ANALISIS DISKRIMINAN LOGISTIK UNTUK KLASIFIKASI SEKOLAH STANDAR INTERNASIONAL BERDASARKAN STATUS AFILIASI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DISKRIMINAN LOGISTIK UNTUK KLASIFIKASI SEKOLAH STANDAR INTERNASIONAL BERDASARKAN STATUS AFILIASI SYELLA SUMAMPOUW

JURNAL MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2016 VOLUME 2, NO. 1. ISSN

Perbandingan Analisis Diskriminan dan Analisis Regresi Logistik Ordinal dalam Prediksi Klasifikasi Kondisi Kesehatan Bank

EVALUASI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL MELALUI PENDEKATAN REGRESI LOGISTIK BINER, ANALISIS PROFIL, DAN PENSKORAN IBAN ARIA NUGRAHA

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA PASCASARJANA IPB BERHENTI STUDI MENGGUNAKAN ANALISIS CHAID DAN REGRESI LOGISTIK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 2 SEMARANG MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK ORDINAL

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman Online di:

: Analisis Diskriminan pada Klasifikasi Desa di Kabupaten. Tabanan Menggunakan Metode K-Fold Cross Validation. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data menggunakan software SPSS 11.5 for windows, Microsoft Excel, dan SAS 9.1. Profil Responden

Semakin besar persentase CCR yang dihasilkan, maka tingkat akurasi yang dihasilkan semakin tinggi (Hair et. al., 1995).

di masa yang akan datang dilihat dari aspek demografi dan kepuasannya. PENDAHULUAN

LOGO. Prof. Dra. Susanti Linuwih, M.Stat, PhD Wibawati, S.Si, M.Si

MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KABUPATEN DEMAK Kishartini 1, Diah Safitri 2, Dwi Ispriyanti 3

Pemodelan Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap Pelayanan Laboratorium Komputer Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

EKO ERTANTO PEMBIMBING

PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA

METODE BOOTSTRAP AGGREGATING REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK KETEPATAN KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI KOTA PATI

REGRESI LOGISTIK UNTUK IDENTIFIKASI FAKTOR- FAKTOR MINAT MELANJUTKAN STUDI KE TINGKAT ALIYAH DI PESANTREN UMMUL QURO AL ISLAMI SALMAN AL FARISI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Arief Yudissanta ( ) Pembimbing : Dra. Madu Ratna, M.Si

SKRIPSI. Oleh : LAILI ISNA NUR KHIQMAH NIM :

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN BOOSTSTRAP AGGREGATTING REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) Odds Ratio

BINARY LOGISTIC REGRESSION (BLR) TERHADAP STATUS BEKERJA DI KOTA SURABAYA

PERBANDINGAN METODE KLASIFIKASI REGRESI LOGISTIK BINER DAN NAIVE BAYES PADA STATUS PENGGUNA KB DI KOTA TEGAL TAHUN 2014

ANALISIS CHAID UNTUK IDENTIFIKASI KETEPATAN WAKTU LULUS BERDASARKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di:

Simulasi Radius Jarak Pengaruhnya terhadap Kebaikan Model Regresi Logistik Spasial 1. Abstrak

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI TENGAH

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

(R.2) KAJIAN PREDIKSI KLASIFIKASI OBYEK PADA VARIABEL RESPON BINER

PENERAPAN REGRESI POISSON UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI JUMLAH SISWA SMA/SMK YANG TIDAK LULUS UN DI BALI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 2 SEMARANG MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK ORDINAL

ABSTRAK METODE REGRESI LOGISTIK UNTUK MENGANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER

Saintia Matematika ISSN: Vol. 02, No. 04 (2014), pp

PENERAPAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK DALAM ANALISIS SEGMENTASI PASAR KONSUMEN AQUA DIMAS FAJAR AIRLANGGA

Generalized Ordinal Logistic Regression Model pada Pemodelan Data Nilai Pesantren Mahasiswa Baru FMIPA Universitas Islam Bandung Tahun 2017

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

Hary Mega Gancar Prakosa Dosen Pembimbing Dr. Suhartono, S.Si, M.Sc Co Pembimbing Dr. Bambang Wijanarko Otok, S.Si, M.

Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012: Yuli Andriani, Uxti Mezulianti, dan Herlina Hanum

BAB III METODE PENELITIAN

PENGKAJIAN PEMBENTUKAN MODEL KLASIFIKASI DALAM PENGELOMPOKKAN JURUSAN SISWA DI SMA

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di:

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c)

MOCH. FAUZI PEMBIMBING : MUHAMMAD SJAHID AKBAR

ANALISIS PELUANG STATUS GIZI ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL BERBASIS KOMPUTER

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER DENGAN METODE PENALIZED MAXIMUM LIKELIHOOD. Edi Susilo, Anna Islamiyati, Muh. Saleh AF. ABSTRAK

