UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARSIPKAN DOKUMEN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD

dokumen-dokumen yang mirip
Setyagung Budi Cahyono 4

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI DENGAN PEMBELAJARAN MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA SD

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 218

TEAM ASSISTED INDIVIDUAL (TAI) SEBAGAI METODE ALTERNATIF PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF PKN DI SMA Oleh: Jiyanto*

RAHYANTI YUDIATI, S.Pd.

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI METODE DISCOVERY PADA SISWA KELAS III SDN KAMAL 2 KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN TAHUN PELAJARAN

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

Ahmad Yasin 5. Kata Kunci: metode kooperatif model group investigation, hasil belajar. Guru SDN 03 Tlogosari

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

Kamilah SDN Sukaoneng Tambak Gresik

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab.

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

PENERAPAN MOTODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

Volume 6 Nomor 2-Juli 2015 ISSN:

MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER DALAM MENGENAL IBADAH DI BULAN RAMADAN. Nurohmah

PROSIDING ISBN :

RICO RASMARA NIM : A54 A100158

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI

Jurnal Konseling dan Pendidikan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah

Seminar Nasional Pendidikan Matematika Matematika dan Pembelajarannya, Menyongsong Kurikulum 2013 Surabaya, 01 Juni 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENERAPKAN MODEL STAD DAN ROLE PLAYING

Naomi Edy Kantor Kemenag Kota Kupang, Jl. SK Lerik, Kota Baru Kupang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Jurnal Florea Volume 2 No. 1, April 2015 (13-17)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER

KOMPETENSI MEMAHAMI SISTEM PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINKS PAIR SHARE

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGHEMATAN AIR MELALUI METODE PEMBELAJARAN STRUKTURAL SISWA KELAS V SD. Sunarti

Sitti Rosida 1 Syarif Ibnu Rusydi, S.S 2

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA SISWA KELAS V SDN 3 TLOGOSARI SEMESTER II TAHUN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SEJARAH. Tri Hartoto

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MATERI GEOGRAFI POLITIK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DAN SMALL GROUP DISCUSSION DI KELAS A/B STKIP PGRI PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni.

Oleh: N. Komariyah, S.Pd.I NIP ABSTRAK

PENERAPAN MODEL KOLABORASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

STRATEGI PEMBELAJARAN KOLABORATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Firman STAIN Palopo

SITI ROPI AH, S.Pd. *) NIP *) Guru SDN 01 Podorejo Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung

Sudarjatiningsih, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Fungsi

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Jurnal Ilmiah d ComPutarE Volume 2 Juni 2012

Volume 07, Nomor 02, desember 2016

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika di FKIP Universitas Mataram.

Jurusan Pedidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya )

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

ARTIKEL KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM POKOK BAHASAN PENGURUSAN JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS IV SDN 01 LUHAK NAN DUO

Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N 23 Sabang

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DI SDN BANYUAJUH 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

Kata Kunci : Reading Guid dan Index Card Matc, Pendidikan Kewarganegaraan.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

Oleh : R.Hobro Pranasmoro Hadi Guru SMA Negeri 1 Jogorogo. Kata Kunci : matematika, belajar aktif, kerja kelompok

Zuraidah, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBERIAN BALIKAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (COOPERATIVE LEARNING MODEL STAD TO IMPROVE MATHEMATICS RESULT)

Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Kelas II SDN Lalong Melalui Media Gambar Seri

Minarlin Listiani 12. Guru SDN 2 Tamansari Situbondo

SRI WINARNI SDN Kandat 2 Kab. Kediri

STRATEGI PEMBELAJARAN GABUNGAN CERAMAH DAN SIMULASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATERI BARISAN DAN DERET BILANGAN

Vol. 1 No. 1 ISSN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE CERAMAH KELAS V. Nurul Hamsi SD Negeri Sumber V Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG

Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Menerapkan Metode Pemberian Balikan pada Siswa Kelas III.a SDN 02 Kota Bima

Transkripsi:

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARSIPKAN DOKUMEN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD Ida Mia Khrismiana SMK Negeri 1 Banyuwangi Propinsi Jawa Timur Email: khrismiana_ida@yahoo.co.id Abstract Learning activity can help stimulate active learning. The purposes of this study are to: (a) Want to know the file of learning achievement of statics after the implementation of cooperative learning. (b) Want to know the effect of learning motivation of statics after the implementation of cooperative learning. (c) Give an description of appropriate learning method in an effort to improve student s learning achievement and make students actively in learning activities. This study uses action research as many as three rounds. Every round consists of four stages, namely: design, activity and observation, reflection, and revision. Objectives of this study were students of class XII APK Semester of academic year 01-014. From the analysis it was found that student s achievement has increased from the first cycle to cycle III, those are the first cycle (64.71%), cycle II (79.41% ), third cycle (85.9%). Keywords: Fresh concrete mix, cooperative learning method. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahanperubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajarmengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar. Mengajar adalah membimbing belajar siswa sehingga ia mampu belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Pada kenyataan, di sekolah-sekolah seringkali guru yang aktif, sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan temantemannya dan apa yang diajarkan siswa 909

