BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas. dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi

1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas. (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga

EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dunia luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin,

BAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan bahwa kelahiran caesar darurat menyebabkan risiko kematian

Referat Fisiologi Nifas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada perubahan hormonal paska kehamilan (Djamhoer, 2005; Alan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar bealakang. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

BAB I PENDAHULUAN. 99 persen kasus kematian ibu terjadi di negara berkembang. Hal ini terungkap

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua persalinan yaitu persalinan

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Proses persalinan merupakan proses kompleks untuk. menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu Sectio Caesaria (SC).

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. riwayatkan dalam hadist. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa pasca persalinan didefinisikan sebagai periode pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea

BAB I PENDAHULUAN. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di suatu negara, di Indonesia ternyata masih tergolong tinggi yaitu

BAB II TINJAUAN TEORI

PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan Negara Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. uterus ketika usia kehamilan melebihi 28 minggu (Saxena, 2010). Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu dari 228 per kelahiran hidup

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menggandakan diri berkali kali melalui pembelahan sel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Anatomi Perineum Wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB I PENDAHULUAN. vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005). Pada Diagnostic

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). waktu (yaitu 12 hari atau lebih melewati tanggal taksiran partus) dan ketuban

BAB 1 PENDAHULUAN. para ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan cara yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. morbiditas lainnya meliputi macam-macam infeksi dan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma dan ovum

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN TERJADINYA ROBEKAN PERINEUM SPONTAN DI BPM WIWIK AZIZAH SAID DESA DURIWETAN KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang kelima. Indonesia berada

BAB I PENDAHULUAN. yang dilahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagiaan bagi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan proses reproduksi yang normal.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah tinggnya Angka Kematian Ibu.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian (morbiditas). Makin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

BAB I PENDAHULUAN. Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

I. PENDAHULUAN. wilayah pesisir yang sangat ter-marginal-kan, kesulitan mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keadaan ibu post partum masih sangat memprihatinkan, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi (janin, plasenta dan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan dari Sustainable

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit sebelah depan perineum (Sarwono, 2007, hal. 171).

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan. Terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga dapat membantu keluarga untuk

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

1. Pendahuluan. STIKES Widyagama Husada Malang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PRE EKLAMPSI BERAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan adalah suatu. kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan dimana ibu telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Seksual menurut World Health Organization (WHO), adalah suatu keadaan fisik, emosional,mental dan kesejahteraan sosial yang stabil yang berkaitan dengan seksualitas, serta bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit, disfungsi,atau kelemahan (WHO, 2002). Seksualitas merupakan suatu bagian penting dan terintegrasi dalam kehidupan setiap wanita. Aktivitas seksual termasuk dalam hubungan interpersonal dari tiap pasangan dengan masing-masing membawa sikap yang khas, saling membutuhkan dan memberi respon (Benson,1994; Basson, 2000). Wanita pada usia akhir 30-an atau awal 40-an dimana respon seksual mencapai puncaknya, menjadi lebih sadar akan kebutuhan seksualitasnya. Sebagian besar wanita mempelajari dan mendalami pengetahuan seks merupakan proses selama kehidupannya (Bonnie,1999; Arcos, 2004). Gangguan pada aktivitas seksual tersebut, dapat menimbulkan disfungsi seksual. Kepedulian terhadap seksualitas dan disfungsi seksual mulai menjadi suatu hal yang biasa dalam masyarakat. Survey menemukan bahwa hampir dua pertiga wanita memiliki kepedulian terhadap seksualitas mereka. Sepertiga dari wanita yang kurang tertarik terhadap seks, 20% menyatakan bahwa seks tidak selalu menyenangkan (Glazener, 1997;Boyd,2006). Penelitian tentang seksualitas dimulai pada era 1950-an ketika Masters dan Johnson menggambarkan anatomi dan fisiologi respon seksual manusia (Masters dan Johnson, 1960). Kesehatan seksual setelah

