GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KOMPARATIF MENGENAI KEMANDIRIAN EMOSIONAL PADA SISWA SMP YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG TINGGAL DI RUMAH DENGAN ORANG TUA

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

TINGKAT KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA DI GAMPONG PANGO RAYA KECAMATAN ULEE KARENG BANDA ACEH

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH YANG DITERAPKAN ORANG TUA DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HETEROSEKSEKSUAL

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

PERBEDAAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA PERANTAU UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH NI PUTU DIAZFORAWATI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

Judul Tulisan : Antara Ekspektasi dan Realita: Kontroversi Pemberian Suplemen Akademis Pada Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Mulai dari sekolah regular,

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER EMOTIONAL AUTONOMY

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi keberlanjutan pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara, sekaligus sebagai

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

Perkembangan Remaja yang Positif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coping adalah usaha untuk mengelola situasi yang membebani atau menimbulkan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dukungan dan perhatian yang lebih dari orang di sekitar guna membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, manusia akan mengalami perkembangan dan

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

MEMBANGUN HUBUNGAN AKRAB BERWIBAWA * DENGAN ANAK

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia Tahun Yang Belum Menikah

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia yang

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DAN EFIKASI DIRI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN KARIR PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

Perbedaan Kemandirian pada Remaja yang Berstatus Sebagai Anak Tunggal Ditinjau dari Persepsi Pola Asuh Orangtua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

HUBUNGAN KELEKATAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ASUH DAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH. Hapsari Wulandari

BAB II LANDASAN TEORI

Pengasuhan pada Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan

HUBUNGAN KUALITAS PEER ATTACHMENT DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL SEPARATION DENGAN COLLEGE ADJUSTMENT PADA MAHASIWA ANGKATAN 2014 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB III METODE PENELITIAN. dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA YANG MENGONSUMSI KONTEN PORNO DENGAN KEMATANGAN EMOSI SEBAGAI MEDIATOR

PROFIL KEMANDIRIAN REMAJA (Survey di SMA Negeri 39 Jakarta Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

Anindhita Prameswari Jl. Kuta V Blok D6 no.21 Kompleks Graha Cinere, Depok Efi Afifah ABSTRAK

PERAN ORANGTUA DALAM PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA. Oleh : Ria Ulfatusholiat ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap

HUBUNGAN ANTARA GAYA PENGASUHAN ORANG TUA AUTHORITATIVE, AUTHORITARIAN, INDULGENT,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

PENGARUH TEKNIK JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KELOMPOK IPS DI PERGURUAN TINGGI

Developmental and Clinical Psychology

Gambaran Gaya Resolusi Konflik Pada Pasangan Yang Menikah Dini Di Kabupaten Bandung Kareti Aprianti. Dibimbing Oleh : Kustimah, S.Psi, M.

An Nafs, Vol. 08, No.01,Th 2013 ==============================================================

The Relationship Between Parenting Style With The Biology Learning Outcome in SMAN 99 Jakarta Students

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB V PENUTUP 5.1 Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara compassion orangtua dengan perilaku prososial

Pengaruh Pola Asuh terhadap Kualitas Hidup Siswa Pelaku Tawuran

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

GAMBARAN METODE SOSIALISASI SEKSUALITAS YANG DISAMPAIKAN OLEH IBU KEPADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA CIKERUH LARAS AMBAR SARI ABSTRAK

GAMBARAN POLA SIBLING RELATIONSHIP PADA ADIK USIA REMAJA DENGAN KAKAK USIA DEWASA AWAL

KONTRIBUSI POLA PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN KREATIVITAS ANAK. Oleh : Dra. Rahayu Ginintasasi M. Si

SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB I ABSTRAK. Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir

PROFIL KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA YANG BERASAL DARI LATAR BELAKANG BUDAYA SUNDA

Transkripsi:

