ANALISIS IODAT DALAM BUMBU DAPUR DENGAN METODE IODOMETRI DAN X-RAY FLUORESCENCE

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGARUH PROSES PENCUCIAN GARAM TERHADAP KOMPOSISI DAN STABILITAS YODIUM GARAM KONSUMSI

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

PENGARUH LAMA PENDIDIHAN TERHADAP KADAR KIO3 PADA GARAM BERYODIUM MERK X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR YANG BEREDAR DI PASAR KOTA BITUNG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

MODUL Dasar-Dasar Kimia Analitik. Kelompok 2 :

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

MODUL 2 PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM YOU C Kurnia Sandwika Henry Liyanto Ignatio Glory

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

So 4, K 3, HCO 3-, Br -, dan

Metodologi Penelitian

KIMIA UNSUR. (4) energi ionisasi kripton lebih tinggi daripada energi ioniasasi neon

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS IOD-AMILUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR PERSULFAT ABSTRAK ABSTRACT

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Penurunan Bilangan Peroksida dengan kulit pisang kepok (Musa normalis L)

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Laporan Kimia Analitik KI-3121

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

Pupuk kalium sulfat SNI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PENENTUAN DAYA SERAP ARANG AKTIF TEKNIS TERHADAP IODIUM SECARA POTENSIOMETRI

ANALISIS KESTABILAN KALIUM IODAT DALAM GARAM TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODOMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS SKRIPSI

ANALISIS KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Pupuk amonium sulfat

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

LAMPIRAN. Data Hasil Penelitian dan Perhitungan

PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS AMILUM-IODIUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR IODAT ABSTRAK ABSTRACT

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

Bab 1 Pendahuluan. I. Landasan Teori

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 6, NO. 3, DESEMBER 2002 ANALISIS IODAT DALAM BUMBU DAPUR DENGAN METODE IODOMETRI DAN X-RAY FLUORESCENCE Nelson Saksono Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail : nelson@che.ui.edu Abstrak Program Iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam merupakan cara yang paling tepat guna dan ekonomis untuk menanggulangi masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Tetapi dalam perkembangannya ada beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam beriodium tidak efektif karena kadar iodiumnya akan berkurang bahkan hilang bila dicampur dengan bumbu dapur. Untuk mengetahui lebih jauh duduk permasalahannya, maka perlu dilakukan analisis keberadaan iodat dalam bumbu dapur dengan metode Iodometri dan metode X-ray Fluorosence. Dari hasil pengujian metode Iodometri terjadi penurunan kandungan iodat untuk masingmasing bumbu dapur yaitu cabai sebesar 75,5 %, 51,43 % dan 20,99 %. Sedangkan hasil pengujian dengan metode X-ray Fluorosence terjadi penurunan iodat untuk cabai sebesar 12,84 %, 6,42 % dan 1,14 %. Perbedaan penurunan iodat dalam bumbu dapur dari kedua metode ini disebabkan karena perbedaan prinsip dan fungsi dari metode. Iodometri hanya dapat menganalisis iodium dalam bentuk iodat saja sedangkan dalam matrik bumbu dapur yang mengandung senyawa-senyawa kimia kemungkinan iodat berada dalam beberapa bentuk senyawa. X-ray Fluorescence dapat menganalisis iodat dalam beberapa bentuk senyawa iodium sehingga matrik bumbu dapur yang begitu kompleks tidak menjadi masalah. Abstract Iodat Analysis Content in Cooking Ingredients Using Iodometry and X-ray Fluorescence Methods. Salt iodization program using iodine fortification into salt method is the best method that is effective and economical to overcome the problems caused by iodine deficiency. However in, its development there are some issues clamed that the use of iodized salt is ineffective since iodine content reduces, even disappear when the salt mix with other cooking ingredients. In order to investigated the existence of iodine in cooking ingredients, a research applying iodometry and X-ray fluorescence methods was carry out. The result obtained by iodometry method showed decreases in iodine content in each ingredient, as chili was 75,5 %, was 51,43 %, and pepper was 20.99 %. On the other hand, the X-ray Fluorescence measurement showed the iodat deficiency in chili was 12.84 %, was 6.42 %, and pepper was 1.14 %. The difference in the result of iodat deficiency can be caused by difference in principle and possessed by them. Iodometry only can analyze iodine in iodat form, while in cooking ingredients iodat may exist in various compound. X-ray Fluorescence can analyze iodat in some compounds so that the complicated matrix ingredient with not interfere the measurement. Keywords : iodat, iodometry, X-ray Fluorescence, salt, ingredient 1. Pendahuluan Pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya menjalankan program pemberantasan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Salah satu program yang dijalankan adalah program iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam. Program ini dilengkapi dengan seperangkat peraturan pada proses produksi dari iodisasi garam untuk menjaga agar garam yang sampai pada konsumen masih mengandung iodium pada konsentrasi 30-80 ppm, sesuai dengan kandungan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3556-1994 tentang garam konsumen [1]. Dalam perkembangannya ada beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaaan garam beriodium di Indonesia tidak efektif karena kadar iodium dalam 89

