54 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu Sesuai dengan pemaparan pada metodologi, yang menjadi responden pada penelitian ini adalah warga belajar pada PKBM Negeri 17 Penjaringan yang sedang mengikuti Program Kesetaraan Paket C di kelas III. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam dengan beberapa warga belajar, adapun warga belajar di PKBM ini memiliki beberapa karakteristik yang akan diurai dalam sub-sub bab berikutnya. 5.1.1 Jenis Kelamin Mayoritas warga belajar, yaitu sebanyak 59 persen adalah laki-laki dan sisanya sebanyak 41 persen adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah bahwa Paket C diperuntukkan bagi masyarakat dengan golongan dan jenis kelamin apapun. 5.1.2 Usia Usia adalah lamanya tahun selama warga belajar hidup yang dihitung sejak lahir sampai menjadi warga belajar dalam penelitian ini. Rata-rata warga belajar pada PKBM ini memiliki usia di atas standar usia anak sekolah pada tingkat SMA pada umumnya. Pada penelitian ini, usia warga belajar dibagi ke dalam 2 kategori yaitu rendah dan tinggi. Dikategorikan tinggi bila umur warga
55 belajar 21 tahun ke atas dan dikategorikan rendah bila umur warga belajar 20 tahun ke bawah. Mayoritas usia warga belajar adalah kelompok usia kategori rendah sebanyak 59 persen. Sementara yang berusia 21 tahun ke atas adalah 41 persen. Usia adalah faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses belajar. Pengaruh usia dapat langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung dapat dilihat dari perkembangan kemampuan belajar. Biasanya pada umur di atas 40 tahun, kemampuan belajar mulai menurun dan akan menurun drastis pada umur 60 tahun. Oleh karena itu biasanya usia dijadikan salah satu syarat untuk mengikuti pendidikan dalam pendidikan formal. Sedangkan pengaruh tidak langsung dapat melalui sikap, kesehatan, kematangan fisik dan kematangan mental. Hasil pengamatan dan wawancara dengan warga belajar di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar warga belajar berasal dari lulusan sekolah formal (SMP) yang memutuskan untuk bekerja dahulu, ada juga beberapa yang lulusan Paket B dari tempat yang sama, pindahan dari SMA karena disebabkan faktor ekonomi, maupun kenakalan di sekolahnya terdahulu, ada yang mengikuti paket C sebagai syarat untuk dapat mendaftar sebagai ketua Rukun Tetangga, serta ada beberapa warga belajar yang hanya mengikuti ujian kesetaraan saja dikarenakan tidak lulus pada ujian nasional disekolah formal maupun dikarenakan bersekolah di sekolah Internasional sehingga tidak mendapatkan ijasah SMA Nasional. Keragaman latar belakang warga belajar sebelum masuk Paket B ini mengakibatkan keragaman usia warga belajar. Beragamnya usia warga belajar membuktikan bahwa usia tidak menjadi penghalang bagi masyarakat untuk
56 mengejar cita-cita dan keinginan mereka untuk belajar. Hal tersebut sesuai dengan maksud pemerintah untuk menjadikan PKBM, khususnya Pendidikan Kesetaraan ini sebagai sarana belajar sepanjang hayat. 5.1.3 Sosial Ekonomi Sosial ekonomi keluarga warga belajar didasarkan atas pekerjaan orang tua, pendidikan formal terakhir orang tua warga belajar pendidikan formal terakhir warga belajar, pekerjaan warga belajar, serta pendapatan warga belajar (jika bekerja). Berdasarkan peubah-peubah di atas selanjutnya sosial ekonomi keluarga dikategorikan menjadi dua yaitu rendah dan tinggi. Perbedaan antara warga belajar yang memiliki status sosial ekonomi tinggi dengan yang rendah tidak terlalu jauh berbeda. Hal ini terjadi karena kategori tinggi dalam penelitian ini adalah karena sebagian besar warga belajar sudah memiliki penghasilan sendiri atau sudah bekerja. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar dari warga belajar berasal dari keluarga yang tidak cukup mampu untuk menyekolahkan warga belajar ke tingkat yang lebih tinggi sehingga mengharuskan warga belajar bekerja untuk membiayai pendidikan mereka. Tetapi ada beberapa warga belajar yang memiliki alasan lain untuk mengikuti Program Paket C ini. Alasan tersebut di antaranya adalah dikarenakan sekolah di sekolah Internasional dan mereka tidak mendapatkan ijasah nasional sehingga mengharuskan mereka untuk mengikuti ujian kesetaraan agar bisa mendapatkan ijasah setara SMA agar bisa mendaftar di perguruan tinggi nasional. Pernyataan tersebut diperkuat oleh sekertaris PKBM yang menyatakan bahwa warga belajar pada PKBM ini tidak terbatas pada warga belajar dari
