Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

dokumen-dokumen yang mirip
Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

BAB III LANDASAN TEORI

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

PEMANFAATAN PASIR LAUT TANJUNG ALANG SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS (HOT ROLLED SHEET) ABSTRACT PENDAHULUAN

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

PERENCANAAN CAMPURAN HRS-WC MENGGUNAKAN AGREGAT DAUR ULANG DARI SAMPEL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

NASKAH SEMINAR INTISARI

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PENGARUH POROSITAS AGREGAT TERHADAP BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

PENGARUH TERENDAMNYA PERKERASAN ASPAL OLEH AIR LAUT YANG DITINJAU TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

Transkripsi:

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Palangkaraya ABSTRAK Kabupaten Seruyan sebagai salah satu kabupaten baru di Provinsi Kalimantan Tengah hingga saat ini masih belum banyak disentuh jaringan transportasi darat. Struktur perkerasan jalan yang lazim di Kalimantan Tengah adalah perkerasan lentur. Perkerasan lentur terdiri atas komposisi agregat kasar, agregat halus, aspal, dan material pengisi. Pada struktur perkerasan lentur banyak aspek yang harus ditinjau, salah satunya adalah material. Material sering didatangkan dari daerah/tempat lain. Hal ini tentunya tidak menguntungkan dari segi biaya. Sampai saat ini telah banyak penelitian mengenai komposisi campuran yang dilakukan dengan menggunakan berbagai alternatif material. Umumnya penelitian tersebut adalah untuk menguji kemungkinan penggunaan material baru sebagai bahan perkerasan. Selain itu juga terdapat banyak potensi material yang dimanfaatkan salah satunya adalah pasir pantai. Tujuan dari penelitian ini; pertama, untuk mengetahui apakah pasir Pantai Bakau di Kabupaten Seruyan dapat digunakan sebagai campuran Aspal Beton jenis Hot Rolled Sheet (HRS). Kedua, untuk mengetahui karakteristik campuran aspal beton jenis HRS apabila menggunakan pasir pantai sebagai fine aggregate. Secara garis besar tahapan kegiatan terbagi menjadi dua, yakni penyelidikan di lapangan dan di laboratorium. Penyelidikan di lapangan merupakan tahap awal yang berupa penentuan lokasi pengambilan sampel dan banyaknya sampel yang diperlukan untuk penelitian. Penyelidikan di laboratorium merupakan tahap lanjutan setelah penyelidikan lapangan yakni pengujian bahan, perencanaan campuran, pembuatan sampel dan pengujian karakteristik HRS dengan Marshall Test. Dalam mix design pasir pantai diperlakukan dalam empat keadaan berikut: tanpa perendaman, direndam selama 2 hari, 4 hari dan 6 hari dengan masing-masing menggunakan 5 variasi kadar aspal yaitu 6,0%, 6,5%, 7,0%, 7,5% dan 8,0%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stabilitas tertinggi diperoleh dari pasir pantai yang direndam selama 6 hari yakni sebesar 846,24 kg. Sementara itu nilai flow, VIM, VFB, dan MQ-nya berturut-turut adalah 3,20 mm, 5,64%, 74,18%, dan 264,29 kg/mm. Sedangkan komposisi bahannya (pengisi dan pengikat) adalah sebagai berikut: kadar aspal 7,95%, pasir pantai = 40%, abu batu = 22%, batu pecah = 38% Saran yang dapat diberikan mengacu pada hasil penelitian ini adalah: untuk dapat digunakan sebagai fine aggregate dalam campuran Hot Rolled Sheet (HRS) kadar garam yang terkandung di dalam pasir pantai bakau harus terlebih dahulu diturunkan melalui perendaman selama minimal 4 hari. Kata-kata kunci: pasir pantai, HRS. PENDAHULUAN Pemekaran di beberapa wilayah kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah secara langsung akan berdampak pada pola pergerakan penduduk, arus barang dan penumpang, tata guna lahan, sarana dan infrastruktur wilayah daerah, yang tentunya berpengaruh pula terhadap transportasi yang ada saat ini. Tersedianya prasarana transportasi darat tentunya akan sangat menunjang segala aktivitas masyarakat dalam berbagai sektor, terutama sektor ekonomi. Karena itu pembangunan jalan menjadi prioritas yang lebih besar. 13

