SURVEY MICROGRAVITY UNTUK MONITORING PENGARUH INJEKSI DAN PRODUKSI SUMUR DI LAPANGAN SAGO-LIRIK RIAU. Abstraks

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SURVEY MICROGRAVITY UNTUK MONITORING PENGARUH INJEKSI DAN PRODUKSI SUMUR DI LAPANGAN SAGO-LIRIK RIAU. Abstraks"

Transkripsi

1 SURVEY MICROGRAVITY UNTUK MONITORING PENGARUH INJEKSI DAN PRODUKSI SUMUR DI LAPANGAN SAGO-LIRIK RIAU Oleh : M. Yusuf Jatnika, Tri Sunarno Irianto, Handri Utama, B. Muntoyo (Unit Bisnis Pertamina EP Lirik) Dr. Wawan Gunawan A. Kadir, Msc (LPPM-ITB) PatraOffice Tower 7 th floor, room 707 Jl. Gatot Subroto Kav 3-34 Jakarta yusufjatnika@yahoo.com dan jatnika@pertamina-ublirik.com Abstraks Lapangan Sago secara geografis berada di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau, terletak ±140 km disebelah selatan kota Pekanbaru dengan luas + 1 km. Kegiatan ekplorasi dimulai tahun 195 dikembangkan ekplorasi sejak tahun Jumlah sumur aktif 51 sumur produksi dan 10 sumur injeksi dari 107 sumur yang ada. Struktur Sago merupakan penghasil minyak terbesar di Lirik Trend dengan formasi Lakat dan Tualang serta mempunyai 7 Lapisan batu pasir H, J, K, L, M, N, O dan P sebagai lapisan penghasil minyak utama pada struktur ini. Cadangan Oil in place sebesar 38.54,4 MSTB, recoverable reserve ,5 MSTB dengan recovery factor RF sebesar 51,9 %. Kumulatif produksi minyak sampai dengan 31 Desember 006 sebesar ,8 MSTB, atau perkiraan sisa cadangan minyak per 31 Desember 006 sebesar ,7 MSTB. Mekanisme strukturnya adalah Water Drive serta untuk mempertahankan tekanan reservoir dilakukan injeksi air melalui 10 sumur injeksi. Saat ini Produksi minyak sebesar 1500 BOPD, BFPD. 98% KA. Air yang diinjeksikan kembali sekitar BWPD. Untuk menginjeksikan kembali seluruh air yang dihasilkan diperlukan penambahan sumur injeksi baru. Metoda untuk mengetahui efektivitas injeksi dan letak penambahan sumur injeksi baru maka dilakukan survey micro gravity. Tujuan umum survey ini diharapkan dapat diturunkan informasi yang berhubungan dengan : 1. Heterogenitas reservoir;. Pola lintasan antara injector-monitor / production well; 3. Mengetahui penyebaran lateral air injeksi; 4. Menilai pengaruh positif dan negatif injeksi terhadap proses produksi; 5. Merekomendasikan reposisi injektor untuk meningkatkan efisiensi penyapuan. Keywords : microgravity, anomali Bueguer

2 PENDAHULUAN Struktur Sago secara geografis berada di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau, terletak ±140 km disebelah selatan kota Pekanbaru dengan luas + 1 km. Kegiatan ekplorasi dimulai tahun 195 dikembangkan ekplorasi sejak tahun Jumlah sumur aktif 51 sumur produksi dan 10 sumur injeksi dari 107 sumur yang ada (Gambar 1). Struktur Sago merupakan penghasil minyak terbesar di Lirik Trend dengan formasi Lakat dan Tualang serta mempunyai 7 Lapisan batu pasir H, J, K, L, M, N, O dan P sebagai lapisan penghasil minyak utama pada struktur ini. Cadangan Oil in place sebesar 38.54,4 MSTB, recoverable reserve ,5 MSTB dengan recovery factor RF sebesar 51,9 %. Kumulatif produksi minyak sampai dengan 31 Desember 006 sebesar ,8 MSTB, atau perkiraan sisa cadangan minyak per 31 Desember 006 sebesar ,7 MSTB. Mekanisme strukturnya adalah Water Drive serta untuk mempertahankan tekanan reservoir dilakukan injeksi air melalui 10 sumur injeksi. Saat ini Produksi minyak sebesar 1500 BOPD, BFPD, 98% KA. Air yang diinjeksikan kembali sekitar BWPD. Untuk menginjeksikan kembali seluruh air yang dihasilkan diperlukan penambahan sumur injeksi baru. Metoda untuk mengetahui efektivitas injeksi dan letak penambahan sumur injeksi baru maka dilakukan survey micro gravity. Geologi a. Umum Pada dasarnya pulau Sumatera dibagi menjadi 3 cekungan besar yang merupakan back arc basin (cekungan belakang busur) dari suatu hasil rangkaian seri tektonik lempeng Pulau Sumatera ketiga cekungan tersebut dipisahkan satu dengan lainya oleh adanya tinggian tinggian : - Antara cekungan Sumatera Utara dengan cekungan Sumatera Tengah di pisahkan tinggian Asahan - Cekungan Sumatera tengah dengan cekungan Sumatera Selatan dipisahkan tinggian tiga puluh. - Sedangkan disebelah barat daya ketiga cekungan tersebut dibatasi oleh pegunungan bukit barisan dan oleh sesar besar sumatera yang memanjang dari aceh sampai lampung, Struktur Sago termasuk didalam cekungan Sumatera Tengah. (Gambar ). b. Kerangka Geologi Cekungan Sumatera tengah Kerangka geologi cekungan Sumatera Tengah dimulai dengan fase rifting yang memungkinkan untuk pengendapan formasi Kelesa, sedimentasi pada kala itu diawali dengan fluviatil didalam sistim half Grabben dari depresi bengkalis (bengkalis trough). Karena subsiden secara cepat terjadi sebagai akibat patahan aktif memungkinkan terbentuknya patahan yang aktif berkembang menjadi grabben pengendapan sedimen batu lempung didalam grabben tersebut secara prinsipil sebagai batuan induk lapangan - lapangan yang terdapat didaerah ini. Pada akhir oligosein terjadi ketidak selarasan (uncorformity) memisahkan formasi kelesa dengan formasi formasi yang berada diatasnya, ketidak selarasan ini menandai mulainya fase pengisian (pengendapan). Pengendapan formasi Lakat terjadi pada lingkungan fluviatil berangsur kearah lingkungan laut dangkal dengan diendapkan formasi Tualang, kedua formasi ini (Lakat & Tualang) merupakan reservoir penghasil minyak utama untuk cekungan untuk Sumatera Tengah ini. Sedimentasi berlanjut sampai Miosen tengah pada lingkugan laut dalam dengan diendapkan shale (batu lampung) dari formasi Telisa sampai formasi Binio. Pada miosen akhir terendapkan batuan formasi Korinci yang menempati bagian dangkal dari cekungan ini. Pada Plio plestosin adanya aktifitas tektonik meyebabkan kenampaan sekarang ini, selama waktu tersebut pembalikan struktur terjadi