910 Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 015 Hal: 909-90 kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Pembelajaran Pengarsipan dokumen tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktifitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 000:4). Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru, karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan. (Sulaiman dalam Wahyuni 001: ). Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secaraa individu, dan dua kali secaraa kelompok. Dalam kelas pertama hanya 6% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secaraa kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 199: 14). Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pengarsipan dokumen Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas XII APKSemester SMK Negeri 1 Banyuwangi Tahun Pelajaran 01-014 Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut: (1) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pengarsipan dokumen dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas XII APK Semester SMK Negeri 1 Banyuwangi tahun pelajaran 01-014. () Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif model STAD terhadap motivasi belajar Pengarsipan dokumen pada siswa Kelas XII APK SMK Negeri 1 Banyuwangi tahun pelajaran 01-014. Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar Pengarsipan dokumen setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas XII Semester SMK Negeri 1 Banyuwangi tahun pelajaran 01-014. (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar Pengarsipan dokumen setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa Kelas XII APKSemester SMK Negeri 1 Banyuwangi tahun pelajaran 01-014. (c) Memberikan gambaran tentang metode pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan menjadikan siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul Upaya meningkatkan prestasi belajar Pengarsipan dokumen melalui metode pembelajaran kooperatif model STAD (Studen Teams Achievement Devision) yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: "Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas XII APK Semester SMK Negeri 1 Banyuwangi menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam menyampaikan materi

Ida Mia Khrismiana, Upaya meningkatkan kemampuan 911 pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa Kelas XII APK Semester SMK Negeri 1 Banyuwangi akan lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya". Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna: (1) Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru kearsipan dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar pengarsipan dokumen. () Sumbangan pemikiran bagi guru dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Pengarsipan dokumen. () Proses belajar mengajar tidak lagi monoton. (4) Ditemukannya strategi pembelajaran yang tepat, tidak konvensional tetapi variatif. (5) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok meningkat. (6) Menjadikan bahan ajar lebih menarik, sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tujuan dan prestasi akademik siswa semakin meningkat. Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap tujuan ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: (1) Metode pembelajaran kooperatif adalah: Suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam pemecahan masalah dengan kemampuan siswa dalam setiap kelompok yang heterogen. () Motivasi belajar adalah: Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. () Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi: (a) Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas XII APK Tahun Pelajaran 01-014. (b) Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februarir tahun pelajaran 01-014. (c) Materi yang disampaikan adalah Standar Kompetensi dan KD Pengarsipan. KAJIAN PUSTAKA Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar.minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya, seorang anak menaruh minat dalam bidang kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya. Mengingat pentingnya minat dalam belajar, Ovide Declory (1871-19) mendasarkan sistem pendidikan pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang yaitu minat terhadap makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah), mempertahankan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerja sama dalam olah raga (dalam. Mursela dan Usman, M. Uzer, 005:7). Mursell dalam bukunya Succesfull Teaching (dalam Uzer, M. Usman, 005:9), meberikan suatu klasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajran kepada

91 Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 015 Hal: 909-90 siswa. Ia mengemukakan macam minat yang diantaranya ialah bahwa anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakekatnya setiap anak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat terhadap belajar. Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya dalam melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motifmotif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. (Uzer. M. Usman, 005:8-9). Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Motivasi intrinsic. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar, tanpa ada suruhan dari orang lain. () Motivasi ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya. Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsik. (1) Kompetisi (persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain. () Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat) : Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapainya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut. () Tujuan yang jelas : Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan. (4) Kesempurnaan untuk sukses : Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru. (5) Minat yang besar : Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar. (6) Mengadakan penilaian atau tes : Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik, jadi angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.

Ida Mia Khrismiana, Upaya meningkatkan kemampuan 91 Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (APKI, 1996: 14). Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (199: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan, sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebisaaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 199: 10). Pasal 1 Undang-undang No.0 tahun 00 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompokkelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: ). Wahyuni (001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda. Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih (001: 8) mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktifitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran. Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secaraa maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alernatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri. Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4).Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan kerjasama. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Sukidin dkk. (00:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, () penelitian tindakan kolaboratif, () penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4)

914 Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 015 Hal: 909-90 penelitian tindakan sosial eksperimental. Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurtut Oja dan SMA l yang sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (000) (dalam Sukidin, dkk. 00 : 55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada : (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, () tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, () proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antar proyek dengan sekolah. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalm proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini perananya tidak dominan dan sangat kecil. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Tagart (1988 :14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMK Negeri 1 Banyuwangi. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan.penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari Semester tahun pelajaran 01-014. Subjek penelitian adalah siswasiswi Kelas XII APK Tahun Pelajaran 01-014 pada pokok bahasan Pengarsipan dokumen dengan Kompetensi Dasar Mengarsipkan dokumen. Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 00: 8). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan teersebut dapat mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut: (1) Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benarbenar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. () Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukn tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. () Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien. (4) Metodologi yang harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas, sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. (5) Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

