Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

dokumen-dokumen yang mirip
PPh Pasal 24. Pengertian. Andi Wijayanto, S.Sos., M.Si

Modul ke: PERPAJAKAN I. PPh PASAL Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

PERTEMUAN 12: PPh Pasal 24 (Umum /Perhitungan)

Landasan Hukum: Pasal 24 UU PPh, KMK No. 164/ KMK.03/ 2002

PPh Pasal 26. Pengantar

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

Tata Cara Penghitungan

Jumlah pajak yang harus diangsur tahun ini. PPh Pasal 25 = Jumlah pajak yang harus diangsur tahun ini dibagi dua belas.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26. Disusun guna memenuhi tugas : Mata Kuliah : Perpajakan Dosen Pengampu : Agus Arwani, M. Ag

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

Pajak Penghasilan. Pasal 24

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

Beneficial Owner Certificate of Domicile Limitation on Benefit Article YOHANES DWIKI R. D. FIDIRA MAHARANI YUH MELIALA

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BENTUK USAHA TETAP BUT. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

CONTOH PEMANFAATAN TAX TREATY

dasar hukum Tata cara pelaporan utang swasta luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PPh Pasal 23 Penghasilan dari Modal, Jasa dan Kegiatan


BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

Objek PPh. Penghasilan. Tambahan kemampuan ekonomis, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26. Disusun guna memenuhi tugas : Mata Kuliah : Perpajakan Dosen Pengampu : Agus Arwani, M.

(WITHHOLDING) TAX DAN KREDIT PAJAK (TAX CREDIT)

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wprdpress.com

PENGUATAN PPh 21, 22, 23, & 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II LANDASAN TEORI

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

Pajak Penghasilan. Pasal 25

PA JAK PENGHASILAN F INAL

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

Penghitungan PPh Akhir Tahun

GRAHA ILMU Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

BAB II URAIAN TEORITIS

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.

Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

Penghasilan Lainnya Bulan... Tahun... Biaya (Rp) Jumlah Bruto (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6)

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

2

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB IV ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KOMPENSASI OPSI SAHAM UNTUK KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. warga negara dalam membiayai keperluan pembangunan nasional.

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

a. Peredaran kegiatan usaha dan/atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebas harus dicatat secara teratur dan kronologis menurut urutan waktu.

BAB III PAJAK PENGHASILAN

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

PAJAK PENGHASILAN. Oleh Emmawati, S.Pd

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

PERTEMUAN KE-5 PAJAK PENGHASILAN UMUM

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Transkripsi:

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Definisi Pajak yang dikenakan atas penghasilan berasal dari Indonesia yang diterima atau diperoleh WP luar negeri selain BUT. Subjek PPh 26 dapat merupakan WP luar negeri orang pribadi atau WP organisasi internasional. Cara Pemenuhan Kewajiban atas PPh 26 dapat dipenuhi melalui pemenuhan sendiri oleh WP atau pemotongan oleh pemberi penghasilan. 2

Pemotong, Penyetor, dan Pelapor 3 Badan Pemerintah. Subjek pajak dalam negeri. Penyelenggara kegiatan. Bentuk Usaha Tetap. Perwakilan perusahaan luar negeri.

Tarif, Dasar dan Sifat Pengenaan (1) 4 20% dari jumlah bruto, dan bersifat final, atas: (20% X Penghasilan bruto/tax treaty) Dividen Bunga, premium, diskonto, dan imbalan lain terkait pengembalian utang. Royalti, sewa, dan penghasilan lain terkait penggunaan harta. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan. Hadiah dan penghargaan. Pensiun dan pembayaran berkala lain. Premi swap dan transaksi lindung nilai lain. Keuntungan atas pembebasan utang.

Ilustrasi 5 Friedrich merupakan seorang seorang pengusaha yang memiliki kegiatan bisnis di Asia Timur melalui pemberian dana pinjaman berbunga rendah. Selama 2012, Friedrich telah meminjamkan dana dengan rata rata pokok pinjaman tertimbang sebesar $ 2.000.000 dan tingkat bunga rata rata 6,5% p.a. Kurs KMK ditetapkan konstan sepanjang tahun pada tingkat Rp 9.100,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya dipotong oleh para debitur Friedrich? Bagaimana penjurnalan oleh debitur? Jawaban : Pajak terutang = 20% x (6,5% x 2.000.000 x 9.100) = 20% x 1.183.000.000 = Rp 236.600.000,00 Jurnal Beban bunga 1.183.000.000 Utang PPh 26 236.600.000 Kas 946.400.000

