IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Tanaman Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) Rumput teki (Cyprus rotundus L.) merupakan jenis tanaman yang telah

I. PENDAHULUAN. kekayaan lautnya. Di Indonesia terdapat jenis tumbuhan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

EFEK PEMBERIAN SENYAWA DIETHYLSTILBESTROL (DES) TERHADAP PERKEMBANGAN DAN EKSPRESI PROTEIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB 4 HASIL. Gambar 4.1 Folikel Primer. 30 Universitas Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1997), rumput teki dikelompokkan ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pengaruh ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

BAB I PENDAHULUAN. atau kesehatan, tetapi juga budaya. Budaya minum jamu ini masih terpelihara di

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sudah semakin meluas, tetapi pemakaian obat tersebut tanpa mempertimbangkan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus) TERHADAP BERAT UTERUS DAN TEBAL ENDOMETRIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MENOPAUSE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat...


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menjadi suatu pemikiran terkait

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktif dari hormon tiroksin memegang peranan penting dalam fungsi fisiologis

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I. PENDAHULUAN A.

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh

Anatomi/organ reproduksi wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

EKSTRAK AKAR TANAMAN KELOR SEBAGAI ANTIFERTILITAS PADA MENCIT BETINA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan negara berupa kemajuan di bidang kesehatan,

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas,

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

5 KINERJA REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium. Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu kedokteran anti penuaan (KAP) atau Anti-Aging

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP FOLIKULOGENESIS PADA OVARIUM MENCIT (Mus musculus L.) ( Skripsi ) Oleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Jumlah Sel-sel Spermatogenik. Hasil penelitian pemberian ekstrak buah pare (Momordica charantia)

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

BAB 1 PENDAHULUAN. (tua) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif maupun endokrinologik dari

Pengaruh Ekstrak Air Daun Katu (Sauropus androgynus (L.) Merr.) terhadap Berat Uterus dan Tebal Endometrium Mencit (Mus musculus L.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan

PENGARUH EKSTRAK KACANG PANJANG

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

36 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Lapisan Granulosa Folikel Primer Pengaruh pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) terhadap ketebalan lapisan granulosa pada folikel primer mencit (Mus musculus L.) dapat dilihat pada Gambar 2. Ketebalan lapisan granulosa (µm).350.340.330.320.30.300.290.280.270.260.250,346,33,32,284 kontrol,256 ml/40gbb 2,56 ml/40gbb 37,67 ml/40gbb K P P2 P3 Dosis Perlakuan Gambar 2. Rata-rata ketebalan lapisan granulosa folikel primer setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) Gambar di atas merupakan grafik rata-rata ketebalan lapisan granulosa folikel primer setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki. Pada grafik tersebut, dapat diketahui bahwa pada perlakuan dengan dosis,256 ml/40gbb dan

37 37,67 ml/40gbb ketebalan lapisan granulosa folikel primer pada ovarium mencit mengalami penurunan setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki bila dibandingkan dengan kontrol. Namun, pada perlakuan dengan dosis 2,56 ml/40gbb setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki ketebalan lapisan granulosa folikel primer mengalami peningkatan sebesar 3% bila dibandingkan dengan kontrol Gambar 3 menunjukkan lapisan granulosa pada folikel primer yang terdiri dari kontrol dan perlakuan dengan dosis,256 ml/40gbb, 2,56 ml/40gbb dan 37,67 ml/40gbb. A B C Gambar 3. Folikel Primer (A. Kontrol; B.,256 ml/40gbb; C.2,56 ml/40gbb; D.37,67 ml/40gbb). ) Lapisan Granulosa (Perbesaran 00x, HE) D

38 Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa ekstrak rimpang rumput teki tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap ketebalan lapisan granulosa pada folikel primer. 2. Lapisan Granulosa Folikel Sekunder Gambar 4 menunjukkan rata-rata ketebalan lapisan granulosa pada folikel sekunder ovarium mencit ± standar deviasi setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki. Ketebalan lapisan granulosa (µm).540.520.500.480.460.440.420.400.380.360.340,53,505,469,4 kontrol,256 ml/40gbb 2,56 ml/40gbb 37,67 ml/40gbb K P P2 P3 Dosis Perlakuan Gambar 4. Rata-rata ketebalan lapisan granulosa pada folikel sekunder setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.). Grafik di atas menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan lapisan granulosa pada folikel sekunder ovarium mencit mengalami peningkatan pada perlakuan dosis,256 ml/40gbb sebesar 7% dan peningkatan rata-rata ketebalan lapisan granulosa juga terjadi pada perlakuan dengan dosis 37,67 ml/40gbb sebesar 3% jika dibandingkan dengan kontrol setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki. Namun, pada dosis 2,56 ml/40gbb terjadi penurunan rata-rata

39 ketebalan lapisan granulosa folikel sekunder bila dibandingkan dengan kontrol setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki. Di bawah ini (Gambar 5) merupakan lapisan granulosa pada folikel sekunder yang terdiri dari kontrol dan perlakuan dengan dosis,256 ml/40gbb, 2,56 ml/40gbb dan 37,67 ml/40gbb. A B C Gambar 5. Folikel Sekunder (A. Kontrol; B.,256 ml/40gbb; C. 2,56 ml/40gbb; D. 37,67 ml/40gbb). ) Lapisan Granulosa (Perbesaran 00x, HE) D Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang rumput teki tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap ketebalan lapisan granulosa pada folikel sekunder ovarium mencit.