REGRESI LOGISTIK UNTUK PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PULAU KALIMANTAN

KLASIFIKASI DAN KAJIAN PERFORMA NASABAH USAHA EKONOMI DESA SIMPAN PINJAM (UED-SP) DESA PISANG BEREBUS ABRAR SETIAWAN

Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan

PENERAPAN SYNTHETIC MINORITY OVERSAMPLING TECHNIQUE (SMOTE) TERHADAP DATA TIDAK SEIMBANG PADA PEMBUATAN MODEL KOMPOSISI JAMU

Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS)

ponsel, purposive sampling, regresi logistik politomus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di:

BAB III LANDASAN TEORI. A. Regresi

KETEPATAN KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA BERENCANA MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN REGRESI PROBIT BINER

HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah MS.Excell 2003, Answertree 2.01 dan SPSS for Windows versi Tabel 1. Karakteristik debitur

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 12 Nonparametrik-Kategorik-Logistik

KLASIFIKASI KELOMPOK RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BLORA MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR (FK-NN)

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS MINAT SISWA SMA IBRAHIMY SUKOREJO MELANJUTKAN KE IAII SUKOREJO MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN MULTI KORESPONDENSI IIN PUSPITA SARI

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN

PEMODELAN REGRESI TIGA LEVEL PADA DATA PENGAMATAN BERULANG. Indahwati, Yenni Angraeni, Tri Wuri Sastuti

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DISKRIMINAN PADA KLASIFIKASI DESA DI KABUPATEN TABANAN MENGGUNAKAN METODE K-FOLD CROSS VALIDATION

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

ANALISIS STATUS KREDIT MIKRO DENGAN REGRESI LOGISTIK TJIPTO AJI SUDARSO

Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENGIDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP STATUS ANEMIA PADA IBU HAMIL

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

S - 26 KELUARGA DAN KETAATAN BERIBADAH TERHADAP SIKAP REMAJA DALAM MENGHINDARI SEKS BEBAS DENGAN ANALISIS JALUR PADA DATA KATEGORI

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. 7. Peubah rancangan tempat tidur (TMP_TDR) Tempat tidur (1) (2) Kasur 1 0 Lainnya 0 1 Busa 0 0. Deskripsi Rerponden

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot

Analisis Data Kategorikal

KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS)

MODEL REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL UNTUK MENENTUKAN PILIHAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS PADA SISWA SMP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK

(Studi Kasus Siswa SMP Kelas VIII di SMPN 1 Tajinan Malang) *Wuri Graita Gayuh Palupi *Abadyo

KLASIFIKASI LAMA STUDI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

ABSTRAK. Kata kunci: kebangkrutan, analisis diskriminan, regresi logit, Altman Z-score

Informasi Fisher pada Algoritme Fisher Scoring untuk Estimasi Parameter Model Regresi Logistik Ordinal Terboboti Geografis (RLOTG)

BOOTSTRAP AGGREGATING (BAGGING) REGRESI LOGISTIK ORDINAL UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN KLUNGKUNG

PERBANDINGAN METODE DISKRETISASI DALAM MODEL REGRESI LOGISTIK (Studi Kasus: Pembentukan Model Penskoran Kredit Bank X) DIAN ILMIATI ARDITA

Pertemuan 10 STATISTIKA INDUSTRI 2. Multiple Linear Regression. Multiple Linear Regression. Multiple Linear Regression 19/04/2016

Transkripsi:

