BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

IV. METODOLOGI PENELITIAN

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB I PENDAHULUAN I.1

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Daerah Penelitian...3. Gambar 2. Peta Fisiografi Daerah Lampung...5. Gambar 3. Peta Mendala Geologi Sumatera...

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN)

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

KOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

Geodesi Fisis. Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat. Isna Uswatun Khasanah

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

Pendugaan Struktur Patahan Dengan Metode Gayaberat

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT (GRAVITY)

Reduksi Dan Interpretasi Data Gravitasi. Susilawati. Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

III. TEORI DASAR. al, 1990). Dasar teori penggunaan metode gayaberat (gravity) adalah Hukum. Newton, dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

APLIKASI FILTER KONTINUASI KEATAS DAN ANALISA SPEKTRAL TERHADAP DATA MEDAN POTENSIAL Oleh: N. Avisena M.Si ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. 23 Juli 2012 Lutfia P.I.A

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA DAN PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN METODE GAYA BERAT DI DAERAH PROSPEK PANAS BUMI GUNUNG LAWU SKRIPSI

III. TEORI DASAR. menyatakan gaya tarik menarik F antara dua massa m 1 dan m 2 dengan dimensi

ABSTRACT. Name : Lilik Eko Kurniawan Program : Physics Title : Subsurface Structure Identification by Gravity Method in Pincara Area, South Sulawesi

Unnes Physics Journal

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

ANALISIS REDUKSI TOPOGRAFI DATA GAYABERAT DENGAN PENDEKATAN METODE LA FEHR DAN WHITMAN PADA PENENTUAN ANOMALI BOUGUER

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

SOAL TRY OUT FISIKA 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

SURVEY MICROGRAVITY UNTUK MONITORING PENGARUH INJEKSI DAN PRODUKSI SUMUR DI LAPANGAN SAGO-LIRIK RIAU. Abstraks

ANALISIS PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU PERIODE 2013

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB 2 DATA DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

Uji Kompetensi Semester 1

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1.

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

PEMODELAN BAWAH PERMUKAAN GUNUNG MERAPI DAN MERBABU BERDASARKAN ANALISIS DATA GRAVITASI

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gaya berat adalah salah satu metode dalam geofisika. Metode gayaberat

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

Pengolahan awal metode magnetik

Antiremed Kelas 11 FISIKA

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

Jurnal ILMU DASAR, Vol.15 No.1, Januari 2015: Filter Berbasis Model Satu Dimensi untuk Pemisahan Anomali Gayaberat Mikro Antar Waktu

Copyright all right reserved

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Transkripsi:

BAB III TEORI DASAR 3.1 PRINSIP DASAR GRAVITASI 3.1.1 Hukum Newton Prinsip dasar yang digunakan dalam metoda gayaberat ini adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik dua titik massa m 1 dan m yang terpisah pada jarak r besarnya diberikan oleh persamaan : r m1m F = γ r rˆ (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m r : jarak antara dua partikel rˆ : vektor satuan dari m 1 ke m γ : konstanta gravitasi universal ( 6.673 x 10-11 dalam SI ) Persamaan diatas dapat diilustrasikan dengan Gambar 3.1 dibawah ini yang memperlihatkan hubungan antara variabel-variabel diatas. m 1 F m r Gambar 3.1 Gaya tarik-menarik benda 15