90 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 6, NO. 3, DESEMBER 2002 garam akan berkurang bahkan dapat hilang bila garam tersebut dicampur dengan bumbu masak [2,3]. Isu ini merupakan tantangan dalam menyukseskan program iodisasi garam dan kebenarannya harus dibuktikan secara ilmiah. Menurut Arhya [2,3] dalam penelitiannya terhadap beberapa bumbu masak yang ditambahkan pada garam beriodium menyatakan bahwa kadar iodat dalam beberapa bumbu masak tersebut mengalami penurunan. Bahkan menurut hasil penelitian tersebut, jenis bumbu seperti cabai, terasi, dan dapat hilang sama sekali (100 %) kandungan iodium garam, atau dengan kata lain bumbu masak dapat merusak iodium garam. Metode analisis yang digunakan Arhya [2,3] dalam penelitiannya adalah metode Iodometri. Prinsip metode Iodometri adalah terjadinya perubahan warna setelah sampel dititrasi. Analisis ini sangat sulit dilakukan secara langsung untuk sampel yang berwarna seperti bumbu dapur. Tetapi untuk lebih mengetahui hasil yang sudah didapat kiranya perlu juga dilakukan pengujian menggunakan metode iodometri selain menggunakan metode lain yaitu metode X-ray Fluorescence (XRF). Metode X-ray Fluorescence dapat dipergunakan untuk menganalisis unsur iodium dalam sampel yang berwarna seperti halnya iodium dalam bumbu dapur. Prinsip pengukuran X-ray Fluorescence berdasarkan atas terjadinya proses eksitasi elektron pada kulit atom bagian dalam ketika atom suatu unsur tersebut dikenai sinar-x, kekosongan elektron tersebut akan diisi oleh elektron bagian luar dengan melepaskan energi yang spesifik untuk setiap unsur [4]. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengukuran iodium dengan metode X-ray Fluorescence dan metode Iodometri dimana sebelumnya sampel bumbu dapur diekstrak dengan aquades dan disaring untuk mengurangi gangguan warna pada proses pengukuran. 2. Eksperimental Sampel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah bumbu dapur (cabai, dan ) yang telah ditambahkan iodat dengan konsentrasi yang diketahui. Pemilihan jenis bumbu dapur ini berdasarkan pada hasil dari beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa jenis bumbu-bumbu dapur ini sangat ekstrim dalam proses penghilangan iodium garam. Metode yang digunakan untuk menguji kandungan iodium dalam bumbu ini adalah metode iodometri dan metode X-ray Fluorescence. Pengujian dengan metode iodometri dilakukan berdasarkan terjadinya perubahan warna dari warna ungu yang berasal dari iodium-kanji menjadi tidak berwarna setelah dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat [5]. Tahap pertama pada metode ini adalah preparasi sampel. Masing-masing sampel (cabai, dan ) sebanyak 62,5 gram dilarutkan menggunakan aquades menjadi 500 ml. Larutan sampel ini kemudian disaring dengan dua kali penyaringan, pertama dengan kertas saring biasa dan kedua dengan kertas saring Whatman 42. Penyaringan bertujuan untuk mengurangi gangguan warna dari sampel. Sampel hasil saringan masing-masing diukur ph-nya dan dipipet sebanyak 10 ml kemudian ditambah 1 gram NaCl dan KIO 3 40 ppm dengan variasi konsentrasi yaitu 5, 7, 10 dan 12 ml KIO 3 40 ppm. Tahap kedua dari metode iodometri adalah standarisasi Natrium tiosulfat 0,0004 N yaitu dengan mencampur 1 gram NaCl dan 5 ml KIO 3 0,0004 N kemudian dilarutkan menjadi 100 ml dan diaduk sampai homogen. Campuran ini kemudian ditambah 2 ml H 3 PO 4 85% dan 0,1 gram KI sambil diaduk dan dititrasi dengan Natrium tiosulfat 0,0004 N sampai larutan berwarna kuning muda, kemudian dilakukan penambahan 2 ml larutan kanji dan dititrasi terus sampai warna ungu hilang dan larutan menjadi bening. Tahap ketiga dari metode ini adalah pengukuran sampel. Sampel dari hasil preparasi ditambah dengan 2 ml H 3 PO 4 dan 0,1 gram KI kemudian dititrasi dengan Natrium tiosulfat 0,0004 N hasil standarisasi. Pengujian dengan metode X-ray Fluorescence dilakukan berdasarkan pada perbandingan besarnya intensitas dari unsur iodium dalam sampel dengan besarnya intensitas iodium dalam larutan standar menggunakan perhitungan regresi linier. Tahap pertama pada metode ini adalah pembuatan standar KIO 3. Larutan standar dibuat dengan melarutkan 0,1000 gram KIO 3 menjadi 100 ml dengan menggunakan aquades. Larutan ini kemudian disebut sebagai larutan stok. Dari larutan stok ini kemudian dipipet masing-masing sebanyak 2,5, 5,0, 10, 15, dan 20 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Ke dalam labu ukur ini ditambahkan 25 gram NaCl kemudian dilarutkan dengan aquades menjadi 100 ml. Larutan standar ini mempunyai konsentrasi 25, 50, 100, 150, dan 200 ppm. Tahap kedua metode ini adalah preparasi sampel. Masing-masing sampel (cabai, dan ) ditimbang 25 gram kemudian ditambah 25 gram NaCl dan 10 ml KIO 3 1000 ppm. Sampel ini kemudian dilarutkan dengan aquades sampai volume 100 ml dan diukur ph-nya.