Anterior Jurnal, Volume 12 Nomor 2, Juni 2013, Hal 13 22 Konstruksi badan jalan yang lazim digunakan di Kalimantan Tengah adalah perkerasan lentur. Komposisi campuran dan jenis material yang digunakan dalam perkerasan lentur telah banyak dikembangkan dan diteliti sampai saat ini. Umumnya perkerasan lentur terdiri atas komposisi agregat kasar, agregat halus, aspal, dan material pengisi (filler). Pada struktur perkerasan lentur banyak aspek yang harus ditinjau, salah satunya adalah material. Material kerap didatangkan dari daerah/tempat lain. Hal ini tentunya tidak menguntungkan dari segi waktu dan biaya. Sampai saat ini telah banyak penelitian mengenai komposisi campuran yang dilakukan dengan menggunakan berbagai alternatif material. Umumnya penelitian tersebut adalah untuk menguji kemungkinan penggunaan material baru sebagai bahan perkerasan. Selain itu juga terdapat banyak potensi material lain yang sangat banyak jumlahnya. Salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan adalah pasir pantai yang banyak terdapat di pesisir-pesisir pantai. Di Kalimantan Tengah khususnya di Kabupaten Seruyan pasir alam yang berasal dari laut jarang sekali digunakan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bahan alternatif disekitar lokasi sebagai material lapis permukaan badan jalan. Untuk pasir pantai sendiri sebelumnya pernah diteliti oleh Sebayang, S (2002). Dalam penelitian tersebut pasir pantai yang digunakan berasal dari Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Selatan, terletak di pesisir pantai timur Sumatera yang jaraknya kurang lebih 100 km dari Bandar Lampung. Fokus dari penelitian tersebut adalah pasir pantai untuk campuran Hot Rolled Asphalt (HRA), dengan perlakuan: pasir pantai tanpa perendaman, direndam 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari, dan 6 hari. Pada pasir pantai yang direndam selama 6 hari menghasilkan nilai stabilitas 796,74 kg pada kadar aspal 7,5%, pasir pantai 33,81%, filler 33,42%, dan agregat kasar 22,97%. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah pasir pantai, khususnya pasir Pantai Bakau di Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah dapat digunakan sebagai fine aggregate dalam campuran Aspal Beton jenis Hot Rolled Sheet (HRS). Manfaat Penelitian a. Penggunaan material alam setempat sebagai bahan konstruksi khususnya untuk lapis permukaan badan jalan. b. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terkait dengan penggunaan pasir pantai dan perlakuan yang harus diberikan sebelum material tersebut dapat digunakan sebagai campuran HRS. METODE PENELITIAN Pemeriksaan Bahan Penelitian dilakukan dengan tahapan kegiatan yang terencana. Secara garis besar tahapan kegiatan terbagi menjadi dua, yakni penyelidikan di lapangan dan di laboratorium. Penyelidikan di lapangan merupakan tahap awal yang berupa penentuan lokasi pengambilan sampel dan banyaknya sampel yang diperlukan untuk penelitian. Sedangkan penyelidikan di laboratorium merupakan tahap lanjutan setelah penyelidikan lapangan, yakni pengujian bahan, perencanaan campuran, pembuatan sampel dan 14

