BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

INTISARI. Kata kunci: model filtrasi, pasir kuarsa, zeolit, arang batok

INTISARI. Kata kunci : media filtrasi, pasir kuarsa, zeolit, arang batok

NASKAH SEMINAR. ANALISIS MODEL FILTRASI BUATAN UNTUK MENGUBAH AIR SUNGAI MENJADI AIR BERSIH (Studi Kasus Sungai Bedog Gamping Kab.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

NASKAH SEMINAR ¹ ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN FILTRASI MENGGUNAKAN PASIR SILIKA SEBAGAI MEDIA FILTER (Dengan parameter kadar Fe, ph dam Kadar Lumpur)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. keperluaan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya

AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan 34 Volume 8. Nomor. 2. Tahun 2014 ISSN

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Sungai

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. limbah yang apabila tanpa pengolahan lebih lanjut akan sangat berbahaya bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia itu sendiri (Mulia, 2005). fungsi tersebut dengan sempurna. Konsumsi air rata-rata setiap orang adalah

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika,

BAB I PENDAHULUAN. untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut (Wardhana, 2004).

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

MODEL UNIT PENGOLAHAN AIR ASIN DENGAN METODE FILTRASI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri /

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Sulistyani, M.Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat di bumi dan sangat penting bagi kehidupan. Suatu molekul air terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

Terpadu Universitas Islam Indonesia. Namun dalam pemanfaatannya air tanah

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Rahmat Puji Ermawan¹, Tri Budi Prayogo², Evi Nur Cahya²

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

Kajian Efektivitas Aerator dan Penambahan Kapur serta Slow Sand Filter dalam menurunkan kadar Besi air tanah.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

APLIKASI BIOSAND FILTER DENGAN PENAMBAHAN MEDIA KARBON (ARANG KAYU) UNTUK PENGOLAHAN AIR SUMUR DAERAH GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

PENGARUH PERUBAHAN MASSA ZEOLIT TERHADAP KADAR Ph LIMBAH PABRIK GULA MELALUI MEDIA FILTRASI

Transkripsi:

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit dan arang batok yang dianalisis di Laboraturium Teknik Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pengujian menggunakan variasi ketebalan media filtrasi 15cm, 30 cm dan 45cm. Parameter yang diuji yaitu DO, Kekeruhan dan ph. Pada pengujian DO dilaksanakan pada tanggal 2 sampai 3 april 2016. Pada pengujian kekeruhan dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 6 april 2016. Pada pengujian ph dilaksanakan Pada tanggal 28 april 2016. A. Kualitas Air Sungai Sebelum Diolah Untuk Mengetahui Kadar Kekeruhan, DO dan ph Penelitian kualitas air sungai sebelum diolah yang dilakukan dilaboraturium mendapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Sungai Air Asli Parameter Kimia Sumber Do (mg/l) Kekeruhan (%) ph Air asal 2.4 1,5 8 Sumber : hasil penelitian,2016 Dari Tabel 5.1 hasil pengamatan air Sungai Code, Yogyakarta yang belum diolah didapat kadar DO 2,4 mg/l, Kadar kekeruhan 1,5% dan kadar ph 8. Dari data diatas bahwa parameter nilai DO, Kekeruhan, ph tidak memenuhi syarat kualitas air bersih. 30

31 B. Variasi Ketebalan Media Filtrasi dengan Peningkatan kadar DO, Penurunan Kadar Kekeruhan dan Kadar ph. Hasil analisis peningkatan kadar DO, penurunan kadar kekeruhan dan kadar ph sebagai berikut : 1. DO a. Peningkatan kadar DO dengan media filtrasi pasir kuarsa pada ketebalan 15cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.2 Hasil Pengujian Do dengan Pasir Kuarsa Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) DO (mg/l) Pasir Kuarsa 15 2,7 30 3,5 45 4,5 Gambar 5.1 Hasil pengujian kadar DO pasir kuarsa Dari Gambar 5.1 didapat nilai koefisien determinasi sebesar( R² = 0,9959), nilai regresi linier sebesar (y = = 0,06x + 1,7667) dan didapat ketebalan pasir kuarsa 45cm. Dilihat dari Gambar 5.1, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi