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 6, NO. 3, DESEMBER 2002 91 Tahap ketiga adalah pengujian intensitas standar dan sampel. Standar dan sampel diuji dengan menggunakan X-ray Fluorescence. Besarnya intensitas unsur iodium sampel dibandingkan dengan besarnya intensitas iodium standar dengan menggunakan perhitungan regresi linier. 3. Hasil dan Pembahasan Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa kadar iodat akan berkurang bila dicampur dengan bumbu dapur. Cabai merupakan bumbu dapur yang paling besar dalam proses penghilangan iodat dalam garam diikuti dan. Selain itu terlihat pula pada Gambar. 1 bahwa konsentrasi awal iodat pada bumbu dapur berpengaruh pada tingkat penurunan iodat. Makin rendah konsentrasi awal iodat maka akan semakin kecil persentasi kehilangan iodatnya. Untuk konsentrasi awal iodat sebesar 234,14 ppm, pada cabai didapat penurunan hingga 100 %, sedangkan pada dan masing-masing sebesar 56,32 % dan 23,62 %. Pada konsentrasi awal iodat sebesar 573,35 ppm, pada cabai terjadi penurunan 73,19 %, sedangkan pada dan masing-masing sebesar 50,51 % dan 20,57 %. Berkurangnya iodat dalam bumbu dapur dapat disebabkan oleh tereduksinya iodat oleh senyawasenyawa pereduksi dalam bumbu dapur.pada suasana asam. Suasana asam pada bumbu dapur dapat diketahui dari ph bumbu dapur yang bersifat asam. Tabel. 1 menunjukkan bahwa cabai memiliki ph yang paling rendah (asam). Itulah sebabnya mengapa cabai memiliki kemampuan untuk menurunkan kandungan iodat paling besar dibanding atau. Metode X-ray Fluorescence berdasarkan pada besarnya intensitas dari energi eksitasi yang berasal dari elektron pada kulit atom bagian dalam ketika atom tersebut ditembak oleh energi sinar-x. Unsur iodium dengan nomor atom 53 mempunyai energi eksitasi pada kulit Kα sebesar 28,3 kev. Untuk dapat mengeksitasi atom iodium pada Kα maka diperlukan suatu energi yang lebih besar dari energi eksitasi atom iodium tersebut. Sumber sinar-x yang digunakan untuk mengeksitasi atom iodium adalah energi dari radioaktif unsur Am- 241 yang mempunyai energi sebesar 60 kev. Spektrum dari intensitas iodium dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel. 1 ph Bumbu Dapur bumbu dapur cabai ph 3, 86 5, 67 5,86 Persen penurunan KIO3 (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 234,14 330,47 473,31 573,35 cabe Konsentrasi KIO3 awal (ppm) Gambar 1. Grafik Penurunan Iodat Dalam Bumbu Dapur Metode Iodometri