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT pengujian karakteristik HRS dengan Marshall yang dilaksanakan di Laboratorium Jalan Raya Universitas Palangkaraya. Pengujian bahan dilakukan untuk mengetahui apakah agregat yang digunakan untuk bahan perkerasan spesifikasi yang ditetapkan (gradasi, berat jenis dan penyerapan, keausan dan kadar lempung). Disamping itu pengujian bahan juga dimaksudkan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam Perencanaan Campuran. Agregat (bahan utama) dan yang digunakan harus spesifikasi yang disyaratkan Direktorat Jendral Bina Marga (Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton Flexible No.12/PT/BNV 1983). Sedangkan metode pengujian agregat mengikuti prosedur yang diterapkan Departemen Pekerjaan Umum 1989 (Metode Pengujian Agregat). Aspal (bahan pengikat) yang digunakan harus persyaratan yang ditetapkan Direktorat Jendral Bina Marga (Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton Flexible No. 12/PT/BNV 1983). Perancangan Campuran Tujuan dari Perancangan Campuran adalah untuk mendapatkan komposisi yang ideal antara penggabungan bahan batuan (agregat) dan aspal (bahan pengikat) agar menghasilkan suatu campuran perkerasan yang tahan lama dan dapat menahan beban lalu lintas sesuai dengan persyaratan (spesifikasi) yang berlaku. Sifat campuran yang diuji dengan Marshall harus persyaratan yang ditetapkan Direktorat Jendral Bina Marga (Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton Flexible No. 12/PT/BNV 1983). Alur Penelitian Penelitian mengikuti alur seperti yang diperlihatkan pada Gambar-1. 15

Anterior Jurnal, Volume 12 Nomor 2, Juni 2013, Hal 13 22 Mulai Penyelidikan Lapangan Penentuan lokasi pengambilan sampel dan banyaknya sampel yang diperlukan untuk penelitian. Pengujian Bahan di Laboratorium Analisis saringan agregat halus dan agregat kasar Berat jenis dan penyerapan agregat halus dan agregat kasar Keausan agregat kasar Kandungan lumpur agregat halus Agregat baru Spesifikasi Penentuan Komposisi Campuran Agregat yang Memenuhi Persyaratan Gradasi Campuran Ya Pembuatan Berbagai Variasi Campuran Aspal Beton Desain campuran: pasir pantai keadaan asli (tanpa perlakuan), pasir pantai direndam 2 hari, 4 hari dan 6 hari dengan proporsi agregat tetap (tanpa variasi), dengan menggunakan 5 variasi kadar aspal (6,0%, 6,5%, 7,0%, 7,5% dan 8%) Pembuatan benda uji Pengujian mutu campuran dengan Marshall Penentuan formula yang ideal untuk perkerasan yang dibuat Kesimpulan & Saran Selesai Gambar-1 Diagram alir penelitian 16

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT Hasil Uji Laboratorium Agregat HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian agregat meliputi pemeriksaan gradasi dan pemeriksaan sifat-sifat fisik Hasilnya seperti yang termuat dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Dari hasil pemeriksaan terlihat bahwa agregat yang digunakan untuk bahan campuran HRS persyaratan. Tabel-1 Hasil Pemeriksaan Gradasi Ukuran saringan Persen lolos Inch Mm Batu pecah Abu batu Pasir pantai # 1 25,4 100,00 100,00 100,00 # ¾ 19,1 100,00 100,00 100,00 # ½ 12,7 60,14 100,00 100,00 #3/8 9,52 35,31 100,00 100,00 No. 4 4,76 5,73 99,40 100,00 No. 8 2,38 2,74 96,98 100,00 No.30 0,50 1,91 30,58 89,22 No. 100 0,15 1,32 15,43 11,26 No. 200 0,075 0,74 5,84 10,38 Pan 0,000 0,00 0,00 0,00 Pemeriksaan Tabel-2 Pemeriksaan Sifat-sifat Fisik Agregat Batu pecah Abu batu Keadaan Asli Perend. 2 hari Pasir Perend. 4 hari Perend. 6 hari Spesifikasi Satuan Berat Jenis Bulk 2,54 3,08 2,56 2,36 2,39 2,32 Min. 2,2 gr/cm 3 Berat Jenis (SSD) 2,58 3,22 2,62 2,41 2,43 2,36 - gr/cm 3 Berat Jenis Semu 2,63 3,62 2,72 2,46 2,48 2,40 - gr/cm 3 Penyerapan 1,31 1,92 1,26 1,72 1,53 2,26 Max. 3 % Abrasi 24,09 - - - - - Max. 40 % Sand Equivalent - - 99,19 - - - Min. 50 % Rancangan Campuran Agregat Penentuan proporsi tiap-tiap agregat (batu pecah, abu batu, dan pasir pantai) terhadap total agregat dilakukan dengan menggunakan Metode Diagonal berdasarkan data analisa saringan masing-masing agregat, untuk selanjutnya direncanakan komposisi campuran yang tepat agar persyaratan gradasi yang ditentukan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan Metode Diagonal, diperoleh proporsi terhadap total agregat yang selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk mencari proporsi 17

