Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja

dokumen-dokumen yang mirip
Industri Galangan. Jajang Yanuar Habib Abstrak. Kata Kunci: Perkapalan, Industri, Kebijakan LATAR BELAKANG

Analisis Perkembangan Industri

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Kondisi Perekonomian Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

BERITA RESMI STATISTIK

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh perusahaan besar di setiap negara. Tidak sedikit perusahaan yang

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

1. Tinjauan Umum

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA JUMPA PERS AKHIR TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

PT Lionmesh Prima Tbk

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi

BERITA RESMI STATISTIK

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014

Analisis Perkembangan Industri

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

Transkripsi:

Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja Jajang Yanuar Habib jajang@wdspcorp.org Abstrak Meningkatnya pasokan impor dengan harga yang relatif lebih murah berdampak pada menurunnya daya saing industri baja nasional. Sementara itu, penyerapan baja domestik masih didominasi proyek pemerintah. Kedua hal itu menentukan stabilitas harga yang merupakan faktor penentu industri. Kata Kunci: Ekonomi, Industri, Baja LATAR BELAKANG Konsumsi baja nasional pada 2015 diperkirakan bakal menembus angka 15 juta ton jika pembangunan infrastruktur terealisasi sesuai konsep MP3EI masa pemerintahan SBY. Peralihan pemerintahan yang alot di pembenahan institusional agaknya akan menghambat lebih jauh realisasi berbagai proyek. Asumsi tersebut juga bisa jadi gugur apabila pemerintahan Jokowi mengganti rencana proyek infrastruktur nasional. Tertatih di antara masalah nasional tersebut, pasar baja nasional saat ini masih didominasi oleh produk impor. Masuknya baja impor terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun lalu impor baja mencapai 8,4 juta ton atau 66% dari total konsumsi baja nasional sebesar 12,7 juta ton. Meningkatnya penawaran produk baja dari luar negeri distimulasi penurunan kondisi ekonomi di beberapa negara maju, mencakup Eropa, AS, dan sejak tahun lalu Tiongkok juga mulai tergerus. Beberapa indikator makro ekonomi di dalam negeri juga turut memperlemah kinerja sektoral industri, seperti pengaruh dari melorotnya nilai tukar rupiah ke level Rp12.000 per satu dolar AS. Bisnis perusahaan baja nasional sekelas Krakatau Steel (KS) pun tergerus. Sepanjang tiga triwulan tahun ini pendapatan KS turun 15,44% menjadi US$1,36 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$1,57 miliar. Penurunan pendapatan Publikasi oleh WDSP 1

membuat laporan keuangan KS yang berstatus rugi itu membengkak dari hanya sebesar US$10,09 juta menjadi US$117,47 juta. SIKLUS BISNIS? Indeks harga perdagangan besar barang besi dan baja dasar Indonesia sebenarnya sudah mengalami penurunan sejak 2009. Besaran indeks ini sebenarnya jatuh dari angka 282 pada tahun 2008 menjadi 157 di tahun berikutnya. Indeks harga perdagangan besar yang dihimpun BPS menunjukkan rata-rata perubahan harga antarwaktu dari suatu paket jenis barang pada tingkat perdagangan besar atau penjualan secara partai besar. Indeks harga ini merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan perekonomian secara umum serta sebagai bahan dalam analisa pasar dan moneter, dan disajikan dalam bentuk indeks umum dan juga sektoral termasuk di dalamnya barang besi dan baja dasar. Sejak tahun 2003, produksi dan penjualan baja diuntungkan dengan harga yang terus menanjak dengan puncaknya pada tahun 2008. Pada tahun tersebut, sebagaimana diketahui merupakan tahun sedang terjadi resesi besar pada negara-negara maju. Banyak industri yang mengalami kelesuan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan domestik. Banyak perusahaan di Eropa dan AS yang menunda untuk memproduksi karena permintaan di pasar juga tidak bisa diprediksi. Kondisi tersebut telah mendorong sedikitnya pasokan barang di pasar global. Namun tidak berselang lama, para produsen baja dari Tiongkok dan India serta beberapa negara di Amerika Latin dengan cepat mengambil pasar yang kehilangan pasokannya. Munculnya kekuatan pasokan baja dunia baru ini merupakan momentum yang tidak bisa dilepaskan dari masa depan dunia manufaktur dan konstruksi. Kondisi ini berubah dengan cepat dalam waktu lima tahun seiring kembali pulihnya stabilitas ekonomi di AS. meskipun ketika menengok ke pasar domestik, pasar baja mengalami laju pertumbuhan yang bersifat siklikal. Bisnis baja memiliki pola kenaikan pada triwulan ke-2 dan ke-3 setiap tahunnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada triwulan ke-3 tahun 2012 dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 7% dari totalnya. Kontribusi sektor industri logam dasar besi dan baja ini semakin menurun memasuki tahun 2013. Kontribusi paling tinggi hanya terjadi pada triwulan ke-2 tahun ini sebesar 2,74% terhadap PDB. Kontribusi terendah terjadi pada triwulan ke-2 tahun 2012 yang menyentuh negatif 2,64%. Tahun 2014 ini merupakan penurunan yang paling parah, yang tidak pernah menyamai kondisi di tahun-tahun sebelumnya. Harga produksi adalah faktor yang paling menentukan dinamika industri baja. Dilihat dari kapasitas produksi dan penjualan, industri baja nasional setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Kapasitas industri logam dasar Publikasi oleh WDSP 2

