KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

PENGARUH KEPATUHAN PERAWAT MELAKUKAN CUCI TANGAN SEBELUM PEMASANGAN INFUS TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RUMAH SAKIT MISI RANGKASBITUNG

PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan)

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

ANALISIS PENERAPAN STANDARD PRECAUTIONS OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III MANADO

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP (PROTAP) PERAWATAN LUKA OPERASI DI BLUD RSU CUT NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

Kata kunci: Pengetahuan, Ketersediaan Sarana, Motivasi, Supervise, Hand Hygiene

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. World Health

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

ANALISIS KINERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN CUCI TANGAN ENAM LANGKAH LIMA MOMEN PERAWAT DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

KARMILA /IKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

PENELITIAN PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG INFEKSI NOSOKOMIAL. Di RSUD Dr. Harjono Ponorogo

Peran Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. T. Mansyur Tanjungbalai

EFEKTIFITAS EDUKASI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEPATUHAN FIVE MOMENT FOR HAND HYGIENE DI RUANG PERAWATAN INTENSIF

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO.

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

JAM 13, 4 Diterima, Januari 2015 Direvisi, Agustus 2015 Nopember 2015 Disetujui, Desember 2015

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Application of Nurse s Hand Hygiene in Hospital s Inpatient units

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

DETERMINAN KEWASPADAAN UMUM DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KERJA DAN KESADARAN INDIVIDU DENGAN PENERAPAN PATIENT SAFETY DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO

PENGETAHUAN DAN PENERAPAN FIVE MOMENTS CUCI TANGAN PERAWAT DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak*

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENERAPAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN FIVE MOMENT HAND HYGIENE Sukron 1 I Made Kariasa 2

GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN OLEH PERAWAT SEBELUM DAN SETELAH MELAKUKAN TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

KEPATUHAN CUCI TANGAN PETUGAS KESEHATANDI RUANG RAWAT INAP RSUP HAJI ADAM MALIKMEDAN

BAB III KERANGKA PENELITIAN. 3.1 Kerangka penelitian Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

: PAMBUDI EKO PRASETYO

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. METODE PENELITIAN

GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT AWAL BROS BEKASI TAHUN 2012

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Evaluasi Pelaksanaan Five Momenths for Hand Hygiene dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH EDUKASI MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK HEMODIALISIS

PERILAKU PERAWAT TENTANG CUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH TINDAKAN KEPERAWATAN DI RUANG RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs

HUBUNGAN PERAN PERAWAT PELAKSANA TERHADAP PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN TAHUN 2014 ABSTRAK

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

Universitas Tribhuwana Tunggadewi ABSTRAK

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ANTISEPTIK ETHANOL DAN 1-PROPANOL DIBANDINGKAN DENGAN ETHANOL DAN HIDROGEN PEROKSIDA

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DALAM PELAKSANAAN CUCI TANGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Bulan Desember Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan klien, keluarga, komunitas, dan masyarakat. Peran perawat

Oleh : Destiana Odigisma, Nor Wijayanti ABSTRACT

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Tinjauan Patient Safety Pada Tata Laksana di Instalasi Kamar Bedah RS Immanuel Bandung Tahun 2011

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN TERHADAP KEPATUHAN MAHASISWA PRAKTEK DI RUANG ICU RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

Kepatuhan Cuci Tangan 5 Momen di Unit Perawatan Intensif

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2)

BAB III METODA PENELITIAN

JUDUL : Meningkatkan Prosentase Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene Petugas RSKD Duren Sawit dari 29% Menjadi 100% dalam Waktu 6 Bulan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

HUBUNGAN PERAN KEPALA RUANG TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RS. A JAKARTA

Transkripsi:

KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG 1, F. Sri Susilaningsih 1, Afif Amir Amrullah 1 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat ABSTRAK Infeksi nosokomial merupakan masalah besar yang dihadapi rumah sakit dan dapat disebarkan melalui kontak tangan. Hand Hygiene merupakan salah satu cara yang paling sederhana dan efektif untuk mencegah infeksi nosokomial. Berdasarkan temuan di Ruang Rawat Inap Prima I Rumah Sakit Immanuel Bandung banyak petugas kesehatan yang tidak melakukan hand hygiene. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan perawat melakukan hand hygiene dan faktorfaktor yang berhubungan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode proportional random sampling pada 58 perawat. Hasil penelitian ini diperoleh kepatuhan perawat melakukan hand hygiene sebesar 48,3% dan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja (p = 0,026), pengetahuan (p = 0,000), dan ketersediaan tenaga kerja (p = 0,000) dengan kepatuhan melakukan hand hygiene. Ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor paling dominan. Dari temuan tersebut rumah sakit perlu menyeimbangkan ketenagaan dan mengingatkan perawat melakukan hand hygiene melalui upaya pendidikan kesehatan. Kata Kunci : Kepatuhan, Hand Hygiene, Perawat ABSTRACT Nosocomial infections is a major issue that happened in the hospital. Health worker hands is source of disease transmission. Hand hygiene is the simplest and most effective measure for preventing nosocomial infection. Based on the facts in Care Unit at Immanuel Hospital found that there were a lot of health workers who didn t done it. This correlation descriptive research is aimed to explore nurse compliance and the factors that associated with it. The data collection is done by proportional random sampling method for 58 nurses. This research found that the description of nurse compliance is 48,3% and there were a significant relationship between the period of employment (p = 0.026), personal knowledge (p = 0.000), and availability of employee (p = 0.000) with compliance. Availability of employee was predominant factor. From these findings suggested that the balanced availability of employee needs to be pursued constantly by hospitals and to do health education efforts. Keywords : Compliance, Hand Hygiene, Nurse 1

PENDAHULUAN Infeksi nosokomial merupakan masalah besar yang dihadapi rumah sakit, tidak hanya menyebabkan kerugian sosial ekonomi, tetapi juga mengakibatkan penderita lebih lama berada di rumah sakit. Hal ini berarti menambah beban tambahan bagi rumah sakit dalam hal biaya maupun tugas yang akan dikerjakan oleh tenaga kesehatan. Penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat. Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan stimulus sosial yang dapat menimbulkan respon emosional terhadap upaya universal precaution sehingga akan meningkatkan peran sertanya dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Pada tanggal 2 Mei 2007 WHO Collaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan Nine Life Saving Patient Safety Solutions, Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Salah satu solusi tersebut adalah peningkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial. Ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab hal ini terjadi yaitu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan, rendahnya pengawasan praktik mencuci tangan dan kurangnya gambaran yang positif tentang cuci tangan. Faktor lain yang juga mendukung ketidaktaatan adalah kekurangan tenaga di ruangan kerja dan jenis kelamin (Hassan, 2004). Selain itu Peningkatan pengetahuan dan kemudahan mengakses dispenser dengan alcohol hand rub (ALC) sebagai antiseptik mencuci tangan secara 2

signifikan juga dapat meningkatkan kepatuhan mencuci tangan petugas kesehatan (Beyea, 2003). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Immanuel pada tanggal 19 dan 21 November 2011, peneliti mengobservasi 15 perawat dalam melakukan hand hygiene, didapatkan hasil kepatuhan perawat melakukan hand hygiene hanya sebesar 40%. Hasil yang paling dominan perawat tidak melakukan kebersihan tangan (hand hygiene) pada saat bersentuhan dengan tubuh pasien dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien. Berdasarkan hasil observasi, peneliti juga melihat bahwa perawat yang melakukan cuci tangan di air yang mengalir tidak mengikuti bagaimana prosedur langkah mencuci tangan yang benar yang telah ditetapkan oleh WHO. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk membuat suatu penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat melakukan hand hygiene di Ruang Rawat Inap Prima I Rumah Sakit Immanuel Bandung. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene di Ruang Rawat Inap Prima I rumah Sakit Imanuel. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene di Ruang Rawat Inap Prima I Rumah Sakit Imanuel. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene di Ruang Rawat Inap Prima I Rumah Sakit Imanuel. 4. Mengidentifikasi Predominan Faktor. 3

METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasi. Variabel dependen adalah kepatuhan perawat melakukan hand hygiene sedangkan variabel independen ada 8 faktor yaitu faktor usia, pengetahuan, masa kerja, tingkat pendidikan, ketersediaan tenaga kerja, fasilitas, pengawasan,dan kebijakan Rumah Sakit. Jumlah sampel sebanyak 58 perawat. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Metode observasi dengan check list untuk melihat praktik hand hygiene yang dilakukan oleh responden. Observasi dilakukan berupa format yang berisi item-item yang perlu diamati menggunakan checklist dengan 2 alternatif jawaban, yaitu jawaban Ya dan Tidak. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu untuk menggambarkan kepatuhan perawat melakukan hand hygiene dilakukan observasi dengan 10 kesempatan melakukan hand hygiene, perawat dikatakan patuh jika responden melakukan praktik hand hygiene 50% dari kegiatan yang seharusnya dilakukan, demikian sebaliknya. Selanjutnya variabel independent dan vaeiabel dependent dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan chi square, faktor-faktor yang memiliki hubungan akan dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan analisa regresi logistik sederhana untuk mencari faktor yang paling dominan. 4

HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene di Ruang Rawat Inap Prima I Rumah Sakit Immanuel Bandung No Kategori frekuensi (f) Persentase (%) 1 Patuh 28 48,3% 2 Tidak Patuh 30 51,7% Jumlah 58 100,0% Tabel 1 menunjukkan 51,7% perawat tidak patuh melakukan hand hygiene. Tabel 2 Distribusi perawat terhadap kepatuhan melakukan hand hygiene berdasarkan faktor usia, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, pengawasan, kebijakan, tenaga kerja, dan ketersediaan fasilitas di Ruang Rawat Inap Prima I Rumah Sakit Immanuel Bandung Kepatuhan Melakukan Hand Hygiene (HH) Faktor Kategori Tidak Patuh Patuh Total F % F % Total % Usia Dewasa awal 30 51,7% 26 44,8% 56 96,6% Dewasa madya 0 0,0% 2 3,4% 2 3,4% Pendidikan Rendah 26 44,8% 24 41,4% 50 86,2% Tinggi 4 6,9% 4 6,9% 8 13,8% Masa kerja < 2 tahun 9 15,5% 2 3,4% 11 19,0% 2 tahun 21 36,2% 26 44,8% 47 81,0% Pengetahuan Kurang 29 50,0% 10 17,2% 39 67,2% Cukup 1 1,7% 18 31,0% 19 32,8% Pengawasan Tidak 6 10,3% 3 5,2% 9 15,5% Ya 24 41,4% 25 43,1% 49 84,5% Kebijakan Tidak 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% Ya 30 51,7% 28 48,3% 58 100,0% Tenaga kerja Kurang 26 44,8% 5 8,6% 31 53,4% Cukup 4 6,9% 23 39,7% 27 46,6% Fasilitas Tidak 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% Tersedia 30 51,7% 28 48,3% 58 100,0% Tabel 2 menunjukkan distribusi perawat menurut usia, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, pengawasan, kebijakan, ketersediaan tenaga kerja, dan fasilitas. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 58 responden yang diteliti 96,6% berada dalam 5

