ANALISIS KANDUNGAN AKRILAMIDA DALAM UBI GORENG YANG DIJUAL DI KOTA MANADO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP KADAR AKRILAMIDA DALAM KENTANG GORENG SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI OLEH: ZULHAMIDAH NIM

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

Analysis of Pesticide Thiametoxam Pesticide Residu Cabbage in Vegetables (Brassica oleracea var. Capitata L)

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

OLEH : WINA HALIM NIM

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

OPTIMASI PENETAPAN KADAR AKRILAMIDA YANG DITAMBAHKAN KE DALAM KERIPIK KENTANG SIMULASI SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENETAPAN KADAR BENSORSAK DALAM OKKY JELLY DRINK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) KARYA ILMIAH NOVA LESTARI HARAHAP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

PENGARUH ph PADA PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM SIRUP MELALUI ISOLASI DENGAN PELARUT ETER SECARA KCKT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kadar Kurkuminoid metode HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography)

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

YANTI TANUWIJAYA PENGEMBANGAN METODE ANALISIS ANTIOKSIDAN BHA, BHT, DAN TBHQ DALAM MIE INSTAN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

PENETAPAN KADAR CEFADROXIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

Lampiran 1. Gambar alat KCKT dan syringe 100 µl

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

BAB III METODE PERCOBAAN

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

ABSTRACT. Hayun, Yahdiana Harahap, dan Citra Nur Aziza Departemen Farmasi FMIPA-UI, MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

Bab III Bahan dan Metode

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh CHANDRA SAPUTRA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Makanan Gorengan Pembawa Kanker?

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

III. BAHAN DAN METODE

PERBANDINGAN KADAR AKRILAMIDA PADA MINYAK GORENG BEKAS SEBELUM DAN SESUDAH DIJERNIHKAN DENGAN KARBON AKTIF. Neni Sri Gunarti.

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

Bab III Bahan dan Metode

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR GLIBENKLAMID DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

PEMAKAIAN ULANG FASA GERAK TETRASIKIAN DALAM ANALISIS ANTIBIOTIKA PADA ALAT KHROMATOGRAFI CAIRAN KINERJA TINGGI RINGKASAN

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN

Transkripsi:

ANALISIS KANDUNGAN AKRILAMIDA DALAM UBI GORENG YANG DIJUAL DI KOTA MANADO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) Clara A. Sengke, Gayatri Citraningtyas, Frenly Wehantouw Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT ABSTRACT Acrylamide is caused by a high temperature (more than 120 0 C) in the food that contains high carbohydrate. Acrylamide was classified as senyawa that caused cancer or have high potention as carcinogenic compound in the human body. Junk food which mostly eaten by people is fries. The aims of this research were to identify how much acrylamide was contains in sweet potato fries that has been sell at Manado City using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method. The samples that has been identified is came from 7 store in 7 sub district at Manado City. In this research, the acrylamide were analysed with High Performance Liquid Chromatography using Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 mm) column, comparison of mobile phase acetonitrile and phosphate acid 11,45 mm (20 : 80), flow rate 1 ml/minute and at wave length 210 nm. The result shows acrylamide found in sweet potato fries with retention time ±3,311 minutes. Acrylamide that contains in sweet potato fries which has been sell in Manado City were 118,54-866,75 µg/kg. Acrylamide level that found in sweet potato fries is still under lethal dose. Keywords : Acrylamide, sweet potato fries, HPLC, Manado ABSTRAK Akrilamida dapat dihasilkan akibat pemanasan suhu tinggi (lebih dari 120 0 C) dalam makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi. Akrilamida telah diklasifikasikan sebagai senyawa yang menyebabkan kanker atau berpotensi sebagai karsinogenik pada manusia. Gorengan merupakan makanan ringan yang sangat digemari oleh semua kalangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan kadar akrilamida dalam ubi goreng yang dijual di Kota Manado menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Sampel yang diidentifikasi berasaldari 7 tempat penjualan di 7 kecamatan Kota Manado. Pada penelitian ini kadar akrilamida dianalisis dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 nm), perbandingan fase gerak asetonitril dan asam fosfat 11,45 mm (20 : 80), laju alir 1 ml/menit dan pada panjang gelombang 210 nm. Hasil penelitian menunjukkan akrilamida terdapat dalam pisang goreng dengan waktu rambat sebesar ±3,311 menit. Kadar akrilamida yang terkandung dalam ubi goreng yang di jual di Kota Manado yaitu 118,54-866,75 µg/kg. Akrilamida yang terdapat dalam ubi goreng masih berada di bawah dosis letal (LD 50 ). Kata kunci : Akrilamida, Ubi goreng, KCKT, Manado 91

