LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

PEMBUATAN KANTONG KOLEKSI FESES UNTUK DOMBA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

Metode Uji Kualitas Bahan Pakan Oleh : ATI SIHOMBING, SP Pembahasan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH B3 PADA SAPI PERAH

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

PAKAN TERNAK HAYLASE JERAMI PADI DARI STARTER ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

MATERI DAN METODE. Metode

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

ILMU BETERNAK Suatu Tinjauan dari Sisi Pakan Ternak Oleh : Ir. H. Anggodo Marnomo Praktisi & Pengamat Pakan Ternak

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

I. PENDAHULUAN. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

EFISIENSI PAKAN KOMPLIT DENGAN LEVEL AMPAS TEBU YANG BERBEDA PADA KAMBING LOKAL SKRIPSI. Oleh FERINDRA FAJAR SAPUTRA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

Harga tiap varietas dan ukuran Ikan Maskoki berbeda-beda. Namun yang paling menentukan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. PENDAHULUAN. Hijauan pakan ternak merupakan sumber pakan utama bagi ternak yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

Transkripsi:

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA Diusulkan oleh: Lukman Maulana D24110082 2011 Chressya Clara D24110055 2011 Sarah Ikmahwati D24110087 2011 Octaviana D24110089 2011 Risnawan Ady Putra D24120043 2012 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1

2

ABSTRAK Kecernaan Bahan Kering (Kecernaan nutrien ransum) dapat ditentukan dengan metoda koleksi total. Perhitungan kecernaan nutrien mengunakan metode koleksi total dilakukan dengan menganalisis kadar nutrien pakan dan feses. Sebagian besar para peneliti kesulitan dalam menerapkan metode koleksi total, karena saat ini belum ada alat yang dapat menunjang penelitian tersebut hingga mendapatkan data yang valid. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sebuah alat yang dapat membantu peneliti dalam menerapkan metode koleksi total, seperti wadah penampung feses yang lebih efesien. Tujuan karsa cipta ini adalah menghasilkan alat yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan feses dengan kondisi alami sehingga jauh dari cemaran lingkungan. Alat ini juga dapat mempermudah peneliti dalam melakukan metode koleksi total sehingga menghasilkan data yang lebih akurat. Keyword : Ruminansia, koleksi total, pants 3

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecernaan Bahan Kering (kecernaan nutrien ransum) dapat ditentukan dengan metode koleksi total. Perhitungan kecernaan nutrien mengunakan metode koleksi total dilakukan dengan menganalisis kadar nutrien pakan dan feses. Akan tetapi, sebagian besar para peneliti kesulitan dalam menerapkan metode koleksi total, karena saat ini belum ada alat yang dapat menunjang penelitian tersebut hingga mendapatkan data yang valid. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sebuah alat yang dapat membantu peneliti dalam menerapkan metode koleksi total, seperti wadah penampung feses yang lebih efesien. Melalui program PKM Karsa Cipta ini, pengusul mencoba membuat sebuah desain alat alternatif pembuangan feses yang bernama Poucowpants. Poucowpants berfungsi untuk memudahkan peniliti dalam mengumpulkan feses untuk menerapkan metode koleksi total. 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang dihadapi oleh peneliti salah satunya adalah sulitnya mengumpulkan feses pada saat melakukan metode koleksi total, karena belum adanya suatu alat yang dapat memudahkan pengumpulan feses tersebut. Selain itu, data yang dihasilkan oleh peneliti saat ini masih belum akurat karena kondisi feses yang dijadikan sampel tidak dalam kondisi murni disebabkan feses telah tercemar. 1.3 Tujuan Tujuan karsa cipta ini adalah menghasilkan alat yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan feses dengan kondisi alami sehingga jauh dari cemaran lingkungan. Alat ini juga dapat mempermudah peneliti dalam melakukan metode koleksi total sehingga menghasilkan data yang lebih akurat. 4