melahirkan merupakan penelitian baru yang cukup menarik. Kehamilan dan transisi ke kondisi menjadi orang tua, serta faktor-faktor lainnya, sangat berdampak pada seksualitas pasca persalinan (Master,1960). Selama kehamilan,dinding perut mengalami pembesaran selama 40 minggu. Otot dasar panggul, bagaimanapun, mengalami peregangan yang kuat pada waktu persalinan. Dan tidak secara otomatis kembali seperti semula setelah melahirkan. Telah diasumsikan bahwa persalinan secara pervaginam, khususnya persalinan pervaginam dengan tindakan, berefek negatif terhadap fungsi penyokong dari organ panggul dan fungsi seksual pada wanita (Herbert, 2009). Persalinan itu sendiri merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi. Persalinan harus dikenali sebagai proses fisiologis normal yang sebagian besar perempuan mengalaminya tanpa komplikasi. Masa nifas dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan ( Winkjosastro, 2007). Peschers dkk mengevaluasi fungsi otot levator ani sebelum dan sesudah persalinan, dan menemukan bahwa kekuatan otot berkurang secara signifikan selama 3 hingga 8 hari postpartum setelah persalinan pervaginam, tapi tidak pada post seksio sesarea, dan kembali ke nilai normal dalam waktu 2 bulan pada kebanyakan ibu postpartum ( Peschers, 1997). Penelitian melaporkan bahwa disfungsi seksual terjadi pada pasca persalinan tapi kemampuan untuk kembali ke tingkat sebelum hamil dicapai dalam 1 tahun setelah persalinan. Saat ini beberapa wanita lebih menyukai untuk persalinan secara seksio sesarea untuk menghindari kerusakan dasar

panggul dan gangguan fungsi seksual dan kontinensia yang mungkin terjadi (Goldberg,2007). Penelitian menunjukkan bahwa masalah kesehatan seksual dalam periode pasca persalinan merupakan masalah yang umum terjadi, tetapi masih sangat sedikit yang mendapatkan perhatian professional (Glazener, 1997; Abdool,,2009).. Disfungsi seksual yang tersering ditemukan pada pasca persalinan adalah dispareunia. Nyeri perineum terjadi pada 42% wanita segera setelah persalinan dan secara signifikan menurun hingga 20% dan 10% pada 8 dan 12 minggu pasca persalinan. Signorello dkk, mendapatkan pada 6 bulan pasca persalinan sekitar seperempat wanita primipara melaporkan turunnya sensasi, kepuasan, dan kemampuan untuk mencapai orgasme dibandingkan sebelum persalinan. Pada 3 dan 6 bulan 41% dan 22% melaporkan mengalami dispareunia (Signorello, 2001). Khajehei dkk, melakukan penelitian terhadap 40 primipara 6-12 bulan pasca persalinan pervaginam dan seksio sesarea. Mereka mendapatkan disfungsi seksual yang tersering ditemukan pada kelompok persalinan pervaginam adalah menurunnya libido (80%), ketidakpuasan (65%), vagina longgar (55%), sedangkan pada kelompok seksio sesarea masalah yang tersering adalah vagina yang kering (85%), ketidakpuasan (61%), dan menurunnya libido (35%). Didapatkan perbedaan yang bermakna secara klinis, namun secara statistic perbedaan ini tidak signifikan. Goetsch, melaporkan bahwa 29% wanita menderita dispareunia pasca persalinan dengan seksio sesarea. Tampak bahwa seksio sesarea tidak protektif terhadap kejadian dispareunia (Buhling, 2006). Ejegard H dkk, mendapatkan bahwa episiotomi berhubungan dengan dispareunia 12-18 bulan pasca persalinan. Buhling dkk, memperlihatkan dispareunia yang menetap lebih dari 6 bulan pasca persalinan ditemukan pada 14% wanita yang menjalani persalinan operatif dengan bantuan alat disbanding hanya 3,5% wanita yang menjalani persalinan pervaginam

