BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x. DAFTAR LAMPIRAN...xii. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..1

BAB I PENDAHULUAN.

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

Gambar 3.1 Peta Kota Cirebon Sumber: Hasil Penelitian, 2013.

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

2015 PENGARUH HERITAGE TOURISM PRODUCT TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN SARI GUA SUNYARAGI KOTA CIREBON

I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak wilayah potensi parawisata (Bridatul J, 2014).

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara. Terdapat banyak daerah-daerah tujuan di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

Terwujudnya Lamongan Lebih Sejahtera dan Berdaya Saing

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya. Dari berbagai potensi wisata yang dimiliki Jawa Tengah salah

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Wisatawan Di Cikole Jayagiri Resort Bandung

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widayati Prihatiningsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

URUSAN PILIHAN PARIWISATA KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN KOTA CIREBON Kondisi Umum dan Perekonomian Kota Cirebon.

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam industri pariwisata dan terbukanya

2016 STRATEGI PENGEMBANGAN DESA MEKARJAYA MENJADI DESA WISATA DI KABUPATEN GARUT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, adat istiadat maupun kebudayaan dari masing-masing daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan. (ribuan orang) (hari)

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Cirebon Sebagai Kota Tujuan Wisata

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

2015 PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA BERDASARKAN PREFERENSI WISATAMWAN DI BANYU PANAS KABUTPATEN CIREEBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. langsungnya adalah bagi pemerintah, pengelola, dan masyarakat yang secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

TAMAN WISATA WADUK WADASLINTANG DI KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas serta industri lainnya apabila dikelola dengan baik. Dengan demikian, banyak negara di dunia untuk berlombalomba mengembangkan potensi-potensi pariwisata yang dimilikinya sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan negara (Yoeti, O. 2008: 1). Melihat hal tersebut, pemerintah Indonesia selalu berupaya untuk mengambil tindakan-tindakan dalam rangka pembangunan kepariwisataan. Salah satu upaya pemerintah tersebut, pemerintah telah merancang kebijakan meliputi: meningkatkan daya saing kepariwisataan nasional, mengembangkan pariwisata nusantara, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam kepariwisataan. Jawa Barat menyimpan banyak potensi pariwisata yang ditawarkan untuk para wisatawan mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata religi serta wisata minat khusus. Masing-masing wilayah atau kota memiliki potensi dan daya tarik yang berbeda-beda, pemerintah daerahnya pun memiliki strategi pengembangan atau pengelolaan yang berbeda untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke daerah tersebut. Bercermin pada daerah-daerah yang memiliki potensi pariwisata yang memiliki merk dagang atau branding dengan katakata atau slogan yang menunjukkan ciri dan potensi wisata yang dimilikinya. Hal ini cukup efektif seperti branding pariwisata DKI Jakarta dengan slogan " Enjoy Jakarta ", Solo "Spirit of Java", Jogjakarta dengan slogannya "Never Ending Asia" Bali slogannya "Santi, Santi, Santi" maka pantaslah kiranya Cirebon juga menggunakan slogan untuk percepatan peningkatan kunjungan wisata ke salah satu kota yang sedang berkembang yaitu Cirebon. Cirebon 1

2 memiliki branding "Cirebon the Gate of Secret " (Cirebon Pintu Gerbang Rahasia). Cirebon dikenal dengan Jogja Jawa Barat dikarenakan kota ini

memiliki potensi budaya yang kuat tentang sejarah penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati serta banyak peninggalanpeninggalan bersejarah baik dalam wujud bangunan seperti keraton, masjid, petilasan,barang-barang peninggalan pada zaman kerajaan Cirebon, museum dan lain-lain maupun dalam bentuk kesenian seperti Tari Topeng Cirebon, Sintren, dan lain-lain. Cirebon merupakan kota berkembang yang letaknya sangat strategis, yaitu di jalur pantura yang sangat ramai serta merupakan daerah yang berbatasan langsung antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pemerintah daerah kota Cirebon berupaya untuk lebih memperkenalkan Cirebon sebagai kota wisata budaya. Cirebon memiliki daya tarik wisata mulai dari wisata sejarah kerajaan Islam beserta peninggalan-peninggalannya, serta wisata budaya dan masih banyak daya tarik wisata yang dapat dikembangkan dan mampu bersaing dengan daya tarik wisata lainnya yang ditawarkan oleh daerah lain di Indonesia, seperti makam Sunan Gunung Jati, bangunan-bangunan peninggalan pada masa kerajaan Sunan Gunung Jati, dan zaman Belanda, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, Keraton Kanoman, Keraton Keprabon, Situs Kalijaga, Taman Gua Sunyaragi, Kampung Adat Benda Kerep, dan lain-lain. Cirebon terletak di antara dua kebudayaan yang dominan di daerah pendukungnya masing-masing yaitu kebudayaan Sunda dan kebudayaan Jawa. Selain itu Cirebon pada masa-masa keberadaan keraton adalah sebagai pembina budaya tradisi yang sangat kuat dan dengan kekuatan para penguasa pada saat itu. Masyarakat Cirebon mengolah kedua budaya yang berlainan menjadi satu Islam di daerah sekitarnya. Sifat-sifat masyarakat pesisir pada umumnya terbuka menerima pengaruh dari daerah lain, baik dari dalam maupun dari luar, sehingga muncullah budaya Cirebon terutama seni topeng yang sampai sekarang masih eksis.

Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan ke Kota Cirebon 5 Tahun Terakhir No. Tahun Daya Tarik Wisata Hotel Wisman Wisnus Wisman Wisnus 1. 2008 1.050 354.722 2.943 94.879 2. 2009 1.248 358.416 3.205 94.652 3. 2010 1.099 196.258 7.629 135.342 4. 2011 975 198.284 15.953 145.441 5. 2012 1.261 253.484 19.357 203.105 Sumber: DISPORBUDPAR Kota Cirebon, Tahun 2013. Dari tabel kunjungan wisatawan di atas, bisa kita lihat jumlah kunjungan wisatawan ke kota Cirebon dalam lima tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan. Berdasarkan hasil analisis penulis pada tabel kunjungan di atas, kenaikan terjadi pada tahun 2009, untuk kunjungan daya tarik wisata pada wisatawan mancanegara sebanyak 198, dan sebanyak 3.694 pada wisatawan nusantara. Untuk kunjungan hotel mengalami kenaikan sebanyak 262 pada wisatawan mancanegara. Pada tahun 2010, kenaikan terjadi pada kunjungan hotel yaitu sebanyak 4.424 pada wisatawan mancanegara, dan sebanyak 40.690 pada wisatawan nusantara. Pada tahun 2011, kenaikan terjadi pada kunjungan daya tarik wisata sebanyak 2.026 pada wisatawan nusantara. Untuk kunjungan hotel terjadi kenaikan sebanyak 8.324 pada wisatawan mancanegara, dan sebanyak 10.009 pada wisatawan nusantara. Pada tahun 2012, kenaikan terjadi pada semua kunjungan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Untuk kenaikan kunjungan daya tarik wisata sebanyak 286 pada wisatawan mancanegara, dan sebanyak 55.200 pada wisatawan nusantara. Sedangkan untuk kunjungan hotel, kenaikan sebanyak 3.404 pada wisatawan mancanegara, dan sebanyak 57.664 pada wisatawan nusantara. Penurunan terjadi pada tahun 2009 untuk kunjungan hotel, sebanyak 227 pada wisatawan nusantara. Pada tahun 2010 penurunan terjadi pada

kunjungan daya tarik wisata sebanyak 149 untuk wisatawan mancanegara dan sebanyak 162.158 untuk wisatawan nusantara. Pada tahun 2011 penurunan terjadi pada kunjungan daya tarik wisata untuk wisatawan mancanegara sebanyak 124. Dari hasil analisis penulis di atas, terlihat bahwa kunjungan pada daya tarik wisata pada lima tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan. Berbeda dengan kunjungan hotel yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan sebuah peluang yang harus dimanfaatkan. Sehingga wisatawan yang awalnya hanya memiliki kepentingan tertentu dan hanya mengunjungi hotel saja wisatawan tersebut juga tertarik untuk mengunjungi daya tarik wisata yang ada di Cirebon. Melihat budaya yang dimiliki Cirebon cukup kuat, oleh karena itu pemerintah daerah Kota Cirebon telah menetapkan slogan pariwisata yaitu The Gate of Secret yang berarti pintu rahasia, diharapkan seseorang yang mendengar slogan ini akan memiliki rasa penasaran dan timbul keinginan untuk berkunjung ke Cirebon. Slogan ini juga disesuaikan dengan strategi pemerintah untuk memperkenalkan Cirebon sebagai kota wisata budaya. Branding The Gate of Secret atau gerbang rahasia, mengandung makna bahwa kebudayaan Cirebon memiliki hamparan Semiotika (tandatanda bermakna) yang tak terhingga jumlahnya. Itu terdapat pada hamparan kesenian yang berjumlah ribuan jenisnya, tradisi, bangunan arsitektur, teksteks klasik tulis dan lisan yang bertebaran di tiga Keraton dan Peguronpeguron yang ada di Cirebon. Selain itu juga pemerintah kota Cirebon ingin menunjukkan bahwa Cirebon disamping memiliki potensi wisata yang berupa fisik, namun juga mempunyai kekayaan makna yang bersifat rahasia, sehingga memasuki Cirebon seolah memasuki belantara yang penuh dengan rahasia yang berupa makna-makna yang tersembunyi. Melalui The Gate of Secret diharapkan kota Cirebon lebih maju dan berkepribadian serta mengangkat dan memperkuat identitas kota Cirebon sebagai salah satu destinasi wisata budaya dan memiliki daya tarik tersendiri