PENDAHULUAN Akrilamida dapat dihasilkan akibat pemanasan suhu tinggi (lebih dari 120 0 C) dalam makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi. Akrilamida yang terdapat dalam makanan tidak hanya berasal dari cemaran luar, tetapi disebabkan pemanasan asam amino dan gula yang terdapat dalam makanan pada suhu tinggi (Harahap, 2005). Makanan yang digoreng atau populer disebut gorengan sangat digemari oleh semua kalangan, namun pada kenyataannya gorengan bukan hanya meningkatkan kadar kolesterol darah serta menyebabkan terjadinya peningkatan resiko terkena stroke dan penyakit jantung coroner, tetapi juga menghasilkan zat pemicu kanker (karsinogenik). Hal ini sangat mengkhawatirkan karena dengan harga yang terjangkau gorengan menjadi pilihan banyak masyarakat (Anonim, 2006) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar akrilamida pada ubi goreng yang terdapat di Kota Manado dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dimulai dari bulan April sampai Juli 2013 dan dilakukan di Laboratorium Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Manado. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat instrumen KCKT Shimadzu LC-20A,labu ukur, laboratory shaker, hot plate(cimarec), sentrifugator(anke KA- 1000), timbangan analitik (Precia Xb 220A), alat destilasi, alat-alat gelas dan alat-alat untuk mereaksikan zat (pyrex). Bahan yang digunakan merupakan kualitas p.a (pro analysis) antara lain diklormetan, asetonitril, etanol 95%, asam fosfat 85%, akrilamida dan aquabidest, dan kertas saring Whatman No.1. Pembuatan Fase Gerak Fase gerak terdiri dari larutan asam fosfat 11,45 mm dan asetonitril. Larutan asam fosfat 11,45 mm dibuat dari larutan asam fosfat 85% sebanyak 12 ml ditambah akuabidest 88 ml dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Hasilnya (ditandai dengan larutan 1) diambil 11 ml kemudian ditambahkan akuabidest 989 ml kedalam labu ukur 1000 ml sehingga didapatkan larutan asam fosfat 11,45 mm. Kemudian kedua pelarut fase gerak ini disaring dengan kertas saring Whatman 0,45 µm dan selanjutnya dihilangkan udara dengan pengaduk ultrasonik selama ±20 menit. Kedua pelarut yang sudah disaring dicampur hingga homogen dengan perbandingan 80 : 20, disaring dan dihilangkan udara dengan pengaduk ultrasonik selama ±20 menit (Dewi, 2010). Pembuatan Larutan Sampel (Tandi,2012) Ditimbang 10 g sampel ditambahkan 60 ml diklormetan dan 3 ml etanol kemudian dikocok dengan menggunakan laboratory shaker selama ±120 menit dan disaring sehingga diperoleh residu dan filtrat. Residu kemudian dibilas 2x dengan menggunakan diklormetan sebanyak 5 ml dan hasilnya digabungkan dengan filtrat kemudian ditambahkan diklormetan sebanyak 25 ml kemudian didestilasi hingga diklormetan hilang sehingga menghasilkan larutan destilat. Selanjutnya larutan destilat disentrifugasi selama ±30 menit menghasilkan larutan destilat tanpa minyak yang kemudian dibekukan dalam freezer selama 3 jam untuk mendapatkan larutan sampel. a. Analisis Kualitatif (Dewi,2010) Analisis kualitatif akrilamida dapat dilakukan dengan membandingkan waktu tambat yang sama (identik) dari kromatogram pada penyuntikkan larutan sampel dengan kromatogram pada penyuntikan larutan baku pembanding akrilamida pada kondisi KCKT yang sama. b. Analisis Kuantitatif Larutan induk baku pembanding sebanyak 0,625 ml, 2,5 ml, 3,75 ml, 8 ml,13 ml dan 15 ml dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml, lalu ditambahkan pelarut 92