92 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 6, NO. 3, DESEMBER 2002 Gambar 2. Spektrum unsur iodium Tabel 2. Hasil pengukuran XRF terhadap sampel bumbu dapur Tabel 3. Persentasi penurunan iodat garam dalam bumbu dapur Nama Bumbu cabai KIO 3 Awal (ppm) 104,9 104,2 110,8 KIO 3 hasi l pengukuran (ppm) 91,2 ± 1,6 97,5 ± 1,6 107,9 ± 1,5 Nama Bumbu cabai KIO 3 Awal (ppm) 486,57 487,74 488,81 Persen penurunan iodat (%) 12,84 6,42 1,14 Intensitas yang diukur oleh alat XRF berasal dari proses eksitasi elektron pada kulit bagian dalam dari atom iodium. Oleh karena itu metode XRF ini akan memberikan nilai intensitas secara total dari iodium dalam semua bentuk senyawa baik itu iodat (IO 3 - ), iodida (I - ), iodium (I 2 ), dan sebagainya. Standar yang digunakan sebagai sumber iodium adalah larutan kalium iodat, sehingga intensitas iodium yang dihasilkan dari alat dapat dikonversi sebagai kalium iodat. Untuk menghindari gangguan matriks yang disebabkan oleh perbedaan matriks sampel dan standar maka dalam pengukuran dilakukan metode standar adisi yaitu penambahan unsur Barium (Ba) pada matriks sampel. Dari hasil penambahan unsur Barium ini ternyata tidak ada gangguan intensitas dari perbedaan matriks, sehingga perbedaan matriks ini tidak mengganggu pengukuran. Hasil pengujian XRF terhadap larutan sampel yang telah diketahui konsentrasinya menunjukkan hasil yang cukup memadai seperti yang terlihat pada Table 2. Hasil pengujian penurunan kandungan iodat pada bumbu dapur dapat dilihat pada Table 3. Proses hilangnya iodat dalam bumbu dapur ini disebabkan tereduksinya iodat menjadi iodium (I 2 ). Reaksi reduksi yang terjadi diperkirakan adanya zat pereduksi dalam bumbu dapur. Potensial reduksi dari zat reduktor tersebut tidak terlalu kuat sehingga hilangnya iodat dalam bumbu dapur tidak terlalu besar, lain halnya dengan metode iodometri dimana jumlah iodat yang hilang cukup besar. Perbedaan yang begitu besar ini disebabkan prinsip dan fungsi dari kedua metode ini berbeda. Iodometri digunakan untuk menganalisis iodium dalam bentuk iodat saja sedangkan XRF dapat digunakan untuk menganalisis iodium dalam semua bentuk senyawa. Seperti yang kita ketahui bumbu dapur yang digunakan mengandung senyawa-senyawa kimia yang begitu kompleks, jika senyawa kimia ini berinteraksi dengan iodat akan menghasilkan suatu reaksi yang kompleks, atau dengan kata lain iodat akan bereaksi dan diubah menjadi bentuk senyawa lain. Hasil perbandingan antara pengukuran dengan metode X-ray Fluorosence dapat dilihat pada Gambar 3.