spontan tanpa trauma perineum. Wanita yang menjalani persalinan dengan bantuan alat 2,5 kali lebih sering melaporkan kejadian dispareunia pada 6 bulan pasca persalinan dibandingkan persalinan pervaginam spontan setelah dikontrol factor usia, status menyusui bayi, riwayat dispareunia sebelumnya, lamanya kala 2, berat lahir bayi dan derajat robekan perineum ( Baksu, 2007; Andrews, 2008). Bagi banyak wanita, kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa fisiologis penting yang dapat berpengaruh terhadap disfungsi dasar panggul. Para professional medis terutama bagian masalah uroginekologi harus waspada terhadap efek potensial dari kehamilan dan persalinan terhadap dasar panggul. Pondasi utama dasar panggul wanita terdiri dari m. Levator ani, dimana posisinya dipertahankan oleh jaringan ikat endopelvik, dan tonusnya yang dijaga oleh nervus yang berasal dari akar lumbosakral. Semua komponen ini yaitu anatomi muskuler, penyokong jaringan ikat, dan jaringan syaraf, terekspos terhadap regangan fisik akut pada saat proses melahirkan (Goldberg,2007). Temuan ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara persalinan pervaginam dengan kerusakan mekanis serta neurologis pada dasar panggul dimana hal ini berhubungan dengan terjadinya inkontinensia urin atau alvi atau keduanya.terdapat pula wanita yang memiliki kecenderungan terjadinya trauma dasar panggul dan terjadinya inkontinensia serta prolaps organ panggul yang terjadi akibat kelemahan yang sebelumnya sudah ada karena kondisi kolagen di dalam fascia dasar panggul (Chaliha, 2006). Otot dasar panggul secara langsung bertanggungjawab terhadap banyaknya sensasi yang dirasakan oleh seorang wanita selama berhubungan seksual, dan kuatnya cengkeraman vagina yang dirasakan oleh pasangannya (Rosenbaum, 2007).

Consensus Development Conference on Female Sexual Dysfunction, menjelaskan aspek fungsi seksual dibagi menjadi empat kategori, yaitu: nyeri, keinginan, gairah, dan gangguan orgasme. Gangguan nyeri seksual adalah kategori yang paling umum yang mempengaruhi wanita dalam periode pasca persalinan. Nyeri perineum dan dispareunia adalah masalah pasca persalinan yang sering terjadi dan mengganggu fungsi seksual yang normal, yang biasanya terjadi akibat dari trauma perineum, episiotomi, dan instrumentasi persalinan (Basson,2000). Fungsi seksual pada wanita dapat diukur dengan beberapa macam instrument self-report assessment, diantaranya adalah Golombok-Rust Inventory of Sexual Satisfaction (GRISS), Brief Index of Sexual Functioning for women, Derogatis Interview for Sexual Functioning, Female Sexual Function Index (FSFI), dan Sexual Function Questionnaire (SFQ) (Anis, 2011). Female Sexual Function Index (FSFI) yang dikembangkan merupakan suatu pengukuran yang valid dan akurat terhadap fungsi seksual pada wanita. FSFI ini merupakan kuesioner yang telah dikembangkan sebagai suatu instrumen yang dapat dipakai untuk personal (self-report instrument) yang bersifat multidimensional untuk menilai adanya suatu disfungsi seksual pada wanita. FSFI dirumuskan untuk menilai semua aspek fungsi seksual wanita, meliputi keinginan seksual (desire), rangsangan seksual (arousal), lubrikasi/ basah (lubrication), orgasme (orgasm), kepuasan (satisfaction), dan rasa nyeri (pain) (Rosen, 2000 ; Gerstenberger, 2010). FSFI telah diterjemahkan dalam lebih dari 20 bahasa, dan menjadi gold standard dalam menilai fungsi seksual wanita dan merupakan instrumen yang digunakan dalam penelitian mengenai Female Sexual Dysfunction (FSD) (Sidi, 2007;Anis, 2011). Tindakan seksio sesarea memberikan sedikitnya paparan terhadap otot dasar panggul dari kerusakan mekanis, dan dengan demikian dapat melindungi dari segi fungsi seksual. Dibandingkan dengan persalinan

pervaginam, tampaknya logis untuk berasumsi bahwa wanita yang melahirkan melalui seksio saesarea akan lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami dispareunia, sejak risiko persalinan dengan episiotomi ataupun dibantu ditiadakan (Glazener, 1997; Klein, 2005:Buhling, 2006). Seksio sesarea bukannya tanpa bahaya, bahkan terhadap seksualitas itu sendiri. Komplikasi utama persalinan seksio sesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vesika urinaria dan uterus saat dilangsungkannya operasi (Glazener, 1997; Buhling,2006).. Morbiditas ibu meningkat dua kali lipat pada pelahiran Caesar daripada pelahiran per vagina. Penyebab utama yaitu infeksi nifas, perdarahan, dan tromboemboli (Cunningham,2014). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai perbedaan fungsi seksual pada wanita antara pasca seksio sesarea atas indikasi distosia kala II dengan pasca seksio sesarea elektif B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan fungsi seksual wanita pasca seksio sesarea pada Distosia Kala II dan Elektif dengan menggunakan Female Seksual Indeks Function (FSIF)? C. Tujuan penelitian Untuk menilai perbedaan antara fungsi seksual wanita pasca persalinan seksio sesarea atas indikasi Distosia Kala II dan Elektif D. Manfaat penelitian 1. Manfaat akademik a. Mengetahui fungsi seksual wanita pasca melahirkan dengan Seksio Sesarea karena Distosia Kala II