1.4 Luaran yang Diharapkan Luaran yang diharapkan dari pembuatan Poucowpants ini yaitu terciptanya suatu desain dan produk untuk membantu menampung feses yang dapat mempermudah peneliti dalam mengumpulkan feses pada metode koleksi total. Alat ini juga diharapkan memiliki kualitas yang baik, aman dan nyaman untuk ternak sehingga dapat digunakan dan diimplementasikan menjadi suatu pelopor untuk mempermudah penelitian. 1.5 Kegunaan Poucowpants yang dikembangkan ini dapat digunakan sebagai alat pengumpulan feses yang optimal bagi peneliti pada saat melakukan metode koleksi total. Desain Poucowpants menghasilkan kualitas yang tinggi serta aman bagi pengguna terutama ternak saat dipakai. Poucowpants berdampak baik bagi ternak, kesehatan ternak serta lingkungan ternak. Selain itu, alat ini diharapkan dapat mempermudah peneliti dalam pengambilan data pada sampel feses secara lebih akurat. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Ternak Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses (Soehadji, 1992). 2.2 Bahan-bahan Produk 2.2.1 Kain Parasut 5

Kain parasut merupakan bahan yang dikenal sangat tipis dan relatif kedap air. Sesuai dengan sifatnya yang anti air, kain ini sangat cocok digunakan pada saat musim hujan untuk melindungi dari siraman air. Bahan baku yang digunakan pada pembuatan kain parasut adalah sejenis poliester. Jenis bahan ini berasal dari serat sintetis atau buatan dari hasil pengolahan minyak bumi yang kemudian diproses menjadi serat fiber poly. Dilihat dari bahan baku pembuatnya bisa dipastikan bahan ini tidak dapat menyerap keringat sehingga kurang cocok jika dikenakan pada udara panas. Bahan parasut sangat mudah dibersihkan, cepat kering dan tidak menimbulkan bau. 2.2.2 Bahan Oskar Oscar adalah bahan sintetis yang menyerupai kulit. Secara fisik, tampilan oscar mirip dengan kulit. Namun, kualitasnya tentu berbeda. Bahan oskar memiliki harga yang relatif lebih murah dan perawatannya lebih mudah. 6

BAB III. METODE PELAKSANAAN 3.1 Survey Bahan Baku Pembuatan poucowpants ini diperlukan bahan yang cocok, sesuai dan kuat terhadap berbagai macam jenis gangguan seperti bahan oskar yang tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga. Serat ini juga sangat tahan basa, rusak dalam asam kuat.dan dapat dicelup dengan zat warna dispersi asam dan basa dan juga bahan oskar adalah serat yang kuat maka dari itu tidak mudah kusut dan cocok untuk di-pleats karena hasilnya akan stabil. Supaya mendapatkan bahan yang cocok untuk pembuatan itu, dilakukan survey bahan baku dan juga mencari informasi dari berbagai sumber di internet mengenai kelebihan dan kekurangan bahan baku itu. Bahan parasut digunakan sebagai lapisan dalam dari poucowpants karena bahannya licin sehingga nyaman ketika dipakai oleh sapi. Bahan oskar digunakan untuk bagaian luar dari poucowpants agar feses tidak bocor keluar. Bahan pendukung lainnnya yang digunakan yaitu kepala sabuk yang fungsinya untuk menyesuaikan ukuran poucowpants dengan badan sapi agar tidak kebesaran atau kekecilan, pengikat yang terbuat dari kulit sehingga sapi nyaman pada saaat memakainya, resleting dipasangkan pada sekeliling kantung feses yang fungsinya untuk memudahkan peternak mengeluarkan feses dari kantungnya. 3.2 Penyempurnaan Desain Penyempurnaan desain dilakukan jika bahan baku yang digunakan untuk pembuatan produk poucowpants nanti tidak sesuai dengan bahan baku hasil survey. Jika ternyata bahan yang digunakan sesuai dengan bahan baku hasil survey, maka proses selanjutnya adalah proses pembuatan produk. 3.3 Pembuatan Produk Pembuatan Poucowpants dilakukan dengan cara mengambar sketsa terlebih dahulu, setelah itu dilanjutakan dengan proses pembuatan Poucowpants yang sebenarnya. Bahan yang digunakan yaitu parasut sebagai lapisan dalam, sedangkan oskar sebagai lapisan luar, kepala sabuk sebagai bahan penghubung untuk menghubungkan bahan kulit satu dengan yang lainnya. Selain itu, 7