kategori usia dewasa awal, 86,2% mempunyai tingkat pendidikan rendah, 81,0% telahbekerja lebih dari 2 tahun, 67,2% memiliki pengetahuan perawat tentang hand hygiene dalam kategori kurang baik, 84,5% megatakan bahwa adanya pengawasan, 100% mengatakan bahwa adanya kebijakan rumah sakit tentang panduan hand hygiene, 53,4% mengatakan ketersediaan tenaga kerja dalam kaegori kurang, dan 100% mengatakan fasilitas untuk melakukan hand hygiene tersedia. Tabel 3 Analisis hubungan faktor-faktor internal dan eksternal dengan kepatuhan melakukan Hand Hygiene (HH) Faktor Kategori Kepatuhan Chi Kontingency tidak patuh Total Kuadrat C nilai p Dewasa awal 30 26 56 Usia Dewasa madya 0 2 2 2,219 0,192 0,136 Rendah 26 24 50 Pendidikan Tinggi 4 4 8 0,011 0,014 0,916 < 2 tahun 9 2 11 masa kerja 2 tahun 21 26 47 4,923 0,280 0,026 Kurang 29 10 39 Pengetahuan Cukup 1 18 19 24,427 0,544 0,000 Tidak 6 3 9 Pengawasan Ya 24 25 49 0,953 0,127 0,329 Tidak 0 0 0 Kebijakan Ya 30 28 58 TA TA TA Kurang 26 5 31 Tenaga kerja Cukup 4 23 27 27,560 0,568 0,000 Tidak 0 0 0 Fasilitas Tersedia 30 28 58 TA TA TA Tabel 3 menunjukkan analisis responden menurut faktor-faktor internal dan eksternal dengan kepatuhan melakukan hand hygiene di Ruang Rawat Inap Prima I 6

Rumah Sakit Immanuel Bandung. Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan bahwa Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia, masa kerja, tingkat pendidikan, pengawasan, kebijakan rumah sakit, dan ketersediaan fasilitas dengan kepatuhan melakukan hand hygiene sedangkan untuk faktor pengetahuan, ketersediaan tenaga kerja, dan masa kerja terdapat hubungan yang bermakna dengan kepatuhan melakukan hand hygiene dimana masing-masing faktor mempunyai nilai p < taraf kekeliruan (α =0,05). Faktor tenaga kerja (C = 0,568) dan pengetahuan (C = 0,544) nilai hubungannya dalam kategori sedang sedangkan masa kerja (C = 0,280) dalam kategori rendah. Tabel 4 Hasil uji regresi logistik sederhana No Variabel B Wald P value OR 95% confidence interval lower Upper 1 Usia 19.371.000.999 - - - 2 Masa kerja 21.428.000.998 5.571 1.085 28.622 3 Pengetahuan 21.274.000.998 52.200 6.153 442.830 4 Tenaga kerja 3.045 8.984.003 29.900 7.159 124.879 Berdasarkan tabel 4 dapat dikemukakan bahwa variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepatuhan melakukan hand hygiene adalah variabel ketersediaan tenaga kerja dengan nilai p value 0,003 (α < 0,05). PEMBAHASAN 1. Hubungan antara usia responden dan kepatuhan melakukan hand hygiene Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa rata-rata responden paling banyak yaitu pada dewasa awal dengan rentang usia 18 tahun sampai 40 tahun dibandingkan dengan usia dewasa madya >40-60 tahun ( Hall, Lindzey & Campbell, 1998) dan rata 7

rata usia perawat di ruang rawat inap prima I adalah 30 tahun. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada rentang usia dewasa awal lebih banyak tidak patuh melakukan hand hygiene dibanding dengan rentang usia dewasa madya. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Hassan (2004) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok rentang usia dewasa awal dan dewasa madya pada indikasi melakukan hand hygiene. Pada rentang usia dewasa awal dilihat dari sisi tugas tahap perkembangannya, yaitu mempunyai pola kooperatif, kompetitif dan pola persahabatan. Tahapan usia ini jika dihubungkan dengan pelaksanaan aktivitas hand hygiene dapat dilakukan dengan memanfaatkan tahapan perkembangan petugas kesehatan tersebut. Hal ini didukung oleh A sad (2000) yang mengatakan bahwa pekerja usia 20-30 mempunyai motivasi kerja relatif tinggi dibanding pekerja usia tua. 2. Hubungan antara tingkat pendidikan responden dan kepatuhan melakukan hand hygiene Tingkat pendidikan perawat di Ruang Rawat Inap Prima I Rumah sakit Immanuel Bandung bervariasi. Perawat yang memiliki tingkat pendidikan D III sebanyak 50% dan selebihnya S1 sebanyak 8%. Hasil analisis hubungan antara kepatuhan dan tingkat pendidikan responden didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan melakukan hand hygiene. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hassan (2004) yang mana dilakukan pada responden yang homogen yaitu semuanya pada level registered nurse (RNs). Namun walaupun demikian hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara 8

