BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan

DESKRIPSI PEMETAAN LOKASI SITUS MEGALITIK PAJAR BULAN KECAMATAN PAJAR BULAN KABUPATEN LAHAT

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

Seni Rupa Pasemah: Arah Hadap dan Orientasi Karya Seni Rupa Pasemah

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

BAB III. METODE PENELITIAN. usaha untuk menemukan kebenaran, mengembangkan dan menguji kebenaran

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Kajian Bandingan PEREKONOMIAN DAN PERDAGANGAN PADA MASA PERUNDAGIAN KAJIAN DATA MEGALITIK DI DATARAN TINGGI PASEMAH SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MASYARAKAT PENDUKUNG TRADISI MEGALITIK: PENGHUNI AWAL SITUS TANJUNGRAYA, KECAMATAN SUKAU, LAMPUNG BARAT

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

PERSEPSI MASYARAKAT TINGGIHARI TERHADAP KEBERADAAN SITUS MEGALITIK TINGGIHARI KECAMATAN GUMAYULU KABUPATEN LAHAT

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

JEJAK JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA DI SUMATERA SELATAN

MEGALITIK DI MALUKU. Marlyn Salhuteru*

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH PROVINSI SUMATERA SELATAN

PEMANFAATAN SITUS SEPUTIH DI DESA SEPUTIH KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan daerah-daerah atau bangsa-bangsa lain di luar Indonesia.

Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura

BAB 3 PERBANDINGAN BANGUNAN PASIR KARAMAT DENGAN BANGUNAN BERKONSEP MEGALITIK

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

KISI-KISI ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2016/2017

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

MENENGOK KEMBALI BUDAYA DAN MASYARAKAT MEGALITIK BONDOWOSO. Muhammad Hidayat (Balai Arkeologi Yogyakarta)

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

Abstrak. Pendahuluan. Rosita Amalia, Situs Megalitik di Desa Penanggungan Kecamatan...

PENGGUNAAN TINGGALAN BATU PAMALI SEBAGAI MEDIA PELANTIKAN RAJA DI DESA LIANG KEC. TELUK ELPAPUTIH KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha I 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Situs Megalitikum Pagar Batu terdapat di Kecamatan Simanindo tepatnya

IDENTIFIKASI BANGUNAN BERUNDAK PASIR KARAMAT DI KAMPUNG SINDANGBARANG DESA PASIR EURIH BOGOR JAWA BARAT

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah

Rr. Triwurjani. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jl. Raya Condet No. 4 Pejaten, Jakarta

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Febrie G Setiaputra, AB Putrantyo, E Wardaniyah, W Tri Julianto, F Syahyudin Jurusan Sejarah, Universitas Jember, Jember

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

SITUS DUPLANG DI DESA KAMAL KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER : HISTORISITAS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH

Strategi Pengembangan Peluang Peran Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Pengembangan Wisata Budaya Purbakala Situs Megalitikum Di Kota Pagar Alam

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

PENYELAMATAN ARCA-ARCA MEGALITIK SITUS PADANGPERIGI KABUPATEN LAHAT The Salvage of the Megalithic Statues at Padangperigi Site Lahat Regency

NILAI-NILAI BUDAYA YANG TERDAPAT PADA BENDA-BENDA PENINGGALAN PURBAKALA DAN UPAYA PELESTARIANNYA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

Abid Lailata Naharo. Program Studi Magister Pendidikan Sejarah, Universitas Sebelas Maret Surakarta

FUNGSI BUDAYA MEGALITIK DI ORAHILI-GOMO KABUPATEN NIAS SELATAN. ( Supsiloani, S.Sos dan Sulian Ekomila, S.Sos)

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

HASIL EKSKAVASI SITUS MALANGSARI, BANYUWANGI: Data Baru Dolmen di Jawa Timur

BAB II KAJIAN SEJARAH SENI RUPA DAN SUNDA. A. Tinjauan Umum Tentang Seni Rupa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB III METODE PENELITIAN

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

III. METODE PENELITIAN. ilmu geografi, dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar (Widoyo Alfandi,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia pasti dihadapkan dengan dua keadaan yaitu

FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

UNIVERSITAS INDONESIA PUNDEN BERUNDAK DI SITUS GUNUNG GENTONG, KUNINGAN, JAWA BARAT SKRIPSI ADITYA NUGROHO

PERANAN JURU PELIHARA DALAM PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DI DESA PEKAUMAN KECAMATAN GRUJUGAN KABUPATEN BONDOWOSO

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *

ARKENAS PERSEBARAN DAN BENTUK-BENTUK MEGALITIK INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN KAWASAN. Bagyo Prasetyo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif. Penulis menggunakan

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Secara harfiah megalitik sering diartikan sebagai bentuk peninggalan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan adalah salah satu usaha dari pelestarian benda cagar budaya yang nampaknya

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

SITUS-SITUS MEGALITIK DI MALANG RAYA: KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT)

