 model yaitu model struktural dan model pengukuran. Model struktural yaitu model yang menggambarkan hubungan-hubungan yang ada diantara variabel-variabel laten. Sedangkan model pengukuran menggambarkan tentang hubungan antara variabel yang diamati (juga disebut indikator) dengan variabel laten yang mendasarinya (Kline, 1998). 2.2 Variabel-Variabel SEM Variabel laten merupakan variabel yang tidak dapat diamati atau diukur secara langsung. Variabel laten tidak dapat diukur secara langsung tetapi dapat diwakili atau diukur oleh satu atau lebih variabel (indikator) (Hair et al., 2010:632). Sedangkan, variabel observasi atau manifest variable adalah variabel yang datanya harus dicari melalui penelitian lapangan misalnya melalui 6

7 instrumen-instrumen survey (Hair et al., 2010:635). Variabel observasi digunakan sebagai indikator dari variabel laten. Sehingga variabel laten bisa diukur secara tidak langsung melalui pengamatan pada variabel observasi. SEM mempunyai 2 jenis variabel laten yaitu variabel laten eksogen dan variabel laten endogen : 1. Variabel laten eksogen adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel laten lainnya. Dalam diagram jalur, variabel laten eksogen ditandai sebagai variabel yang tidak ada kepala panah yang menuju kearahnya dari variabel laten lainnya (Hair et al., 2010:637). Variabel laten eksogen dinotasikan dengan Ksi (ξ). 2. Variabel laten endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten lainnya. Dalam diagram jalur, variabel endogen ini ditandai oleh kepala panah yang menuju kearahnya dari variabel laten eksogen atau variabel laten endogen (Hair et al., 2010:637). Variabel laten endogen dinotasikan dengan Eta (η). 2.3 Indikator Reflektif Indikator reflektif merupakan variabel teramati dan dipandang sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten sesuai dengan konsep yang sama dan yang mendasarinya (Ghozali, 2008).

8 X1 X2 X3 Variabel Laten Gambar 2.1 Variabel Laten dengan Indikator Reflektif (sumber; Ghozali, 2008) 2.4 Indikator Formatif Indikator formatif merupakan indikator-indikator yang membentuk atau menyebabkan adanya penciptaan atau perubahan di dalam sebuah variabel laten (Wijanto, 2008, hal. 26). X1 X2 X3 Variabel Laten Gambar 2.2 Variabel Laten dengan Indikator Formatif (sumber; Ghozali, 2008) 2.5 Generalized Structured Component Analysis (GSCA) Generalized Structured Component Analysis (GSCA) dikembangkan oleh Heungsun Hwang, Hec Montreal dan Yoshio Takane pada tahun 2004. GSCA merupakan bagian dari SEM yang berbasis varian atau berbasis komponen. SEM berbasis varian atau komponen sering disebut sebagai soft modeling, SEM tidak didasari oleh banyak asumsi seperti data tidak harus berdistribusi normal

9 multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal,interval sampai ratio dapat digunakan pada model yang sama). Metode GSCA digunakan untuk mengatasi kelemahan Partial Least Squares (PLS) yaitu PLS tidak meyelesaikan masalah secara global optimization untuk estimasi parameter, yang menunjukkan bahwa tidak memiliki satu kriteria tunggal secara konsisten untuk meminumkan atau memaksimumkan penentuan estimasi parameter model (Hwang and Takane, 2004). Sehingga PLS tidak memberikan solusi yang optimal dan sulit untuk menilai prosedur PLS, dapat dikatakan PLS tidak menyediakan overall goodness-fit dari model. Maka sulit untuk menentukan seberapa baik model sesuai dengan datanya dan sulit untuk membandingkan dengan metode alternatif akibat tidak ada ukuran goodness-fit model secara menyeluruh (Hwang&Takane, 2004). 2.6 Model SEM pada GSCA GSCA dapat dikatakan sebagai SEM berbasis komponen atau varian jika variabel laten didefinisikan sebagai komponen dari indikatornya dengan persamaan. Jika [ ] melambangkan matriks variabel indikator berukuran n x j. GSCA dapat dipandang sebagai SEM berbasis komponen dimana variabel laten didefinisikan sebagai komponen dari indikatornya dengan persamaan (Hwang & Takane, 2010) : (2.1) dimana adalah vektor variabel laten ukuran t x 1, vektor variabel indikator ukuran j x 1 untuk observasi i (i=1,..., N) dan W adalah matrik component weight dari variabel indikator berukuran j x t.

