Evaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional Plasma Nutfah Tanaman Pangan

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Mutu Gizi Plasma Nutfah Tanaman Pangan

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI Rejuvenasi SDG Kedelai Evaluasi Ketahanan SDG Kedelai terhadap Cekaman Salinitas

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

Pengembangan Database Plasma Nutfah Tanaman Pangan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

PENGANTAR. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan telah mendorong manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang hampir 60% penduduknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

Lampiran 1. Deskripsi Varetas Adira-1

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum vulgare (L.) Moench.) dari Tanaman Induk dan Ratoon

TANAMAN PENGHASIL PATI

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum vulgare (L.) Moench.) dari Tanaman Induk dan Ratoon

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

I PENDAHULUAN. gembili, sagu, kimpul, gadung dan sebagainya (Muhandri, 2015)

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

Deskripsi Ubikayu Varietas Adira 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UK-1

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

Pengembangan Sistem Pangkalan Data (Database) Plasma Nutfah Tanaman Pangan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI CASSAVA SOUR STARCH DENGAN VARIASI MEDIA STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI

II. PLASMA NUTFAH. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 3

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

Karakterisasi Mutu Gizi Plasma Nutfah Tanaman Pangan

Lokakarya Fungsional Non Peneliti TINJAUAN PUSTAKA Daun singkong merupakan limbah pertanian yang, dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak karena kandung

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki banyak ragam tumbuhan hijauan,

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBI KAYU UK-1

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi tinggi yang selama ini sangat digemari masyarakat. Kuning telur

Tanin sebagai pelindung

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

Eksplorasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FATTY ACID PROFILE OF POND CULTURED CATFISH (Pangasius hypophthalmus) LIVER. Abstrack

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini, ada kecenderungan penambahan asam lemak essensial

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekuator, memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi mendukung berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2010 mengimpor terigu sebesar kg, untuk tahun

KANDUNGAN ASAM LEMAK TAK JENUH TELUR AKIBAT PEMBERIAN KAYAMBANG (Salvinia molesta) PADA RANSUM AYAM PETELUR SKRIPSI. Oleh: ZAKI MALA NUGRAHENI

DHA dalam plasma sapi dengan pemberian ransum dengan CGKK (RK-45) lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ransum dengan CMEK (RM-45).

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

NILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB I PENDAHULUAN. lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

Rejuvenasi, Karakterisasi Morfologi, dan Mutu Gizi Plasma Nutfah Tanaman Pangan

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian bagi negara berkembang seperti Indonesia merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. rendah sampai 700 meter di atas permukaan laut. Suhu optimum yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

Transkripsi:

Evaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional Plasma Nutfah Tanaman Pangan Nani Zuraida, Ida H. Somantri, Tiur S. Silitonga, Sri G. Budiarti, Hadiatmi, Minantyorini, Sri Widowati, dan A. Hidayat Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Keanekaragaman sifat yang terdapat di dalam plasma nutfah tanaman sangat besar perannya dalam pemuliaan tanaman, seperti keragaman kandungan mutu gizi bermanfaat untuk perbaikan tanaman bermutu gizi tinggi. Analisis mutu gizi dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Enzimatik Balitbio tahun 2001 terhadap kandungan amilosa pada padi dan jagung, kandungan pati pada ubi jalar, ubi kayu, ganyong, dan Dioscorea sp, kandungan tanin pada sorgum, dan kandung-an HCN pada ubi kayu. Pada kedelai dianalisis kadar lemak, protein, air, serat, abu, asam stearat, asam palmitat, asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Dari hasil analisis diperoleh kandungan amilosa padi antara 16,4-29,7% dan jagung antara 10,2-30,8%. Kandungan pati ubi jalar berkisar antara 28,0-51,7%, ubi kayu antara 28,0-51,7%, ganyong antara 31,3-38,9%, dan Dioscorea sp. Antara 14,0-62,3%. Kandungan tanin pada sorgum berkisar antara 0,12-0,85%, kandungan HCN pada umbi ubi kayu berkisar antara 8,3-150 ppm, dan pada daun ubi kayu antara 59,4-532,6 ppm. Kedelai mempunyai kisaran kadar lemak antara 18,92-29,62%, kadar protein antara 35,91-40,10%, kadar serat antara 2,88-3,15%, kadar abu antara 3,04-4,32%, kadar air antara 8,9-11,2%, asam stearat antara 3,26-4,01%, asam palmitat antara 7,86-13,43%, asam oleat antara 20,68-33,52%, asam linoleat antara 38,83-46,58%, dan asam linolenat antara 4,52-8,94%. Kata kunci: Gizi, keragaman, plasma nutfah tanaman pangan ABSTRACT Genetic diversity of food crops germplasm had a great role in plant improvement, as diversity of nutrion content is very important to plant improvement for high nutrition content. Analysis of nutrition qualities had done in Biokimia dan Enzimatik Laboratory, RIFCB, 2001 to amylose content in rice and maize, starch content in sweetpotato, cassava, edible canna, and Dioscorea sp., tanin content in sorghum and HCN content in cassava. Nutrition analysis for soybean were protein and fat content, water content, ash content, fiber content, stearic acid, palmitic acid, oleic acid, linoleic acid, and linolenic acid. The results showed that variation of amylose content is 16.4-29.7% in rice and 10.2-30.8% in maize. Sweetpotato had starch content between 28.0-51.7%, cassava (28.0-51.7%), edible canna (31.3-38.9%), and Dioscorea sp. (14.0-62.3%), sorghum had tanin content between 0.12-0.85%. HCN content in cassava had variation between 8.3-150.5 ppm for cassava root and 59.4-532.6 ppm for cassava leaf. Soybean had fat content between 18.92-29.62% and 35.91-40.10% for protein content, 3.04-4.32% for ash content, 2.88-3.15% for fiber content, 8.9-11.2% for water content, 3.26-4.01% for stearic acid, 7.86-13.43% for palmitic acid, 20.68-33.52% for oleic acid, 38.83-46.58% for linoleic acid, and 4.52-8.94% for linolenic acid. Key words: Nutrition, diversity, food crops germplasm Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman 77

PENDAHULUAN Plasma nutfah merupakan unsur keragaman genotipe dalam satu spesies tanaman yang merupakan komponen keanekaragaman hayati dan memiliki peran dan fungsi yang sangat besar untuk perbaikan genotipe tanaman. Perbaikan tanaman untuk perbaikan kualitas mutu gizi pada tanaman pangan mendapat prioritas kecil dibandingkan dengan perbaikan produktivitas atau ketahanan terhadap hama dan penyakit. Keragaman yang luas dari kandungan mutu gizi yang terdapat di dalam genotipe plasma nutfah memberikan kemungkinan yang cukup besar untuk perbaikan kualitas mutu gizi tanaman. Evaluasi mutu gizi, seperti kandungan amilosa pada padi dan jagung, kandungan HCN pada ubi kayu, kandungan protein dan lemak, asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada kedelai, kandungan tanin pada sorgum, dan kandungan pati pada ubi jalar, ubi kayu, ganyong, dan Dioscorea sp. sangat penting artinya untuk pengembangan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kedelai merupakan sumber protein utama di Indonesia, untuk itu kadar protein dalam biji perlu ditingkatkan. Lemak merupakan komponen terpenting kedua setelah protein dalam biji kedelai. Minyak kedelai dikenal sebagai minyak yang rendah kolesterolnya, sehingga sangat baik bagi kesehatan (Nugraha et al., 1996). Berdasarkan jumlah ikatan rangkap pada atom karbon, asam lemak dapat dibagi menjadi asam lemak jenuh (tanpa ikatan rangkap) dan asam lemak tidak jenuh (ikatan rangkap satu atau lebih) yang terbagi menjadi asam lemak tidak jenuh tunggal atau monounsaturated fatty acid (MUFA) dan asam lemak tidak jenuh jamak atau polyunsaturated fatty acid (PUFA). PUFA seperti asam lemak Omega 3, Omega 6, merupakan asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan membran sel (Widowati et al., 1999). Di dalam sorgum terdapat zat anti nutrisi, yaitu tanin. Kandungan tanin pada sorgum beragam antara 0,1-4,7%. Sorgum berwarna putih mengandung tanin yang sangat rendah sedangkan sorgum berwarna gelap (coklat gambir) mempunyai kandungan tanin tinggi (Gunawan dan Zainudin, 1995). Kadar tanin yang tinggi dapat menurunkan nilai gizi biji sorgum (Mudjisihono dan Damardjati, 1987). Di dalam umbi ubi kayu terdapat tiga bentuk sianogen, yaitu linamarin, aseton sianohidrin, dan HCN/CN -. Ketiga senyawa tersebut dikenal sebagai total sianogen atau sianogen-potensial. Kadar sianogen potensial pada umbi ubi kayu dan daun ubi kayu berkisar antara 2->1000 ppm HCN (Bradbury et al., 1991). Di antara ketiga bentuk senyawa tersebut, yang potensial berbahaya bagi tubuh adalah HCN/CN - dan asetonsianohidrin karena asetonsianohidrin dalam kondisi alkalin akan berubah menjadi ion sianida. Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2001 merupakan kelanjutan dari penelitian tahun 2000 dengan menggunakan aksesi yang belum diuji. BAHAN DAN METODE Analisis mutu gizi dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Enzimatik Balitbio pada tahun 2001. Analisis kadar amilosa dilakukan pada 150 aksesi padi dan 100 aksesi jagung; tanin pada 50 aksesi sorgum; pati pada 50 aksesi ubi jalar, 20 aksesi ubi kayu, 25 aksesi ganyong, dan 30 aksesi Dioscorea sp.; HCN daun dan umbi pada 78 Zuraida et al.: Evaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional Plasma Nutfah