dan baja mencapai Rp7,58 triliun pada tahun 2011, dan pada triwulan ketiga tahun ini telah meningkat menjadi Rp9,73 triliun. Peningkatan terjadi secara progresif, dengan penurunan yang tidak berarti. Setiap penurunan yang terjadi pada triwulan yang buruk, selalu diikuti dengan kenaikan yang lebih besar pada periode setelahnya. Kapasitas industri di kisaran angka Rp8 triliun berlangsung cukup lama, yakni berlangsung dalam kurun 2 tahunan. Di tahun ini, setelah menembus angka Rp9 triliun sudah mendekati 2 digit triliun. Optimisme peningkatan kapasitas baja nasional juga terlihat dari aksi korporasi yang dalam kurun waktu tiga tahun terakhir banyak melakukan joint venture dan penambahan modal perseroan untuk meningkatkan kapasitas produksi serta pembangunan pabrik baru. Sebagai catatan, peningkatan kapasitas dan pabrik baja harus mengikuti eksposur penyerapan di tingkat penggunanya. Data Asosiasi Masyarakat Baja Indonesia (AMBI) menunjukkan bahwa produk baja diserap paling banyak oleh sektor konstruksi. Besaran penyerapannya mencapai 78% dari total penjualan produk baja. Sektor transportasi menyerap sebesar 8%, disusul sektor migas sebesar 7%, permesinan 4%, dan sektor lainnya sebesar 3%. TANTANGAN MASALAH IMPOR Berlimpahnya produk impor tidak terlepas dari kompetitifnya harga barang impor. Namun, pada kenyataannya produk baja nasional secara kualitas tidak lebih buruk dari produk impor. Dari hasil penelusuran Warta Ekonomi, dengan melihat latar belakang diterbitkannya Peraturan Menteri Perdagangan No. 28/2014 tentang ketentuan Impor Baja Paduan terdapat kecurangan dalam produk-produk impor. Indonesia memberikan keringanan bea masuk untuk baja yang memiliki kandungan boron. Baja dengan kandungan boron, biasanya digunakan untuk kerangka pesawat hingga pakaian anti peluru. Pemerintah memberikan kebijakan yang tepat untuk menghapus bea masuk baja yang mengandung boron, karena boron sebagai unsur kimia tidak dapat diproduksi secara alamiah. Sayangnya, dalam praktik perdagangan baja boron bersifat manipulatif. Banyak importir yang hanya memasukkan sedikit boron tetapi menyebutnya baja boron. Sementara itu pemerintah menetapkan bea masuk yang cukup tinggi untuk baja dengan kriteria yang normal. Bea masuk impor baja normal bisa mencapai 5%- 12,5%. Pemerintah kemudian mencabut aturan bea masuk nol persen baja boron tersebut. *Tulisan ini pernah dimuat pada majalah Warta Ekonomi edisi WE-24/XXVI/2014 Grafik Tulisan Publikasi oleh WDSP 3

300 Indeks Harga Perdagangan Besar Barang Besi dan Baja Dasar 250 200 150 100 50 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 Laju Pertumbuhan Industri Logam Dasar Besi dan Baja (%) 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00-4,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 2014 Publikasi oleh WDSP 4

Pertumbuhan Industri Logam Dasar dan Baja Berdasarkan Harga Berlaku (Rp miliar) 10.000,0 9.500,0 9.000,0 8.500,0 8.000,0 7.500,0 7.000,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 2014 NOTES - REFERENCES - Publikasi oleh WDSP 5