57 kalangan yang tingkat ekonominya rendah saja, namun ada beberapa warga belajar yang berasal dari tingkat sosial ekonomi yang cukup baik. Disini mbak, walaupun memang lebih banyak yang tingkat ekonomi keluarganya kurang, tetapi ada beberapa anak yang berasal dari keluarga mampu bahkan sekolah di sekolah internasional tetapi karena sekolah internasional tidak mendapat ijasah nasional, mereka jadi susah buat lanjut kuliah di sini jadi mereka pada ngambil ijasah di Paket C ini (Indra, 21thn) Hal ini sesuai dengan aturan yang dibuat oleh Dinas Pendidikan bahwa Paket C diperuntukkan bagi seluruh kalangan masyarakat. 5.1.4 Motivasi Motivasi yang bersumber dari dalam diri warga belajar adalah keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri warga belajar untuk mengikuti kegiatan belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri untuk meraih peluang hidup yang lebih baik. Mayoritas warga belajar atau sekitar 60 persen memiliki motivasi yang tinggi, dan sisanya 40 persen memiliki motivasi yang rendah. Motivasi untuk mengikuti Kejar Paket C bersumber dari dalam diri warga belajar. Terdapat beberapa motif yang mendorong orang untuk belajar, diantaranya adalah: sifat ingin tahu, kreatif, keinginan untuk mendapatkan simpati, memperbaiki kegagalan, mendapatkan rasa aman dan ganjaran. Kebanyakan warga belajar sebelum masuk Kejar Paket C ini, adalah warga belajar yang telah lulus Paket B atau lulus SMP, namun ada beberapa pula yang putus sekolah dari sekolah formal karena kurangnya biaya ataupun karena kenakalan. Motivasi warga belajar dalam mengikuti kegiatan Paket C ini dapat dikatakan tinggi karena sebagian besar warga belajar yang mengikuti kegiatan ini
58 memiliki keinginan untuk mendaftar sendiri dan tidak merasa malu untuk mengakui ke teman-teman sepergaulannya bahwa mereka sedang belajar di Paket C. walaupun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan informan peneliti juga menemukan beberapa warga belajar di Paket C ini yang motivasinya sangat kurang sehingga orang tua pesertalah yang mendaftarkan dan mengurus hal-hal yang berkaitan dengan Paket C. 5.2 Faktor Lingkungan 5.2.1 Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah perilaku yang dilakukan oleh anggota keluarga warga belajar dalam rangka mendukung warga belajar dalam mengikuti kegiatan Paket C. Berdasarkan hasil wawancara, dukungan keluarga yang utama dilakukan oleh anggota keluarga adalah dengan menanyakan perkembangan warga belajar setiap kali warga belajar pulang dari pembelajaran. Menurut beberapa warga belajar, keluarga mendukung mereka untuk mengikuti Paket C di PKBM ini adalah karena biaya yang murah dan waktu yang sangat fleksibel sehingga mereka bisa bekerja tanpa mengesampingkan pendidikan. Namun begitu, tidak seluruh warga belajar didukung penuh oleh keluarga untuk mengikuti Paket C ini, seperti yang dialami Indra, 18 tahun salah satu warga belajar di PKBM 17 ini. Kalau saya sih justru orang tua gak dukung saya ikut Paket C mbak, soalnya mereka takut jadi omongan keluarga kalo anaknya gak sepinter anak keluarga yang lain, soalnya dikeluarga saya Paket C masih dianggap gak sebagus sekolah formal. Saya ikut Paket C justru karena saya pengen kerja biar bisa mandiri. (Indra, 18 tahun) Berdasarkan hasil penelitian, warga belajar yang menyatakan bahwa mereka menerima dukungan keluarga yang tinggi memiliki jumlah persentase yang sama dengan warga belajar yang dukungan keluarganya rendah. Jika dilihat