40 3. Lapisan Granulosa Folikel Tersier Pengaruh pemberian ekstrak rimpang rumput teki terhadap ketebalan lapisan granulosa pada folikel tersier mencit dapat dilihat pada Gambar 6. 2.350 2,33 Ketebalan lapisan granulosa (µm) 2.300 2.250 2.200 2.50 2.00 2,243 2,44 2,98 2.050 kontrol,256 ml/40gbb 2,56 ml/40gbb 37,67 ml/40gbb K P P2 Dosis Perlakuan P3 Gambar 6. Rata-rata ketebalan lapisan granulosa folikel tersier setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) Dari gambar 6 dapat diketahui bahwa setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki terjadi penurunan rata-rata ketebalan lapisan granulosa pada folikel tersier apabila perlakuan dosis,256 ml/40gbb, 2,56 ml/40gbb dan 37,67 ml/40gbb dibandingkan dengan kontrol. Namun rata-rata ketebalan lapisan granulosa foliker tersier pada dosis,256 ml/40gbb mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan dosis 2,56 ml/40gbb dan dosis 37,67 ml/40gbb.

4 Hasil dari pengamatan lapisan granulosa pada folikel tersier dapat dilihat dari gambar 7. A B C D Gambar 7. Folikel Tersier (A. Kontrol; B.,256 ml/40gbb; C. 2,56 ml/40gbb; D. 37,67 ml/40gbb).. Lapisan Granulosa (Perbesaran 00x, HE) Pada saat penelitian, selain mengetahui ketebalan lapisan granulosa pada folikel primer, folikel sekunder dan folikel tersier juga diamati bentuk dari folikel tersebut karena berhubungan dengan batas dari sel-sel granulosa yang akan diukur ketebalannya. Bentuk folikel hanya sedikit yang berbentuk lonjong atau tidak bulat. Hal ini dikarenakan teknik pembuatan preparat pada saat pemotongan dan penempelan pada slide terjadi pergeseran atau tertarik keluar ovarium yang menyebabkan folikel tersebut tidak berbentuk bulat.

42 Hasil pada penelitian, tidak menunjukkan adanya kelainan histologi pada lapisan granulosa pada tahapan folikel primer, sekunder dan tersier seperti peradangan atau kerusakan sel yang berarti. Peningkatan dan penurunan ketebalan lapisan granulosa tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor kelainan histologi pada lapisan granulosa seperti peradangan atau kerusakan sel. B. Pembahasan. Ketebalan Granulosa pada Folikel Primer Folikel primer yang sedang tumbuh ditandai dengan adanya perbesaran oosit sel-sel folikular yang gepeng kemudian berkembang menjadi sel-sel berbentuk kuboid dan berkembang menjadi granular. Sel-sel ini disebut dengan lapisan granulosa (Geneser 994). Hasil pengamatan terhadap ketebalan lapisan granulosa folikel primer dapat dilihat pada gambar 2. Jika dibandingkan dengan kontrol, pemberian perlakuan dengan dosis ekstrak,256 ml/40gbb ketebalan lapisan granulosa mengalami peningkatan sebesar 3% dan peningkatan ini lebih besar bila dibandingkan dengan perlakuan dosis 2,56 ml/40gbb. Namun, pada dosis 37,67 ml/40gbb terjadi penurunan ketebalan lapisan granulosa sebesar 3% bila dibandingkan dengan kontrol setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata ketebalan lapisan granulosa folikel primer jika perlakuan dosis (,256 ml/40gbb, 2,56 ml/40gbb, 37,67 ml/40gbb) dibandingkan dengan kontrol.

43 2. Lapisan Granulosa pada Folikel Sekunder Pada tahap folikel sekunder ditandai dengan adanya proliferasi secara cepat dari lapisan granulosa. Pada saat proliferasi berlangsung selama beberapa hari, sel-sel granulosa akan mensekresi estrogen yang terkandung di dalam cairan folikuler (Guyton dan Hall, 997). Folikel sekunder ditandai dengan sel granulosa pada manusia terdiri dari 6-2 lapis sel, oosit mencapai ukuran yang besar maksimal dan letak dari oosit tersebut eksentrik di dalam folikel (Yatim, 994). Dari pengamatan pada gambar 4, diketahui bahwa rata-rata ketebalan lapisan granulosa pada folikel sekunder ovarium mencit setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki mengalami peningkatan pada perlakuan dosis,256 ml/40gbb sebesar 7% jika dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan dosis 37,67 ml/40gbb juga mengalami peningkatan ketebalan lapisan granulosa bila dibandingkan dengan kontrol namun peningkatannya tidak sebesar pada dosis,256 ml/40gbb hanya 4%. Dosis 2,56 ml/40gbb mengalami penurunan pada ketebalan lapisan granulosa setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki yaitu sebesar 5% bila dibandingkan dengan kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang rumput teki tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap ketebalan lapisan granulosa pada folikel sekunder pada perlakuan dosis,256 ml/40gbb, 2,56 ml/40gbb dan 37,67 ml/40gbb jika dibandingkan dengan kontrol. 3. Lapisan Granulosa pada Folikel Tersier Tahap folikel tersier ditandai dengan munculnya antrum yang merupakan pengumpulan cairan folikuler di dalam masa sel granulosa. Setelah antrum