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 6, NO. 3, DESEMBER 2002 93 Tingginya harga penurunan kandungan iodat menggunakan metode Iodometri dibanding metode XRF, disebabkan adanya beberapa kelemahan metode Iodometri dalam mengukur kandungan iodat dalam bumbu dapur. Aspek-aspek tersebut adalah : a. Hilangnya iodat sebagai iodium (I 2 ) pada saat ditambahkan KI. Sebagaimana diketahui bahwa metode iodometri menggunakan pereduksi kalium iodida untuk mereduksi iodat menjadi iodium. Pada saat inilah kemungkinan iodium yang dihasilkan terlepas ke udara sehingga hasil dari penitaran akan kecil. b. Bereaksinya iodium yang dihasilkan dengan air (hidrolisis) dan hasil reaksinya akan bereaksi lanjut yang akan menimbulkan penggunaan natrium tiosulfat menurun sehingga hasil titrasi akan kecil: I 2 + H 2 O HOI - + I - + H + (1) 4HOI - + S 2 O 3 - + H 2 O 2SO 4 2- + 4I - + 6H + (2) c. Kepekaan dari indikator amilum yang berkurang pada larutan sampel yang berwarna, sehingga akan mempengaruhi hasil akhir titrasi. d. Metode iodometri hanya dapat mengukur iodium dalam bentuk iodat saja. Sehingga iodium dalam bentuk senyawa lain belum tentu bisa diukur oleh metode ini. Seperti kita ketahui bumbu dapur mengandung zat-zat organik yang mungkin akan mengikat iodat sehingga iodat yang terikat ini tidak bisa direduksi oleh kalium iodida dan sudah tentu ini akan membuat hasil pengujian akan kecil. e. Berkurangnya daya reduksi dari kalium iodide karena senyawa ini akan dioksidasi oleh udara O 2 + 4I - + 4H + 2I 2 + 2H 2 O (3) 4. Kesimpulan dan Saran Dari hasil percobaan dan pembahasan serta analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kandungan iodat dalam garam NaCl setelah dicampur dengan beberapa bumbu dapur (cabai, dan ) akan mengalami sedikit penurunan. 2. Urutan bumbu dapur yang paling berperan dalam proses penurunan kandungan iodat adalah : cabai > >. 3. Penurunan yang begitu banyak dari iodat pada metode iodometri bukan disebabkan semuanya hilang sebagai iodium (I 2 ) tetapi ketidakmampuan metode ini untuk menganalisis iodat dalam bentuk senyawa lain. 4. Metode X-ray Flurescence adalah metode yang lebih tepat dibandingkan metode iodometri untuk menganalisis iodat dalam matrik bumbu dapur, karena XRF dapat menganalisis iodat dalam berbagai bentuk dan analisisnya tidak dipengaruhi oleh warna sedangkan iodometri hanya dapat menganalisis dalam bentuk iodat saja disamping analisisnya dipengaruhi oleh perubahan warna. 600 konsentrasi iodat (ppm) 500 400 300 200 100 awal X-ray Iodometri 0 cabai Gambar 3. Grafik Perbandingan Penurunan Kadar Iodat antara Metode Iodometri dan Metode XRF

94 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 6, NO. 3, DESEMBER 2002 Untuk mengetahui lebih jauh mengenai kesetabilan iodat dalam garam pada matrik bumbu dapur sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yaitu mengidentifikasi senyawa-senyawa kimia dalam bumbu dapur yang bersifat reduktor. Selain itu untuk mendapat gambaran yang lebih komprehensif perlu juga dilakukan pengukuran iodat dalam bumbu dapur setelah sampel dipanaskan untuk mengetahui kestabilan iodat dalam keadaan panas. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini sebagian didanai oleh Lembaga Penelitian UI melalui program DIK MAK 5.250 Tahun anggaran 2001. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kamarza Mulia PhD dan Elsa Krisanti PhD yang telah banyak memberikan masukkan mulai dari awal hingga akhir penelitian dan juga kepada seluruh personil Lab. Termodinamika Energi & Lingkungan Jurusan Teknik Gas & Petrokimia FTUI yang telah memfasilitasi terlaksananya penelitian ini. Daftar Acuan 1. Departemen Perindustrian RI, Standar Nasional Indonesia. (SNI) No. 01-3556, Departemen Perindustrian Republik Indonesia, 1994 2. I.N. Arhya, Medika No. 12 Tahun XXI (1995) 3. I.N. Arhya, Medika No. 4 Tahun XXIV (1998) 4. E.Galen, Instrumental Method of Chemical Analysis, Mc Graw Hill International Edition, Singapore, 1985, p. 204-212 5. Vogel, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, (terjemahan) Media Pustaka, Jakarta, edisi kelima, 1985, p. 350.