3.1. Percepatan Gravitasi Percepatan benda m yang disebabkan oleh hadirnya benda m 1 dapat ditentukan dengan membagi F dengan m. Secara khusus, bila m 1 adalah massa dari bumi (Me) maka percepatan dari suatu massa m di permukaan bumi adalah : g F Me = = γ m Re (3.1-) dimana Re : jari-jari bumi 3.1.3 Potensial Gravitasi Suatu massa dalam sistem ruang akan menimbulkan medan potensial di sekitarnya. Medan potensial untuk gayaberat bersifat konservatif, artinya usaha yang dilakukan dalam suatu medan gayaberat tidak tergantung pada lintasan yang ditempuhnya tetapi hanya tergantung pada posisi awal dan akhir. Persamaannya diberikan oleh : U() r = F()/ r m = g() r (3.1-3) Potensial gayaberat U di permukaan, dengan asumsi bumi bersifat homogen dan berbentuk bola dengan jari-jari R diberikan oleh : R R dr M U() r = g. dr = M = r γ γ R (3.1-4) 3.1.4 Satuan Gayaberat Gayaberat yang dimaksud dalam metoda ini identik dengan percepatan gravitasi. Sehingga satuan yang digunakan adalah : 1 cm. (det ) -1 = 1 Gal = 10 3 mgal 16

Besar gayaberat bumi secara umum berkisar 980 Gal, sedangkan besar anomali dalam kegiatan eksplorasi adalah dalam orde mgal untuk prospek hidrokarbon dan panasbumi, dan orde µgal untuk geoteknik atau mineral. 3. KOREKSI DALAM METODA GAYABERAT Bentuk bumi berdasarkan hasil pengukuran geodetik mendekati bentuk speroidal yang menggelembung di ekuator dan memipih di kutub, sehingga pendekatan bentuk bumi disebut speroid referensi. Speroid referensi adalah suatu elipsoid yang digunakan sebagai pendekatan untuk muka laut rata-rata (geoid) dengan mengabaikan efek benda diatasnya. Secara teoritis referensi spheroid ini ditunjukkan oleh : g(φ) = 978,0318 ( 1+ 0,00578895 sin Φ + 0,0000346 sin 4 Φ ) (3.-1) dimana Φ : sudut lintang Persamaan diatas biasa disebut dengan persamaan Geodetic Reference System 1967 (GRS67). 3..1 Koreksi Pasang Surut ( Tidal ) Koreksi ini dilakukan karena adanya pengaruh benda-benda angkasa dalam pembacaan anomali gaya berat di permukaan sehingga perlu dikoreksi untuk menghilangkan efek benda-benda angkasa misal bulan dan matahari. Nilai potensial yang diakibatkan di titik P pada permukaan bumi diberikan oleh persamaan : 3 c 1 1 ( ) 3 sin sin sin sin cos cos cos cos Um = G r δ φ φ δ t + φ δ t R 3 3 (3.-) 17

dimana Φ : lintang δ : deklinasi t : moon hour angle c : jarak rata-rata ke bulan Koreksi pasang surut ini nilainya berubah-ubah karena dipengaruhi oleh lintang dan waktu. 3.. Koreksi Apungan ( Drift ) Koreksi Drift ini dilakukan sebagai akibat adanya selisih nilai bacaan pada stasiun yang sama pada waktu yang berbeda dikarenakan adanya perubahan harga konstanta pegas alat selama proses transportasi antar stasiun, dengan nilai koreksi adalah : g g = ( ) n 1 drift tn t1 tn t1 (3.-3) Untuk meminimalisir efek perubahan harga konstanta pegas, maka pengukuran data gayaberat didesain dalam suatu rangkaian tertutup seperti pada Gambar 3., sehingga besarnya perubahan harga konstanta tersebut dapat diketahui dan diasumsikan linier pada selang waktu tertentu. Gambar 3. Gambar desain rangkaian tertutup (Kadir, 000) 18