3 beberapa tempat dari cekungan dan bersamaan dengan itu diendapkan batuan formasi Nilo pada daerah yang rendah (Gambar & 3). c. Struktur Sago Struktur Sago merupakan salah satu bagian dari rangkaian antiklonorium Lirik Trend yang mempunyai arah Barat laut - Tenggara. Struktur Sago merupakan antiklin asimetris dengan kemiringan lereng bagian timur laut lebih curam. Struktur Sago terbagi menjadi tujuh blok (perlu dikaji ulang) dan dibatasi oleh sesar sesar normal berarah Timur Laut Barat Daya. Terdapatnya sesar naik barang kali yang terletak disebelah timur laut dengan arah Barat Laut Tenggara adalah merupakan batas perangkap antiklin dari Struktur Sago. (Gambar 4) d. Stratigrafi Sago Formasi yang tertembus pengeboran Struktur Sago berurutan dari tua kemuda yaitu formasi Lakat, Tualang dan Telisa. Lapisan penghasil minyak pada Struktur Sago berasal dari formasi Lakat dan formasi Tualang yang berumur Miosen awal. Formasi Lakat yang produktif penghasil minyak yaitu lapisan batu pasir P,O,N dan M sedangkan formasi Tualang penghasil minyak yaitu lapisan batu pasir L,J,K dan H. Penentuan lapisan penghasil minyak berdasarkan pada karakteristik dari masing masing lapisan yang diperlihatkan pada log listrik, beberapa lapisan memperlihatkan bahwa terdapat lapisan batu serpih yang menerus diantara lapisan batu pasir sehingga dapat memisahkan lapisan penghasil minyak menjadi beberapa lapisan lebih tipis tetapi tetap produktif. (Gambar 5) e. Lingkungan pengendapan Berdasarkan dari data log lithologi untuk formasi Lakat perselingan antara batu pasir dan serpih lebih didominasi batu pasir sedang untuk formasi Tualang perselingan batu pasir dan serpih lebih didominasi batu serpih, dengan demikian dapat disimpulkan lapisan lapisan tersebut diendapkan pada lingkungan transisi (Lakat) s/d neritik (Tualang) dimana puncak transgressi pada saat pengendapan lapisan batu pasir M. Pengolahan Data Gaya Berat Dalam pengolahan data gayaberat, terdapat beberapa koreksi yang harus dilakukan sebelum diinterpretasikan. Beberapa koreksi tersebut adalah : a. Koreksi Spheroid dan Geoid. Koreksi ini didasarkan pada kenyataan bahwa bentuk bumi lebih mendekati bentuk spheroid, sehingga digunakan spheroid referensi sebagai pendekatan untuk muka laut rata-rata (geoid) dengan mengabaikan efek benda diatasnya. Spheroid referensi (g lintang) diberikan oleh persamaan GRS67 (Geodetic Reference System 1967) : ( sin sin ) g( ) = dengan adalah sudut lintang dalam radian. b. Koreksi Pasang Surut (Tidal) Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek gayaberat benda-benda di luar bumi seperti matahari dan bulan. Efek gayaberat bulan di titik P pada permukaan bumi diberikan oleh persamaan potensial berikut ini: 3 c 1 1 U = G(r) 3 sin sin sinsincost + cos cos m cost R 3 3 dimana : = lintang, = deklinasi, t = moon hour angle, c = jarak rata-rata ke bulan. c. Koreksi Apungan (Drift) Koreksi apungan diberikan sebagai akibat adanya perbedaan pembacaan gayaberat dari stasiun yang sama pada waktu yang berbeda, yang disebabkan karena adanya guncangan