Ida Mia Khrismiana, Upaya meningkatkan kemampuan 915 terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan setiap waktu. (Arikunto, Suharsimi, 00: 8-8). Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu;() Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai; dan () Untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharismi, 00: 19). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secaraa klasikal.disamping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, kususnya pada bagian mana PTK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan, maka juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktifitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis paa setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: (1) Untuk menilai ulangan atau tes formatif. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: x X = Dengan : X = Nilai rata-rata X = Jumla semua nilai siswa N = Jumlah siswa () Untuk ketuntasan belajar. Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secaraa perorangan dan secaraa klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar baik dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: Siswa. yang. tuntas. belajar P = Siswa x 100% () Untuk lembar observasi: (a) Lembar observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif model STAD. Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD digunakan rumus sebagai berikut : P1 P X = Dimana P1 = Pengamat 1 dan P = Pengamat (b) Lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut :

916 Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 015 Hal: 909-90 x % = x 100 % dengan x Jumah. hasil. pengama tan X = Jumlah. pengama tan Dimana: % = Presentase pengamatan X = Rata-rata x = Jumlah rata-rata P1 = Pengamat 1 P = Pengamat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian diperoleh dari data observasi berupa pengamatan perngelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan pengamatan aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam meningkatkanprestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas guru dan siswa. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD. Siklus I: (1) Tahap Perencanaan. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, P1 P = soal tes formatif I dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model STAD, dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa. () Tahap kegiatan dan pelaksanaan. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilakasanakan pada tanggal Februari 010 di Kelas XII APK dengan jumlah siswa 4 siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif model STAD melalui tahapan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan pembelajaran, () Diskusi kelompok, () Tes, (4) Penghargaan kelompok, (5) Menentukan nilai individual dan kelompok. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru lainya. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagi berikut:

Ida Mia Khrismiana, Upaya meningkatkan kemampuan 917 Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I No Aspek yang diamati Penilaian P1 P Ratarata Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar,5,5 I B. Kegiatan inti 1. Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif. Membimbing siswa melakukan kegiatan. Melatih keterampilan kooperatif 4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman. Memberikan evaluasi,5,5 II Pengelolaan Waktu Antusiasme Kelas III 1. Siswa antusias. Guru antusias Jumlah Keterangan: Nilai: Kriteria 1) : Tidak Baik ) : Kurang Baik ) : Cukup Baik 4) : Baik Berdasarkan tabel di atas aspekaspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II. Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut: Tabel 4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I No Aktivitas Guru yang diamati Presentase 1 4 5 6 7 8 9 Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum pelajaran 4,0 7, 9,1 7, 11,8,5 11.6 19,0 5,9 No Aktivitas siswa yang diamati Presentase

918 Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 015 Hal: 909-90 1 4 5 6 7 8 9 Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru Membaca buku Bekerja dengan sesama anggota kelompok Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru Menyajikan hasil pembelajaran Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi,1 1, 15,9 14,5,4,1 7,8 8,8 8,7 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu,5 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 19,0 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu,1 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 15,9 % 14,5 % dan 1, %. Pada siklus I, secaraa garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif model STAD sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominanuntuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I No Uraian Hasil Siklus I 1 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Presentase ketuntasan belajar 6,71 64,71 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahawa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 6,71 dan ketuntasan belajar mencapai 70,59% atau ada siswa dari 4 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahawa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar 64,71% lebih kecil dari presentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD. (1) Refleksi. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (a) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. (b) Guru kurang maksimal dalampengelolaan waktu. (c) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung. () Analisis data penelitian siklus I. (a) Ranah Psikomotor: Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 1 (5,9%), Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 0 (58,8%), Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak (5,88%), Berarti siswa yang mendapat nilai di

Ida Mia Khrismiana, Upaya meningkatkan kemampuan 919 atas 70 sebanyak 64,70%, secara klasikal termasuk kategori belum tuntas. (b) Ranah Afektif : Siswa mendapat nilai C sebanyak 5 (14,71%), Siswa yang mendapat nilai B sebanyak (64,71%), Siswa yang mendapat nilai A sebanyak 7 (0,59%) Berarti siswa yang mendapat nilai di atas C sebanyak 85,0%, secaraa klasikal termasuk kategori tuntas. (1) Refisi. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. (a) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. (b) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasiinformasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. (c) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang tela dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Pengarsipan dokumen. () Metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestsi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (64,71%), siklus II (79,41%), siklus III (85,9%). () Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan. (4) Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan tugas individu maupun kelompok. (5) Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelum agar proses belajar mengajar Pengarsipan dokumen lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: (1) Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif model STAD memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan Metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam pross belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal. () Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantiny dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. () Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di Kelas XII APK SMK Negeri 1 Banyuwangi tahun pelajaran 01-014. (4) Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

90 Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 015 Hal: 909-90 Djamarah, Syaiful Bahri. 00. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineksa Putra. Hamalik, Oemar. 00. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hasibuan, JJ. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universiats Press. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya University Negeri. Sukmadinata, Nana Syaodih. 005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Surakhamad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, Moh. Uzer. 001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riduwan. 005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rustiyah, N.K.1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Bina Aksara. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Soetomo, 199. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional. Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sukidin dkk. 00. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insane Cendekia.