32 menggunakan media pasir kuarsa dapat meningkatkan kadar DO. Karena pasir kuarsa yang sifatnya berupa butiran bebas, butiran pasir kuarsa mampu menyerap dan menahan partikel dalam air. Selain itu butiran pasir kuarsa juga berfungsi menyaring kotoran dan air, pemisah sisa-sisa flok serta pemisah partikel besi yang terbentuk setelah kontak dengan udara. Selama penyaringan koloid suspensi dalam air akan ditahan dalam media porous sehingga kualitas air akan meningkat. Untuk ketebalan 15cm didapat nilai DO = 2,7 mg/l, ketebalan 3,5cm didapat nilai DO = 4,5mg/l, dan ketebalan 45cm didapat nilai DO 4,5 mg/l. b. Peningkatan kadar DO dengan media filtrasi zeolit pada ketebalan 15cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.3 Hasil Pengujian Do dengan Zeolit Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) DO (mg/l) 15 2,2 30 2,8 Zeolit 45 4,2 Gambar 5.2 Hasil pengujian kadar DO zeolit

33 Dari Gambar 5.2 didapat nilai koefisien determinasi sebesar ( R² = 0,9494), nilai regresi linier sebesar (y = 0,0667x + 1,0667) dan didapat ketebalan zeolit 45cm. Dilihat dari Gambar 5.2, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media zeolit dapat meningkatkan kadar DO. Hal ini karena secara umum kemampuan zeolit sebagai ion exchanger telah lama diketahui dan digunakan sebagai penghilang polutan kimia. Dalam air zeolit juga ternyata mampu mengikat bakteri E coli. Kemampuan ini bergantung pada laju penyaringan dan perbandingan volume air dengan massa zeolit. Untuk ketebalan 15 cm didapat nilai DO = 2,2mg/l, ketebalan 30 cm didapat nilai DO = 2,8mg/l dan ketebalan 45 cm didapat nilai DO = 4,2 mg/l. c. Peningkatan kadar DO dengan media filtrasi arang batok pada ketebalan 15cm, 30 cm dan 45 cm.. Tabel 5.4 Hasil Pengujian DO dengan Arang Batok Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) DO (mg/l) Arang Batok 15 2,5 30 3,1 45 4,1 Gambar 5.3 Hasil pengujian kadar DO arang batok

34 Dari Gambar 5.3 didapat nilai koefisien determinasi sebesar (R² = 0,9796), nilai regresi linier sebesar (y = 0,0533x + 1,6333) dan didapat ketebalan arang 42cm. Dilihat dari Gambar 5.3, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media arang batok dapat meningkatkan kadar DO. Hal ini karena arang batok dapat menyaring senyawa-senyawa organik berupa volatile organik, benzene, gasoline dan trihalomethan serta beberapa logam berat. Untuk ketebalan 15 cm didapat nilai DO = 2,5mg/l, ketebalan 3,1 cm didapat nilai DO = 4,1mg/l dan ketebalan 45 cm didapat nilai DO = 4,1mg/l. d. Perbandingan peningkatan kadar DO dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit, arang batok pada ketebalan 15cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.5 Hasil Pengujian Kadar DO dengan Media Filtrasi Buatan Pasir Kuarsa, Zeolit dan Arang Batok Jenis Saringan Ketebalan 15cm 30cm 45cm Pasir Kuarsa 2,7 mg/l 3,5 mg/l 4,5 mg/l Zeolit 2,2 mg/l 2,8 mg/l 4,2 mg/l Arang Batok 2,5 mg/l 3,1 mg/l 4,1 mg/l Gambar 5.4 Hasil perbandingan peningkatan kadar DO

35 Dari Gambar 5.4 menunjukkan bahwa nilai kadar DO yang paling besar sebesar 4,5 mg/l yaitu pada media filtrasi buatan pasir kuarsa, dibandingkan dua media lainnya yaitu zeolit dan arang batok dengan nilai ketebalan 45 cm. Pasir kuarsa merupakan media penyaringan yang baik untuk proses penjernihan air, karena pasir kuarsa sifatnya yang berupa butiran bebas, butiran pasir mampu menyerap dan menahan partikel dalam air. Pasir kuarsa memiliki komposisi gabungan dari: SiO 2, Fe 2 O 3, AI 2 O 3, TiO 2, CaO, MgO dan K 2 O. Pasir yang digunakan pada percobaan ini dibersihkan dan dicuci sampai bersih, semakin tebal pasir yang digunakan maka kadar DO semakin meningkat. 2. Kekeruhan a. Penurunan kadar kekeruhan dengan media filtrasi pasir kuarsa pada ketebalan 15cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.6 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Pasir Kuarsa Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) Kekeruhan (%) Pasir Kuarsa 15 1,2 30 1,15 45 0,2 Gambar 5.5 Hasil pengujian kadar kekeruhan pasir