59 dari persentase dukungan keluarga yang sama besar, hal ini menggambarkan ada keluarga yang kurang mendukung anggota keluarganya untuk melanjutkan pendidikannya di Paket C, hal tersebut mungkin dikarenakan pandangan sebagian orang yang beranggapan bahwa pendidikan pada Paket C tidak sebaik di sekolah formal. Sehingga mereka malu jika ada anggota keluarganya yang mengikuti pendidikan di Paket C. Peneliti juga menemukan bahwa sebagian warga belajar yang merasa tidak mendapat dukungan dari keluarganya adalah karena masih adanya anggapan terutama dari warga belajar yang berasal dari keluarga nelayan urban bahwa pendidikan tidak terlalu penting dibandingkan dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan. 5.2.2 Dukungan lingkungan pergaulan Dukungan lingkungan pergaulan adalah dukungan yang didapat warga belajar dari lingkungan sepergaulannya dalam mengikuti kegiatan paket C. lingkungan sepergaulan disini adalah teman-teman warga belajar selain yang mengikuti Paket C di tempat yang sama. Menurut Sudjana (2006) karakteristik eksternal warga belajar berkaitan dengan lingkungan kehidupan warga belajar. Hal tersebut meliputi lingkungan keluarga, teman bergaul, pekerjaan, dan kebiasaan yang terdapat di masyarakat dan daerah warga belajar. Variabel ini dimasukkan untuk mengetahui karakteristik mana yang paling mendorong atau menghambat warga belajar untuk belajar dan bagaimana pengaruhnya terhadap proses. Berdasarkan jawaban para warga belajar ketika peneliti menanyakan apakah mereka memberitahu teman sepergaulan mereka bahwa mereka mengikuti
60 Paket C sebagian besar warga belajar manjawab bahwa mereka memberi tahu. Dan ketika ditanyakan tentang tanggapan lingkungan pergaulan mereka, sebagian besar menjawab bahwa teman-teman mereka menganggap biasa saja saat tahu bahwa warga belajar sedang mengikuti pembelajaran di Paket C. Namun begitu, ada pula warga belajar yang menjawab bahwa teman sepergaulannya meremehkan keberadaan Paket C. Paket C dianggap sebagai tempat bagi orang-orang yang bodoh dan tidak setara dengan para lulusan sekolah formal di SMA. Persentase yang menunjukkan jumlah yang sama besar antara persentase dukungan pergaulan yang tinggi dengan persentase dukungan pergaulan yang rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian orang masih menganggap bahwa Paket C tidak setara dengan pendidikan formal. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, keberadaan Paket C telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat terutama masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang putus atau belum mengenyam pendidikan SMA/setara. Namun, walaupun manfaatnya telah diakui oleh sebagian besar masyarakat, tetap saja ada anggapan bahwa program kesetaraan tidak bisa disamakan terutama dari segi kualitas dengan sekolah/pendidikan formal lainnya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dan pembuktian terhadap masyarakat luas akan sangat berguna untuk menaikkan citra program kesetaraan ini. 5.2.3 Lokasi pembelajaran Lokasi pembelajaran adalah jarak lokasi tempat pembelajaran dari tempat tinggal warga belajar hingga sampai ke tempat pembelajaran. Berdasarkan hasil
61 penelitian, mayoritas warga belajar yaitu sebanyak 56,67 persen menyatakan bahwa lokasi pembelajaran tergolong dekat dan mudah dicapai. Lokasi pembelajaran ini diukur berdasarkan indikator berupa pertanyaanpertanyaan tentang lama waktu yang ditempuh warga belajar untuk sampai ke lokasi pembelajaran (menit), jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke lokasi pembelajaran (meter), alat transportasi yang digunakan, uang atau ongkos yang dikeluarkan (rupiah), dan pendapat warga belajar mengenai jarak yang mereka tempuh. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar warga belajar menganggap bahwa lokasi pembelajaran Paket C ini berjarak yang cukup dekat dan mudah dijangkau. Hal itu menunjukkan bahwa PKBM Negeri 17 sudah cukup baik dalam menjalankan tugasnya untuk mendahulukan warga di sekitar lingkungan berdirinya PKBM dan tidak menutup masuknya warga lain yang ingin menuntut ilmu di PKBM ini. 5.3 Faktor Sarana 5.3.1 Kualitas Pengajar Kualitas pengajar adalah kemampuan tutor untuk menjalankan tugas dan peranannya sebagai pengajar. Kualitas pengajar dalam penelitian ini dilihat dari beberapa aspek yang meliputi kemampuan memotivasi, penguasaan terhadap materi pelajaran, penggunaan media atau fasilitas yang terdapat dalam kelas, bahasa yang digunakan, dan cara mengajar yang menarik sehingga tidak membuat warga belajar merasa bosan. Secara keseluruhan persentase warga belajar yang menjawab kualitas pengajar tinggi dengan yang menjawab kualitas pengajar rendah adalah sama tinggi, yaitu 50 persen. Hal ini bisa mungkin disebabkan