yang tidak terlewati oleh para wisatawan untuk berkunjung, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Agar The Gate of Secret ini efektif, memberikan rasa penasaran wisatawan untuk datang ke Cirebon serta nilai-nilai sejarah dan budaya yang ada di Cirebon tetap lestari. Sehingga pada akhirnya tujuan pemerintah untuk memperkenalkan Cirebon sebagai kota wisata budaya berhasil, maka rencana pengembangan kota Cirebon perlu didukung dengan perencanaan jalur interpretasi yang baik. Jalur interpretasi merupakan suatu jalur khusus yang dibuat pada suatu kawasan yang di dalamnya berisi tentang informasi mengenai kawasan tersebut termasuk obyek-obyek yang menarik dengan tujuan untuk memudahkan pengunjung dalam mengenal kawasan tersebut serta sebagai upaya pelestarian obyek interpretasi (Rachmawati, 2011). Don Aldrige dari Skotlandia dalam Sharpe (1982), membatasi interpretasi sebagai Suatu seni untuk menerangkan tempat atau posisi manusia (pengunjung) di dalam lingkungannya, meningkatkan kesadaran pengunjung tentang pentingnya hubungan antara manusia dan lingkungannya dan menumbuhkan keinginan untuk menyumbangkan sesuatu terhadap kelestarian lingkungan. Pada teori yang dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa interpretasi adalah suatu kegiatan untuk memberikan informasi tentang tempat yang sedang dikunjungi oleh wisatawan. Pemberian informasiinformasi yang berkaitan dengan tempat tujuan wisata merupakan salah satu kegiatan wisata. Salah satunya dengan pembuatan jalur interpretasi, agar wisatawan yang berkunjung mendapatkan informasi yang sesuai mereka butuhkan, baik informasi tentang kota tujuan wisatawan tersebut atau informasi mengenai daya tarik wisata yang ada di kota tersebut. Jalur interpretasi yang baik yang dimiliki suatu kota atau wilayah akan memberikan kesan yang baik untuk kota atau wilayah tersebut. Kota atau wilayah tersebut akan tertata dengan baik sehingga memudahkan wisatawan untuk mengenal kota atau wilayah tersebut.

Oleh karena itu, perencanaan jalur interpretasi kota Cirebon perlu dilakukan agar memberikan pengalaman wisata yang menarik dan menyenangkan bagi pengunjung, yang secara tidak langsung menjaga kelestarian nilai sejarah dan kebudayaan Cirebon serta tujuan akhirnya yaitu lebih memperkenalkan kota Cirebon dalam mengangkat identitas Cirebon sebagai kota wisata budaya yang berbeda dengan kota-kota lainnya. Berdasarkan paparan latar belakang diatas, dalam penyusunan penelitian ini penulis memilih judul Perencanaan Jalur Interpretasi The Gate of Secret Dalam Mengangkat Identitas Cirebon Sebagai Kota Wisata Budaya B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Potensi wisata budaya apa saja yang ada di kota Cirebon? 2. Bagaimanakah konsep ruang wisata yang sesuai untuk kota Cirebon? 3. Bagaimanakah jalur interpretasi dan tema jalur interpretasi yang sesuai dengan wisata budaya di kota Cirebon? C. Batasan Masalah Pada penelitian ini penulis membatasi sampai pada tahap perencanaan yang hasilnya berupa tulisan, gambar, serta peta jalur interpretasi. Rencana yang dihasilkan berupa rencana jalur interpretasi The Gate of Secret Cirebon sebagai kota wisata budaya. Wilayah penelitian yang dilakukan peneliti mencakup wilayah Kota Cirebon yang memiliki potensi daya tarik wisata budaya. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan di Cirebon, berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi, maka tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi potensi daya tarik wisata yang ada di kota Cirebon. 2. Menentukan konsep ruang wisata yang sesuai di kota Cirebon. 3. Menentukan jalur interpretasi serta tema jalur intrpretasi yang sesuai dengan wisata budaya di kota Cirebon. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Lokasi Penelitian a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan hasil analisis terkait dengan perencanaan jalur interpretasi The Gate of Secret dalam mengangkat identitas Cirebon sebagai kota wisata budaya sehingga menarik wisatawan untuk berkujung ke kota Cirebon. b. Dengan adanya perencanan jalur interpretasi diharapkan dapat memberikan pengalaman wisata yang menarik dan menyenangkan bagi pengunjung, serta secara tidak langsung menjaga kelestarian nilai sejarah dan budaya Cirebon. 2. Pengelola a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran terkait dengan pengembangan Cirebon sebagai kota wisata budaya melalui perencanaan jalur interpretasi dan menjadi bahan pertimbangan untuk lebih memaksimalkan potensi pariwisata budaya di kota Cirebon.