50 aksesi ubi kayu; kadar lemak, protein, air, abu, serat, asam lemak jenuh, dan asam lemak tidak jenuh pada 40 aksesi kedelai. Analisis kadar amilosa menggunakan metode Iodocalorimetri, analisis kadar tanin menggunakan metode Vanilin HCL, analisis kadar pati dengan metode Sumogy Nelson, analisis kadar HCN menggunakan metode Bradbury. Analisis kadar protein menggunakan me-tode Kyeldhal, kadar abu dan serat dengan metode Gravimetri, kadar lemak meng-gunakan metode Sohxlet, dan komposisi asam lemak menggunakan kromatografi gas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis kandungan amilosa 150 aksesi plasma nutfah padi bervariasi antara 16,4-29,7%. Empat nomor mempunyai kadar amilosa rendah, yaitu Unus (16,4%), Ketan pati (18,5%), Aceh (18,6%), dan Sigambiri Bagol (19,0%). Sebanyak 46 aksesi mempunyai kadar amilosa sedang (20,2-23,9%), dan 100 aksesi antara 24,0-29,7%. Kandungan amilosa pada 100 aksesi jagung antara 10,2-30,8%. Diperoleh 16 varietas jagung ketan yang mempunyai kadar amilosa di bawah 20% di mana varietas Pulut dan Biralle Pulut 1 mempunyai kadar amilosa terendah (10,2 dan 10,4%) (Tabel 1). Selebihnya (84 varietas) termasuk ke dalam jenis jagung biasa. Hasil evaluasi kadar pati terhadap 25 aksesi ganyong mempunyai keragam-an antara 18,8-47,2%. Varietas No. 16 mempunyai kadar pati terendah, sedangkan varietas No. 15 mempunyai kadar pati tertinggi. Pada umumnya varietas yang diuji mempunyai kadar pati antara 31,3-38,9%. Varietas yang mempunyai kadar pati di atas 35%, yaitu No. 15, No. 18, No. 22, No. 55, No. 56, No. 78, No. 121, No. 131, No. 135 H, No. 370, No. 371, No. 402, No. 418, No. 420, No. 440, dan No. 477 (Tabel 2). Dari analisis mutu gizi terhadap 50 aksesi ubi jalar diperoleh variasi kandungan pati antara 31,4-68,2%. Selo Klemben mempunyai kandungan pati tertinggi (68,2%), Selo Duduk 66,3%, dan Selo Banyuwangi 64,4% (Tabel 3). Tabel 1. Plasma nutfah jagung dengan kandungan amilosa rendah No. reg. Kandungan amilosa (%) 2124 Bira 14,2 3093 Pemenang Timur 19,6 3108 Lopok 18,5 3142 L. Anyar 17,5 3186 L. Pao Pampang 16,9 3311 Pirta 13,8 3313 J. Lokal 13,9 3318 G. Melati 19,5 3319 Lokal 15,7 3562 Pulut Lokal 10,3 3535 J. Pulo 16,0 3591 J. Biasa 11,7 3598 Biralle Pulut 1 10,4 3614 Biralle Kamo 12,5 3620 J. Pulut 10,2 3426 Aroman WXBC13-121D 11,3 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman 79