digunakan juga plastik sintetis yang berbentuk cincin sebagai lubang penghubung antara pants dengan kantong penyimpanan feses. Bahan-bahan yang sudah disiapkan tersebut dirangkai kemudian dijahit sesuai bagian-bagiannya/ Pemakaian Poucowpants dapat dilakukan dengan cara menghubungkan kepala sabuk dengan pants. Poucowpants disesuaikan dengan ukuran sapi sehingga memberikan rasa aman dan mengedepankan kenyamanan pada sapi tersebut. Saat sapi mulai mengeluarkan feses, feses akan langsung bergerak menuju kantong penyimpanan feses pada bagian belakang pants karena bahan lapisan dalam terbuat dari bahan parasut yang sifatnya licin, sehingga feses akan segera jatuh ke bagian bawah dan tidak akan menumpuk hanya pada bagian atasnya saja. Alat ini dapat digunakan hingga kantong penyimpanan penuh, setelah kantong penuh, kantong Poucowpants dapat dilepaskan dengan cara membuka resleting yang menghubungkan kantong dengan pants. Kelebihan dari alat ini adalah dapat digunakan berulang kali dengan cara mencuci Poucowpants yang sudah dipakai hingga bersih dan siap pakai kembali. 8

3.4 Uji Coba Alat Setelah produk Poucowpants selesai dibuat, dilakuakn uji coba alat yang menguji apakah produk sesuai dengan desain yang dibuat, apakah bahan yang digunakan sesuai dengan yang ditargetkan yaitu tidak bocor, tahan lama, dan bisa digunakan kembali, serta apakah fungsi yang ditawarkan dari poucowpants dapat tercapai sehingga bisa masuk pasar untuk digunakan peneliti dalam melakukan penilitian. Diagram alir penelitian yang akan dilakukan: Mulai Studi Literatur Desain Awal Uji Fungsionalitas Gagal Desain Ulang Uji Kualitas Berhasil Gagal Selesai Berhasil 9

BAB IV. PELAKSANAAN PROGRAM 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proses pembuatan Poucowpants dari mulai survei bahan baku, desain, pembuatan produk, uji coba alat dan demontrasi produk dimulai dari tanggal 15 Februari 2014 8 Juli 2014. Pembelian bahan baku maupun penjahitan produk dilaksanakan di Pasar Bogor. Sedangkan untuk uji produk Poucowpants dilakukan di Kandang A fakultas Peternakan IPB. 4.2 Tahapan Pelaksanaan Proses pembuatan Poucowpants dimulai dari pembuatan desain terlebih dahulu, setelah itu survei bahan yang cocok, sesuai dan kuat terhadap berbagai macam jenis gangguan seperti bahan oskar yang tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga. Pembuatan produk dilakukan setelah bahan baku sudah cocok dan tersedia. Produk yang sudah jadi langsung diujikan kepada ternak kemudian dilakukan demontrasi produk. 4.3 Instrumen Pelaksanaan Instrumen pendukung selama pelaksanaan pembuatan produk Poucowpants yaitu bahan Oskar, bahan parasut, kepala sabuk, resleting dan seperangkat alat jahit. 10