keseluruhan tingkat kepatuhan pada level registered nurse dalam melakukan hand hygiene masih < 50% yaitu 32%. 3. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan melakukan hand hygiene Hasil analisis terhadap pengetahuan responden tentang hand hygiene melalui kuesioner didapatkan bahwa 39 orang responden (67,2%) memiliki pengetahuan yang masih kurang. Hasil analisis hubungan antara kepatuhan melakukan hand hygiene dan tingkat pengetahuan diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat melakukan hand hygiene. Banyak faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat melakukan hand hygiene, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan perawat akan pentingnya melakukan hand hygiene dalam mengurangi penyebaran bakteri dan terjadinya kontaminasi pada tangan dan kurang mengerti tentang tekhnik melakukan hand hygiene yang benar (Pitted & Boyce, 2001). Hal ini juga dinyatakan oleh WHO (2002) bahwa kurangnya pengetahuan tentang hand hygiene merupakan salah satu hambatan untuk melakukan hand hygiene sesuai rekomendasi. 4. Hubungan antara masa kerja dan kepatuhan melakukan hand hygiene Berdasarkan Hasil analisis data diperoleh bahwa 41 orang responden (81,7%), sudah bekerja lebih dari dua tahun di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan antara lama kerja dengan kepatuhan melakukan hand hygiene. Dimana Perawat yang sudah bekerja lebih dari dua tahun lebih banyak patuh dibandingkan dengan perawat yang masih bekerja kurang dari dua tahun. Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo (2004), Menurut Sunaryo semakin lama seseorang menggeluti bidang pekerjaannya semakin terampil 9

orang bekerja. Dengan uji chi-square dan signifikansi 0,111 dalam penelitiannya di RSUD DR. Moewardi Surakarta terhadap kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi, didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada hubugan masa kerja perawat dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi. 5. Hubungan antara pengawasan dan kepatuhan melakukan hand hygiene Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa dari 58 orang responden yang diteliti, 49 responden (84,5%) menyatakan bahwa ada pengawasan terhadap praktik hand hygiene di ruangan dan diketahui bahwa perawat yang menyatakan bahwa adanya pengawasan terhadap pelaksanaan hand hygiene lebih banyak patuh melakukan hand hygiene. Namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan perawat melakukan hand hygiene di ruangan masih rendah yaitu sebesar 48,3% (< 50%). Dalam penelitian ini hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengawasan terhadap praktik hand hygiene dengan kepatuhan melakukan hand hygiene. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariefien, Menurut penelitian Arifien (2006) menunjukkan bahwa responden yang mendapat dukungan dari pimpinannya berpeluang lebih patuh sebesar 21 kali dibandingkan dengan responden yang kurang mendapat dukungan dari pimpinannya. Selain itu uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan/komitmen pimpinan dengan kepatuhan. 6. Hubungan ketersediaan tenaga kerja dan kepatuhan melakukan hand hygiene Hasil analisis data didapatkan bahwa 31 orang responden (53,4%) mengatakan ketersediaan perawat diruangan masih kurang. Hasil ini didukung oleh sebuah 10

penelitian yang menyatakan bahwa kepatuhan melakukan hand hygiene masih kurang disebabkan kurangnya rasio perawat : pasien dalam setiap shif. Jadwal shif kerja satu atau dua shif akan lebih konsentrasi untuk mencuci tangan (Arenas et al, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Kovner & Gergen (1998 ) mendukung hasil penelitian bahwa dengan kekurangan tenaga akan meningkatkan lama rawat dan kejadian komplikasi pada pasien, kedua hal ini dapat dicegah dengan jumlah perawat yang cukup. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan kondisi rasio perawat dan pasien belum sesuai dengan standar nasional. Jika hal ini dibiarkan secara terus-menerus akan berdampak pada pasien yaitu kurangnya kontrol terhadap pasien, yang pada akhirnya akan meningkatkan infeksi nosokomial. 7. Hubungan antara ketersediaan fasilitas dan kepatuhan melakukan hand hygiene Dari hasil observasi dan wawancara tentang kelengkapan fasilitas yang disediakan di Ruang Rawat Inap Prima I bagi petugas kesehatan 100% tersedia dengan baik. Fasilitas yang disediakan meliputi dimasing-masing ruangan yang dilengkapi dengan sabun antimikroba dan kertas tissue dan alcohol hand rub (ALC). Namun tingkat kepatuhan melakukan hand hygiene masih rendah. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pitted (2001b) menyatakan bahwa salah satu kendala dalam ketidakpatuhan terhadap hand hygiene adalah sulitnya mengakses tempat cuci tangan atau persediaan alat lainnya yang digunakan untuk melakukan hand hygiene. Kemudahan dalam mengakses persediaan alat-alat untuk melakukan hand hygiene, bak cuci tangan, sabun atau alkohol jell adalah sangat penying untuk membuat kepatuhan menjadi optimal sesuai standar. 11