Anterior Jurnal, Volume 12 Nomor 2, Juni 2013, Hal 13 22 terhadap total agregat yang optimal dengan cara coba-coba (trial and error), dengan tetap memperhatikan spesifikasi yang ditentukan sebagai syarat mutlak. Dari perhitungan kombinasi yang dilakukan diketahui bahwa campuran yang persyaratan gradasi gabungan (setelah melalui uji Marshall 1) adalah komposisi 2 seperti yang terlihat pada Tabel-3. Tabel-3 Proporsi Agregat Gabungan yang Memenuhi Syarat (Komposisi 2) Bukaan lobang saringan Inch mm Batu pecah 38% Persen lolos Abu batu 22% Pasir pantai 40% Total kombinasi Spesifikasi # 1 25,4 38,00 22,00 40,00 100,00 100 # ¾ 19,1 38,00 22,00 40,00 100,00 97-100 # ½ 12,7 22,85 22,00 40,00 84,85 78-100 #3/8 9,52 13,42 22,00 40,00 75,42 60-87 No. 4 4,76 2,18 21,87 40,00 64,05 55-80 No. 8 2,38 1,04 21,34 40,00 62,38 52-78 No.30 0,50 0,73 6,73 35,69 43,14 25-60 No. 100 0,15 0,50 3,39 4,50 8,40 8-30 No. 200 0,075 0,28 1,28 4,15 5,72 5-10 Pan 0,000 0,00 0,00 0,00 0,00 0 Marshall 1 Rancangan Campuran Agregat Tabel-4 Hasil Uji Marshall 1 Menggunakan Agregat Penentuan Gabungan Komposisi proporsi tiap-tiap 1 agregat Kadar aspal Stabilitas (kg) Marshall Properties (batu pecah, abu batu, dan pasir pantai) terhadap total agregat dilakukan dengan menggunakan Flow VIM VFB MQ Keterangan (mm) Metode (kg/mm) Diagonal berdasarkan data analisa saringan masing-masing 6,00 1071,96 3,97 6,69 65,89 270,08 agregat, untuk selanjutnya direncanakan komposisi campuran 6,50 640,09 3,50 6,14 69,51 182,77 yang tepat agar persyaratan gradasi 7,00 435,44 3,37 6,42 69,91 yang ditentukan. 129,26 Berdasarkan hasil perhitungan dengan Metode Diagonal, diperoleh proporsi 7,50 202,17 3,03 6,44 71,14 66,61 terhadap total agregat yang selanjutnya 8,00 223,56 3,23 5,49 75,57 digunakan 69,10 sebagai acuan untuk mencari proporsi Spec. terhadap total Min. Min. 800 Min. 3 3-6 Min. 68 agregat yang optimal dengan cara 250 coba-coba (trial and error), dengan tetap memperhatikan spesifikasi yang ditentukan seb 18