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

PUNDEN BERUNDAK PASAMUAN DI DESA PASIR EURIH KECAMATAN CIOMAS, BOGOR: SEBUAH PENELITIAN PENDAHULUAN ADITYA SUDIRMAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

SITUS DUPLANG DI DESA KAMAL KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER : HISTORISITAS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

PERSEPSI BENTUK. Bahasa Rupa Modul 13. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

Transkripsi:

7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini diuraikan beberapa konsep yang dapat dijadikan lndasan teori bagi penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah 1. Konsep Deskripsi Menurut Nana Sujana mengemukakan tentang deskripsi bahwa, deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha untuk melukiskan atau menggambarkan dengan kata-kata, wujud atau sifat lahiriah suatu objek. Deskripsi merupakan salah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca seakan-akan berada ditempat kejadian, ikut merasakan, melihat suatu peristiwa. (Nana Sujana, 1987:52). Menurut Sukmadinata, penelitian deskripsi adalah suatu bentuk penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena baik alamiah maupun buatan. Fenomena itu dapat berupa bentuk, aktifitas, karektristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan anatara fenomena yang satu dengan yang lainnya. (Sukmadinata, 2006:72). Dari pengertian tentang deskripsi, maka dapat diartikan bahwa deskripsi adalah menggambarkan atau menjelaskan suatu objek sehingga gambaran tersebut dapat lebih hidup di benak pembaca. 2. Konsep Pemetaan Lokasi Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pemetaan adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan gambar, tulisan, peta, dan grafik. Menurut Soekidjo, pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan wilayah

9 yang berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memiliki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat. (Soekidjo,1994 :34). Menurut Dahlan, Pemetaan adalah penggambaran lokasi yang menjelaskan mengenai cakupan dan keadaan di sekitar lokasi atau wilayah. (Dahlan, 1995:108). Dapat dijelaskan bahwa Pemetaan Lokasi adalah menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai keadaan Situs Megalitik Pajar Bulan dengan membandingkan kedua lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan yang mencangkup bentuk, ukuran, jenis batuan, tata letak, arah pendirian dan komposisi. 3. Konsep Situs Berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1992, situs adalah lokasi yang mengandung ataupun diduga mengandung benda cagar budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya. (UU RI nomor 5, 1992:pasal 1). Menurut Ayatrohaedi, situs adalah satu bidang tanah atau tempat lainnya, yang diatas atau didalamnya terdapat benda-benda keperbukalaan. (Ayatrohaedi, 1981:87). Menurut Suwarno, situs adalah daerah atau desa tempat objek berada yang mengandung benda cagar budaya. (Suwarno, 2004:24). Sedangkan menurut Halwany Michrob, situs adalah suatu tempat atau wilayah atau diatas permukaannya ada unsur yang mengandung data arkeologi. (Halwany Michrob, 1993:9).

10 Jadi pengertian Situs adalah suatu tempat atau wilayah yang ditemukan bendabenda cagar budaya yang berhubungan dengan kehidupan masa lalu berdasarkan bukti-bukti yang ada. 4. Konsep Megalitik Menurut Sagimun M.D, kata megalitik atau megalit berasal dari bahasa Yunani: mega berarti besar, sedangkan lithos berarti batu. Megalitik artinya bangunan dari batu-batu besar. (Sagimun M.D. 1987:33). Sedangkan menurut Van Der Hoop, megalitik mengandung tiga unsur pokok yaitu monumen besar, batunya utuh (monolit), masuk dalam budaya sejarah. (Hoop, 1932:159). Istilah megalitik mempunyai arti ganda, yaitu megalitik sebagai budaya bendabendanya mengacu kepada artefak yang dihasilkan oleh sekelompok masyarakat yang masih mengenal aspek-aspek tradisi megalitikum, megalitik sebagai tradisi adalah prilaku yang berbeda dan hal budaya yang muncul pada saat masyarakat prasejarah yang sudah menetap ditingkat neolitik. (Ayu Kusumawati, 2003:331). Menurut R.Soekmono, pengertian kebudayaan megalitik adalah kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan dari batu-batu besar. Megalitik juga berarti bahwa zaman batu besar dari kehidupan manusia, pada masa itu manusia telah menggunakan batu-batu besar untuk membangun berbagai jenis kebudayaan. (R.Soekmono, 1973:72). Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa megalitik yang diartikan sebagai batu besar akan menimbulkan pengertian yang keliru, karena objek-objek yang berasal dari batu kecilpun dapat dimaksudkan dalam klasifikasi megalitik, apabila objek-objek tersebut jelas dibuat dengan tujuan sacral yaitu ada unsur pemujaan terhadap leluhur atau nenek moyang. (Wagner, 1962:71).

