BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. yang dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun Teori ini menegaskan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, pada Pasal 3 menyebutkan tentang tujuan pendidikan nasional yaitu. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar tidak mengenal usia, sejak dilahirkan ke dunia ini individu sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Setiap individu mempunyai tujuan atau cita-cita yang akan diraih di masa

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi sangat penting pada saat ini, terutama untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja mempunyai tempat khusus dalam setiap masyarakat, karena

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

PENGARUH ORIENTASI TUJUAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMA PESERTA BIMBINGAN BELAJAR LBB PRIMAGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang dan sebagai salah satu negara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004)

BAB1. Organisasi didirikan untuk melakukan aktivitas dalam upaya untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja menjadi suatu kewajiban orang dewasa. Selain untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

BAB I PENDAHULUAN. Kedisiplinan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, maka perubahan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan yang layak di masing-masing bidang. Tetapi struktur

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pendidikan tinggi saat ini terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman mereka dalam mengerjakan tugas (Ayub, 2010; Brunel, 1999;

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

Dalam Gereja Protestan, salah satu program yang dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai moral religius pada anak-ana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menyontek tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kinerja adalah ukuran dari hasil pekerjaan yang telah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB VI PENUTUP. 1. Ihwal Keberbakatan (Cerdas Istimewa-Berbakat Istimewa) di Kalangan Siswa MAN 1 dan SMAN 3 Jombang Jombang.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mencapai tujuan pembangunan, karena sumber daya manusia yang

Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Orientasi Tujuan Pada Mahasiswa Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Yang Sedang Menjalani Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting bagi generasi muda bangsa untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. SMAN X Jakarta adalah salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini menguraikan definisi dan teori-teori yang dijadikan landasan berpikir

Most Energizing. Learner Anak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Konsep Teoritis 1. Pengertian Penetapan Tujuan (goal orientation) Teori orientasi tujuan (goal orientation) merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun 1978. Teori ini menegaskan bahwa individu dengan tujuan yang lebih spesifik dan menantang kinerjanya akan lebih baik dibandingkan dengan tujuan yang tidak jelas, seperti melakukan apa yang terbaik dari diri kita, tujuan mudah yang spesifik atau tidak ada tujuan sama sekali. Lebih lanjut Locke dan Latham (dalam Lunenburg,2011) menjelaskan bahwa tujuan ialah perhatian dan tindakan langsung. Selain itu, tujuan yang menantang dapat memobilisasi energi, upaya yang lebih tinggi, dan meningkatkan usaha yang gigih serta dapat menyebabkan kepuasan dan motivasi atau frustasi jika tujuannya tidak tercapai. Orientasi tujuan menentukan bagaimana seseorang berusaha untuk mencapai hasil yang diinginkannya (Ames dan Archer 1998, dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008). Orientasi tujuan adalah konstruk yang menggambarkan bagaimana individu merespon, memberikan reaksi dan menginterpretasikan situasi untuk mencapai suatu prestasi atau kinerja tertentu (Vande Walle,1999). Hal yang menjadi penentu perbedaan individu terhadap perilaku adalah tujuan (Button dan Mathieu dalam VandeWalle, 1999). 9

10 Konstruk tentang orientasi tujuan muncul dari program penelitian yang dilakukan oleh Carol Dweck. Dweck memberikan konsep bahwa tujuan secara luas dapat diartikan sebagai dimensi kepribadian individu dan individu tersebut memiliki preferensi tujuan untuk berprestasi (Dweck dan Leggett, 1988). Sedang kan menurut Ames (dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008) orientasi tujuan merupakan pola yang terintegrasi dari keyakinan yang mengarah pada cara-cara berbeda dalam proses, perilaku, dan tanggungjawabnya dalam berperilaku untuk berprestasi. Dapat dilihat bahwa orientasi tujuan menjadi alasan individu berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan. Sedangkan Urdan (dalam S chunk, Pintrich, dan Meece 2008) mengatakan orientasi tujuan adalah alasan mengapa individu ingin berprestasi, bukan hanya untuk menampilkan perilaku. Berdasarkan pengertian-pengertian orientasi tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa orientasi tujuan merupakan bangunan keinginan masa depan yang mengarah pada alasan individu untuk berperstasi. 1. Karakteristik orientasi tujuan Menurut Nicholls (dalam S chunk, Pintrich, dan Meece 2008) karakteristik goal orientation dibagi menjadi dua, yaitu : a. Task-involved goal Merasa sukses ketika mempelajari hal yang disukai, merasa sukses ketika mempelajari hal yang ingin diketahui, merasa sukses ketika mempelajari sesuatu yang memunculkan suatu ide.