hingga batas tanda sehingga menghasilkan larutan induk baku pembanding 0,25 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm, 3,2 ppm, 5,2 ppm, dan 6 ppm. Larutan ini kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman 0,45 µm dan dihilangkan udara dengan pengaduk ultrasonik selama ±20 menit sehingga menghasilkan filtrat dan residu. Filtrat dimasukkan sebanyak 100 µl kedalam sistem KCKT kemudian direkam kromatogram dan dibuat kurva kalibrasi antara luas puncak dan konsentrasi. PEMBAHASAN Optimasi Kondisi Alat Kromatografi Panjang gelombang untuk analisis ditentukan berdasarkan kurva serapan akrilamida baku menggunakan Spektofotometer UV. Menurut Brown dkk, (1982) akrilamida memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang sekitar 196-198 nm. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) diperoleh serapan akrilamida baku pada panjang gelombang 199 nm. Pada penelitian ini digunakan fase gerak asam fosfat : asetonitril (80:20) pada panjang gelombang 210 nm seperti yang dilakukan oleh Tandi (2012). Pada panjang gelombang ini diperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakkan panjang gelombang 230 nm, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kromatogram Hasil Penyuntikan Larutan Baku Akrilamida dengan Komposisi Fase Gerak Asam Fosfat 11,45 mm : Asetonitril (80 : 20) dengan Laju Alir 1,0 ml/menit. Panjang gelombang yang digunakkan pada penelitian ini yaitu 210 nm. Panjang gelombang ini digunakan karena memberikan hasil analisa yang baik. Kondisi optimal ini digunakan untuk menganalisis kandungan akrilamida dalam ubi goreng karena memberikan hasil kromatogram yang baik. Fase gerak yang digunakan meminimalkan intervensi dari zat-zat lain dalam sampel. Analisis Kualitatif Akrilamida Identifikasi kandungan akrilamida diperoleh dari larutan sampel yang disuntikkan secara KCKT dengan kolom Shim-pack VP-ODS (4,6 x 250 mm), perbandingan fase gerak asam fosfat 11,45 mm : asetonitril (80 : 20), volume penyuntikan 100 µl, laju alir (flow rate) 1,0ml/menit, detector UV-Vis pada panjang gelombang 210 nm ini menghasilkan waktu tambat sampel seperti terlihat pada Tabel 1. No. Sampel Waktu Tambat I II Rata-Rata SD 1 3,175 3,174 3,175 0,000707 2 3,176 3,172 3,174 0,002828 3 3,323 3,186 3,255 0,096874 4 3,191 3,118 3,155 0,051619 5 3,206 3,204 3,205 0,001414 6 3,352 3,245 3,299 0,07566 7 3,282 3,238 3,260 0,031113 Keterangan : Data diperoleh dari dua kali ulangan pengujian, dilengkapi dengan Standar Deviasi Tabel di atas menunjukkan waktu tambat yang dihasilkan oleh setiap larutan sampel. Waktu tambat yang diperoleh tidak berselisih jauh satu dengan yang lainnya. Waktu tambat yang dihasilkan oleh larutan baku akrilamida dengan konsentrasi 6 µg/ml yaitu 3,220 menit (Lampiran 2). Waktu tambat yang diperoleh setiap larutan sampel berdekatan dengan waktu tambat larutan baku akrilamida. Meskipun waktu tambat yang dihasilkan tidak sama persis namun puncak yang diamati dalam kromatogram sampel dapat diterima sebagai puncak akrilamida. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis sampel ubi goreng teridentifikasi dengan kadar akrilamida. Analisis Kuantitatif Akrilamida Analisis kadar akrilamida secara kuantitatif ditentukan menggunakan kurva kalibrasi akrilamida baku berdasarkan luas puncak. Kurva kalibrasi akrilamida baku 93