Analisis kadar pati pada 30 aksesi umbi gembili bervariasi antara 14,0-62,3%, kadar pati tertinggi diperoleh dari aksesi No. 512 (62,3%) dan No. 608 (57,2%) (Tabel 4). Hasil analisis kandungan tanin terhadap 50 aksesi plasma nutfah sorgum, bervariasi antara 0,12-0,85%. Sebanyak 8 aksesi mempunyai kandungan tanin rendah antara 0,12-0,18% (Tabel 5). Analisis HCN pada daun dan umbi 50 aksesi ubi kayu menunjukkan bahwa kandungan HCN pada daun berkisar antara 59,4-532,6 ppm. Klon CMR33-5-21 mempunyai kandungan HCN pada daun terendah dan No. 77-1-4 mempunyai kandungan HCN tertinggi. Kadar HCN pada umbi berkisar antara 8,3-150,5 ppm di mana varietas Kiruluk mempunyai kandungan HCN terendah dan varietas Ranti mempunyai kandungan HCN tertinggi. Diperoleh 11 klon ubi kayu yang mem-punyai kadar HCN rendah (>20%) (Tabel 6). Analisis kadar pati terhadap 20 aksesi ubi kayu menunjukkan variasi antara 28,0-51,7%. Kadar pati tertinggi (51,7%) di-peroleh dari BIC 317. Tabel 2. Plasma nutfah ganyong dengan kandungan pati tinggi No. genotipe Kandungan pati (%) 15 47,2 18 35,8 22 36,6 55 37,4 56 37,0 78 35,9 121 37,0 131 37,9 135 H 36,0 370 36,6 371 36,0 402 36,8 418 38,2 420 38,2 440 38,9 477 - Tabel 3. Plasma nutfah ubi jalar dengan kandungan pati tinggi No. reg. Kandungan pati (%) 796 Melati 1a 65,5 827 Mantang Merah 65,1 861 Selo Jongkok 62,4 862 Selo Tangi 62,7 863 Selo Gedang 61,6 864 Selo Duduk 66,3 866 Selo Klemben 68,2 867 Selo Banyuwangi 64,4 80 Zuraida et al.: Evaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional Plasma Nutfah

Hasil analisis kadar lemak pada kedelai bervariasi antara 18,92-29,62%. Varietas Bromo mempunyai kadar lemak tertinggi (29,62%) baik untuk industri minyak kedelai, sedangkan galur B-1293 mempunyai kadar lemak terendah. Kadar protein bervariasi antara 35,91-40,10% dan kadar protein tertinggi (40,10%) diper-oleh dari varietas Burangrang dan galur B-3947. Enam aksesi mempunyai kadar protein >39,5% dan lima aksesi mempunyai kadar lemak di atas 25,0% (Tabel 7). Kadar abu bervariasi antara 3,04-4,32, kadar abu tertinggi pada galur B-1643 dan terendah pada varietas Orba. Kandungan serat kasar bervariasi antara 2,88% (B-3766, B-4235) sampai 3,15% (B-3225, Argomulyo) dengan kadar air antara 8,9-11,2%. Sebanyak 11 aksesi mempunyai kadar abu <4,0% dan 10 aksesi mempunyai kadar serat <3,0% (Tabel 8). Tabel 4. Plasma nutfah gembili dengan kandungan amilosa tinggi No. Kandungan amilosa (%) 512 62,3 606 50,6 608 57,2 609 56,1 Tabel 5. Plasma nutfah sorgum dengan kandung-an tanin rendah Kandungan tanin (%) ISSV 93003 0,2 ICSR 119 0,1 MR 836 0,1 ICSR 140 0,2 Kempul Putih 0,2 ICSV 92025 0,1 ICSV 93004 0,1 ICSV LM-90562 0,2 Tabel 6. Plasma nutfah ubi kayu dengan kandungan HCN rendah Kandungan HCN (ppm) Umbi Daun Londoireng 14,7 87,5 Apu Dangdeu 2 17,4 462,5 Singkong Roti 1 16,6 232,1 Singkong Kuning 2 12,7 82,4 Singkong Roti 2 19,4 117,6 Singkong Manalagi 12,7 83,2 Sampek Putih 18,6 210,7 Kiruluk 8,3 127,9 Gebang 19,4 135,4 Daeng Kuning 12,3 203,5 Daeng Bogor 6,3 281,6 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman 81