Xplore, 2013, Vol. 2(1):e4(1-7) c 2013 Departemen Statistika FMIPA IPB ANALISIS DISKRIMINAN LOGISTIK UNTUK KLASIFIKASI SEKOLAH STANDAR INTERNASIONAL BERDASARKAN STATUS AFILIASI Syella Sumampouw, Muhammad Nur Aidi, I Made Sumertajaya Department of Statistics, Bogor Agricultural University Ringkasan Affiliate program is one of the government s program to improve the quality of education in Indonesia. The main activity in this program is a partnership with schools in developed countries so that interactions can occur between the components of the school. Implementation of this program need support of the government and society. In order that all support can be utilized maximally, required methods to classifyand predict an affiliation status of school. Logistic discriminant analysis is one of the alternatif methodto classify which the variables is a combination of numerical and categorical. Logistic discriminant function that used to classify of schools into the particular affiliate status is obtained by logit model predicted as a result of final reduction models. Through the partial parameter testing, variables that affect the status of affiliationis school type, education of headmaster, and amount of the monthly tuition of international class. The classification accuracy of the discriminant function that is equal to 66.46 Keywords-Affiliate, Logistic, Discriminant Analysis A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi masa depan suatu bangsa. Pemerintah selalu berusaha mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya adalah program afiliasi dengan sekolah-sekolah di negara maju, atau yang disebut sebagai sister school. Program ini bertujuan untuk membangun kultur sekolah berbasis Internasional pada sekolah-sekolah di Indonesia. Kultur sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pola pikir, cara bertindak, dan motivasi untuk mendapatkan prestasi. Kegiatan utama dalam program ini adalah melakukan kerja sama dengan sekolah di negara maju sehingga dapat terjadi interaksi antara komponen sekolah yang saling berafiliasi. Bentuk kerja sama yang dilakukan diantaranya adalah kunjungan antar sekolah, pertukaran pelajar, dan pertukaran guru. Diharapkan dapat terjadi pertukaran ilmu dan budaya, dapat mempelajari kebiasaan belajar masing-masing sekolah, dan meningkatkan motivasi untuk berprestasi. Keberhasilan program ini dapat diukur dari ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama. Pelaksanaan program ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, yaitu dari pemerintah dan masyarakat. Agar tidak mengecewakan pihak-pihak yang telah berpartisipasi, perlu dilakukan klasifikasi sekolah-sekolah ke dalam status afiliasi tertentu dan prediksi status afiliasi suatu sekolah, sehingga semua bentuk dukungan terhadap program ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sebuah analisis yang dapat digunakan untuk klasifikasi sekolah ke dalam status afiliasi tertentu. Analisis Diskriminan dapat digunakan untuk memisahkan segugus pengamatan dan mengklasifikasikan pengamatan baru ke dalam kelompok yang sudah didefinisikan sebelumnya. Analisis diskriminan merupakan salah satu teknik statistika yang dapat digunakan untuk klasifikasi individu atau objek ke dalam kelompok yang saling bebasdan menyeluruhberdasarkan kumpulan peubah-peubah penjelas. Terdapat dua asumsi utama yang harus dipenuhi pada analisis diskriminan ini, yaitu sejumlah p peubah penjelas harus menyebar mengikuti sebaran normal ganda, dan matriks ragam-peragam yang berdimensi p p dari peubah-peubah bebas dalam setiap kelompok harus sama. Jika terdapat suatu populasi yang memenuhi asumsiasumsi diatas, maka fungsi diskriminan yang paling baik yaitu fungsi yang memberikan peluang salah klasifikasi minimum adalah fungsi diskriminan linear Fisher [1]. Pada penelitian ini, selain menggunakan peubah numerik, terdapat juga peubah kategorik sehingga asumsi normal ganda tidak terpenuhi. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah pemenuhan asumsi normal ganda tersebut adalah dengan analisis diskriminan logistik. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Memperoleh fungsi diskriminan untuk klasifikasi sekolah standar internasional berdasarkan status afiliasi dengan menerapkan analisis diskriminan logistik. 2) Menentukan nilai pembatas (cutting score) dari masing-masing peubah penjelas numerik yang digunakan dalam fungsi diskriminan logistik terpilih. A. Data II. METODOLOGI Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sensus sekolah standar internasional yang dilaksanakan oleh PT. Trans Intra Asia (TIA) Indonesia dan Institute of Public Administration of Canada (IPAC). Pengumpulan data dilakukan berbasis kantor melalui telepon/fax/email selama ±2 bulan. Pada penelititan ini digunakan data 709 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Indonesia, yang terdiri dari: 259 SMP, 225 SMA, dan 225 SMK. Melalui

2 Xplore, 2013, Vol. 2(1):e4(1-7) Sumampouw et al. Kode Peubah Tabel I PEUBAH-PEUBAH YANG DIGUNAKAN Peubah Tipe Peubah Kategori X1 Tipe Wilayah Kategorik 1:Kota Besar 2:Kota Kecil 3:Kabupaten X2 Tipe Sekolah Kategorik 1:SMP 2: SMA 3: SMK X3 Lama Pendidikan Numerik Kepala sekolah (Tahun) X4 Jumlah Murid Numerik X5 Jumlah Kelas Numerik Akses Internet X6 SPP Bulanan Kelas Numerik Internasional X7 Jumlah Siswa Numerik Penerima Beasiswa X8 NEM Rata-rata Kelas Numerik Internasional X9 Jumlah Guru Numerik Sertifikasi X10 Jumlah Guru Kelas TOEFL 450 X11 Jumlah Guru Kelas Numerik Pendidikan Diploma dan S1 X12 Jumlah Guru Kelas Pendidikan S2 dan S3 data tersebut dapat diperoleh informasi mengenai profil sekolah.peubah yang digunakan dapat dilihat pada Tabel I. B. Metode Analisis Analisis data dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut: 1) Melakukan penyiapan data. Pada tahapan ini dilakukan penanganan terhadap data hilang. 2) Eksplorasi data dengan statistika deskriptif sehingga diperoleh gambaran umum dan karakteristik data. 3) Melakukan pendugaan model klasifikasi untuk status afiliasi. Pada tahapan ini dilakukan pendugaan model logit yang akan digunakan sebagai fungsi diskriminan. Penerapan analisis diskriminan seringkali menggunakan peubah penjelas yang merupakan peubah dengan skala pengukuran kategorik sehingga asumsi kenormalan tidak terpenuhi. Pada keadaan seperti ini, diskriminan logistik merupakan salah satu metode alternatif yang dapat digunakan [2]. Misalnya akan dilakukan klasifikasi berdasarkan peubah-peubah penjelas X 1, X 2,..., X p, dengan populasi pertama yaitu Y = 1 dan populasi kedua Y = 0. Peluang bersyarat Y untuk X tertentu berdasarkan model logistik menurut [3] adalah: e(β0+β1x1+...+βpxp) π(x) = P (Y = 1 X) = 1 + e (β0+β1x1+...+βpxp) Dengan transformasi logit, model logistik diatas menjadi: [ ] π(x) g(x) = ln = β 0 + β 1 X 1 +... + β p X p 1 π(x) 4) Melakukan pengujian parameter pada model. Pengujian parameter model dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh peubah penjelas terhadap model, apakah berpengaruh nyata atau tidak. Uji Parameter yang digunakan adalah sebagai berikut: Uji-G Pengujian ini merupakan uji nisbah kemungkinan (likelihood ratio test) yang bertujuan untuk menguji pengaruh peubah penjelas di dalam model secara serempak [3]. Hipotesis yang akan diuji adalah: H 0 : β 1 = β 2 =... = β p = 0 H 1 : minimal ada satu β i 0; i = 1, 2,..., p Statisik uji-g adalah: [ ] l0 G = 2ln dengan L 0 merupakan Fungsi kemungkinan tanpa peubah penjelas, dan L p adalah fungsi kemungkinan dengan peubah penjelas. Kesimpulan tolak H 0 jika G > χ 2 (p;α). Uji-Wald (W) Pengujian ini bertujuan untuk menguji parameter β i secara parsial. Hipotesis: H 0 : β i = 0 H 1 : β i 0; i = 1, 2,..., p. Statistik uji-wald: l p β i W i = ŜE( β i ) Kesimpulan tolak H 0 jika W >Z α 2. 5) Melakukan alokasi pengamatan ke dalam kategori sekolah yang berafiliasi atau tidak berafiliasi berdasarkan fungsi diskriminan yang diperoleh. Alokasi ke dalam populasi Y = 1 atau Y = 0 menurut [2] yaitu dengan membandingkan peluang bersyarat P (Y = 1 X) dengan P (Y = 0 X). Berdasarkan model logistik, peluang bersyarat tersebut dapat dituliskan sebagai : P (Y = 1 X) = exp(g(x)) 1 + g(x)