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT Tabel-5 Hasil Uji Marshall 1 Menggunakan Agregat Gabungan Komposisi 2 Kadar aspal Stabilitas (Kg) Flow (mm) Marshall Properties VIM VFB MQ (kg/mm) Keterangan 6,00 326,39 3,20 3,76 77,63 101,93 6,50 302,51 3,13 3,22 81,37 96,49 7,00 424,16 3,17 4,06 78,63 133,86 7,50 518,53 3,07 4,09 79,52 168,98 8,00 870,04 3,17 4,14 80,26 274,58 Memenuhi Spec. Min. Min. 800 Min. 3 3-6 Min. 68 250 Tabel-6 Hasil Uji Marshall 1 Menggunakan Agregat Gabungan Komposisi 3 Kadar aspal Stabilitas (kg) Flow (mm) Marshall Properties VIM VFB MQ (kg/mm) 6,00 778,41 3,57 6,29 67,57 218,11 6,50 709,50 3,43 6,39 68,70 206,52 7,00 988,96 3,23 6,84 68,58 305,67 7,50 853,79 3,17 6,46 71,18 269,45 8,00 941,36 3,03 6,48 72,26 310,15 Spec. Min. 800 Min. 3 3-6 Min. 68 Min. 250 Keterangan Marshall 2 Uji Marshall 2 dilakukan berdasarkan nilai Kadar Aspal Optimum (KOA) yang diperoleh dari hasil uji Marshall 1 dengan menggunakan agregat gabungan yang syarat, yaitu komposisi 2. Hasilnya dirangkum dalam Tabel-7. 19

Anterior Jurnal, Volume 12 Nomor 2, Juni 2013, Hal 13 22 Perlakuan terhadap pasir Tanpa rendaman Rendaman 2 hari Rendaman 4 hari Rendaman 6 hari Tabel-7 Hasil Uji Marshall 2 Menggunakan (KAO = 7,95%) Stabilitas (kg) Flow (mm) Marshall Properties VIM VFB MQ (kg/mm) 805,53 3,37 5,98 73,29 239,12 812,41 3,37 5,85 73,58 241,16 Keterangan 825,93 3,20 5,79 73,89 257,94 Memenuhi 846,24 3,20 5,64 74,18 264,29 Memenuhi Spec. Min. 800 Min. 3 3-6 Min. 68 Min. 250 Pembahasan Stabilitas Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastik, besarnya nilai stabilitas dinyatakan dalam kg. Nilai stabilitas akan terus meningkat dengan berkurangnya kadar garam pada pasir. Hal ini dikarenakan dengan berkurangnya garam yang terdapat pada pori-pori pasir maka aspal akan meresap dengan lebih baik dan dapat mengikat agregat dengan lebih sempurna sehingga menghasilkan nilai stabilitas yang tinggi. Stabilitas tertinggi diperoleh dari pasir pantai rendaman 6 hari sebesar 846,24 kg. Sementara untuk pasir tanpa rendaman (keadaan asli) nilai stabilitasnya adalah yang terendah, namun masih spesifikasi yang disyaratkan. Pelelehan (Flow) Kelelehan plastis (flow) adalah kemampuan perkerasan untuk menerima lendutan (deflection) akibat beban lalu lintas yang tinggi dan tidak boleh terjadi retak-retak pada lapisan permukaan. Nilai kelelahan juga merupakan indikator kelenturan dari lapisan perkerasan. Spesifikasi nilai flow HRS adalah minimum 3 mm. Bila nilai flow kurang dari 3 mm maka akan mudah mengalami retak karena perkerasan bersifat kaku. Nilai flow akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar garam pada pasir. Hal ini disebabkan karena garam adalah senyawa yang dapat larut dalam zat cair (aspal) sehingga tingkat keelastisan atau fleksibiltias campuran akan semakin berkurang jika pasir banyak terkandung garam. Hasil Bagi Marshall (Quotient Marshall) Hasil Bagi Marshall (QM) adalah hasil bagi antara nilai stabilitas dengan nilai kelelahan (flow). Nilai QM yang disyaratkan adalah minimum 250 kg/mm. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai QM akan semakin meningkat seiring dengan penurunan kadar garam pada pasir. Rongga Udara dalam Campuran (VIM) Rongga udara dalam campuran (void in mixture) merupakan indikator terhadap ketahanan campuran (durabilitas). Rongga udara yang cukup akan memberikan kesempatan untuk pemadatan tambahan yang timbul akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang pada masa layanan jalan. 20