8. Hubungan antara kebijakan Rumah Sakit dan kepatuhan melakukan hand hygiene Hasil analisis didapatkan bahwa 58 orang responden (100%) menyatakan bahwa ada kebijakan Rumah Sakit yang menetapkan bahwa panduan hand hygiene dari WHO untuk diimplementasikan. Namun pada kenyataannya gambaran kepatuhan perawat melakukan hand hygiene masih rendah yaitu sekitar 48,3%. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ignaz Semmelweis. Dr Ignaz Semmelweis dari rumah sakit Vienna di abad 19, mewajibkan para suster untuk mencuci tangan sebelum menangani pasien. Kebiasaan ini terbukti mengurangi angka kematian yang sangat tinggi saat itu. Penelitian ini membuktikan virus berpindah dengan cepat dari tangan ke tangan. SIMPULAN 1. Kepatuhan perawat melakukan hand hygiene di Ruang Rawat Inap Prima I Rumah Sakit Immanuel Bandung sebesar 48,3%. 2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia, masa kerja, tingkat pendidikan, pengawasan, kebijakan rumah sakit, dan ketersediaan fasilitas dengan kepatuhan melakukan hand hygiene. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan, ketersediaan tenaga kerja, dan masa kerja dengan kepatuhan melakukan hand hygiene dimana masingmasing faktor mempunyai nilai p < taraf kekeliruan (α =0,05). 4. Faktor yang paling dominan adalah ketersediaan tenaga kerja. 12

SARAN 1. Bagi Rumah Sakit Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan melakukan hand hygiene, salah satunya adalah ketersediaan tenaga kerja. Rumah sakit perlu mengupayakan tenaga kerja yang seimbang karena hal ini akan berdampak terhadap peluang perawat untuk melakukan hand hygiene. 2. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi profesi keperawatan untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengkaji faktor-faktor lainnya, serta membuat pelatihan yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan khususnya perawat sendiri dalam melakukan hand hygiene. DAFTAR PUSTAKA APIC. (2000). Guidelines for the Control of MRSA. http:/www.goapic.org/mrsa.htm, diperoleh tanggal 15 Mei 2012. Arikunto. 2006. Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Depkes (2003). Pedoman pelaksanaan kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan.jakarta: Dirjen P2MPL. Hassan, Z. M. (2004). Hand hygiene compliance and nurse patient ratio: A descriptive study. http://proquest.umi.com/pqdweb?index=3&did=813784451, diperoleh tanggal 26 Mei 2012 Larson, E. (1995). APIC guidline for hand washing and hand antisepsis in health care setting. American Journal of Infection Control,23, 251-269. Pearson, C. (2006). MRSA and Hand Hygiene. http://www.medicalnewstoday.com/articles/90689.phps, diperoleh 7 Januari 2012. Pittet, D. (2001a). Compliancewith hand disinfection and its impact on hospitalacquiredinfections. Journal of Hospital Infection, 48(Suppl A), S40-S46. WHO. (2004). Prevention of hospital-acquired infection, A Practical Guide 2 nd edition. http://www.who.int/research/en/emc, diperoleh tanggal 9 Januari 2012. 13

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21 Jatinangor- Sumedang) 14