3..3 Koreksi Udara Bebas (Free-Air) Koreksi udara bebas merupakan koreksi ketinggian terhadap medan gravitasi bumi, yang merupakan jarak stasiun terhadap spheroid referensi. Gambar 3.3 menunjukkan bahwa gayaberat terukur pada permukaan bumi dengan elevasi H adalah : Dimana g(r) adalah spheroid referensi pada jari-jari bumi R dengan suku kedua bagian kanan adalah faktor koreksi dikalikan dengan elevasinya. Dengan menggunakan persamaan speroid referensi (3.-1) maka besarnya faktor koreksi pada daerah ekuator hingga lintang 45 o atau -45 o : FAC = -0,3085 h mgal (3.-4) Gambar 3.3 Koreksi Udara Bebas (Kadir, 000) Sedangkan anomali udara bebasnya atau Free Air Anomaly (FAA), dapat dituliskan sebagai berikut : FAA = g obs g l int ang + 0. 3085 h (3.-5) 19

3..4 Koreksi Bouguer Koreksi Bouguer digunakan untuk meghilangkan efek tarikan suatu massa yang berada diantara titik pengamatan dan titik acuan dengan asumsi lapisan batuan tersebut berupa slab tak berhingga. Besar koreksi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.4 adalah : BC = 0,04188 ρh mgal (3.-6) dimana adalah densitas dan h adalah elevasi. Anomali gayaberat yang dihasilkan setelah diaplikasikan dengan koreksi Bouguer dan anomali udara bebas (Free Air Anomaly) disebut sebagai Simple Bouguer Anomaly, dengan persamaan : SBA = FAA BC (3.-7) Gambar 3.4 Koreksi Bougeur (Zhou, 1990) 3..5 Koreksi Medan (Terrain) Koreksi ini diterapkan sebagai akibat dari pendekatan koreksi Bouguer dengan slab horizontal tak berhingga, padahal dalam kenyataannya bahwa permukaan bumi tidaklah datar tetapi berundulasi sesuai dengan topografinya. Sehingga perlu dilakukan koreksi untuk topografi yang kasar. Hubungan antara koreksi Bouguer dengan koreksi medan ditunjukkan oleh Gambar 3.5 dengan area A dan B adalah efek topografi yang perlu dikoreksi. 0

Gambar 3.5 Koreksi Medan (Kadir, 000) 3.3 ESTIMASI DENSITAS BATUAN RATA-RATA Metode Nettleton merupakan salah satu metode untuk estimasi rapat massa rata-rata permukaan suatu daerah survey yang diturunkan dari data gayaberat pada suatu lintasan tertentu. Secara kualitatif, metode ini didasarkan pada pengertian tentang koreksi Bouguer dan koreksi medan dimana jika rapat massa yang digunakan sesuai dengan rapat massa permukaan, maka penampang anomali gayaberat menjadi mulus (smooth). Lintasan yang dipilih dalam estimasi ini adalah penampang yang melalui topografi kasar dan tidak ada anomali target. Contoh estimasi rapat massa ditunjukkan pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Metode Nettleton untuk estimasi densitas (Telford, 1990) 1

Secara kuantitatif dengan menerapkan korelasi silang antara perubahan elevasi terhadap referensi tertentu dengan anomali gayaberatnya. Rapat massa terbaik diberikan oleh harga korelasi silang terkecil. k N δ i= 1 = N ( Δg ) ( δ hi ) i = 1 δ h i i (3.3-1) dimana N = jumlah statiun 3.4 ANALISA SPEKTRUM Pada penelitian ini, analisa spektrum dilakukan untuk melakukan estimasi kedalaman sumber anomali, baik yang bersifat dangkal (residual) atau yang bersifat dalam (regional). Analisa spektrum ini dilakukan dengan cara metoda transformasi Fourier nilai CBA pada lintasan yang telah ditentukan. Setelah itu, untuk mendapatkan estimasi kedalaman, dilakukan perbandingan grafik antara Ln A (Amplitudo) terhadap K (bilangan gelombang). Spektrum diturunkan dari potensial gayaberat yang teramati pada suatu bidang horisontal dimana transformasi Fouriernya adalah ( Blakely, 1996 ) : 1 F( U ) = γ μ F r dan 1 e F = π r k ' ( z z ) k 0 (3.4-1) dimana, U γ μ r = potensial gayaberat = konstanta gayaberat = anomali rapat massa = jarak sehingga persamaannya menjadi :