10 GSCA meliputi juga model pengukuran yang menggambarkan hubungan antara indikator dari variabel laten. Secara matematis model pengukuran dapat ditulis: (2.2) dimana C adalah matrik loading antara variabel laten dengan indikatornya berukuran t x j, εi adalah vektor residual berukuran j x 1 untuk. Sedangkan persamaan pada model struktural dinyatakan seperti persamaan dibawah ini: (2.3) dimana B adalah matrik koefisien jalur berukuran txt yang menghubungkan sesama variabel laten dan adalah vektor residual berukuran t x 1 untuk. GSCA mengintegrasikan ketiga persamaan di atas menjadi persamaan tunggal (Hwang & Takane, 2010), seperti berikut: (2.4) Dengan dan. Persamaan tersebut dikatakan sebagai model GSCA. 2.7 Estimasi Parameter Diestimasinya parameter GSCA yang tidak diketahui V, W dan A sehingga nilai jumlah kuadrat (SS) dari semua residual, sekecil mungkin untuk semua observasi. Hal ini sama dengan meminimumkan kriteria kuadrat terkecil (least square), seperti berikut:

11 ( ) ( ) (( ) ( )) (2.5) Dengan memperhatikan V, W dan A. Komponen didalam dan dinormalisasi untuk tujuan identifikasi, misalnya Persamaan 2.5 tidak dapat diselesaikan dengan cara analisis karena W dan A memiliki elemen nol atau elemen tetap lainnya.untuk meminimumkan persamaan 2.5 dikembangkanlah algoritma Alternating Least Square (ALS) (Hwang & Takane, 2004). 2.8 Evaluasi Model GSCA Evaluasi terhadap model GSCA terdiri dari tiga tahap. Pertama evaluasi terhadap model pengukuran (outer model), kedua evaluasi terhadap model struktural (inner model), dan ketiga evaluasi terhadap overall goodness of fit model : 2.8.1 Model pengukuran (Outer Model) Convergent validity yaitu sejauh mana indikator dari konstruk tertentu konvergen (Hair et al., 2010 p.709). Suatu variabel laten dinilai mempunyai convergent validity yang baik jika nilai loading factor lebih dari 0.70 dan signifikan. Discriminant validity yaitu sejauh mana suatu konstruk benar-benar berbeda dari konstruk lain (Hair et al., 2010 p.710). Discriminant validity model pengukuran dengan indikator reflektif dinilai dengan membandingkan nilai akar kuadrat dari average variance extracted ( ) setiap variabel laten dengan

12 korelasi antara variabel laten bersangkutan dengan variabel laten lainnya dalam model. Nilai discriminant validity dikatakan baik, jika nilai akar kuadrat AVE tiap variabel laten lebih besar daripada nilai korelasi antara variabel laten lainnya dalam model (Fornell dan Lacker, 1981). AVE adalah koefisien yang menjelaskan varian di dalam indikator yang dapat dijelaskan oleh faktor umum. AVE dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ( ) (2.6) Dimana merupakan komponen loading factor, dan = var ( ). Pengukuran AVE dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih konservatif dibanding nilai composite reliability ( ) (Fornell & Lacker, 1981). Nilai AVE harus lebih besar dari 0,50. Composite reliability dapat digunakan untuk memeriksa seberapa baik suatu konstruksi diukur oleh indikatornya. Pengukuran sebuah variabel laten dapat dikatakan baik jika memiliki nilai composite reliability > 0,7 mempunyai reliabilitas yang tinggi. Dengan menggunakan GSCA, composite reliability dapat dihitung dengan rumus: ( ) ( ) ( ) (2.7) 2.8.2 Model Struktural (Inner Model) Model stuktural dievaluasi dengan melihat nilai koefisien parameter dan nilai t-statistik serta signifikansi koefisien parameter tersebut. Nilai t-statistik diperoleh dari hasil bootstrapsing dengan membagi nilai koefisien parameter

13 dengan nilai standar errornya. Jika nilai t-statistik > t tabel maka koefisien parameter yang diestimasi signifikan. Parameter Beta ( ), yaitu parameter pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen dalam model struktural. Hipotesis yang diuji: H0 : i = 0 (parameter tidak signifikan) H1 : i 0 (parameter signifikan) Parameter Gamma ( ), yaitu parameter pengaruh variabel laten endogen terhadap variabel laten endogen dalam model struktural. Hipotesis yang di uji: H0 : i = 0 (parameter tidak signifikan) H1 : i 0 (parameter signifikan) Penerapan metode resampling, memungkinkan berlakunya data terdistribusi bebas (distribution free), tidak memerlukan asumsi distribusi normal, serta tidak memerlukan sampel yang besar (sampel minimum 30). Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai statistik uji t dengan t tabel. Kriteria uji dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antar variabel laten terhadap variabel laten lainnya, dimana hipotesis nol ditolak jika nilai statistik uji t > nilai t tabel.

14 2.8.3 Model Overall Goodness of Fit Evaluasi model struktural terlihat dari koefsien jalur dari variabel eksogen ke variabel endogen signifikan secara statistik. Oleh karena model strukturalnya signifikan maka langkah selanjutnya pada model GSCA adalah melihat modeloveral goodnes of fit dengan uji FIT. FIT dapat dinyatakan dengan rumus. ( ) ( ) (( ) ( )) (( ) ( )) (2.8) Uji FIT merupakan uji untuk mengukur seberapa besar varian dari datayang dijelaskan oleh model. Nilai FIT berkisar dari 0 sampai 1. Semakin besar nilai FIT semakin besar varian dari data yang dapat dijelaskan oleh model, tetapi nilai FIT sangat dipengaruhi oleh kompleksitas model sehingga diharuskan untuk melihat adjusted FIT (AFIT) yang telah memasukkan kompleksitas model. Nilai AFIT diperoleh dengan rumus : ( ) (2.9) Keterangan : d 0 = nj, merupakan derajat bebas null model (W=0, A=0) d 1 = nj-g, derajat bebas model yang diuji. n = banyaknya observasi j = banyaknya variabel observasi g = banyaknya parameter bebas.