11 b. Ego-involved goal Merasa sukses saat menjadi pintar, lebih mengetahui atau lebih berwawasan luas daripada orang lain, mendapat hasil tes yang tinggi. Berbeda dengan Ames dan Archer (dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008) menyatakan karakteristik goal orientation sebagai berikut : a. Mastery goal Mastery goal merupakan suatu orientasi motivasional yang dimiliki individu, yang menekankan diperolehnya pengetahuan dan perbaikan diri. Penguasaan orientasi tujuan didefinisikan sebagai fokus pada pembelajaran, menguasai tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan sendiri atau pengembangan diri, mengembangkan keterampilan baru, meningkatkan atau mengembangkan kompetensi, mencoba mencapai suatu hal yang menantang, dan mencoba untuk mendapatkan pemahaman atau wawasan. b. Performance goal Performance goal berfokus pada menunjukkan kompetensi atau kemampuan dan bagaimana kemampuan akan dinilai relatif terhadap orang lain, misalnya mencoba untuk melampaui standar kinerja normatif,mencoba untuk menjadi orang terbaik dengan menggunakan standar perbandingan sosial, berjuang untuk menjadi yang terbaik dalam grup atau kelas pada saat mengerjakan tugas, menghindari penilaian kemampuan rendah atau tampak bodoh tentang dirinya, dan mencari regocnition publik tingkat tinggi.

12 2. Aspek-Aspek orientasi tujuan Menurut Ames dan Archer ( dalam Randan, 2013) terdapat delapan aspek orientasi tujuan adalah : a. Pengertian keberhasilan Yang dimaksud keberhasilan di sini adalah bagaimana pandangan individu terhadap suatu keberhasilan dan apa yang dimaksud dengan keberhasilan tersebut baginya. b. Hal yang dianggap bernilai Aspek ini berkaitan dengan proses yang ditempuh yang dianggap penting dalam aktivitas yang dilakukan. c. Yang menjadi alasan suatu kepuasan Aspek ini berkaitan dengan apa yang menjadi kepuasan bagi individu dalam melakukan suatu aktivitas. d. Pandangan terhadap orientasi figur otoritas Guru bisa berarti figur yang memiliki kredibilitas dan otoritas untuk mengarahkan dan memberikan masukan bagi individu. e. Pandangan terhadap kesalahan atau kegagalan Aspek ini berkaitan dengan bagaimana individu memandang suatu kesalahan atau kegagalan dalam aktivitas yang dilakukannya f. Fokus perhatian Aspek ini berkaitan dengan apa yang menjadi perhatian utama individu dalam melakukan suatu aktivitas.