Analisis diskriminan logistik untuk klasifikasi sekolah standar internasional Xplore, 2013, Vol. 2(1):e4(1-7) 3 P (Y = 0 X) = 1 1 + g(x) jika P (Y = 1 X) lebih besar dari P (Y = 0 X) maka pengamatan dialokasikan ke dalam populasi Y = 1. Nilai P (Y = 1 X) akan lebih besar dari P (Y = 0 X) jika exp(g(x) > 1, sehingga diperoleh aturan klasifikasi jika g(x) > 0 maka pengamatan dialokasikan ke dalam populasi Y = 1, serta jika g(x) < 0 maka pengamatan dialokasikan ke dalam populasi Y = 0. 6) Menghitung tingkat kesalahan klasifikasi menggunakan nilai Apperant Error Rate (APER) yang merupakan salah satu metode untuk mengukur tingkat kesalahan klasifikasi. Menurut [4], Apperant Error Rate (APER) didefinisikan sebagai besar kecilnya jumlah observasi yang salah diklasifikasikan berdasarkan fungsi klasifikasi tertentu. Perhitungan nilai APER dapat dipermudah dengan adanya tabel klasifikasi berikut: Tabel II TABEL KLASIFIKASI Berafiliasi Hasil klasifikasi Tidak Berafiliasi Berafiliasi a b Tidak Berafiliasi c d Nilai a dan d merupakan amatan yang diklasifikasikan dengan tepat, sedangkan nilai b dan c merupakan amatan dengan klasifikasi yang salah. Berdasarkan tabel klasifikasi tersebut, nilai APER dapat dihitung sebagai berikut: AP ER = b + c n 0 + n 1 Ket: n 0 = Jumlah observasi dari kelompok sekolah yang tidak berafiliasi n 1 = Jumlah observasi dari kelompok sekolah yang berafiliasi 7) Melakukan penentuan nilai pembatas (cutting score) untuk peubah penjelas numerik yang digunakan dalam fungsi diskriminan, yaitu dengan pendekatan skoring yang dihitung sebagai berikut: b i = x i1 σ i1 + x i0 σ i0 σ i1 + σ i0 Ket: x i1 = Rata-rata peubah penjelas ke-i pada kelompok sekolah berafiliasi x i0 = Rata-rata n peubah penjelas ke-i pada kelompok sekolah tidak berafiliasi σ i1 = Ragam peubah penjelas ke-i pada kelompok Gambar 1. Diagram kotak garis peubah sumber daya guru sekolah berafiliasi σ i0 = Ragam penjelas ke-i pada kelompok sekolah tidak berafiliasi A. Deskripsi Data III. HASIL DAN PEMBAHASAN Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI) yang menerapkan program afiliasi memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak menerapkan program afiliasi. Persentase sekolah yang berafiliasi adalah sebesar 43.4% dan sisanya sebesar 56.6% merupakan sekolah yang tidak berafiliasi. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak sekolah berstatus RSBI yang belum memiliki sister school. Pada penelitian ini diperoleh persentase RSBI yang paling besar terletak pada wilayah kabupaten, dan persentase paling kecil adalah pada wilayah kota besar. Selain itu sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berstatus RSBI memiliki persentase tertinggi, namun nilainya tidak berbeda jauh dengan persentase pada SMA dan SMK. Peserta didik yang berprestasi dan mampu bersaing secara global merupakan salah satu tujuan dilaksanakan program afiliasi, sehingga keberadaan siswa sebagai peserta didik merupakan hal yang sangat penting. Jumlah siswa pada RSBI yang berafiliasi maupun tidak berafiliasi memiliki nilai tengah dan keragaman yang relatif sama. Kesimetrian data kedua kelompok sekolah tersebut juga tidak menunjukkan perbedaan, keduanya terlihat relatif simetri. Jumlah siswa penerima beasiswa untuk sekolah yang berafiliasi dan yang tidak berafiliasi memiliki karakteristik data yang tidak jauh berbeda, seperti yang terjadi pada peubah jumlah siswa. Berdasarkan Gambar 1 jumlah guru sertifikasi pada sekolah yang berafiliasi dan tidak berafiliasi memiliki karakteristik data yang relatif sama, sehingga tidak terlihat perbedaan yang besar antara sekolah dengan status afiliasi tertentu. Sekolah dengan status berafiliasi memiliki nilai tengah jumlah guru kelas internasional dengan TOEFL 450 yang lebih besar dan lebih beragam, sehingga dapat dikatakan bahwa