Ilustrasi 6 Barbarossa merupakan seorang dokter berkewarganegaraan asing yang selama periode Januari Maret 2012 tinggal di Indonesia untuk memberikan jasa pendampingan riset bagi suatu rumah sakit yang baru berdiri. Barbarossa menerima pembayaran senilai $ 22.750 yang dibayarkan sekaligus di muka kontrak. Kurs KMK yang berlaku di awal januari adalah Rp 9.350,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya dikenakan atas penghasilan Barbarossa? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja? Jawaban : Pajak terutang = 20% x (22.750 x 9.350) = 20% x 212.712.500 = Rp 42.542.500,00 Jurnal Beban gaji 212.712.500 Utang PPh 26 42.542.500 Kas 170.170.000

Tarif, Dasar, dan Sifat Pengenaan (2) 7 20% dari perkiraan penghasilan netto, dan bersifat final, atas: (20% X penghasilan Netto/tax treaty) Penghasilan atas penjualan harta, selain yang diatur oleh Pasal 4 Ayat (2). Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi luar negeri. Penghasilan atas penjualan saham perusahaan antara di tax haven country yang berhubungan istimewa dengan badan atau BUT di Indonesia. 20% dari PKP setelah pajak, dan bersifat final, atas: (20% X laba stlh pajak yg ditransfer ke LN) Penghasilan atas Bentuk Usaha Tetap. Dikecualikan dari pengenaan, jika penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.

Perkiraan Penghasilan Netto 8 Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi luar negeri. Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi luar negeri Perkiraan Penghasilan Netto = 50% x Premi Atas premi yang dibayar perusahaan asuransi dalam negeri kepada perusahaan asuransi luar negeri Perkiraan Penghasilan Netto = 10% x Premi Atas premi yang dibayar perusahaan reasuransi dalam negerikepada perusahaan asuransi luar negeri Perkiraan Penghasilan Netto = 5% x Premi Atas penghasilan penjualan saham perusahaan antara di tax haven country yang berhubungan istimewa dengan badan atau BUT di Indonesia. Perkiraan Penghasilan Netto = 25% x Harga Jual

Ilustrasi 9 Von Bleucher merupakan seorang direktur pemasaran WNA bagi perusahaan leasing internasional yang didirikan dan bertempatkedudukan di Indonesia. Atas rencananya untuk menetap permanen di Indonesia, Von Bleucher merasa perlu mengasuransikan kesehatan keluarganya selama masa adaptasi terhadap iklim tropis. Atas keperluan tersebut, Von Bleucher mengikuti program asuransi yang diselenggarakan perusahaan asuransi di negara asalnya dengan nilai premi $ 650 per tahun. Kurs KMK yang berlaku saat pembayaran premi adalah senilai Rp 9.300,00/ $. Berapakah besar PPh 26 yang seharusnya dipotong terhadap perusahaan asuransi luar negeri tersebut jika: a. Premi tersebut dibayarkan oleh Von Bleucher sendiri. b. Premi dibayarkan melalui suatu perusahaan asuransi di Indonesia yang melakukan pembayaran kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Ilustrasi 10 Jawaban : a. Pajak terutang = 20% x (50% x 650 x 9.300) = 20% x 3.022.500 = Rp 604.500,00 b. Pajak terutang = 20% x (10% x 650 x 9.300) = 20% x 604.500 = Rp 120.900,00

Tarif 20% x Penghasilan Bruto 11 Mr. Felix adalah warga negara spanyol memperoleh penghasilan deviden Rp. 100.000.000 dari PT. Berdikari Pph pasal 26 X = 20% X Penghasilan bruto = 20% X Rp. 100.000.000 = Rp. 40.000.000 dan bersifat final PT. Berdikari harus memungut pajak sebesar Rp. 40.000.000 dari Mr. Felix sebagai penerima penghasilan Saat terutangnya Pph 26 diatur dalam PP 138 tahun 2000 mana terlebih dahulu saat pembebanan atau saat pembayaran

Tarif 20% x Penghasilan Netto 12 PT. Anugerah menjual saham kepada PT. Cilenx Ltd (Prancis) dengan nilai keseluruhan Rp. 500.000.000.000 maka besar Pph pasal 26 yang dipungut oleh PT. Anugerah adalah: 20% x 25% x Rp. 500.000.000 = Rp. 250.000.000

13 PT. Indah jaya mengasuransikan gedungnya kepada perusahaan asuransi luar negeri dengan membayar premi asuransi selama tahun 2012 sebesar Rp. 10.000.000.000, maka besar Pph Pasal 26 yang dipungut PT. Indah Jaya adalah: 20% x 50% x Rp. 10.000.000.000 = Rp. 1.000.000.000