4 pegas alat gravimeter selama proses transportasi dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Untuk menghilangkan efek ini, akusisi data didesain dalam suatu rangkaian tertutup, sehingga besar penyimpangan tersebut dapat diketahui dan diasumsikan linier pada selang waktu tertentu (t). g g drift n = 1 (tn t1) tn t 1 d. Koreksi Udara Bebas (Free-Air Correction) Merupakan koreksi pengaruh ketinggian terhadap medan gravitasi bumi, yang merupakan jarak stasiun terhadap spheroid referensi. Besarnya faktor koreksi (Free Air Correction/FAC) untuk daerah ekuator hingga lintang 45 o atau -45 o adalah 0,3085 mgal/m. Sehinga besarnya anomali pada posisi tersebut menjadi FAA (Free Air Anomali), yaitu: FAA(R + h) = gobs g(r) + 0,3085h e. Koreksi Bouguer (Bouguer Correction/BC) Koreksi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan benda berupa slab tak berhingga yang besarnya diberikan oleh persamaan: BC = 0,0 4185h dengan h adalah elevasi dan adalah massa jenis. Salah satu metode yang digunakan untuk mengestimasi rapat massa adalah metode Nettleton. Dalam metode ini dilakukan korelasi silang antara perubahan elevasi terhadap suatu referensi tertentu dengan anomali gayaberat-nya, sehingga rapat massa terbaik diberikan oleh harga korelasi silang terkecil sesuai dengan persamaan: n ( g) ihi k = i= 1 n ( h ) i i= 1 Selain metode Nettleton s, estimasi rapat massa dapat pula diturunkan melalui metode Parasnis. Selanjutnya, setelah BC diberikan, anomali gayaberat menjadi Simple Bouguer Anomaly : SBA = FAA BC f. Koreksi Medan (Terrain Correction) Koreksi ini diterapkan sebagai akibat dari adanya pendekatan Bouguer. Bumi tidaklah datar tapi berundulasi sesuai dengan topografinya. Hal ini yang bersifat mengurangi dalam SBA (Simple Bouguer Anomaly), sehingga dalam penerapan koreksi medan, efek gayaberat blok-blok topografi yang tidak rata harus ditambahkan terhadap SBA. Dengan demikian anomali gayaberat menjadi: CBA = SBA + TC CBA = gobs g + 0,3085h BC + TC dengan CBA adalah Complete Bouguer Anomaly dan TC adalah Terrain Correction. NILAI GAYA BERAT HASIL PENGUKURAN PERTAMA DAN DISTRIBUSINYA Survey microgravity di daerah survey dilakukan pada blok area dengan luas lebih kurang 3000 x 4000 m. Spasi antar stasion pengukuran adalah 100 m, sehingga total stasion sebanyak 900 buah. Untuk mendapatkan gayaberat observasi (g obs ) setiap stasion, koreksi yang diterapkan pada gayaberat pengukuran adalah koreksi apungan (drift) dan pasang surut (tidal). Surveys distribusi stasion gayaberat dan peta topografi Lapangan Sogo-Lirik ditunjukkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Peta topografi ini diperoleh dari hasil pengukuran ketinggian pada tiap titik gayaberat menggunakan altimeter yang diikat oleh data sumur.

5 Sesuai dengan gravimeter yang digunakan dalam survey ini, akurasi harga gayaberatnya adalah sekitar mgal (atau 5 µgal) untuk ketiga gravimeter. Walaupun demikian, untuk menjaga kualitas harga gayaberatnya, pengukuran gayaberat dikontrol dengan menerapkan sistem pengukuran dengan lintasan tertutup. Ini artinya bahwa stasion base selalu diamati dua () kali, masing-masing sebelum dan setelah pengukuran gayaberat di lapangan. Selanjutnya, kualitas harga gayaberatnya direfleksikan oleh perbedaan dua pengukuran stasion base tersebut setelah dikoreksi gayaberat pasang surut. Nilai perbedaan itu biasa disebut sebagai nilai apungan (drift) dari gravimeter pada perioda pengukuran yang bersangkutan. Harga drift seluruh alat secara umum didalam interval harga drift yang direkomendasikan oleh pembuatnya (LaCoste & Romberg LLC dan Scientrex Inc.). Gayaberat observasi (Gambar 8) merupakan nilai gayaberat tiap stasion pengukuran yang telah diikatkan dengan titik ikat yang telah diketahui nilai gayaberat absolutnya. Sedangkan anomali gayaberat Bouguer merupakan gayaberat observasi yang telah dikoreksi oleh semua efek yang tidak diharapkan dalam pengukuran. Kemudian dilakukan proses filtering terhadap anomali Bouguer tersebut menggunakan teknik moving average dengan lebar jendela 7 x 7 (Gambar 9). Berdasarkan peta anomali Bouguer dapat diestimasi struktur sesar beserta kompartemenisasi yang terbentuk akibat struktur tersebut (Gambar 10). Peta tersebut menunjukkan adanya kesesuaian pola struktur dengan peta struktur Top M daerah Sago-Lirik (Gambar 11 dan Gambar 1). Selanjutnya, dibuat penampang berarah NW- SE pada peta anomali Bouguer tersebut untuk digunakan dalam pemodelan kedepan (Gambar 13). Sebagai hasil akhir, diperoleh penampang kontras densitas bawah permukaan Sago-Lirik, Riau (Gambar 14). Berdasarkan penampang kontras densitas bawah permukaan dapat diinterpretasikan area yang merupakan daerah prospek baru (Gambar 15) ANALISIS DATA PENGUKURAN PERTAMA SURVEY MICROGRAVITY Analisis Struktur 1. Berdasarkan peta anomali gayaberat Bouguer (Gambar 9 dan Gambar 10), dapat ditunjukkan adanya kelurusan pola kontur anomali yang berarah NW-SE dan NE-SW. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa terdapat dua sistem sesar pada daerah survey, yaitu : a) Sesar utama dengan arah NW-SE yang diinterpretasikan sebagai reverse fault (F0 phase). Arah sesar ini sesuai dengan Sistem Sesar Sumatra. b) Sesar-sesar lain dengan arah N-S hingga NNE-SSW yang diinterpretasikan sebagai normal faults dan terbentuk pada Rift phase (F1 phase). Daerah yang berada diantara sesar-sesar turun tersebut merepresentasikan blok yang naik dan blok yang turun akibat terdorong oleh sesar.. Daerah yang berada pada bagian NW dan bagian SE dengan nilai anomali gravity tinggi dapat diprediksi sebagai daerah yang merupakan prospek baru. Daerah ini berkemungkinan memiliki sistem sesar yang sama dengan sesar-sesar turun yang berada pada daerah tengah survey. Untuk membuktikan hipotesis ini, maka diperlukan perluasan daerah survey gravity ke bagian NW dan SE. 3. Hasil pemodelan kedepan data anomali gravity Bouguer (Gambar 14) menunjukkan bahwa kemungkinan terdapat prospek baru pada reservoir yang lebih dalam. Hal ini mendukung justifikasi survey seismik 3D. 4. Hasil korelasi antara peta anomali gayaberat Bouguer dan peta struktur Top M pada daerah survey (Gambar 1) menunjukkan bahwa : Terdapat kesesuaian antara peta anomali gayaberat Bouguer dan peta struktur Top M. Sistem sesar turun pada daerah survey menunjukkan kompartemenisasi, yaitu