36 Dari Gambar 5.5 didapat nilai koefisien determinasi sebesar (R² = 0,7967), dan nilai regresi linier sebesar (y = -0,0267x + 1,7167). Dilihat Gambar 5.5, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media pasir kuarsa dapat menurunkan kadar kekeruhan. Karena pasir yang sifatnya berupa butiran bebas, butiran pasir mampu menyerap dan menahan partikel dalam air. Selain itu butiran pasir juga berfungsi menyaring kotoran dan air, pemisah sisa-sisa flok serta pemisah partikel besi yang terbentuk setelah kontak dengan udara. Selama penyaringan koloid suspensi dalam air akan ditahan dalam media porous sehingga kualitas air akan meningkat. Untuk ketebalan 15 cm didapat nilai kekeruhan = 1,2%, ketebalan 30 cm didapat nilai kekeruhan = 0,15% dan ketebalan 45 cm didapat nilai kekeruhan = 0,2%. b. Penurunan kadar kekeruhan dengan media filtrasi zeolit pada ketebalan 15cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.7 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Zeolit Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) Kekeruhan (%) Zeolit 15 1,28 30 0,95 45 0,4 Gambar 5.6 Hasil pengujian kadar kekeruhan zeolit

37 Dari Gambar 5.6 didapat nilai koefisien determinasi sebesar (R² = 0,9796), dan nilai regresi linier sebesar (y = -0,0293x + 1,7567). Dilihat dari Gambar 5.6, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media zeolit dapat menurunkan kadar kekeruhan. Hal ini karena zeolit memiliki pori-pori berukuran melekuler sehingga mampu memisahkan/menyaring molekul dengan ukuran tertentu. Untuk ketebalan 15 cm didapat nilai kekeruhan = 1,28%, ketebalan 30 cm didapat nilai kekeruhan = 0,95% dan ketebalan 45 cm didapat nilai kekeruhan = 0,4%. c. Penurunan kadar kekeruhan dengan media filtrasi zeolit pada ketebalan 15cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.8 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Arang Batok Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) Kekeruhan (%) Arang Batok Sumber : hasil penelitian,2016 15 0,82 30 0,57 45 0,36 Gambar 5.7 Hasil pengujian kadar kekeruhan arang Dari Gambar 5.7 didapat nilai koefisien determinasi sebesar (R² = 0,9975), dan nilai regresi linier sebesar (y = -0,0153x + 1,0433). Dilihat dari Gambar 5.7,

38 dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media arang batok dapat menurunkan kadar kekeruhan. Hal ini karena arang batok dapat menyaring senyawa-senyawa organik berupa volatile organik, benzene, gasoline dan trihalomethan serta beberapa logam berat.untuk ketebalan 15 cm didapat nilai kekeruhan = 0,82%, ketebalan 30 cm didapat nilai kekeruhan = 0,57% dan ketebalan 45 cm didapat nilai kekeruhan = 0,36%. d. Perbandingan peningkatan kadar kekeruhan dengan media filtrasi Pasir Kuarsa, Zeolit, Arang Batok pada ketebalan 15cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.8 Hasil Pengujian Kadar Kekeruhan dengan Media Filtrasi Buatan Pasir Kuarsa, Zeolit dan Arang Batok Jenis Saringan Ketebalan 15cm 30cm 45cm Pasir Kuarsa 1,2 % 1,15 % 0,2 % Zeolit 1,28 % 0,95 % 0,4 % Arang Batok 0,82 % 0,57 % 0,36 % Gambar 5.8 Hasil perbandingan penurunan kadar kekeruhan