14 Jika dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri yang berkedudukan di Indonesia maka tarif Pph Pasal 26 adalah: 20% x 10% x Rp. 10.000.000.000 = Rp. 200.000.000 Jika premi yang dibayarkan reasuransi berkedudukan di Indonesia maka tarif Pph Pasal 26 adalah: 20% x 5% x Rp. 10.000.000.000 = Rp. 100.000.000

15 PT. Indah jaya mengasuransikan gedungnya kepada perusahaan asuransi luar negeri dengan membayar premi asuransi selama tahun 2012 sebesar Rp. 10.000.000.000, maka besar Pph Pasal 26 yang dipungut PT. Indah Jaya adalah: 20% x 50% x Rp. 10.000.000.000 = Rp. 1.000.000.000

20% x PKP 16 Sebuah BUT mempunyai laba Rp. 100.000.000 dan telah dikenakan Pph pasal 17 sebesar Rp. 12.500.000 sehingga laba setelah pajak adalah Rp. 87.500.000. jika sebagian IAT sebesar Rp. 50.000.000 dikirim keluar negeri maka, akan dikenakan Pph 26 sebesar: 20% x Rp. 50.000.000 = Rp. 10.000.000 Jika sisanya diinvestasikan kembali, maka tidak dikenakan Pph 26

Objek PPh 26 Bersifat Tidak Final 17 Penghasilan kantor pusat dari usaha, kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa yang serupa dengan kegiatan BUT. Penghasilan kantor pusat selama terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan sumber penghasilan. Penghasilan WP LN orang pribadi atau badan yang berubah menjadi WP DN orang pribadi atau BUT.

18 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) WP luar negeri dapat dikenai pajak di Indonesia sekaligus di negara asal. P3B mengatur tarif dan hak pemajakan, sehingga pengenaan pajak hanya satu kali. Tarif PPh 26 menjadi tidak berlaku ketika terdapat P3B.

Ilustrasi 19 Zheng He merupakan warga negara China yang memiliki HAKI yang diakui di dunia. Sebuah perusahaan di Indonesia memanfaatkan HAKI Zheng He dan membayarkan royalti sebesar Rp 115.000.000,00 setiap tahunnya. Pemerintah Indonesia dan China terikat P3B dengan ketentuan atas royalti dipungut pajaknya oleh Pemerintah Indonesia dengan tarif 10%. Bagaimanakah perusahaan tersebut melakukan penjurnalan? Jawaban : Pajak terutang = 10% x 115.000.000 = 11.500.000 Jurnal oleh perusahaan Beban royalti 115.000.000 Utang pajak 11.500.000 Kas 103.500.000

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 20 Pajak Penghasilan Pasal 24. - Merupakan besarnya pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap penghasilan WPDN - Pajak terhutang WPDN bersumber dari seluruh penghasilan ( penghasilan DN dan LN) Penggabungan Penghasilan luar negeri. - Penghasilan usaha : diakui pada saat diperolehnya penghasilan tersebut (acrrual basis) - Penghasilan diluar usaha : diakui pada saat diterimanya penghasilan tersebut (Cash Basis) - Penghasilan dividen yang diperjualbelikan di Bursa Efek diakui pada saat ditetapkannya oleh Keputusan Menteri Keuangan

21 PT.Serba Usaha menerima dan memperoleh penghasilan neto dari luar negeri dalam tahun 2009 sebagai berikut : 1. Hasil usaha di negeri Jerman dalam tahun 2009 sebesar Rp.700.000.000 sebagai penghasilan tahun 2009 (accrual basis) 2. Dividen dari Belanda untuk kepemilikan saham di ABX Corp sebesar Rp.500.000.000 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2007 yang ditetetapkan RUPS tahun 2008 dan dibayarkan tahun 2009 sebagai penghasilan tahun 2009 (cash basis) 3. Penghasilan Bunga semester II tahun 2009 sebesar Rp.350.000.000 dari Bankok Bank di Thailand, bunga tersebut baru akan dibayar awal Januari 2010 sebagai penghasilan tahun 2010 (cash basis) 4. Dividen dari Inggris atas kepemilikan saham di DEF Corp yang diperjual belikan di Bursa Efek sebesar Rp.600.000.000 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2007 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan tahun 2009 sebagai penghasilan tahun 2009 (Kep. Menkeu)

22 Batas Maksimum Kredit Pajak adalah nilai yang terendah dari unsur 3 perhitungan berikut : 1. Jumlah pajak yang terhutang/dibayar diluar negeri 2. Jumlah pajak yang terhutang untuk seluruh penghasilan 3. (Penghasilan luar negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak) X PPh terhutang atas seluruh penghasilan (tarif pasal 17 UU PPh) Ilustrasi-1 PT.Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai berikut : 1. Penghasilan luar negeri Rp.500.000.000 dengan tarif pajak 40% 2. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.750.000.000,- Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah Rp.1.250.000.000,--