11 Jadi dapat dijelaskan bahwa Megalitik adalah segala benda hasil budaya yang ditinggalkan oleh manusia pada masa prasejarah yang tidak hanya berbentuk bangunan dari batu-batu besar namun ada juga dari batu-batu kecil asalkan diperuntukan pemujaan terhadap leluhur atau nenek moyang. 5. Konsep Pajar Bulan Menurut Kristantina Indriastuti, Pajar Bulan adalah nama sebuah komplek megalitik yang terdapat di Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat, jarak antara kecamatan dengan lokasi situs sekitar 9 km. (Kristantina Indriastuti, 2010:6). Menempuh jalan yang agak terjal dan sempit serta berliku. Walaupun demikian, kondisi jalan tetap aman untuk dilewati. Jarak tempuh situs megalitik pajar bulan 3 jam dari kota Lahat. Di daerah ini mempunyai bermacam-macam bentuk tinggalan benda masa prasejarah. Menurut Kristantina Indriastuti, bentuk tinggalan arkeologi yang terdapat di Situs Megalitik Pajar Bulan ini berupa kubur bilik batu, dolmen, lesung batu, lumpang batu, batu datar, arca megalitik, arca kepala manusia. Peninggalan-peninggalan di Situs Pajar Bulan ini terbagai kedalam dua komplek di dua desa yang berbeda (Kristantina Indriastuti, 2010: 7-8). Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa, Pajar Bulan merupakan nama lokasi tempat peninggalan-peninggalan megalitik berada. Peninggalanpeninggalan tersebut berlokasi di atas bukit dan di tengah perkebunan masyarakat. B. Kerangka Pikir Peninggalan sejarah yang ditemukan di Situs Pajar Bulan pada umumnya dapat dikategorikan ke dalam masa tradisi megalitik, yaitu masa yang menghasilkan kebudayaan bangunan-bangunan dari batu besar. Pendirian megalitik ini merupakan salah satu dasar kepercayaan yang berhubungan dengan antara yang

hidup dan yang mati, terutama pengaruh kuat dari yang mati terhadap kesejahteraan masyarakat. Situs Megalitik Pajar Bulan ini berlokasi di tengah perkebunan kopi penduduk atau talang. Selain itu juga situs ini terdiri dari dua komplek di dua desa yang berbeda, yaitu: Situs Megalitik Kotaraya Lembak di Desa Kotaraya Lembak dan Situs Megalitik Pulau Panggung di Desa Pulau Panggung, yang mana jarak antara situs bisa ditempuh sekitar 5 menit dengan mobil. Peninggalan-peninggalan Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak terdiri dari tujuh kubur bilik batu, arca kepala manusia, batu datar, lumpang batu, dolmen dan di Desa Pulau Panggung terdapat lumpang batu, dolmen, lesung batu, arca megalitik. Peninggalan-peninggalan Megalitik Pajar Bulan ini memiliki bentuk, ukuran yang bervariasi, tata letak, dan komposisi yang berbeda, komposisinya ada yang berdiri sendiri atau menyebar, berkelompok dua, tiga, empat. Perbedaan ini timbulnya pemetaan lokasi dengan membandingkan lokasi kedua Situs Megalitik Pajar Bulan yang mencangkup bentuk, ukuran, jenis batuan, tata letak, arah pendirian dan komposisi. 12 C. Paradigma Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan Desa Kotaraya Lembak Desa Pulau Panggung

13 1. Bentuk 2. Ukuran 3. Jenis Batuan 4. Tata Letak 5. Arah Pendirian 6. Komposisi Keterangan : : Garis Hubungan : Garis Pengaruh

REFERENSI Nana Sujana. 1987. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sianar Baru. Halaman 52. Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rosda. Halaman 72. Soekidjo. 1994. Pengembangan Potensi Wilayah. Bandung : Gramedia. Halaman 34. Undang-Undang RI Nomor 5. 1992. Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta : Depdikbud. Halaman 1. Ayatrohaedi. 1981. Kamus Istilah Arkeologi. Jakarta : Balai Pustaka. Halaman 87. Suwarno. 2004. Variasi dan Makna Kubur Batu di Daerah Bondwoso Jawa Timur. Yogyakarta : Yayasan Bina Sejarah dan Budaya. Halaman 24. Halwany Michrob.1993. Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten. Jakarta : Yayasan Baluarti. Halaman 9. Sagimun M.D. 1987. Peninggalan Sejarah Tertua Kita, Jakarta : Haji masagung. Halaman 33. Van Der Hopp.1932. Megalitic Remains in South Sumatera. Netherlands : W,J. Theime & Cie Zuthpen. Halaman 159. Ayu Kusumawati dan Haris Sukendar. 2003. Megalitik Pasemah Peranan serta Fungsinya. Jakarta : Puslitbang Arkesnas. Halaman 331. R.Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid I. Yogyakarta : Yayasan Kanisius. Halaman 72. Van Der Hoop. Op Cit. Halaman 189. Ayu Kusumawati dan Haris Sukendar. Op Cit. Halaman 72