4.4 Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya No Tanggal Rincian Jumlah Pembelian Bahan Baku : A. Resleting (2 buah) Rp 20.000 1 16 Februari 2014 B. Bahan Dakron (1 meter) Rp 30.000 C. Kepala Sabuk (2 buah) Rp 30.000 2 28 Februari 2014 Pembuatan Desain Produk ( Jasa) Rp 200.000 3 22 Maret 2014 Konsumsi dan Transportasi (Survei Pembeliaan Bahan Baku II) Rp 72.000 Pembeliaan Bahan Baku II : 4 11 April 2014 A. Kain Anti Air (1 meter) Rp 15.000 B. Mika (1 meter) Rp 10.000 C. Sabuk ( 2 Buah ) Rp 40.000 D. Resleting Besar (2 buah) Rp 10.000 E. Resleting Kecil (1 buah) Rp 1.500 F. Kain Perekat (1 buah) Rp 2.000 Konsumsi dan Transportasi Rp 47.000 5 13 April 2014 6 2 Mei 2014 7 29 Mei 2014 8 17 Juni 2014 9 30 Juni 2014 10 13 Juli 2014 Pembelian Alat Peraga Penjahitan Poucowpants Pembelian Bahan Oskar Konsumsi dan Transportasi Pembelian Bahan Oskar Pembelian Bahan Parasut Konsumsi dan Transportasi Penjahitan Poucowpants Pembelian Kepala Sabuk (6 buah) Pembelian Bahan Oskar Pembelian Bahan Parasut Konsumsi dan Transportasi Penjahitan Poucowpants betina (S, M dan L) Penjahitan Poucowpants jantan (S, M dan L) Rp 55.000 Rp 200.000 Rp 100.000 Rp 75.000 Rp 50.000 Rp 50.000 Rp 75.000 Rp 250.000 Rp 150.000 Rp 600.000 Rp 200.000 Rp 100.000 Rp 750.000 Rp 750.000 Total Rp 3.882.500 11

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Gambar 1. Rancangan Desain Poucowpants Gambar 2. Poucowpants yang sudah terpasang pada ternak 5.2 Pembahasan Proses pembuatan Poucowpants dilakukan setelah mengetahui kondisi bahan di lapangan yang tersedia untuk dijadikan acuan bahan baku pembuatan produk poucowpants yaitu didapatkan bahan oskar yang dijadikan sebagai bahan tetap dalam pembuatan poucowpants, kemudian mengukur ukuran bagian tubuh sapi agar poucowpants yang dibuat sesuai dengan ukuran yang didapat. Pembuatan produk poucowpants dilakukan setelah bahan baku sudah tersedia dan sudah mendapatkan data pengukuran pada tubuh ternak, poucowpants yang sudah jadi langsung diuji cobakan ke sapi. Akan tetapi pada saat pengujian, poucowpants yang sudah jadi ternyata kebesaran. Hal ini disebabkan karena pada saat pengukuran, sapi yang diukur berontak sehingga data pengukuran yang didapat belum tepat karena meterannya mengikuti gerakan tubuh sapi. 12

Pembuatan produk Poucowpants dilakukan dua kali setelah menyempurnakan desain awal dan dilakukan pengukuran kembali pada bagian tubuh sapi baik betina maupun jantan. Setelah mendapatkan data pengukuran yang sesuai langsung menjahit kembali bahan oskar untuk dijadikan poucowpants yang sesuai dengan data yang didapat dan desain yang telah disempurnakan dengan ukuran S, M dan L. Poucowpants yang sudah jadi diuji cobakan langsung ke sapi. Baik uji fungsionalitas maupun uji ketahanan bahan Poucowpants. BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Pada saat pengujian produk masih ditemui kendala yaitu pada saat memakaikan produk sapi berontak, akan tetapi pada saat produk terpasang, sapi tersebut tidak merasa terganggu dan mengeluarkan feses yang langsung tertampung pada kantong yang ada pada Poucowpants. Hal ini menunjukan bahwa produk yang dibuat berhasil dan dapat digunakan oleh peneliti dalam dalam mengumpulkan feses dengan kondisi alami sehingga jauh dari cemaran lingkungan. 6.2 Saran Untuk memastikan feses yang tertampung pada Poucowpants tidak tercemar lingkungan maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, sebagai pembanding apabila feses yang diambil dari Poucowpants dengan feses yang diambil langsung di lantai kandang. DAFTAR PUSTAKA Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor Soehadji, 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta. 13

LAMPIRAN Lampiran Bukti-bukti pendukung lainnya 14