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12-15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI 1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK Kemandirian emosional adalah salah satu aspek perkembangan kemandirian yang berkaitan dengan perubahan hubungan remaja dengan orangtua secara emosional, yang diukur melalui 4 dimensi, yaitu non-dependency, individuation, parents as people, dan deidealized (Steinberg, 2014). Pola asuh orangtua dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian emosional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kemandirian emosional remaja berdasarkan tipe pola asuh orang tua, yaitu pola asuh authoritative. Penelitian ini dilakukan kepada 51 1 Dosen Fakultas Psikologi Unpad yang Membimbing

siswa dan orang tua siswa di salah satu SMPN Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua responden (94%) memiliki kemandirian emosional tinggi dan hanya sebanyak 6% responden memiliki kemandirian emosional yang rendah. Artinya, responden yang orang tuanya menerapkan pola asuh authoritative telah menunjukkan ketidakbergantungan pada orang tua terutama dalam menyelesaikan masalah, memandang orang tua bukan sebagai sosok yang selalu benar, memandang orang tua memiliki peran lain di luar keluarga, dan memiliki individuasi dari orang tua. KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12 15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE Masa remaja dapat disebut sebagai masa pertumbuhan seseorang menuju masa dewasa (Steinberg, 2014). Masa pertumbuhan merupakan suatu waktu dimana individu berubah dari tahap ketidakmatangan masa anak-anak menuju tahap kematangan di masa dewasa, sebagai persiapan untuk masa depan. Perubahan yang dialami individu pada masa remaja meliputi perubahan biologis, sosial, dan kognitif sehingga dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, individu diharapkan dapat mengembangkan tugas-tugas perkembangan remaja agar individu bisa mencapai kematangan di masa dewasa nantinya. Menurut Steinberg (2014), salah satu tugas penting pada masa remaja adalah perkembangan kemandirian (autonomy), yaitu kemampuan remaja untuk mengatur diri sendiri dan mengekspresikan perilaku yang 2

tidak bergantung pada orang lain, baik secara emosional, tingkah laku, dan kognitif (nilai). Pada masa remaja awal, tugas perkembangan yang dimunculkan terlebih dahulu adalah kemandirian emosional, yaitu perubahan kedekatan hubungan individu dengan orang tua, secara emosi (Steinberg, 2014). Remaja sudah tidak tertarik lagi untuk melakukan aktivitas bersama orang tua, tidak mau mendengarkan nasehat atau kritik dari orang tua, dan ikatan emosional dengan orang tua tidak lagi sedekat waktu masih anak-anak (Santrock, 2014). Menurut Steinberg (2014) ada 4 komponen yang bisa mengukur aspek kemandirian emosional remaja (Steinberg, 2014), yaitu sebagai berikut : 1) de-idealized (memandang orang tua bukan sebagai sosok yang ideal), 2) parents as people (memandang orang tua sebagai orang dewasa pada umumnya), 3) nondependency (tidak selalu bergantung pada orang tua dalam menyelesaikan masalah), 4) individuation (bagaimana individu memandang dirinya sendiri). Perkembangan kemandirian emosional remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kemandirian emosional remaja berhubungan dengan aspek biologis, kognitif dan perubahan sosial. Sedangkan, faktor eksternal berkaitan dengan pola asuh orang tua, jenis kelamin, dan tempat tinggal. Remaja laki-laki biasanya lebih mandiri dibandingkan perempuan (Bumpus, Crouter, & McHale, 2001 dalam Santrock, 2014). Remaja yang tinggal terpisah dengan orang tua biasanya akan lebih berkembang secara mandiri dibandingkan dengan remaja yang masih tinggal dengan orang tua (Bucx & van Wel, 2008; Nelson & others, 2011 dalam Santrock, 2014). Sementara itu, pola pengasuhan 3