b. Memberikan sumbangan pengetahuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat pelayanan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perhatian tenaga medis dan petugas kesehatan lainnya terhadap kesehatan seksualitas pasca persalinan yang bermasalah dalam proses persalinannya b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan tenaga medis dalam memberikan pertolongan terhadap persalinan dikemudian hari c. Jika terdapat perbedaan antara seksio sesarea indikasi distosia dengan elektif maka dapat sebagai masukan terhadap pentingnya usaha untuk memperkuat otot-otot organ panggul setelah selesai persalinan E. Kerangka Pemikiran Persalinan yang dilakukan secara spontan dan sectio dapat membawa dampak terhadap kehidupan dan fungsi seksual wanita pasca persalinan yang mengalaminya. Penelitian telah dilakukan terhadap fungsi seksual wanita pasca persalinan yang dihubungkan dengan cara persalinan (Masters, 1960). Persalinan spontan yang dilakukan secara benar dengan mengikuti syarat dan indikasi yang telah ditentukan dapat mencegah berbagai kerusakan dan komplikasi yang dapat terjadi yang berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Pada akhir kala II oksiput mencapai dasar panggul pada posisi oksipitoanterior. Proses ini mendorong kepala melalui introitus vagina menghasilkan penurunan kearah bawah dari dasar panggul, sehingga sebagian besar tekanan uterus diarahkan ke perineal body dan anorektum. Selanjutnya penurunan janin mendorong kepala lebih maju sehingga oksiput dilahirkan dan meningkatnya regangan disekitar pubis. Saat puncak kepala, dahi serta wajah lahir, terjadi regangan serta tekanan kebelakang arah

sfingter anal. Selama kala II struktur dasar panggul mempunyai resiko kerusakan yang tinggi ( Santoro,2002). Pengaruh persalinan pervaginam terhadap fungsi seksual pasca salin sebagian besar diakibatkan oleh adanya distosia dan komplikasinya yang seringkali terjadi oleh karena tindakan yang kurang hati-hati, ataupun perawatan luka yang tidak baik. Persalinan dapat menyebabkan denervasi parsial pada dasar panggul, ataupun kerusakan saraf pudenda terutama saat kala II yang berlangsung lama ataupun berat badan bayi yang terlalu besar. Hal ini akan diperparah oleh tindakan episiotomi yang meluas sampai derajat tiga ataupun empat, sehingga akan mengganggu fungsi otot-otot dasar panggul, mengakibatkan inkontinensia fekal dan urin dikemudian hari (Buhling,2006; Chaliha,2006). Ruptur yang meluas membuat perdarahan lebih banyak, peluang infeksi meningkat,semakin berat kerusakan dasar panggul dan efek yang ditimbulkan, maka dampak terhadap fungsi seksual akan semakin buruk (Signorello,2001). Sectio sesarea dapat mengurangi tahanan perineum, mencegah kelemahan otot-otot panggul akibat mengejan, mencegah rupture perineum derajat tiga dan empat, mencegah inkontinensia fekal dan urin, serta mengurangi dampak tahanan perineum yang terlalu lama pada bayi (terutama bayi prematur dan gawat janin). Namun tindakan tersebut dengan ataupun tanpa komplikasi memiliki resiko yang jauh lebih besar, dimana tindakan caesar darurat menyebabkan risiko kematian ibu hampir sernbilan kali lipat daripada tindakan per vaginam, bahkan caesar elektif dapat menyebabkan risiko hampir tiga kali lipat (Cunningham, 2014). F. Hipotesis penelitian Berdasarkan kerangka konsep dan kajian teori di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: terdapat perbedaan fungsi seksual

pada wanita pasca seksio sesarea karena ditosia kala II dengan paska seksio sesarea elektif berdasarkan Female Seksual Indeks Function (FSIF)