62 karena dalam penelitian ini terdapat empat tutor yang dievaluasi berdasarkan indikator-indikator yang telah disebutkan sebelumnya. Keempat tutor tesebut adalah tutor untuk mata pelajaran yang mewakili mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Yaitu mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Ekonomi dan Geografi. Staf pengajar atau tutor dalam Paket C di PKBM Negeri 17 ini diharapkan memiliki kompetensi profesional, personal dan sosial. Berdasarkan buku acuan proses pelaksanaan dan pembelajaran pendidikan kesetaraan (Direktorat Pendidikan, 2006) pendidik dan tenaga kependidikan pada pendidikan kesetaraan harus memiliki kualifikasi akademik minimal D-IV atau S-1, guru SD untuk Paket A, guru SMP untuk Paket B, dan guru SMA untuk Paket C, kyai/ustadz di pondok pesantren dan tokoh masyarakat dengan kompetensi yang sesuai serta narasumber teknis dengan kompetensi/ kualifikasi sesuai dengan mata pelajaran keterampilan yang diajarkan.sebagian besar tutor yang terdapat pada PKBM Negeri 17 ini telah memenuhi kualifikasi yang ditetapkan pemerintah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa PKBM Negeri 17 sudah cukup baik dalam merekruit pengajar. Namun hal lain yang perlu diperhatikan adalah teknik pengajaran yang digunakan oleh para tutor. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, tutor di PKBM Negeri 17 ini hanya memaparkan materi dengan menggunakan teknik klasik dan konvensional dengan memusatkan proses pembelajaran hanya kepada tutor. Padahal, untuk dapat mencapai hasil yang maksimal, seharusnya tutor memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk menambahkan hal-hal yag mungkin tidak terdapat dalam buku panduan sehingga peran PKBM sebagai tempat bertukar informasi dan pengetahuan dapat tercapai.
63 5.4 Proses 5.4.1 Kehadiran Kehadiran adalah jumlah hadir/kedatangan warga belajar di setiap kali pertemuan pembelajaran. Jumlah kehadiran ini dilihat berdasarkan absen yang dimiliki oleh PKBM Negeri 17. Berdasarkan absen yang terdapat pada PKBM Negeri 17, jumlah kedatangan para peserta bisa dibilang sangat jarang terutama dibulan-bulan awal pembelajaran. Tingkat kehadiran dibagi menjadi rendah dan tinggi. Pengkategorian ini didasarkan pada jumlah rata-rata seluruh kehadiran warga belajar selama 6 bulan terhitung bulan Januari sampai Juni. Yang berada di atas rata-rata maka akan dikategorikan tinggi dan yang berada di bawah rata-rata akan di kategori rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53 persen warga belajar memiliki tingkat kehadiran yang tinggi dan 47 persen sisanya adalah rendah. seperti yang telah peneliti sampaikan sebelumnya, bahwa berdasarkan hasil penelitian dengan melihat absensi warga belajar, peneliti menemukan bahwa tingkat kehadiran warga belajar pada PKBM ini terbilang jarang. Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataan Sekertaris sekaligus pengelola PKBM, Mas Indra (21 tahun) Kalo yang dateng mah sedikit mbak, alasannya banyak. Ada yang kerja lembur, tugas diluar kota atau sakit, atau capek, macem-macemlah. Yang terdaftar ada 70an orang, tapi yang datang tiap pembelajaran paling cuma 15 orang itu juga orangnya ganti-ganti. Hasil rata-rata yang didapat dari jumlah kehadiran seluruh warga belajar adalah 40 kali datang, padahal selama enam bulan proses pembelajaran terdapat sedikitnya 90 kali pertemuan. Menurut mas Indra, Sekertaris PKBM Negeri 17, untuk menyiasati sedikitnya kedatangan para peserta, PKBM telah membuat sanksi bagi peserta yang tidak datang selama empat kali berturut-turut tanpa