orang tua juga perkembangan kemandirian emosional dilihat dari pola kontrol dan kehangatan yang diberikan orang tua kepada remaja (Santrock, 2014). Menurut Steinberg (2014), pola asuh merupakan faktor penting dalam mengembangkan kemandirian emosional remaja karena berhubungan dengan cara orang tua memperlakukan remaja. Pola asuh merupakan aktivitas kompleks yang meliputi berbagai perilaku spesifik yang dilakukan orang tua dalam mempengaruhi tingkah laku anak (Diana Baumrind, 1991; Hurlock, 1981). Ada dua dimensi dalam pola asuh orang tua yaitu : demandingness (pola kontrol dan tuntutan dari orang tua) dan responsiveness (kehangatan dan dukungan dari orang tua). Pola asuh authoritative merupakan pola asuh yang sesuai diterapkan pada anak agar anak bisa tumbuh dan berkembang secara mandiri (Steinberg, 2014). Pola asuh authoritative sendiri dapat dilihat dari pola kontrol dan pola kehangatan yang diberikan oleh orang tua secara seimbang kepada anak. Pada salah satu SMPN di Bandung, terlihat bahwa remaja (siswa SMP) masih belum menunjukkan kemandirian emosional terutama ketika menyelesaikan masalah. Siswa SMP tersebut, terutama siswa perempuan masih sering meminta bantuan guru BK untuk menyelesaikan masalahnya. Akan tetapi, ada juga siswa yang telah menunjukkan kemandirian emosional dengan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Siswa tersebut hanya membutuhkan dukungan emosional dari guru BK ketika mengalami suatu masalah dengan menjadi tempat berbagi cerita saja, meskipun siswa sudah mempunyai solusi atas permasalahannya. 4

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara kepada 8 orang siswa yang orang tuanya menerapkan pola asuh authoritative untuk melihat lebih dalam mengenai kemandirian emosional remaja, dilihat berdasarkan aspek non-dependency, individuation, parents as people, dan individuation. Ketika memiliki masalah, 7 dari 8 siswa dengan pola asuh authoritative masih menunjukkan kebergantungan pada orang tua dengan meminta bantuan penyelesaian masalah tersebut. Sementara itu, satu orang siswa tidak meminta bantuan kepada siapapun ketika memiliki masalah dan berusaha menyeelsaikan sendiri masalah yang sedang dihadapinya. Dalam hubungan remaja dengan orang tua, 5 dari 8 siswa yang mengalami pola asuh authoritative masih melihat orang tua sebagai sosok yang selalu benar. Dalam hal ini, siswa masih merasa bahwa orang tua tidak pernah melakukan kesalahan dan apapun yang disampaikan oleh orang tua adalah benar sehingga mereka sebagai anak harus mematuhi orang tua. Berbeda dengan 3 siswa lainnya yang memandang orang tua bukanlah sebagai sosok yang ideal karena terkadang ada hal-hal yang disampaikan orang tua tidaklah selalu benar. Sementara itu, pada aspek parents as people dan aspek individuation, siswa yang mengalami pola asuh authoritative telah menunjukkan adanya individuasi dari orang tua dan melihat orang tua memiliki peran lain selain perannya di dalam keluarga. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa kemandirian emosional remaja yang mengalami pola asuh authoritative, jika dilihat dari aspekaspek kemandirian emosional, terutama dalam menyelesaikan permasalahan, masih terlihat perbedaan dan hal ini tidak sesuai dengan teori Steinberg (2014). Oleh karena 5

itu, peneliti tertarik untuk melihat gambaran kemandirian emosional remaja pada pola asuh authoritative. METODA Partisipan Penelitian ini menggunakan teknik random sampling yang dilakukan di salah satu SMPN Bandung. Jumlah sampel yang didapatkan adalah sebanyak 51 responden remaja siswa SMPN tersebut, dan 51 responden orang tua siswa. Pengukuran Kuesioner kemandirian emosional yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang diadaptasi dari alat ukur Natasya dan Novianti (2014), dengan cara mengubah dan mengurangi konten indikator dan item pernyataan agar sesuai dengan tema dan subjek penelitian. Kuesioner ini dibuat berdasarkan teori Steinberg (2014). Sedangkan kuesioner pola asuh dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Parenting Style oleh Diana Baumrind (1991). Kuesioner ini diberikan kepada responden siswa terlebih dahulu, kemudian mereka diminta untuk memberikan kuesioner kepada orang tua yang bersedia menjadi responden penelitian. 6

