BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Memiliki tubuh dan jiwa yang sehat merupakan dambaan setiap orang. Namun tidak semua orang beruntung memiliki jiwa yang sehat, adapula sebagian orang yang jiwanya terganggu atau dapat dikatakan sakit jiwa. Masalah kesehatan mental memang telah lama diabaikan. Padahal dampak masalah kesehatan jiwa sangat besar, mulai dari hilangnya hari produktif, biaya perawatan yang yang harus dikeluarkan, sampai ke stigma, pengucilan, dan diskriminasi yang harus ditanggung penderita dan keluarga. Beban yang ditimbulkan penyakit itu jauh melebihi penyakit lain seperti kanker, gangguan jantung maupun infeksi seperti tuberkulosis dan malaria. Saat ini diperkirakan 450 juta orang menderita gangguan mental, neurologis maupun masalah psikososial, termasuk kecanduan alkohol dan penyalahgunaan obat. Tak kurang dari 121 juta orang mengalami depresi, 50 juta orang menderita epilepsi, dan 24 juta orang mengidap skizofrenia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menunjukkan bahwa terdapat satu persen dari populasi setiap saat, dan 10 persen dari populasi untuk selama hidup manusia membutuhkan pertolongan atau pengobatan di bidang kesehatan jiwa atau psikiatri. Penderita gangguan jiwa merupakan kelompok masyarakat yang rentan mengalami pelanggaran HAM dan perlakuan tidak adil. Hal ini disebabkan adanya stigma, diskriminasi, pemahaman yang salah, serta belum adanya 1
peraturan yang benar-benar melindungi mereka. Gangguan jiwa dalam berbagai bentuk adalah penyakit yang sering dijumpai pada semua lapisan masyarakat. Penyakit ini dialami oleh siapa saja, bukan hanya mereka yang mapan. Prevalensi gangguan jiwa di negara sedang berkembang dan negara maju relatif sama. Di Indonesia, prevalensinya sekitar 20 persen dari total penduduk dewasa. Banyak penderita tak mendapat perawatan memadai. Mereka menderita diam-diam atau sendirian menanggung beban. Gangguan mental merupakan tragedi personal yang dibebani stigma, rasa malu yang mendalam, pengucilan, dan berakhir dengan kematian. Untuk itu diperlukan wadah yang dapat menampung, membina serta merawat penderita gangguan mental sampai keadaannya dapat dikatakan stabil. 1. 2. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan fasilitas ini adalah : Maksud Merencanakan sebuah bangunan yang berfungsi untuk mewadahi dan memberikan pelayanan serta pengobatan bagi orang-orang yang sakit jiwa atau menderita gangguan mental. Tujuan Adapun tujuan dari Perancangan Rumah Sakit Jiwa ini adalah : Menampung penderita gangguan jiwa yang tidak mempunyai tempat tinggal Memberikan pelayanan serta perawatan pada penderita gangguan mental / jiwa 2
Memberikan fasilitas yang layak bagi penderita gangguan mental dan jiwa Mewadahi penderita gangguan jiwa pada satu tempat khususnya dijakarta Menciptakan suatu wujud rumah sakit yang secara khusus dan professional dalam pelayanan rumah sakit Penanganan kasus kejiwaan yang lebih cepat sekaligus menekan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia khususnya dijakarta. 1. 3. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang hendak diatasi perlu pertimbangan dari beberapa segi aspek sesuai perilaku penghuni Rumah Sakit Jiwa. Diantaranya aspek-aspek tersebut yaitu : Aspek Manusia Penderita gangguan jiwa memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Fisiogenik : Penyakit jiwa yang ditimbulkan oleh atau ada hubungannya dengan kelainan dalam otak. 2. Psikogenik : Penyakit jiwa yang ditimbulkan oleh faktor2 kejiwaan. 3. Mental Deficency : Cacat mental Membutuhkan perawatan dan penanganan yang khusus Sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dokter, keluarga harus memberikan perhatian khusus 3