64 keterangan, yaitu sanksi berupa pembayaran ulang sebesar Rp. 25.000. Namun ternyata hal ini tidak berhasil membuat warga belajar untuk rajin datang karena masih banyak peserta yang tetap tidak masuk dengan menggunakan berbagai alasan dan menerima untuk membayar Rp. 25.000. Menurut salah satu warga belajar, hal tersebut dikarenakan sebagian besar mereka yang tidak masuk dikarenakan memiliki urusan pekerjaan yang penting sehingga tidak dapat ditinggalkan dan untuk itu, mereka lebih memilih untuk membayar sanksi dibandingkan untuk mengorbankan pekerjaan mereka. 5.4.2 Keaktifan Keaktifan adalah intensitas warga belajar dalam bertanya, berdiskusi, mengerjakan tugas yang diberikan oleh tutor maupun sesama warga belajar yang dilakukan didalam proses pembelajaran maupun diluar jam pembelajaran. Tingkat keaktifan pada penelitian ini dibagi menjadi kategori rendah dan tinggi. Untuk kategori rendah didasarkan jika hasil nilai warga belajar berada di bawah rata-rata nilai tingkat keaktifan secara keseluruhan sedangkan untuk kategori tinggi, jika hasil nilai warga belajar berada di atas rata-rata nilai tingkat keaktifan secara keseluruhan. Penelitian menunjukkan bahwa 60 persen warga belajar memiliki tingkat keaktifan yang tinggi. Hal ini mengindikasi bahwa sebagian besar warga belajar memiliki keingintahuan untuk mempelajari pelajaran lebih dalam sehingga warga belajar berusaha untuk mencari tahu dengan cara bertanya kepada tutor maupun berdiskusi dengan teman bagian yang mereka kurang pahami.
65 5.5 Output 5.5.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah jumlah hasil evaluasi dari nilai hasil ujian sebagai bukti adanya peningkatan pengetahuan. Indikator yang digunakan adalah nilai hasil ujian mereka yang meliputi dua mata pelajaran UAN dan dua mata pelajaran UAS. Tingkat pengetahuan ini dibagi atas rendah dan tinggi. Penentuan rendah dan tinggi ini didasarkan pada jumlah nilai rata-rata. Jika nilai warga belajar berada di bawah rata-rata, maka akan dimasukkan ke dalam kategori rendah dan jika nilai warga belajar berada di atas rata-rata maka akan masuk ke dalam kategori tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70 persen warga belajar memiliki tingkat pengetahun yang masuk dalam kategori rendah. Hal ini sebenarnya sangat ironis karena dengan hasil seperti ini menguatkan anggapan bahwa Paket C tidak dapat disetarakan dengan pendidikan formal karena kualitas yang dimiliki pesertanya sangat minim. Tetapi walaupun begitu, rendahnya tingkat pengetahuan warga belajar dapat juga disebabkan karena kurang kompetennya pengajar dan kurangnya kehadiran peserta dalam setiap kegiatan pembelajaran dikarenakan bekerja. 5.5.2 Sikap Sikap adalah pendapat serta pandangan warga belajar tentang kemanfaatan pendidikan sehingga warga belajar menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan pada akhirnya memiliki kemauan untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam hal ini sikap juga dibagi ke dalam dua
66 tingkatan, yaitu tinggi dan rendah. Kategori ini didapat berdasarkan jumah ratarata dari seluruh warga belajar. Warga belajar yang memiliki nilai di bawah nilai rata-rata akan masuk dalam kategori rendah dan yang memiliki nilai di atas ratarata akan masuk ke dalam kategori tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 90 persen warga belajar memiliki kecenderungan sikap terhadap keberlanjutan pendidikan yang tinggi. Hal ini menunjukkan salah satu keberhasilan Paket C dalam memotivasi pesertanya untuk melanjutkan pendidikan, selain itu warga belajar juga menyatakan bahwa keinginan mereka untuk melanjutkan pendidikan mereka tidak terkait sama sekali dengan nilai-nilai mereka yang rendah. Hal ini dikarenakan warga belajar ingin merubah kondisi kehidupan mereka yang menurut mereka kurang baik, penanaman kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk merubah kondisi kehidupan warga belajar merupakan salah satu keberhasilan yang diraih oleh PKBM Negeri 17.