4 Xplore, 2013, Vol. 2(1):e4(1-7) Sumampouw et al. Gambar 2. Gambar 3. Diagram kotak garis rata-rata NEM kelas internasional Diagram kotak garis SPP bulanan kelas internasional sekolah yang menerapkan program afiliasi lebih mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris terutama untuk para guru. Karena untuk melakukan komunikasi dengan pihak sekolah di luar negeri yang menjadi sister school, setidaknya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Jika dilihat dari pendidikannya, jumlah guru dengan pendidikan pasca sarjana masih sangat sedikit. Sekolah yang tidak berafiliasi memiliki jumlah guru dengan pendidikan D3 dan S1 yang lebih beragam, dengan kesimetrian data yang relatif seimbang. Terdapat nilai pencilan pada data tersebut. Tujuan dari program afiliasi adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu peubah yang dapat digunakan untuk melihat tercapainya tujuan tersebut yaitu Nilai Evaluasi Murni (NEM). Rata-rata NEM kelas internasional untuk sekolah RSBI yang berafiliasi cenderung lebih besar dibandingkan dengan sekolah yang tidak berafiliasi, nilainya berada diantara 7.9-8.7 (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa program afiliasi memberikan pengaruh yang baik bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Sekolah RSBI yang terletak di kota besar memiliki nilai tengah untuk rata-rata NEM kelas internasional yang paling tinggi, dan nilainya berada diantara 8.3-8.9. Biaya pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang terlaksananya program afiliasi. Salah satu bentuk dukungan yang diperoleh dari masyarakat adalah melalui SPP bulanan yang dikeluarkan oleh orang tua murid. Sekolah yang berafiliasi memiliki SPP bulanan untuk kelas internasional yang relatif lebih tinggi dibanding dengan sekolah yang tidak berafiliasi, namun selisihnya tidak terlalu besar (Gambar 3). Besarnya SPP bulanan kelas internasional untuk sekolah yang berafiliasi yaitu sekitar Rp 125000 - Rp 250000, sedangkan untuk sekolah yang tidak berafiliasi memiliki SPP bulanan sekitar Rp 0 - Rp 200000. Jika dilihat dari tipe wilayah, sekolah yang terletak di kota besar memiliki SPP bulanan kelas internasional dengan nilai tengah yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah lain. Eksplorasi terhadap data yang digunakan pada penelitian ini, memberikan informasi bahwa terdapat banyak observasi yang merupakan nilai pencilan pada masing-masing peubah numerik. Secara deskriptif, pencilan merupakan suatu amatan yang nilai nya lebih besar dari batasan yang disebut dengan pagar dalam atas, atau yang nilainya lebih kecil dari batasan yang disebut sebagai pagar dalam bawah dari diagram kotak garis yang dibuat. Penentuan nilai batasan tersebut bergantung pada nilai kuartil pertama dan kuartil ketiga dari data untuk masing-masing peubah numerik yang digunakan. Amatan yang merupakan pencilan akan mempengaruhi ukuran kebaikan model yang dibentuk. Namun menurut [5] nilai pencilan juga dapat memberikan informasi yang tidak dapat diberikan oleh titik amatan lain, karena disebabkan oleh kombinasi keadaan yang tidak biasa yang mungkin saja sangat penting dan perlu diselidiki lebih jauh. Suatu nilai pencilan dapat ditolak jika merupakan kesalahan pencatatan ataupun kesalahan pada instrumen yang digunakan. Pengumpulan data dengan metode survei, yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen akan memberikan peluang terjadinya kesalahan seperti kesalahan dalam pencatatan hasil survei, dan kesalahan interpretasi pertanyaan dalam kuesioner. Oleh karena itu, nilai pencilan yang terdapat pada data penelitian ini diindikasikan terjadi karena kesalahan administratif dalam pelaksanaan survei sehingga cara penanganan yang digunakan adalah dengan menyisihkan amatan yang merupakan pencilan. Proses pemangkasan data pencilan hanya dilakukan sebanyak satu kali, sehingga mungkin saja setelah amatan yang merupakan pencilan telah disisihkan masih terdapat nilai pencilan pada data yang akan digunakan. Jumlah amatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 709 sekolah yang merupakan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI). Penanganan pencilan yang digunakan adalah dengan melakukan pemangkasan sebanyak satu kali. Setelah menyisihkan data-data yang merupakan pencilan diperolah sebanyak 474 data amatan yang terdiri dari: 197 SMP, 162 SMA, dan 115 SMK. Selanjutnya akan dilakukan analisis diskriminan logistik dengan menggunakan gugus data yang nilai pencilan nya telah disisihkan tersebut.