44 terbentuk akan terjadi proliferasi secara cepat dari sel granulosa dan teka sehingga laju sekresi sel akan meningkat (Guyton dan Hall, 997). Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa rata-rata ketebalan lapisan granulosa folikel tersier pada setiap perlakuan (dosis,256 ml/40gbb, 2,56 mg/40gbb dan 37,67 ml/40gbb) mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kontrol. Namun pada dosis 37,67 ml/40gbb, rata-rata ketebalan lapisan granulosa folikel tersier mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan dosis 2,56 ml/40gbb. Pada pemberian dosis 2,56 ml/40gbb, jika dibandingkan dengan kontrol mengalami penurunan sebesar 8%. Pada dosis,256 ml/40gbb dan 37,67 ml/40gbb juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kontrol walaupun tidak sebesar pada dosis 2,56 ml/40gbb. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang rumput teki memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap ketebalan lapisan granulosa pada folikel tersier. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan hasil yang didapat, pemberian ekstrak rimpang rumput teki tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata ketebalan lapisan granulosa. Namun walaupun tidak memberikan perbedaan yang nyata, terjadi peningkatan dan penurunan rata-rata ketebalan lapisan granulosa tahapan folikel primer, sekunder dan tersier pada setiap perlakuan dosis,256 ml/40gbb, 2,56 ml/40gbb dan 37,67 ml/40gbb apabila dibandingkan dengan kontrol. Adanya penurunan serta peningkatan ketebalan lapisan granulosa diduga dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal misalnya keadaan dari hewan uji yaitu mencit betina yang mengalami stres menyebabkan penurunan ketebalan lapisan granulosa. Faktor-faktor penyebab stres antara lain :. Rasa lapar

45 2. Suhu yang berubah-ubah 3. Kebisingan dan keramaian Faktor-faktor penyebab stres tersebut pertama kali akan diterima oleh panca indera dan diteruskan ke sistem syaraf pusat lalu akan dialirkan ke organ tubuh. Organ yang dialiri stres antara lain adalah kelenjar hormon misalnya kelenjar hormon estrogen. Apabila organ tersebut telah dipengaruhi stres maka akan terjadi perubahan pada sistem keseimbangan tubuh yang menimbulkan perubahan fungsional dari organ target. Dengan kata lain, salah satu penyebab penurunan ketebalan lapisan granulosa dikarenakan adanya pengaruh internal yaitu stres dari hewan uji yaitu mencit (Mus musculus L.) betina ( Gunawan dan Sumadiono, 2007). Selain faktor internal, telah disebutkan bahwa faktor eksternal juga berpengaruh terhadap ketebalan lapisan granulosa. Meskipun pemberian ekstrak rimpang rumput teki tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap ketebalan lapisan granulosa, namun terjadi peningkatan ketebalan lapisan granulosa tahapan folikel primer, sekunder dan tersier apabila masing-masing perlakuan dosis dibandingkan dengan kontrol. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kandungan dari senyawa rimpang rumput teki. Senyawa pada rimpang rumput teki yang semula diduga bersifat antiestrogen justru bersifat estrogenik (memacu estrogen). Senyawa tersebut adalah flavonoid. Menurut Saddiqi (2008), senyawa flavonoid adalah golongan dari isoflavon yang kerjanya adalah sebagai pengendali dari efek estrogen (estrogenik). Dengan kata lain, efek estrogenik pada senyawa isoflavon bekerja untuk mengatur estrogen agar diproduksi dalam jumlah yang memadai sehingga terjadi peningkatan pada lapisan granulosa. Selain karena faktor eksternal dan faktor internal yang telah disebutkan, ukuran folikel juga mempengaruhi ketebalan dari lapisan granulosa. Selain karena pengaruh hormon yaitu hormon FSH dan LH, terdapat beberapa hormon protein lain yang berasal dari ovarium yang berpengaruh terhadap ukuran folikel. Salah

46 satunya adalah inhibin. Menurut Winda (2007), inhibin adalah hormon protein yang terdapat di ovarium yang sumber utamanya adalah sel granulosa. Inhibin terdiri dari inhibin A dan inhibin B. Inhibin B tidak berhubungan dengan ukuran folikel tetapi inhibin A yang apabila kadarnya meningkat maka akan terjadi peningkatan pada ukuran folikel dan terjadi peningkatan pada ketebalan lapisan granulosa.