39 Dari Gambar 5.8 menunjukkan bahwa nilai kadar kekeruhan yang paling terkecil sebesar 0,2 % yaitu pada media filtrasi buatan pasir kuarsa, dibandingkan dua media lainnya yaitu zeolit dan arang batok dengan nilai ketebalan 45 cm. Pasir kuarsa merupakan media penyaringan yang baik untuk proses penjernihan air, karena pasir kuarsa sifatnya yang berupa butiran bebas, butiran pasir mampu menyerap dan menahan partikel dalam air. Pasir kuarsa memiliki komposisi gabungan dari: SiO 2, Fe 2 O 3, AI 2 O 3, TiO 2, CaO, MgO dan K 2 O. Pasir kuarsa yang digunakan pada percobaan ini dibersihkan dan dicuci sampai bersih, semakin tebal pasir yang digunakan maka kadar Kekeruhan semakin menurun. 3. ph Penelitian kadar ph yang dilakukan dilaboraturium telah mendapatkan hasil sebagai berikut : Hasil penelitian kadar ph dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit dan arang Tabel 5.9 Hasil Pengujian ph dengan Pasir Kuarsa,Zeolit dan Arang Batok Ketebalan media filtrasi Media Filtrasi ph (cm) Pasir Kuarsa 38 7,5 Zeolit 45 7,5 Arang Batok 45 7,5 Dari Tabel 5.9 didapat ketinggian filtrasi dengan mencari ketebalan grafik DO maka didapat ketebalan pasir kuarsa 38cm, zeolit 45cm dan arang batok 45cm. Setelah mendapatkan ketebalan, media filtrasi buatan disatukan kedalam alat filtrasi Yang sudah didesain dengan susunan pasir kuarsa pada bagian bawah, zeolit pada bagian tengah dan arang batok pada bagian atas. Maka setelah air disaring diuji ph dan didapat ph 7,5. Dari semua grafik dapat disimpulkan terjadi peningkatan efisiensi DO, efisisensi DO terbesar yaitu sebesar 4,5 mg/l, kekeruhan mengalami penurunan paling terkecil yaitu 0,02 % dan ph didapat 7,5.

40 C. Hasil Kemampuan alat filtrasi dalam mempengaruhi kualitas air Dalam percobaan alat yang dilakukan, dapat memperoleh air bersih yang diperlukan dengan menggunakan alat uji model filtrasi buatan. Air yang di saring dalam Percobaan menggunakan air sungai yang digolongkan sebagai suspensi. Karena bersifat heterogen, terdiri dari tiga fase yaitu padat, cair dan keruh serta apabila didiamkan terbentuk endapan. Alat uji filtrasi buatan ini termasuk saringan pasir lambat. Saringan Pasir Lambat (SPL) dapat digunakan untuk menyaring air keruh ataupun air kotor. Saringan Pasir Lambat (SPL) sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada komunitas skala kecil atau skala rumah tangga. Sistem Saringan Pasir Lambat (SPL) merupakan teknologi pengolahan air yang sangat sederhana dengan hasil air bersih dengan kualitas yang baik. Sistem saringan pasir lambat ini mempunyai keunggulan antara lain tidak memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini merupakan kendala sering dialami pada proses pengolahan air di daerah pedesaan. Alat uji model filtrasi buatan yang dibuat memiliki beberapa komponen penyaring, berurutan dari bawah ke atas yaitu pasir kuarsa, zeolit dan arang batok. Komposisi jumlah bahan yang digunakan yakni setiap bahan menempati ruang dengan ketebalan pasir kuarsa 38 cm, zeolit 45 cm dan arang batok 45 cm. Komponen alat uji filtrasi buatan yang dibuat memang di susun berdasarkan kerapatannya. Yakni dari atas Paralon, bahan berkomponen renggang dan semakin kebawah semakin padat. Hal ini dimaksudkan agar penjernih air dapat optimal dalam melakukan fungsinya. Ketika air Sungai kami masukkan ke dalam alat Filtrasi. Maka tidak lain dan tidak bukan air yang keluar dari alat uji model filtrasi buatan tersebut adalah air yang jauh lebih jernih dibandingkan yang semula. Hal ini dikarenakan partikelpartikel suspensi yang membuat air menjadi keruh ukurannya lebih besar dibandingkan kerapatan komponen-komponen penyaring dalam alat penjernih air sederhana dan komponen-komponen filtrasi seperti Gambar 5.7.

41 Gambar 5.7 Alat filtrasi yang digunakan Setelah menemukan variasi ketebalan filtrasi, selanjutnya alat filtrasi diuji coba untuk mengetahui seberapa mampu alat filtrasi menyaring air, dengan cara menampung air dalam botol kemudian dibandingkan dengan air hasil saringan yang pertama. Begitu seterusnya hingga air mengalami penurunan kualitas yang ditandai dengan perubahan warna air. Saat diuji coba hingga 75 liter, air mengalami perubahan warna dan bau. Alat yang digunakan untuk Filtrasi ini Tidak bisa digunakan terus menerus karena jika air yang disaring sudah berubah warna, berbau maka media filtrasi yang ada didalam harus diadakan pemeliharaan (maintenance). Alat yang digunakan ini mempunyai daya penyaringanya yaitu 75 liter setelah diuji. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alat Filtrasi yang digunakan ini mempunyai daya penyaringan yaitu 75 liter. Alat yang dibuat mempunyai daya penyaringan yang baik dan Pemeliharaan (maintenance ) harus dilakukan agar alat Filtrasi ini bisa berfungsi dengan baik.