13 g. Alasan untuk berusaha Aspek ini berkaitan dengan hal-hal yang mendorong untuk melakukan usaha yang lebih besar. i. Kriteria evaluasi Aspek ini berkaitan dengan hal yang menjadi patokan bagi individu untuk mengevaluasi diri 2. Kerangka Berpikir Usia perkembangan pada mahasiswa secara kognitif telah memikirkan pencapain tujuan yang hendak ia capai. Ames (1992 ) menjelaskan pencapaian tujuan ialah sebuah pencapaian sasaran menyangkut tujuan perilaku prestasi. Ini mendefinisikan pola keyakinan, atribusi dan mempengaruhi niat dan berpengaruh pada perilaku terlibat kegiatan prestasi tersebut. Jenis tujuan akademik yang dikejar oleh mahasiswa merupakan salah satu variabel yang paling penting dalam Penelitian motivasi dalam konteks pendidikan. Tujuan dapat didefinisikan sebagai model atau terintegrasi pola keyakinan, atribusi, dan mempengaruhi atau perasaan yang membimbing niat perilaku (Weiner,1986) dan terdiri dari berbagai pendekatan, komitmen, dan mode respon terhadap prestasi kegiatan ( Dweck & Leggett, 1988). T ujuan ini telah ditemukan untuk menentukan afektif siswa, kognitif, dan reaksi perilaku untuk keberhasilan atau kegagalan, di samping kualitas kinerja mereka (Ames, 1992).

14 Kasser dan Ryan (2010) membedakan antara dua jenis tujuan hidup: in trinsik dan ekstrinsik. Tujuan intrnsik adalah yang melibatkan pribadi, emosional dan pelayanan masyarakat, sedangkan tujuan ekstrinsik meliputi kesuksesan finansial, daya tarik fisik,ketenaran sosial dan popularitas. Tujuan ekstrinsik sesuai dengan kebutuhan manusia, sedangkan tujuan intrinsik sangat dibentuk oleh budaya, dan biasanya individu ingin mendapatkan simbol dalam status sosial dan evaluasi positif dari orang lain. Budaya sangat mempengaruhi penentuan tujuan individu. Papalia, Old dan Fieldman (2009) menjelaskan bahwa pencapaian pendidikan, cita-cita dan pekerjaan tidak hanya dipengaruhi oleh nilai-nilai orang tua saja, tetapi juga ada pengaruh budaya. Budaya individualistis memungkinkan orang untuk menciptakan gaya hidup sesuai dengan preferensi dan bakat mereka (Veenhoven, 1999). Mereka lebih bebas untuk mengejar tujuan intrinsik dan memenuhi dasar kebutuhan psikologis. "diri independen" adalah ciri psikologis dari budaya individualis (Wong dan Ahuvia, 1998), sedangkan Budaya kolektif (khususnya Asia Timur), individu mengejar tujuan pribadi mereka untuk yang kolektif. kolektivisme berkisar harga diri, kehormatan, dan citra publik. Ancaman dan penghargaan terhadap reputasi publik seseorang sering digunakan untuk memastikan kepatuhan dengan norma-norma kelompok. Morling (dalam Kitayama, 2004) individu dalam konteks buday a kolektif sangat termotivasi untuk menyesuaikan dirinya pada hal-hal yang berhubungan dengan peran sosial, kewajiban sosial dan harapan sosial. Ini berarti bahwa

15 pencapaian tujuan dalam budaya Asia Timur akan sangat bergantung pada realisasi pada hubungan yang positif dari diri dengan orang-orang yang berada disekitarnya. Mahasiswa yang merupakan masa remaja menuju tahap dewasa. Erikson (1989) menganggap masa remaja sebagai masa pencarian identitas diri. Seorang remaja yang dapat mencapai identitas diri akan dapat menyadari kepribadiannya, mampu merasakan dirinya sebagai orang yang sama sepanjang waktu, dapat mengatur orientasi hidupnya, memperoleh kepuasan hidup, serta sadar dengan aspirasi dan tujuan hidupnya. Orientasi tujuan merupakan fenomena perkembangan kognitif masa remaja, mereka telah mempersiapkan tugas-tugas yang mengarah pada pemenuhan harapan untuk menjalani peran sebagai orang dewasa. Oleh sebeb itu, orientasi tujuan pada mahasiswa sangat menarik untuk dikaji dengan mempertimbangkan dan melihat mahasiwa dari konteksnya. 3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangkan pemikiran yang dipaparkan diatas, maka pertanyaan penelitiannya adalah apa yang menjadi alasan atau motivasi mahasiswa Riau dalam menetapkan tujuan masa depannya?