23 Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) 1. PPh dibayar diluar negeri : 40% X Rp.500.000.000 = Rp.200.000.000,- 2. PPh terhutang sesuai tarif psl 17 : 28% X Rp.1.250.000.000 = Rp.350.000.000,- 3. PPh berdasarkan perbandingan : 500.000.000 : 1.250.000.000 X Rp.350.000.000,- = Rp.140.000.000 Besarnya kredit pajak (psl 24) adalah Rp.140.000.000,--

24 Dalam hal penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara, maka besarnya batas maksimum kredit pajak dihitung untuk masing-masing negara (per country limitation). Ilustrasi-2 PT.Dianawati memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb : 1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.400.000.000,-- dengan tarif pajak 20%. 2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.500.000.000,-- dengan tarif pajak 15% 3. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.350.000.000,-- Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) : a. Penghasilan kena pajakrp.1.250.000.000,-- b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17) 28% X Rp.1.250.000.000 Rp.350.000.000,--

25 c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara : - Negara A : - PPh terhutang di negara A : 20% X Rp.400.000.000 = Rp. 80.000.000,- - (400.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.112.000.000,- Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.80.000.000,-- - Negara B : - PPh terhutang di negara B : 15% X Rp.500.000.000 = Rp. 75.000.000,- - (500.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.140.000.000,- Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.75.000.000,-- Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.155.000.000,-

26 Dalam hal usha di luar negeri menderita kerugian, maka kerugian tersebut tidak dapat diperhitungkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. Ilustrasi-3 PT.Faisal memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb : 1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.400.000.000,-- dengan tarif pajak 20% 2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.500.000.000,-- dengan tarif pajak 15% 3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,- 4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.350.000.000,- Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) : a. Penghasilan kena pajakrp.1.250.000.000,-- b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17) 28% X Rp.1.250.000.000 =Rp.350.000.000,--

27 c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara : - Negara A : - PPh terhutang di negara A : 20% X Rp.400.000.000 = Rp. 80.000.000,- - (400.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.112.000.000,- Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.80.000.000,-- - Negara B : - PPh terhutang di negara B : 15% X Rp.500.000.000 = Rp. 75.000.000,- - (500.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.140.000.000,- Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.75.000.000,-- - Negara C : Nihil Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.155.000.000,-

28 Dalam hal usaha didalam negeri merugi, maka kerugian dapat diperhitungkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. Ilustrasi-4 PT.Findia memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb : 1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.800.000.000,-- dengan tarif pajak 30% 2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.600.000.000,-- dengan tarif pajak 30% 3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,- tarif pajak 25% 4. Kerugian usaha di Indonesia Rp.150.000.000,- Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) : a. Penghasilan kena pajakrp.1.250.000.000,-- b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17) 28% X Rp.1.250.000.000 =Rp.350.000.000,--

29 c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara : - Negara A : - PPh terhutang di negara A : 30% X Rp.800.000.000 = Rp.240.000.000,- - (800.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.224.000.000,- Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.224.000.000,-- - Negara B : - PPh terhutang di negara B : 30% X Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000,- - (600.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.168.000.000,- Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.168.000.000,-- - Negara C : Nihil Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.392.000.000,-

30 Dalam hal penghasilan dalam negeri merupakan pendapatan yang pajaknya bersifat final, maka penghasilan tersebut tidak dapat diperhitungkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. Ilustrasi-5 PT.Findia memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb : 1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.800.000.000,-- dengan tarif pajak 30% 2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.600.000.000,-- dengan tarif pajak 30% 3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,- tarif pajak 25% 4. Keuntungan usaha di Indonesia Rp.250.000.000,-(termasuk pendapatan bunga deposito Rp.100.000.000) Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) : a. Penghasilan kena pajakrp.1.550.000.000,-- b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17) 28% X Rp.1.550.000.000 =Rp.434.000.000,--

31 c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara : - Negara A : - PPh terhutang di negara A : 30% X Rp.800.000.000 = Rp.240.000.000,- - (800.000.000/1.550.000.000 X Rp.434.000.000) = Rp.224.000.000,- Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.224.000.000,-- - Negara B : - PPh terhutang di negara B : 30% X Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000,- - (600.000.000/1.550.000.000 X Rp.434.000.000) = Rp.168.000.000,- Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.168.000.000,-- - Negara C : Nihil Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.392.000.000,-

32 Cara melaksanakan kredit pajak luar negeri adalah WP menyampaikan permohonan kepada Direktur Jendral Pajak bersamaan dengan penyampaian SPT tahunan PPh dengan melampirkan : 1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri 2. Foto copy Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan diluar negeri 3. Dokumen pembayaran pajak diluar negeri

TERIMA KASIH