Analisis diskriminan logistik untuk klasifikasi sekolah standar internasional Xplore, 2013, Vol. 2(1):e4(1-7) 5 Tabel III PENGUJIAN PARAMETER SECARA PARSIAL DENGAN UJI WALD Peubah B SE Wald Nilai-P Dugaan nilai Odds X1(1) -0.5485 0.275054 3.976459 0.04614 0.577824 X1(2) 0.0268 0.245604 0.011878 0.913214 1.027129 X2(1) -0.646 0.274986 5.514422 0.01886 0.524272 X2(2) -0.923 0.412089 5.016209 0.025111 0.397345 X3 0.354 0.133553 7.029385 0.008018 1.424883 X4 0.0003 0.000624 0.234131 0.628478 1.000302 Tabel IV PENGUJIAN PARAMETER SECARA PARSIAL UNTUK MODEL REDUKSI DENGAN UJI WALD Peubah B SE Wald Nilai-P Dugaan nilai Odds X1(1) -0.444 0.2491 3.18 0.0745 0.6414 X2(1) -0.603 0.2263 7.104 0.0077 0.5471 X2(2) -1.1075 0.2755 16.16 0.000058 0.3304 X3 0.434 0.1282 11.48 0.000705 1.5439 X6 0.0000033 0.000001 11.77 0.000603 1.0000 Konstanta -7.991 2.279 12.3 0.000454 0.0003 X5 0.015 0.011794 1.628515 0.201909 1.015165 X6 0.000002 0.000001 3.913573 0.047898 1.000002 X7 0.0017 0.001649 1.048233 0.305914 1.00169 X8 0.373 0.210304 3.913573 0.076465 1.451461 X9-0.0078 0.008911 0.766663 0.381251 0.992228 X10 0.0268 0.01725 2.414382 0.120225 1.027165 X11-0.0087 0.00672 1.686225 0.194099 0.991312 X12 0.0359 0.024419 2.158928 0.141744 1.036531 Konstanta -9.76 2.883758 11.45469 0.000713 B. Analisis Diskriminan Logistik Pembentukan fungsi diskriminan dilakukan dengan pendugaan model logistik, yaitu melibatkan seluruh peubah numerik dan peubah boneka dari peubah-peubah kategorik. Misalkan sekolah RSBI yang berafiliasi dilambangkan dengan Y=1, dan Y=0 untuk sekolah RSBI yang tidak berafiliasi, maka dugaan model logit yang diperoleh dengan melibatkan semua peubah penjelas adalah: g(x) = 9.76 0.5485X 1 (1) + 0.0268X 1 (2) + 0.646X 2 (1) 0.923X 2 (2) + 0.354X 3 + 0.0003X 4 + 0.015X 5 +0.000002X 6 +0.0017X 7 +0.373X 8 0.0078X 9 + 0.0268X 10 0.0087X 11 + 0.0359X 12 Pengujian terhadap dugaan model logit menghasilkan nilai statistik uji-g sebesar 75,294 dengan nilai-p sebesar 0.000. Berdasarkan nilai tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa setidaknya ada satu peubah penjelas yang berpengaruh secara signifikan terhadap status afiliasi sekolah pada taraf nyata 5%. Hasil pengujian parameter secara parsial dengan uji Wald menunjukkan bahwa hanya ada empat peubah yang berpengaruh terhadap status afiliasi yaitu tipe wilayah, tipe sekolah, lama pendidikan pendidikan kepala sekolah, dan SPP bulanan kelas internasional. Pengujian parsial terhadap model awal dapat dilihat pada Tabel III. Peubah penjelas tipe wilayah kota besar (X 1 (1)) me- miliki nilai dugaan rasio odds sebesar 0.577824. Hal ini menunjukkan bahwa peluang suatu sekolah untuk berafiliasi karena sekolah tersebut terletak di wilayah kota besar yaitu 0.577824 kali dibanding sekolah yang terletak di wilayah kabupaten. Peubah tipe sekolah yaitu SMA (X 2 (1)) memiliki nilai dugaan odds rasio sebesar 0.524272, yang menunjukkan bahwa peluang suatu sekolah untuk berafiliasi jika sekolah tersebut adalah SMA adalah sebesar 0.524272kali dibanding sekolah yang adalah SMP. Sedangkan nilai dugaan rasio odds untuk peubah tipe sekolah SMK (X 2 (2)) adalah sebesar 0.397345 yang memiliki arti bahwa peluang suatu sekolah untuk berafiliasi jika sekolah tersebut adalah SMK adalah sebesar 0.397345 kali dibanding sekolah yang merupakan SMP. Nilai dugaan rasio odds untuk peubah lama pendidikan kepala sekolah (X 3 ) adalah sebesar 1.424883. Nilai tersebutmenunjukkan bahwa semakin meningkatnya lama pendidikan kepala sekolah maka akan meningkatkan peluang suatu sekolah untuk dapat berafiliasi. Selain itu, peubah SPP bulanan kelas internasional memiliki nilai dugaan odds rasio sebesar 1.000002 yang menunjukkan bahwa jika SPP bulanan kelas internasional meningkat maka peluang suatu sekolah berafiliasi juga akan meningkat. Pendugaan model logistik selanjutnya dilakukan dengan hanya menggunakan peubah penjelas yang berpengaruh nyata berdasarkan uji Wald, sehingga diperoleh dugaan model logit sebagai berikut: g(x) = 7.991 0.444X 1 (1) 0.603X 2 (1) 1.1075X 2 (2) + 0.434X 3 + 0.0000033X 6 Pengujian terhadap dugaan model logit tersebut menghasilkan nilai statistik uji-g sebesar 58.58841 dengan nilai-p sebesar 0.000. Berdasarkan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada satu peubah penjelas yang berpengaruh secara signifikan terhadap status afiliasi sekolah pada taraf nyata 5%. Pengujian secara parsial dapat dilihat pada Tabel IV. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa dari keempat peubah tersebut, ada peubah yang tidak berpengaruh nyata terhadap status afiliasi yaitu tipe wilayah. Oleh