15 Overall goodness fit model GSCA selain dapat dilihat dari FIT dan AFIT dapat pula dengan melihat nilai GFI (Goodness of Fit index) dan SRMR (Standardized Root Means Residual). Nilai tertinggi dalam indeks menunjukkan better fit. Nilai GFI yang baik adalah 0.90 (Hair et al., 2010 p.667). SRMR menunjukkan kesalahan model estimasi goodness of fit. Nilai SRMR yang lebih rendah mewakili better fit dan nilai yang lebih tinggi mewakili worse fit, aturan praktis adalah bahwa bila nilai SMSR lebih dari 1 menunjukkan masalah dengan kecocokan model, nilai SRMR yang baik jika mendekati 0 (Hair et al., 2010). 2.9 Model European Consumer Satisfaction Index (ECSI) Model ECSI merupakan model yang menjelaskan tentang indikator ekonomi untuk menganalisis dan mengukur kepuasan pelanggan (Bayol et. al, 2000). Michel Tenenhaus (2002), ECSI digunakan untuk mempermudah penyedia mengukur kepuasan pelanggan. Teori pada model ECSI yang disederhanakan terdiri dari 5 variabel laten yang saling berhubungan yaitu : 2.9.1 Citra (Image) Citra adalah bagaimana cara masyarakat atau publik menilai dan memandang suatu organisasi, perusahaan, seseorang,dll. Ada lima jenis citra yang dipaparkan Jefkins (2003) di buku Public Relation. Berikut lima jenis citra yang dipaparkan sebagai berikut : 1. Citra bayangan (mirror image), adalah citra dimana suatu organisasi terhadap anggapan dari pihak luar tentang organisasinya. 2. Citra yang berlaku (current image), adalah citra yang diyakini oleh pihak luar mengenai suatu organisasi.

16 3. Citra harapan (wish image), adalah suatu citra dimana pemimpin organisasi menginginkan suatu pencapaian terhadap organisasinya agar bisa dikenal, dan diterima secara positif oleh publik. 4. Citra perusahaan (coorporate image), adalah citra dari suatu organisasi yang tidak hanya dinilai dari produk dan pelayanannya, tapi dinilai secara keseluruhan. 5. Citra majemuk (multiple image), adalah banyaknya jumlah anggota dari sebuah organisasi yang dapat memunculkan citra yang belum tentu sama dengan organisasi tersebut secara keseluruhan. 2.9.2 Harapan Pengguna (Customer Expectation) Harapan pengguna suatu barang akan terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Suatu perusahaan dituntut untuk melayani harapan pengguna demi tercapainya suatu kepuasan yang dapat dirasakan oleh pengguna. Menurut Gilbert (2003) dalam Semuel (2006), elemen dari harapan pengguna dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Tangible adalah segala sesuatu yang betujuan untuk mewujudkan dan mendukung operasional suatu layanan jasa apapun ke pelanggan. 2. Realibility adalah kemampuan pengelola atau pelayanan jasa dalam mewujudkan, dan memberikan layanan jasa yang telah dijanjikan. 3. Responsiveness adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh pengelola atau layanan jasa secara tanggap untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan.

17 4. Competence adalah kemampuan untuk menciptakan kepercayaan pada pelanggan dengan memberikan suatu jaminan pengetahuan kepada pengelola atau pelayanan jasa. 5. Emphaty adalah sikap peduli, perhatian, pengertian dari pengelola atau pelayanan jasa akan kebutuhan dan keinginan pelanggan. 2.9.3 Kepuasan Pengguna (Customer Satisfaction) Menurut Kotler (2000) kepuasan pengguna merupakan suatu perasaan seseorang suka atau kecewa yang dihasilkan dari membandingkan suatu produk yang dihasilkan dalam kaitan dengan harapannya. Kepuasan pengguna adalah suatu kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan pelanggan dan harapan (Boone & Kurtz, 1995). Maka dapat disimpulkan bahwa kepuasaan pengguna adalah mencangkup tentang membandingkan atau membedakan antara suatu harapan pelanggan terhadap produk dengan hasil atau kineja suatu produk. 2.9.4 Loyalitas Pengguna (Customer Loyality) Loyalitas pengguna merupakan tindakan seseorang terhadap loyalitasnya pada suatu objek tertentu yang diinginkannya. Objek tersebut dapat berupa merk, produk, atau toko (Rowles & Dawes dalam Dharmesta & Darsono, 2005). Loyalitas pengguna suatu barang sangat penting bagi suatu penyedia jasa dalam mempertahankan produk yang mereka jual ke pelanggannya.