HASIL Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis pembahasan terhadap kemandirian emosional remaja berdasarkan pola asuh orang tua, diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Secara umum, kemandirian emosional responden adalah tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh, hampir semua responden memiliki kemandirian emosional tinggi (94%), dan hanya sebagian kecil responden yang menunjukkan kemandirian emosional rendah (3%). 2. Jenis kelamin, usia, dan urutan kelahiran responden remaja tidak mempengaruhi tingkat kemandirian emosional secara signifikan. 3. Pada pola asuh authoritative, tingkat kemandirian remaja sebagian besar termasuk tinggi (94%) dan sebagian kecil tergolong rendah (6%). Pada aspek non-dependency remaja sudah mampu menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan orang tua, namun dalam pengambilan keputusan, remaja masih bergantung pada orang tua. Remaja juga menunjukkan adanya aspek individuation dimana remaja memiliki hal-hal yang bersifat privasi dari orang tua. Selain itu, remaja memandang orang tua sebagai individu pada umumnya yang memiliki peran lain dalam kehidupan sosial. Pada aspek deidealized remaja menyadari bahwa orang tua bukanlah sosok yang selalu benar. Akan tetapi, pada remaja yang memiliki kemandirian emosional rendah, aspek deidealized ini masih belum muncul. Hal ini sesuai dengan teori Steinberg (2014) yang menyebutkan bahwa remaja dengan pola asuh authoritative 7

mampu menunjukkan kemandirian emosional dilihat dari aspek nondependency, individuation, parents as people, dan deidealized. Namun yang perlu dikembangkan lagi untuk meningkatkan kemandirian emosional remaja adalah bagaimana responden memandang orang tua bukan sebagai sosok yang selalu benar sehingga responden bisa menyampaikan hal-hal yang mereka anggap benar kepada orang tua ketika mereka memiliki perbedaan pendapat. Hal ini dapat dikembangkan dengan cara melakukan diskusi-diskusi antara remaja dengan orang tua secara intens. DAFTAR PUSTAKA Referensi Buku : Canadian Council On Learning. 2007. Lesson In Learning : Parenting syles, behavior, and skills and their impact on young children. Canada : Counseil Canadien Sur L Apprentissage. Hurlock, E. B. 1981. Developmental Psychology 6 th McGraw-Hill Edition. New Delhi : Tata Santrock, John. W. 2014. Adolescence 15 th Edition. New York : McGraw-Hill. Sprinthall, A. Norman., Collins, W. Andrew. 1995. Adolescent Psychology : A Development View. 3 rd Edition. United State : McGraw-Hill. Steinberg, L. 2014. Adolescents, 10 th Edition. New York : McGraw-Hill. Referensi Jurnal : Natasya, Ervini. Novianti, Langgersari Elsari. 2014. Studi Komparatif Mengenai Kemandirian Emosional Pada Remaja SMP Yang Tinggal Di Asrama Dan Yang Tinggal Di Rumah Dengan Orang Tua. Jatinangor Universitas Padjadjaran. 8

Sandhu, Damanjit. Kaur, Damanjeet. 2012. Adolescent Problem Behavior in Relation to Emotional Autonomy and Parent-Child Relationship. (Jurnal Canadian Social Science, Vol.8.No.1.2012, pp29-35. DOI :10.3968/j.css.1923669720120801.1420). Canada : CSCanada (Canadian Social Science). Steinberg, L. 1990. Autonomy, conflict, and harmony in the family relationship. In Feldman, S.S. and Elliot, G.R. (Eds.). At the threshold : The developing adolescent (pp.255-276). Cambridge, MA: Harvard University Press. Referensi Internet : http://www.scribd.com/doc/100283086/emotional-autonomy-scale (diunduh pada Senin, 2 November 2014) 9