dibuat dengan konsentrasi meningkat dimulai dari 0,25; 1,0; 1,5; 3,2; 5,2 dan 6 µg/ml. Luas puncak akrilamida baku dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Area Akrilamida Baku No Luas Area (nm) Konsentrasi (ppm) Area 210nm 1 0 0 2 0,25 90827 3 1 764776 4 1,5 1228253 5 3,2 2676323 6 5,2 4376462 7 6 5243182 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0-1000000 y = 87289x -84324 R² = 0,999 0 2 4 6 8 Konsentrasi (ppm) Gambar 2. Kurva Kalibrasi Akrilamida Baku Kurva kalibrasi diatas memiliki nilai koefisien korelasi, r = 0,999. Dari perhitungan, diperoleh persamaan garis regresi Y = 87289x - 84324. Persamaan ini digunakan untuk menentukan kadar akrilamida dalam sampel ubi goreng. Kadar akrilamida dalam ubi goreng dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 3. Kadar Akrilamida dalam Ubi Goreng No Kadar Akrilamida Kadar Akrilamida Sampel (µg/ 10g sampel) (µg/ kg sampel) 1 115,93 ± 657,1554 11593,93713 2 39,91 ± 270,3292 3991,895693 3 147,96 ± 2220,261 14795,71929 4 39,81 ± 593,6736 3980,950058 5 122,43 ± 243,4006 12243,04697 6 9,24 ± 187,0168 924,12 7 33,83 ± 593,7738 3383,406304 Keterangan : Data merupakan hasil rata-rata dari dua kali ulangan pengujian dengan dilengkapi Standar Deviasi Tabel 3 di atas menunjukkan kadar akrilamida tertinggi terdapat pada sampel no 3 sebesar 147,96 µg/ 10g sampel. Selanjutnya, kadar akrilamida terendah terdapat pada sampel no 6 sebesar 9,24 µg/ 10g sampel sampel. Dari hasil penelitian semua sampel mengandung akrilamida. Kadar akrilamida yang bervariasi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti lama pemanasan dan suhu. Pemanasan sangat mempengaruhi pembentukan akrilamida dalam sampel. Pengamatan secara visual tidak dapat menunjukkan ubi goreng mengandung akrilamida. Semua sampel ubi goreng dalam pengolahannya menggunakan minyak jelantah (minyak yang berwarna hitam karena pemakaian berulang kali) ini dapat mengganggu kesehatan. Pengamatan secara visual juga dilakukan setelah perlakuan terhadap sampel. Sampel yang tidak mengandung akrilamida memiliki warna bening kekuning-kuningan. Warna ini juga merupakan warna dari semua sampel yang mengandung akrilamida. Tujuh sampel yang memiliki warna yang sangat kuning adalah sampel 3, sampel ini mengandung akrilamida, tetapi kadarnya tidak melewati batas yang ditentukan. Kadar akrilamida dalam sampel ubi goreng yang dianalisis masih berada pada kadar yang diperbolehkan yaitu 50-500mg/kg. Umumnya seseorang makan ubi goreng sekitar 200 gram, jadi kadar akrilamida yang dikonsumsi sesseorang tiap harinya yaitu 24.116,01 µg/200 gram. Perhitungan tersebut diperoleh dari sampel 1.1 sebesar 120,580062 µg/10 gram sampel dikalikan 20. Meskipun kadar akrilamida dalam ubi goreng masih jauh dari nilai ambang batas yang diperbolehkan, akan tetapi asupan akrilamida dalam makanan yang dikonsumsi dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dikhawatirkan dapat berdamppak negatif terhadap kesehatan manusia. Akrilamida yang terakumulasi akan memicu terjadinya proses karsinogen karena terbentuknya glisidamida yang 94

merupakan suatu epoksida yang bersifat genotoksik dan penyebab terjadinya kanker. Oleh karena itu konsumsi ubi goreng yang berlebih tetap harus dihindari untuk mencegah terjadinya akumulasi akrilamida di dalam tubuh. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Analisis kualitaif akrilamida menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) menghasilkan waktu tambat ±3.269 yang diperoleh dari 7 sampel ubi goreng yang beredar di 7 kecamatan Kota Manado, semua sampel mengandung akrilamida. 2. Kadar akrilamida dalam ubi goreng yang beredar di Kota Manado sebesar 41,8304731-163,6568061 µg/kg. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Akrilamida, Bahaya Kelezatan http:// kesehatan. kompas.com/read/2009/08/13/0906 3542/akrilamida.bahaya.kelezatan Diakses pada tanggal 7 Maret 2013, jam 00:18 Dewi, P.S. 2010.Penetapan Kadar Akrilamida Dalam Kentang Goreng Pada Restoran Cepat Saji di Kota Medan Secara KCKT.[Skripsi].Fakultas Farmasi USU: Medan. Harahap, Y. 2005. Optimasi Penetapan Kadar Akrilamida yang Ditambahkan ke dalam Kripik Kentang Simulasi Secara KCKT. Majalah Ilmu Kefarmasian, Hal 154-163, Vol. II, No.3 Tandi, D. 2012. Analisis Kandungan akrilamida dalam Sediaan Roti kering secarat KCKT. Universitas Sam Ratulangi,Manadovb 95