Tabel 7. Plasma nutfah kedelai dengan kandungan protein dan lemak tinggi, Balitbio 2001 Kandungan (%) Kandungan (%) Protein Lemak GM-75-Si 39,52 Bromo 29,62 B-4303 39,52 Argomulyo 26,43 B-4200 39,47 B-4236 25,63 B-3947 40,10 B-1643 27,51 Mlg 3611 39,61 B-3610 26,43 Burangrang 40,10 Tabel 8. Plasma nutfah kedelai dengan kadar abu dan serat kasar rendah, Balitbio 2001 Keterangan (%) Keterangan (%) Kadar abu Kadar serat Samarinda 3,96 Orba 2,99 Orba 3,04 Wilis 2,96 GM-75-Si 3,73 2569/1349-2-2-2 2,98 B-3598 3,96 B-3556 2,95 B-3894 3,73 B-4170 2,98 B-3225 3,09 B-4169 2,90 Mlg-3611 3,64 Mlg-3611 2,89 B-3766 3,72 B-3766 2,88 B-4235 3,81 B-4235 2,88 GM-191-Si 3,49 B-3497 2,95 Mlg-2738 3,64 Hasil analisis kandungan asam palmitat minyak kedelai berkisar antara 7,86-13,43%. Kandungan asam palmitat tertinggi pada varietas Wilis, sedangkan yang terendah pada galur 2569/1349-2-2-2. Kandungan asam stearat dalam minyak kedelai bervariasi antara 3,26-4,01%. Kandungan asam stearat yang tertinggi pada varietas Wilis dan terendah pada galur B-1320. Sebanyak delapan aksesi mempunyai kandungan asam stearat rendah (<3,50%) dan 11 aksesi mempunyai kandungan asam palmitat rendah (<10,0%) (Tabel 9). Kandungan asam oleat minyak kedelai ber-kisar antara 20,68-33,52%, kandungan asam oleat tertinggi dari varietas Wilis dan terendah dari galur GM-75-Si. Keragaman kandungan asam linoleat minyak kedelai bervariasi antara 38,83-46,58%, di mana varietas Wilis mempunyai kandungan asam linoleat tertinggi dan galur B-3225 terendah. Kandungan asam linolenat dalam minyak kedelai bervariasi antara 4,52-8,94%. Kandungan asam linolenat ter-tinggi diperoleh dari varietas Wilis sedangkan terendah pada galur Mlg-2521. Kedelai dengan kandungan asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat tinggi di-sajikan pada Tabel 10. Rasio asam linoleat dan asam linolenat sekitar 1 : 6, minyak kedelai diperoleh dari GM-75-Si, B-3598, Wilis, Bromo, GM-4535, dan B-4235. 82 Zuraida et al.: Evaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional Plasma Nutfah