6 kompartemen I, II, III, IV dan V. Sesarsesar ini dapat berupa sesar sealing atau unsealing. Untuk mengetahui informasi ini, maka diperlukan survey time-lapse microgravity yang akan dilakukan pada periode berikutnya. KESIMPULAN 1. Data gayaberat hasil pengukuran pertama (periode Desember 006) telah memenuhi kualitas standar, sehingga data ini siap dijadikan sebagai data referensi bagi pengukuran berikutnya untuk memperoleh peta anomali 4D microgravity.. Berdasarkan peta anomali gayaberat Bouguer dapat diinterpretasikan bahwa terdapat dua sistem sesar, yaitu Sesar utama berarah NW-SE (searah Sistem Sesar Sumatra) sebagai reverse fault (F0 phase). Sesar-sesar lain berarah N-S hingga NNE-SSW sebagai normal faults dan terbentuk pada Rift phase (F1 phase). Daerah yang berada diantara sesar-sesar turun tersebut merepresentasikan blok yang naik yang blok yang turun akibat terdorong oleh sesar. 3. Daerah yang berada pada bagian NW dan bagian SE dengan nilai anomali gravity tinggi dapat diprediksi sebagai daerah yang merupakan prospek baru. Untuk membuktikan hipotesis ini, maka diperlukan perluasan daerah survey gravity ke bagian NW dan SE. Selain itu berdasarkan hasil pemodelan kedepan data anomali gayaberat Bouguer, juga dimungkinkan terdapat prospek baru pada reservoir yang lebih dalam. Hal ini mendukung justifikasi survey seismik 3D. 4. Terdapat kesesuaian antara peta anomali gayaberat Bouguer dan peta struktur Top M, dimana sistem sesar turun pada daerah survey menunjukkan kompartemenisasi, yaitu kompartemen I, II, III, IV dan V. Untuk mengetahui apakah sesar yang ada bersifat sealing atau unsealing, maka diperlukan survey timelapse microgravity yang akan dilakukan pada periode berikutnya. 5. Sebagian besar lokasi sumur injeksi yang diusulkan oleh PERTAMINA telah sesuai, yang mana proses penyapuan injeksi air akan terjadi dalam setiap kompartemen dan pergerakannya dibatasi oleh zona sesar. Akan tetapi untuk meningkatkan efektivitas pergerakan air injeksi, diperlukan beberapa reposisi dan penambahan sumur injeksi, yaitu pada Kompartemen I dan IV perlu dilakukan reposisi sumur injeksi kearah utara, sedangkan pada Kompartemen III perlu dilakukan penambahan sumur injeksi pada bagian utaranya. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada General manager Unit Bisnis Pertamina EP Lirik Bpk Tubagus Nasiruddin atas dukungan dan izinnya untuk mempublikasikan kajian ini pada konvensi Nasional IATMI 007 di Jogjakarta. Juga kepada Redarnis dan Zulfan yang telah membantu persiapan tulisan ini. Riwayat penulis: 1. M. Yusuf Jatnika : Lulusan dari jurusan teknik Perminyakan ITB Tahun 1987, bergabung dengan ARCO Oil Company Indonesia sebagai Production Engineering Tahun Tahun bergabung dengan JOB Pertamina Lirik Petroleum ( JOB P-LP ), sebagai Head of Engineering dan Chief Petroleum Engineering. Tahun 006 s/d sekarang bergabung dengan UBEP Lirik.. Handri Utama : Lulusan dari jurusan teknik Kimia ITB Tahun 1985, bergabung dengan Pertamina lebih dari 0 Tahun. Saat ini sebagai Manajer Operasi Unit Bisnis Pertamina EP. 3. Tri Sunarno Irianto : Lulusan dari jurusan Geologi Universitas Pembangunan Nasional ( UPN ) Tahun bergabung dengan JOB Pertamina Lirik Petroleum sebagai Chief Geologi Produksi. Tahun 006 s/d sekarang bekerja di Unit Bisnis Pertamina EP lirik. 4. Bambang Muntoyo : Lulusan dari