3. Peneliti 4. Pembaca 5. Akademis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dan hasil nyata pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan. b. Sebagai salah satu persyaratan Tugas Akhir yang harus dipenuhi untuk kelulusan sarjana srata 1 (S1) Jurusan Manajemen Resort and Leisure Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. a. Dapat memberikan gambaran tentang kota Cirebon sebagai kota wisata budaya serta perkembangannya. b. Dapat memberikan pengetahuan tentang jalur interpretasi dalam mengangkat identitas suatu kota. c. Dapat memberikan wawasan dan pemahaman terhadap pentingnya pelestarian budaya yang menjadi ciri khas daerah dan bangsa sehingga memberi pengaruh positif bagi semua pihak. a. Kegunaan akademis, yaitu sebagai salah satu sumbangan dalam mengembangankan ilmu pengetahuan sehingga menambah wawasan pada bidang pariwisata. Khususnya yang berkaitan dengan jalur interpretasi dan identitas suatu kota. 6. Masyarakat a. Bagi masyarakat yaitu sebagai usaha meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh daerahnya.

b. Diharapkan masyarakat akan lebih aktif untuk memperkenalkan ciri khas daerahnya. F. Definisi Operasional Berdasarkan judul di atas, dapat ditarik pengertian mengenai definisi operasionalnya sebagai berikut: 1. Jalur Interpretasi Menurut Rachmawati, (2011) ada beberapa pengertian mengenai jalur interpretasi, diantaranya yaitu : a. Jalur khusus yang digunakan untuk memasuki kawasan dengan lingkungan yang sangat menarik untuk mengetahui kondisi kawasan. b. Suatu rute yang dibuat untuk menjarakkan pengunjung ke tempattempat obyek interpretasi (geologis, biologis, sejarah dan budaya) dan dijelaskan kepada pengunjung baik oleh pemandu atau dengan tandatanda interpretasi. c. Jalur khusus yang didalamnya terdapat obyek-obyek yang menarik, bisa berupa jalur mobil, jalur sepeda, berjalan kaki dsb. Perencanaan jalur interpretasi merupakan perencanaan jalur khusus suatu kawasan yang didalamnya terdapat penjelasan mengenai kawasan tersebut termasuk daya tarik wisata untuk memudahkan pengunjung dalam mengenal kawasan tersebut serta sebagai upaya pelestarian nilai sejarah dan budaya kawasan atau obyek interpretasi. Dengan adanya jalur interpretasi diharapkan akan memberikan pengalaman wisata yang menarik dan menyenangkan bagi pengunjung. Pada perencanaan jalur interpretasi, kawasan dibagi ke dalam beberapa bagian jalur interpretasi berdasarkan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Setiap bagian jalur tersebut ditentukan tema yang sesuai berdasarkan karakter dominan pada lokasi daya tarik wisata tersebut. Pada masing-masing jalur interpretasi berisi daya tarik wisata potensial sebagai tempat kunjungan dan akan diberikan

informasinya kepada pengunjung sehingga terbentuk suatu rute wisata. Daya tarik wisata tersebut dilakukan penilaian terlebih dahulu oleh pihak expert, berdasarkan indikator-indikator penilaian menurut (Avenzora, 2008:251). 2. Wisata Budaya Menurut Evans dalam Richards dan Wilson (2007:61), konsep kota budaya seringkali diidentikkan dengan kota sejarah atau kota heritage. Konsep kota budaya jauh lebih luas dibandingkan dengan kota sejarah atau heritage. Komponen-komponen kota yang menjadi daya tarik wisata utama bagi kota-kota budaya adalah: a. Museum dan wisata heritage b. Distrik-distrik budaya (pecinan, kampung arab) c. Masyarakat etnis d. Kawasan hiburan e. Wisata ziarah Pada penelitian ini, penulis akan membuat tema berdasarkan komponenkomponen wisata budaya di atas, serta disesuaikan dengan objek dan daya tarik yang ada di kota Cirebon.