Mereka membutuhkan rehabilitasi medik agar timbul kembali semangat hidupnya. Membutuhkan dokter dan perawat yang terampil dan sabar dalam menangani penderita gangguan jiwa. Aspek bangunan Diperlukan kenyamanan, kebersihan, keamanan serta pelayanan penunjang rumah sakit yang lengkap Diperlukan pengaturan sirkulasi dalam dan luar serta perletakan yang dibuthkan semaksimal mungkin Aspek lingkungan Diperlukan penempatan main entrance dan side entrance yang tidak menggangu sirkulasi diluar site. Desain bangunan yang diseuaikan dengan daerah sekitar. I. 4. Batasan Proyek Yang menjadi pembahasan pokok dalam perencanaan fasilitas ini adalah ruang lingkup perencanaan bangunan dan kaitannya dengan manusia sebagai pengguna dan lingkungan sebagai media interaksi. Pemilihan judul dilatar belakangi oleh kurang tersedianya fasilitas tersebut sehingga tidak mampu mewadahi penderita gangguan jiwa yang makin meningkat jumlahnya. Dalam merencanakan penggunaan lahan akan diasumsikan sebagai lahan kosong dan bersifat fiktif. Oleh karena itu daerah yang 4
menjadi asumsi penulis letaknya pada daerah Jakarta Selatan karena letaknya yang strategis dan mudah dijangkau dari daerah luar-luar Jakarta. Disini penulis membatasi lingkup persoalan dalam bidang kearsitekturan rumah sakit, khususnya peruntukkan Rumah Sakit Jiwa dengan tidak menyimpang dari tema yang diambil yaitu arsitektur berwawasan perilaku. I. 5. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deduktif, dimana pembahasan dimulai dari hal yang bersifat umum sampai dengan hal yang bersifat khusus. 1 Sedangkan metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dan informasi dilakukan antara lain dengan cara : 1) Penelusuran data dan informasi melalui internet. 2) Studi pustaka atau literatur melalui buku-buku mengenai gangguan jiwa. 3) Studi pustaka atau literatur melalui buku dan materi perkuliahan berkenaan dengan tema. 4) Pengumpulan data dan informasi dari instalasi terkait. 5) Dialog dengan para perawat dan psikiater yang langsung menangani penderita gangguan jiwa. 6) Studi perbandingan dengan melakukan survey langsung pada fasilitas serupa. 1 kutipan teori perkuliahan Seminar Arsitektur, oleh Ir. Srijanti 5
I. 6. Kerangka Pemikiran RUMAH SAKIT JIWA Latar belakang Maksud dan Tujuan Permasalahan Ruang lingkup Studi data dan informasi : Penyakit Kejiwaan Spesifikasi Rumah Sakit Sejarah penyakit jiwa Tinjauan judul dan tema Studi banding Studi literatur dan pustaka ARSITEKTUR BERWAWASAN PERILAKU Analisa : Analisa perilaku dan kegiatan Analisa kebutuhan ruang dan bangunan Analisa tapak dan bangunan KONSEP PERANCANGAN Program ruang Konsep dasar bangunan Konsep tapak Konsep sarana DESAIN 6
I. 7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Sistematika pembahasan yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Latar belakang, Maksud dan tujuan serta Perumusan permasalahan arsitektural, Batasan proyek, Metode penelitian, Alur pendekatan pemecahan permasalahan arsitektural, Sistematika pembahasan. Bab II Tinjauan Umum Proyek Bab ini menjelaskan : Gambaran umum proyek.tinjauan teoritis proyek, Bab III Tinjauan Khusus Pengertian judul, Pengertian tema proyek, Tinjauan teoritis penerapan teori-teori arsitektur, Tinjauan empiris. Bab IV Analisa Perencanaan Analisa kegiatan, Analisa pemilihan tapak, Analisa non fisik, Analisa konteks lingkungan tapak yang dipilih, Analisa fisik tapak, Analisa program perencanaan dan perancangan. Bab V Konsep Perancangan Konsep dasar perancangan, Konsep tapak dan lingkungan, Konsep perencanaan dan perancangan bangunan. 7