7 jurusan teknik Mesin Universitas Trisakti, lebih dari 5 Tahun bergabung dengan ARCO oil Company Indonesia, dengan jabatan terakhir sebagai Manager Production minyak ARCO bagian Barat. Tahun 000 s/d 006 bergabung dengan JOB Pertamina Lirik Petroleum ( JOB P- LP ) menjabat sebagai Manager Operation. Tahun 006 s/d sekarang bergabung dengan Unit bisnis Pertamina EP. 5. Dr. Wawan Gunawan A Kadir, M.Sc : Lulusan dari jurusan Geofisika UGM Tahun 198, Lulus S Geofisika UGM th 1991, Lulus S3 Geofisika ITB th 1996, sekarang sebagai dosen bidang Digital Processing metoda gravity dan magnetic di ITB. meeting, Surabaya, p Kadir W.G.A. and D. Santoso, 000, Porosity estimation of a porous rock using 4- D gravity survey, Proceeding of 000 AAPG International Conference & Exhibition, Bali. 8. Kadir W.G.A., M.T. Zen, L. Hendrajaya, D. Santoso and S. Sukmono, 1996, Gravity evidence for the thinning of the crust around the North Sumatra area, Proceeding of Indonesian Petroleum Association, 5, p Santoso D., W.G.A. Kadir and S. Alawiyah, 000, Delineation of reservoir boundary using AVO analysis, Journal of Exploration Geophysics, ASEG, v.31, No.1 and, p DAFTAR PUSTAKA 1. Alis, R.G., T.M. Hunt, 1986, Analysis of exploration-induced gravity changes at Wairakei geothermal field, Geophysics 51, p Blakely, Richard.J, 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Application, Cambridge Univ. Press. 3. Grant, F.S. and West, G.F., 1965, Interpretation Theory in Applied Geophysics, McGraw-Hill, Inc. 4. Hare J.L., J.F. Ferguson, C.L.V. Aiken and J.L. Braddy, 1999, The 4-D microgravity method for waterflood surveillance: A model study for the Prudhoe Bay reservoir, Alaska, Geophysics, v.44, No.1, p Hunt T.M. and W.M. Kissling, 1994, Determination of reservoir properties at Warirakei geothermal field using gravity changes measurement, J. Volcanol, Geotherm.Res, 63, p Kadir W.G.A., 1999, The 4-D gravity survey and its subsurface dynamics : a theoretical approach, Proceeding of 4 HAGI annual

8 GAMBAR 1. LOKASI LAPANGAN SAGO GAMBAR. KERANGKA GEOLOGI DAERAH SUMATERA TENGAH

9 GAMBAR 3. STRATIGRAFI DILAPANGAN SAGO GAMBAR 4. STRUKTUR LAPANGAN SAGO

10 GAMBAR 5. STRATIGRAFI LAPANGAN SAGO GAMBAR 6. DISTRIBUSI STASION GAYABERAT DILAPANGAN SAGO-LIRIK, RIAU

11 m N km GAMBAR 7. PETA TOPOGRAFI LAPANGAN SAGO-LIRIK BESERTA DISTRIBUSI STASION PENGUKURAN ELEVASI

12 GAMBAR 8. PETA GAYABERAT OBSERVASI LAPANGAN SAGO-LIRIK HASIL PENGUKURAN PERTAMA (PERIODE DESEMBER 006) BESERTA DISTRIBUSI STASION PENGUKURANNYA GAMBAR 9. PETA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER LAPANGAN SAGO-LIRIK HASIL PENGUKURAN PERTAMA (PERIODE DESEMBER 006) BESERTA DISTRIBUSI STASION PENGUKURANNYA

13 GAMBAR 10. PETA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER LAPANGAN SAGO-LIRIK BESERTA ESTIMASI STRUKTUR DENGAN KOMPARTEMENSASINYA (KOMPARTEMEN I, II, III, IV DAN V) GAMBAR 11. PETA STRUKTUR TOP M DILAPANGAN SAGO-LIRIK, RIAU

14 GAMBAR 1. KORELASI PETA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER DAN PETA STRUKTUR TOP M BESERTA KOMPARTEMENSASINYA GAMBAR 13. GARIS PENAMPANG NW-SE YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMODELAN KEDEPAN DATA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER

15 GAMBAR 14. NILAI KONTRAS DENSITAS BAWAH PERMUKAAN YANG DITURUNKAN DARI ANOMALI GAYABERAT BOUGUER MELALUI PEMODELAN KEDEPAN GAMBAR 15. NILAI KONTRAS DENSITAS BAWAH PERMUKAAN YANG DITURUNKAN DARI ANOMALI GAYABERAT BOUGUER MELALUI PEMODELAN KEDEPAN BESERTA AREA PROSPEK BARU

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel BAB III TEORI DASAR 3.1 PRINSIP DASAR GRAVITASI 3.1.1 Hukum Newton Prinsip dasar yang digunakan dalam metoda gayaberat ini adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik dua titik massa m

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN BAB LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN. PRINSIP DASAR GRAVITASI Gaya tarik-menarik antara dua buah partikel sebanding dengan perkalian massa kedua partikel tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER Tahapan pengolahan data gaya berat pada daerah Luwuk, Sulawesi Tengah dapat ditunjukkan dalam diagram alir (Gambar 4.1). Tahapan pertama yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE Muh Sarkowi

ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE Muh Sarkowi ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE 2010-2013 Muh Sarkowi Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung, Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35245. Surel:

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH Dian Erviantari, Muh. Sarkowi Program Studi Teknik Geofisika

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH Dian Erviantari dan Muh. Sarkowi Program Studi Teknik Geofisika

Lebih terperinci

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BENDUNGAN SUTAMI DAN SEKITARNYA BERDASARKAN ANOMALI GAYABERAT Elwin Purwanto 1), Sunaryo 1), Wasis 1) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

Lebih terperinci

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002). III. TEORI DASAR 3.1. Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal maupun

Lebih terperinci

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Metode dan Desain Penelitian Data variasi medan gravitasi merupakan data hasil pengukuran di lapangan yang telah dilakukan oleh tim geofisika eksplorasi Pusat Penelitian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT Diah Ayu Chumairoh 1, Adi Susilo 1, Dadan Dhani Wardhana 2 1) Jurusan Fisika FMIPA Univ.

Lebih terperinci

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satuan tektonik di Jawa Barat adalah jalur subduksi Pra-Eosen. Hal ini terlihat dari batuan tertua yang tersingkap di Ciletuh. Batuan tersebut berupa olisostrom yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN)

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN) UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN) SKRIPSI INDRA GUNAWAN 0806399003 FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI 2.1 Teori Gravitasi Newton 2.1.1 Hukum Gravitasi Newton Metode gravitasi atau gaya berat bekerja berdasarkan Hukum Gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analitis. Penelitian gaya berat yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di setiap tempat di permukaan bumi berbeda-beda, disebabkan oleh beberapa faktor seperti

Lebih terperinci

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH 1. Tutik Annisa (H1E007005) 2. Desi Ari (H1E00700 ) 3. Fatwa Aji Kurniawan (H1E007015) 4. Eri Widianto (H1E007024) 5. Puzi Anigrahawati

Lebih terperinci

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNIK Pada Program Studi Teknik Geofisika Oleh : BAHARIANTO

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU PERIODE 2013

ANALISIS PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU PERIODE 2013 ANALISIS PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU PERIODE 2013 Supriyadi 1, Khumaedi 2, Ahmad Qosim 3, Nur Qudus 4 1,2,3 Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No. BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengukuran Gayaberat Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No. G-804. Nomor yang digunakan menunjukkan nomor produksi alat yang membedakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengukuran lapangan, tahap pemrosesan data, dan tahap interpretasi

Lebih terperinci

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.cip.16 ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK Herdiyanti Resty Anugrahningrum 1, a), Mahmud Yusuf 2), M. Rizha Al Hafiz

Lebih terperinci

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin Kampus UNHAS

Lebih terperinci

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding 14 BAB III. TEORI DASAR 3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 3.1.1. Teori Gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Anomali Bouguer U 4 3 mgal 4 3 Gambar 5.1 Peta anomali bouguer. Beberapa hal yang dapat kita tarik dari peta anomali Bouguer pada gambar 5.1 adalah : Harga anomalinya

Lebih terperinci

Unnes Physics Journal

Unnes Physics Journal UPJ 3 (1) (2014) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA GAYA BERAT S. Imam, Supriyadi Prodi Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2. III. TEORI DASAR A. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 1. Teori gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii iv v vi viii xi xiii

Lebih terperinci

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta Dian Novita Sari, M.Sc Abstrak Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode gravity di daerah Dlingo, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Monitoring dan Eksplorasi Hidrokarbon Oleh : Andika Perbawa 1), Indah Hermansyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah penelitian, yaitu Cekungan Sunda merupakan salah satu cekungan dari rangkaian cekungan sedimen busur belakang berumur Tersier yang terletak di Sumatra dan Laut

Lebih terperinci

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Dasar Metode Gravitasi Metode gravitasi merupakan salah satu metode survei geofisika yang memanfaatkan sebaran densitas di permukaan bumi sebagai bahan studi untuk

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Densitas Bawah Permukaan Berdasarkan Data Gaya Berat Mikro Antar Waktu, Studi Kasus Di Semarang

Analisis Perubahan Densitas Bawah Permukaan Berdasarkan Data Gaya Berat Mikro Antar Waktu, Studi Kasus Di Semarang Analisis Perubahan Densitas Bawah Permukaan Berdasarkan Data Gaya Berat Mikro Antar Waktu, Studi Kasus Di Semarang M. Ahganiya Naufal *, Supriyadi Program Studi Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki tatanan tektonik

Lebih terperinci

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2. PEMODELAN KONFIGURASI BATUAN DASAR DAN STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA ANOMALI GRAVITASI DI DAERAH PACITAN ARJOSARI TEGALOMBO, JAWA TIMUR Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu BAB IV INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN GRAVITASI Salah satu metode geofisika yang digunakan dalam menentukan potensi suatu daerah panas bumi adalah metode gravitasi. Dengan metode gravitasi diharapkan dapat

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori 18 III. TEORI DASAR 3.1. Hukum Newton Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori medan potensial. Newton menyatakan bahwa besar gaya tarik menarik antara dua buah partikel

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R. BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Konsep Dasar Gayaberat Dasar teori dari metode gayaberat adalah Hukum Newton. Hukum umum gravitasi menyatakan bahwa gaya tarik-menarik antara dua buah benda sebanding dengan kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kebutuhan minyak bumi di Indonesia terutama untuk kebutuhan industri semakin meningkat. Namun meningkatnya kebutuhan akan minyak bumi tersebut tidak diiringi