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT Nilai rongga udara dalam campuran yang di syaratkan untuk campuran aspal beton jenis HRS adalah 3% sampai dengan 6%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai rongga udara dalam campuran akan semakin kecil seiring dengan penurunan kadar garam pada pasir sehingga aspal akan lebih banyak meresap kedalam rongga agregat halus dan menyebabkan rongga udara pada campuran bertambah besar. Rongga Berisi Aspal (VFB) Persentase rongga terisi aspal (void in fled bitumen) adalah persentase rongga antara butiran agregat kurang mencukupi. Sehingga butiran agregat mudah lepas dan akan mempengaruhi ketahanan (durabilitas) campuran. Sedangkan jika nilai rongga terisi aspal terlalu besar mengindikasikan bahwa pada campuran tersebut terjadi aspal naik kepermukaan lapisan (bleeding). Persyaratan nilai rongga udara terisi aspal untuk campuran aspal beton jenis HRS adalah min 68%. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai rongga terisi aspal akan meningkat jika kadar garam pada pasir semakin menurun. Ini terjadi karena garam yang terdapat pasir mengurangi pengikatan agregat oleh aspal. KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum pasir Pantai Bakau Kabupaten Seruyan memberikan nilai properties Marshall (stability, flow, VIM, VFB, QM) yang persyaratan yang ditetapkan. Namun untuk pasir dalam keadaan asli dan yang diberi perlakuan dengan perendaman 2 hari nilai QM-nya berada dibawah angka yang disyaratkan sehingga tidak dapat digunakan sebagai agregat halus dalam campuran HRS. 2. Stabilitas tertinggi diperoleh dari pasir pantai yang direndam selama 6 hari yakni sebesar 846,24 kg. Sementara itu nilai flow, VIM, VFB, MQ-nya berturut-turut adalah 3,20 mm, 5,64%, 74,18%, 264,29 kg/mm. Sedangkan komposisi bahannya (pengisi dan pengikat) adalah sebagai berikut: kadar aspal = 7,95%, pasir pantai = 40%, abu batu = 22%, batu pecah = 38% Saran-saran yang dapat diberikan mengacu pada hasil penelitian ini adalah: untuk dapat digunakan sebagai fine aggregate dalam campuran Aspal Beton jenis Hot Rolled Sheet (HRS) maka kadar garam yang terkandung di dalam pasir pantai bakau terlebih dahulu harus diturunkan melalui perendaman selama minimal 4 hari. DAFTAR PUSTAKA AASHTO (1982), Standart Spesification for Transformation Material and Method for Sampling and Testing, Part 1, "Spesification", 13"Edition, July, 1982. Departemen Pekerjaan Umum (1989), Metode Pengujian Agregat, Jakarta, Yayasan Penerbit Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga (1996), Pengujian Bahan Jalan dan Jembatan, Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Bina Marga (1983), Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton Flexible (Lataston) No. 12/PT/BNV 1983, Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Bina Marga (1988), Aspal Campuran Panas Dengan Durabilitas Tinggi, Buku 1: Rencana Campuran Central Quality & Monitoring Unit (CQCMU), Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum. 21

Anterior Jurnal, Volume 12 Nomor 2, Juni 2013, Hal 13 22 Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (2007), Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi 6: Perkerasan Beraspal, Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum. Sebayang, S. (2002), Pengaruh Pasir Pantai Terhadap Mutu Campuran Aspal Beton, Penelitian Fakultas Teknik Universitas Lampung. Sukirman, S. (2003), Beton Aspal Campuran Panas, Bandung, Granit. 22