6 Xplore, 2013, Vol. 2(1):e4(1-7) Sumampouw et al. Tabel V PENGUJIAN PARAMETER SECARA PARSIAL UNTUK MODEL REDUKSI AKHIR DENGAN UJI WALD Peubah B SE Wald Nilai-P Dugaan nilai Odds X2(1) -0.59 0.224744 6.895 0.008645 0.554253 X2(2) -1.067 0.273826 15.19 0.000097 0.343992 Tabel VI HASIL KLASIFIKASI FUNGSI DISKRIMINAN MODEL PENUH Berafilasi Diskriminan Logistik Tidak Berafiliasi Total Berafiliasi 118 73 191 Tidak Berafiliasi 89 194 283 Total 207 267 474 X3 0.428 0.128097 11.16 0.000836 1.534063 X6 0.0000035 0.00000096 13.43 0.000248 1.000003 Konstanta -8.01 2.278787 12.36 0.000439 0.000332 karena itu, akan dilakukan pendugaan model logit untuk peubah tipe wilayah, lama pendidikan kepala sekolah, dan SPP bulanan kelas internasional yaitu peubah yang berpengaruh nyata berdasarkan pengujian parameter secara parsial untuk model reduksi. Dugaan model logit untuk ketiga peubah tersebut adalah sebagai berikut: g(x) = 8.01 0.59X 2 (1) 1.067X 2 (2)+0.428X 3 +0.0000035X 6 menggunakan peubah tipe wilayah, tipe sekolah, lama pendidikan pendidikan kepala sekolah, dan SPP bulanan kelas internasional. Melalui hasil alokasi diperoleh nilai kesalahan klasifikasi sebesar 34.8%, sehingga ketepatan klasifikasi fungsi diskriminan hasil reduksi pertama adalah sebesar 65.2%. Hasil klasifikasi dapat dilihat pada Tabel VII. Tabel VII HASIL KLASIFIKASI FUNGSI DISKRIMINAN MODEL REDUKSI Diskriminan Logistik Berafilasi Tidak Berafiliasi Total Berafiliasi 89 102 191 Tidak Berafiliasi 63 220 283 Total 152 322 474 Pengujian parameter secara serempak memberikan hasil statistik uji-g sebesar 55.336 dengan nilai-p sebesar 0.000. Sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang sama dengan pengujian parameter secara serempak pada dugaan model logit sebelumnya. Melalui pengujian parameter secara parsial dengan menggunakan uji Wald dapat dilihat bahwa semua peubah yang digunakan pada pembentukan model logit diatas berpengaruh nyata terhadap status afiliasi. Hasil pengujian dengan uji Wald dapat dilihat pada Tabel V. Pengalokasian amatan dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai peubah penjelas amatan tersebut ke dalam fungsi diskriminan sehingga dapat diperoleh nilai g(x). Sesuai dengan kriteria alokasi, jika suatu amatan menghasilkan nilai g(x) > 0 maka amatan tersebut dialokasikan ke dalam kelompok sekolah yang berafiliasi, sedangkan jika g(x) < 0 dialokasikan ke dalam kelompok sekolah yang tidak berafiliasi [6]. Melalui Tabel VI dapat diketahui bahwa dari 283 sekolah yang tidak berafiliasi, 194 diantaranya atau sekitar 68.55% dapat diklasifikasikan dengan benar menggunakan fungsi diskriminan logistik. Selain itu, terdapat 118 dari 191 (61.78%) sekolah RSBI dapat diklasifikasikan dengan benar ke dalam kelompok yang berafiliasi. Perhitungan validasi fungsi diskriminan yang telah terbentuk adalah dengan meghitung nilai Apperant Error Rate (APER), diperoleh nilai APER sebesar 34.18%. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi diskriminan memiliki ketepatan klasifikasi sebesar 65.82%. Alokasi pengamatan juga dilakukan dengan menggunakan fungsi diskriminan hasil reduksi. Pada penelitian ini dilakukan reduksi peubah sebanyak dua kali. Alokasi amatan dengan fungsi diskriminan hasil reduksi pertama, yaitu yang Hasil dari proses reduksi selanjutnya yaitu fungsi diskriminan logistik tanpa peubah tipe wilayah. Alokasi pengamatan dengan menggunakan fungsi diskriminan tersebut dapat dilihat pada Tabel VIII. Nilai kesalahan klasifikasi yang diperoleh adalah sebesar 33.54%. Dapat disimpulkan bahwa fungsi diskriminan tersebut memiliki ketepatan klasifikasi sebesar 66.46%. Nilai tersebut merupakan ketepatan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan ketepatan klasifikasi fungsi diskriminan logistik sebelumnya, dan adalah fungsi yang paling sederhana sehingga fungsi diskriminan yang dipilih untuk klasifikasi sekolah standar internasional kedalam status afiliasi tertentu adalah fungsi diskriminan model reduksi akhir. Tabel VIII HASIL KLASIFIKASI FUNGSI DISKRIMINAN MODEL REDUKSI AKHIR Diskriminan Logistik Berafilasi Tidak Berafiliasi Total Berafiliasi 92 99 191 Tidak Berafiliasi 60 223 283 Total 152 322 474 Penentuan Nilai Pembatas Peubah Numerik Penentuan nilai pembatas dilakukan pada peubah-paubah penjelas numerik yang menyusun fungsi diskriminan terpilih. yaitu fungsi diskriminan logistik untuk model reduksi akhir. Fungsi tersebut menggunakan dua peubah numerik. Nilai pembatas yang diperoleh untuk peubah SPP bulanan kelas internasional sebesar Rp 124000 sehingga dapat dikatakan bawa agar dapat menjadi sekolah yang berafiliasi, sekolah