Tabel 9. Plasma nutfah kedelai dengan kandungan asam stearat dan palmitat rendah Kandungan stearat (%) Kandungan palmitat (%) Samarinda 3,23 Samarinda 8,83 Bromo 3,35 Orba 8,96 Argomulyo 3,35 B1293 8,17 B1293 3,36 2569/1349-2-2-2 7,86 2569/1349-2-2-2 3,37 B3225 8,45 B. 3225 3,47 B3894 9,14 GM 4535 3,38 B3556 9,75 B 1320 3,26 Mlg 2521 9,98 B4236 9,84 B1320 9,87 B3766 9,98 Tabel 10. Plasma nutfah kedelai dengan kandungan asam oleat, linoleat, dan linolenat tinggi Kandungan oleat (%) Kandungan linoleat (%) Kandungan linolenat (%) Samarinda 32,48 Wilis 46,58 Bromo 7,13 Wilis 33,52 Bromo 45,53 Burangrang 6,75 Bromo 33,38 Orba 44,36 Wilis 8,94 GM-4535 33,31 Burangrang 44,74 GM-75-Si 7,41 B-4236 32,64 GM-75-Si 45,13 B-3598 7,74 B-3497 32,36 B-3556 45,63 GM-4535 7,22 B-3766 32,69 GM-4535 45,27 B-1320 7,21 GM-191-S1 32,84 B-1643 45,19 B-4235 7,14 B-4235 45,14 B-3497 6,91 B-3497 44,89 B-3610 6,43 GM-191-Si 44,82 GM-2798 6,82 B-3894 44,33 Mlg-3611 6,63 GM-191-Si 6,93 Mlg-2738 6,98 KESIMPULAN Terdapat keragaman kandungan mutu gizi di antara genotipe plasma nutfah tanaman pangan. Keragaman kandungan amilosa pada plasma nutfah padi ber-kisar antara 16,4-29,7%, kandungan amilosa pada jagung berkisar antara 10,2-30,8%. Kadar pati pada ubi jalar bervariasi antara 31,4-68,2%, ubi kayu antara 28,0-51,7%, ganyong antara 31,3-38,9%, dan Dioscorea sp. antara 14,0-62,3%. Keragaman kandungan tanin pada sorgum berkisar antara 0,12-0,85%. Kandungan HCN pada umbi ubi kayu antara 8,3-150,5 ppm, sedangkan pada daun antara 59,4-532,6 ppm. Kedelai mempunyai keragaman kadar lemak antara 18,92-29,62%, kadar protein antara 35,91-40,10%, kadar abu antara 3,04-4,32%, kadar serat kasar antara 2,88-3,15%, dan kadar air antara 8,9-11,2%. Kandungan asam palmitat minyak kedelai berkisar antara 7,86-13,43%, asam stearat antara 3,26-4,01%, asam oleat antara Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman 83

20,68-33,52%, asam linoleat antara 38,83-46,58%, dan asam linolenat antara 4,52-8,94%. Varietas Bromo mempunyai kadar lemak tertinggi (29,6%) baik untuk industri minyak kedelai dan rasio asam linoleat dan asam linolenat sekitar 1 : 6 di-peroleh dan GM-75-Si, B-3598, Wilis, Bromo, GM-4535, dan B-4235. DAFTAR PUSTAKA Bradbury, J.H., M.G. Bradbury, and M.J. Lynch. 1991. Analysis of cyanide in cassava using acid hydrolisis of cyanogenic glucosides. J. Sci. Food Agric. 55:277-290. Gunawan dan D. Zainudin. 1995. Komposisi zat nutrisi dan antinutrisi beberapa jenis sorgum sebagai faktor utama dalam penyusunan ransum ternak. Edisi Khusus Balitkabi 4:199-204. Mudjisihono, R. dan D.S. Damardjati. 1987. Prospek kegunaan sorgum sebagai sumber pangan dan pakan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian VI:(1). Nugraha, U.S., D.S. Damardjati, dan S. Widowati. 1996. Pengembangan mutu kedelai untuk agroindustri. Lokakarya Penelitian dan Pengembangan Produksi Kedelai di Indonesia. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Widowati, S., S.K. Susi Wijaya, dan L. Sukarno. 1999. Komposisi asam lemak dari berbagai varietas dan galur kedelai Indonesia. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 18(2):23-28. 84 Zuraida et al.: Evaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional Plasma Nutfah