' k ( z0 z ) e F( U ) = π γ μ k (3.4-) Berdasarkan Persamaan (3.4-), transformasi Fourier anomali gayaberat yang diamati pada bidang horisontal diberikan oleh : 1 F( g z ) = γ μ F z r 1 = γ μ F z r F( g z ) = μ e k ( z z ' ) 0 π γ (3.4-3) dimana g z = anomali gayaberat k = bilangan gelombang z 0 = ketinggian titik amat z = kedalaman benda anomali Jika distribusi rapat massa bersifat random dan tidak ada korelasi antara masingmasing nilai gayaberat, maka : μ =1, sehingga hasil transformasi Fourier anomali gayaberat menjadi : A = C e k ( z ' 0 z ) (3.4-4) dimana A = amplitudo dan C = konstanta. Untuk mendapatkan hubungan langsung antara amplitudo (A) dengan bilangan gelombang (k) dan kedalaman (zo z ) dilakukan dengan melogaritmakan spektrum amplitudo yang dihasilkan dari transformasi Fourier diatas (Persamaan 3.4-4) sehingga memberikan hasil persamaan garis lurus. Komponen k menjadi berbanding lurus dengan spektrum amplitudo. Ln A = ( z 0 z' ) k (3.4-5) 3

Dari persamaan diatas maka dapat dibuat grafik perbandingan antara Ln A dan K untuk mengklasifikasikan anomali (Gambar 3.7). Zona regional Ln A Zona residual Zona noise Batas zona regional-residual K Gambar 3.7 Pembagian zona anomali dengan grafik Ln A vs K Untuk estimasi kedalaman diperoleh dari nilai gradien persamaan garis lurus diatas, Persamaan 3.4-5 (z 0 z ). Nilai gradien hasil regresi linier zona regional menunjukkan kedalaman regional dan nilai hasil regresi linier zona residual menunjukkan kedalaman residual. 3.5 KRITERIA ANOMALI NEGATIF Anomali negatif didasarkan karena adanya perbedaan kontras rapat massa negatif terhadap lingkungannya. Analisa anomali negatif menjadi penting karena kontras rapat massa negatif tersebut dapat merefleksikan dua struktur yang berbeda yaitu cekungan dan intrusi. Untuk menentukan salah satu struktur yang kemungkinan dihasilkan oleh anomali tersebut maka dapat digunakan analisa second horizontal derivative (SHD). Nilai SHD dapat dturunkan dengan persamaan sebagai berikut : 4

Δx Δx g (i-1) g (i) g (i+1) Gambar 3.8 Perhitungan SHD dg g(i + 1 ) g(i) First horizontal derivative = = (3.5-1) dx Δx d g g 1) + g ( 1) = ( i + i gi Second horizontal derivative = (3.5-) dx Δx Kadir (000) meyebutkan bahwa anomali yang disebabkan oleh struktur cekungan mempunyai nilai harga mutlak minimal second derivative selalu lebih besar daripada harga maksimalnya. Sedangkan anomali yang disebabkan struktur intrusi berlaku sebaliknya, harga mutlak minimalnya lebih kecil daripada harga maksimalnya. Perluasan dari penjelasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.9 yang memperlihatkan anomali gaya berat dan second derivative untuk struktur cekungan dan struktur intrusi. mgal mgal/km mgal mgal/km Gambar 3.9 Respon SHD dan anomali Bouguer pada struktur cekungan dan intrusi (Kadir, 000) 5

Dari ilustrasi diatas maka kriteria anomali negatif adalah : untuk anomali yang disebabkan oleh sedimentary basin atau sesar turun, berlaku : d g dx max < d g dx min (3.5-3) untuk anomali yang disebabkan oleh intrusi atau sesar naik, berlaku: d g dx max > d g dx min (3.5-4) 6