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh III. TEORI DASAR 3.1 Prinsip Dasar Gayaberat Metode gayaberat merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan berdasarkan adanya variasi medan gravitasi

Lebih terperinci

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB IV UNIT RESERVOIR BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng utama yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan lokal. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori 1 BAB I PENDAHALUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari lapangan-lapangan baru yang dapat berpotensi menghasilkan minyak dan atau

Lebih terperinci

Pendugaan Struktur Patahan Dengan Metode Gayaberat

Pendugaan Struktur Patahan Dengan Metode Gayaberat POSITRON, Vol. I, No. 1 (011), Hal. 5-30 ISSN : 301-4970 Pendugaan Struktur Patahan Dengan Metode Gayaberat Ibrahim Sota *) *)Prodi Fisika FMIPA UNLAM Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang pendugaan

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Stratigrafi Daerah Penelitian Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari beberapa formasi yang telah dijelaskan sebelumnya pada stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah.

Lebih terperinci

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Akusisi Data Akuisisi dilakukan di lapangan X daerah Sumatera Selatan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 10 Mei-5 Juni 2003 dan 20 September 11 Oktober 2003. Pengukuran

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Februari 2015 di Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mencari cadangan minyak dan gas bumi, diperlukan adanya kegiatan eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas yang sudah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Distribusi Data Gayaberat Daerah pengukuran gayaberat yang diambil mencakup wilayah Kabupaten Magelang, Semarang, Salatiga, Boyolali, Klaten dan Sleman,Yogyakarta. Dengan batas

Lebih terperinci

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A Rezki Amaliah, Dr. Muhammad Hamzah, S.Si, M.T, Dra. Maria, M.Si, Sabrianto Aswad, S.T, M.T

Lebih terperinci

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN Jurnal Dinamika, April 2018, halaman 1-9 P-ISSN: 2087-7889 E-ISSN: 2503-4863 Vol. 09. No.1 PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang sangat penting dan berpengaruh pada kehidupan manusia. Dengan meningkatnya kebutuhan akan minyak dan

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi Metode geologi yang dipakai adalah analisis peta geologi regional dan lokal dari daerah penelitian. Untuk peta geologi regional, peta yang dipakai adalah peta geologi

Lebih terperinci

PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT (GRAVITY)

PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT (GRAVITY) PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT (GRAVITY) Oleh : Syamsuriadi/H22107034 1, Muhammad Hamzah 2, Sabrianto Aswad 2 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Lapangan Nagabonar merupakan bagian dari grup Nagabonar (NB Group) yang terdiri dari Lapangan Nagabonar (NB), Lapangan Mama dan Lapangan Nagabonar Extension (NBE).

Lebih terperinci

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY Anis Faul Fiyah NRP. 1108 100 067 Pembimbing: Dr. Ayi Syaeful Bahri, MT JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

I.2 Latar Belakang, Tujuan dan Daerah Penelitian

I.2 Latar Belakang, Tujuan dan Daerah Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Topik Kajian Topik yang dikaji yaitu evolusi struktur daerah Betara untuk melakukan evaluasi struktur yang telah terjadi dengan mengunakan restorasi palinspatik untuk mengetahui mekanismenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir mahasiswa merupakan suatu tahap akhir yang wajib ditempuh untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pada penelitian ini, penulis menggunakan 2 data geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Kedua metode ini sangat mendukung untuk digunakan dalam eksplorasi

Lebih terperinci

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG Muhammad Kholid dan Sri Widodo Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber

Lebih terperinci

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR Skripsi Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 diajukan oleh: Saidatul Fitriany J2D 006 041 JURUSAN

Lebih terperinci

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap data Anomali Bouguer Lengkap yang telah digrid, untuk

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Jajaran Barisan 2. Zona Semangko 3. Pegunugan Tigapuluh 4. Kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perminyakan adalah salah satu industri strategis yang memegang peranan sangat penting saat ini, karena merupakan penyuplai terbesar bagi kebutuhan

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 08-036 Upaya Peningkatan Produksi Pada Struktur Rantau Zona 600 Yang Sudah Dilakukan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Gambaran Umum Daerah penelitian secara regional terletak di Cekungan Sumatra Selatan. Cekungan ini dibatasi Paparan Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/ BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dari suatu data berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/ pengolahan,

Lebih terperinci

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi Locating of Fault Zone at the Western of Seulawah Agam volcano Using Gravity Method Mieftah Oesanna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang dioperasikan oleh Atlantic Richfield Bali North Inc (ARCO),

Lebih terperinci

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik Modul 1 Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik Di antara sifat fisis batuan yang mampu membedakan antara satu macam batuan dengan batuan lainnya adalah massa jenis dan suseptibiltas batuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan eksplorasi sumber daya alam umumnya memerlukan biaya sangat mahal. Oleh karena itu biasanya sebelum melakuka kegiatan eksplorasi dilakukan survey awal, survey

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi perminyakan dunia saat ini sangat memperhatinkan khususnya di Indonesia. Dengan keterbatasan lahan eksplorasi baru dan kondisi sumur-sumur tua yang telah melewati

Lebih terperinci

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax: EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurunnya angka produksi minyak dan gas bumi dewasa ini memberikan konsekuensi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Kebutuhan akan sumber daya minyak dan gas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di

I. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di utara lepas pantai Sumatra Tenggara, Indonesia bagian barat. Kegiatan eksplorasi pada Cekungan

Lebih terperinci

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri.