Analisis diskriminan logistik untuk klasifikasi sekolah standar internasional Xplore, 2013, Vol. 2(1):e4(1-7) 7 diharapkan menetapkan besarnya SPP minimal Rp 124000. Peubah lama pendidikan kepala sekolah juga merupakan faktor yang mempengaruhi status afiliasi suatu sekolah. Diharapkan kepala sekolah minimal memiliki pendidikan formal selama 18 tahun, sehingga suatu sekolah dikatakan dapat berafiliasi jika memiliki kepala sekolah dengan pendidikan minimal S2. IV. SIMPULAN Fungsi diskriminan logistik yang dipilih untuk klasifikasi sekolah ke dalam status afiliasi tertentu adalah dugaan model logit pada data hasil reduksi akhir. Fungsi diskriminan logistik yang diperoleh adalah sebagai berikut: g (X) = 8.01 0.59X 2 (1) + 0.428X 3 + 0.0000035X 6 Fungsi diskriminan tersebut memiliki ketepatan klasifikasi sebesar 66.46%, dan disusun oleh peubah tipe sekolah, lama pendidikan kepala sekolah, dan SPP bulanan kelas internasional. Nilai-nilai pembatas untuk peubah numerik yang digunakan dalam fungsi diskriminan terpilih ditentukan dengan metode skoring, yang hasilnya adalah besarnya SPP minimal Rp 124000, dan lama pendidikan kepala sekolah minimal 18 tahun. PUSTAKA [1] WR. Dillon,and M. Goldstein, Multivariate Analysis Methods and Applications, New York (US): John Wiley and Sons, 1984. [2] BS. Everitt, and G. Dunn Applied Multivariate Data Analysis, New York (US): John Wiley and Sons, 1991. [3] DW. Hosmer and S. Lemeshow, Applied Logistic Regression, New Jersey (NJ): John Wiley and Sons, Ed ke-2., 2000. [4] RA. Johnson,and DW Wichem, Applied Multivariate Statistical Analysis, New Jersey(NJ):Prentice Hall.Inc., 1998. [5] NR. Draper,and H. Smith Applied Regression Analysis, Prepared by Redaksi Trubus, New YOrk (US): John Wiley and Sons, 1981. [6] JG. McLachlan, Discriminant Analysis and Statistical Pattern Recognition, New York(NY): John Wiley and Sons, 1992.