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri. Dari hasil perhitungan strain terdapat sedikit perbedaan antara penampang yang dipengaruhi oleh sesar ramp-flat-ramp dan penampang yang hanya dipengaruhi oleh sesar normal listrik. Tabel IV.2 memperlihatkan

Lebih terperinci

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara I N. Astawa, I W. Lugra dan M. Wijayanegara Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan no. 236, Bandung 40174

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Area penelitian terletak di area X Malita Graben yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Area penelitian terletak di area X Malita Graben yang merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Area penelitian terletak di area X Malita Graben yang merupakan bagian dari Cekungan Bonaparte (di bagian barat laut (NW) shelf Australia). Dalam berbagai publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Pertamina BPPKA (1996), Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah Cekungan

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR

PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR Mogam Nola Chaniago Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Lapangan RR terletak di bagian timur laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrokarbon merupakan salah satu energi yang sangat penting di dunia. Semakin menipisnya hidrokarbon dan semakin besarnya jumlah permintaan mengakibatkan kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lapangan R merupakan bagian dari kompleks gas bagian Selatan Natuna yang terbentuk akibat proses inversi yang terjadi pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal

Lebih terperinci

APLIKASI GAYABERATMIKRO SELANG WAKTU DALAM MENGIDENTIFIKASI PENGARUH INJEKSI-PRODUKSI FLUIDA DI LAPANGAN GEOTHERMAL KAMOJANG, JAWA BARAT

APLIKASI GAYABERATMIKRO SELANG WAKTU DALAM MENGIDENTIFIKASI PENGARUH INJEKSI-PRODUKSI FLUIDA DI LAPANGAN GEOTHERMAL KAMOJANG, JAWA BARAT JTM Vol. XVII No. 1/2010 APLIKASI GAYABERATMIKRO SELANG WAKTU DALAM MENGIDENTIFIKASI PENGARUH INJEKSI-PRODUKSI FLUIDA DI LAPANGAN GEOTHERMAL KAMOJANG, JAWA BARAT Dadi Abdurrahman 1, Darharta Dahrin 1,

Lebih terperinci

Nugroho Budi Raharjo * Widya Utama * Labolatorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA ITS ABSTRAK

Nugroho Budi Raharjo * Widya Utama * Labolatorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA ITS ABSTRAK ANALISA AVO DAN ATTRIBUT SEISMIK UNTUK MEMPERKIRAKAN SEBARAN GAS PADA FORMASI UPPER TALANG AKAR (UTAF); STUDI KASUS LAPANGAN IKA DAERAH JABUNG PROPINSI JAMBI ABSTRAK Nugroho Budi Raharjo * Widya Utama

Lebih terperinci

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT Muhammad Kholid, M. Nurhadi Kelompok Program Penelitian Panas Bumi Pusat Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Minyak dan gasbumi hingga saat ini masih memiliki peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber energy alternatif lainnya sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki peranan yang sangat penting karena dapat berperan sebagai reservoir hidrokarbon. Sebaran batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran bentuk dan ukuran bumi termasuk medan gayaberat bumi. Bentuk bumi tidak teratur menyebabkan penentuan bentuk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gaya Gravitasi merupakan gaya yang terjadi antara dua massa yang saling berinteraksi berupa gaya tarik-menarik sehingga kedua benda mengalami percepatan yang arahnya

Lebih terperinci

GEOMETRI BATUAN DASAR (BASEMENT) DAERAH SERANG BANTEN BERDASARKAN DATA GAYABERAT BASEMENT GEOMETRY OF SERANG BANTEN BASED ON GRAVITY DATA

GEOMETRI BATUAN DASAR (BASEMENT) DAERAH SERANG BANTEN BERDASARKAN DATA GAYABERAT BASEMENT GEOMETRY OF SERANG BANTEN BASED ON GRAVITY DATA GEOMETRI BATUAN DASAR (BASEMENT) DAERAH SERANG BANTEN BERDASARKAN DATA GAYABERAT BASEMENT GEOMETRY OF SERANG BANTEN BASED ON GRAVITY DATA Lina Handayani 1, Dadan D. Wardhana 1, Priyo Hartanto 1, Sudaryanto,

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN 2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Cekungan Kutai pada bagian utara dibatasi oleh tinggian Mangkalihat dengan arah barat laut tenggara, di bagian barat dibatasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR Dalam pembahasan kali ini, penulis mencoba menganalisis suatu prospek terdapatnya hidrokarbon ditinjau dari kondisi struktur di sekitar daerah tersebut. Struktur yang menjadi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan Bab I Pendahuluan I.1 Maksud dan Tujuan Pemboran pertama kali di lapangan RantauBais di lakukan pada tahun 1940, akan tetapi tidak ditemukan potensi hidrokarbon pada sumur RantauBais#1 ini. Pada perkembangan

Lebih terperinci

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA Oleh : Gusti Ayu Esty Windhari Dosen Tetap pada Fakultas

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS SIFAT PATAHAN (SEALING-LEAKING) BERDASARKAN DATA TEKANAN, DECLINE CURVE, DAN CONNECTIVITY INJECTION PADA LAPANGAN DIMA Alfredo, Djoko Sulistyanto Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier. Dari posisi tektoniknya, Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan busur belakang yang berkembang sepanjang

Lebih terperinci