I. PENDAHULUAN. pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

RUU ACEH PRESENT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sangatlah unik dikaji, terutama pada Pada masa ini hubungan

BAB 2 SEJARAH BERDIRINYA GAM HINGGA MENJADI PARTAI ACEH

Universitas Sumatera Utara

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan rangkaian ribuan pulau di sekitar khatulistiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan dengan memperhitungkan masyarakat Indonesia yang plural,

BAB I PENDAHULUAN. dikaitkan dengan kekerasan, seperti kerusuhan, separatisme, teroris, dan revolusi.

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam.

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

PENYELESAIAN MASALAH PAPUA: PERLUNYA PENDEKATAN KOMPREHENSIF

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA

LIPI PANDANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TENTANG RUU PEMERINTAHAN ACEH DISAMPAIKAN DALAM RAPAT DENGAR PENDAPAT DENGAN PANSUS RUU PA DPR RI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN. merupakan bentuk kekecewaan terhadap tidak terpenuhinya janji-janji Soekarno

PERMASALAHAN HUKUM TERHADAP ISI BUTIR-BUTIR PERJANJIAN RI-GAM DALAM HAL KEWARGANEGARAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENGHADIRKAN KOMISI KEBENARAN DI ACEH: SEBUAH TANTANGAN INDONESIA UNTUK BERPIHAK PADA KEBENARAN DAN KEADILAN

TNI Miliki Kewajiban Lakukan Kudeta

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik)

Society ISSN :

UNIVERSITAS INDONESIA IMPLEMENTASI NOTA KESEPAHAMAN (MOU) HELSINKI DI PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2005 SAMPAI 2008 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Aceh dengan fungsi merumuskan kebijakan (legislasi) Aceh, mengalokasikan

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

Position Paper Yayasan LBH Indonesia Tentang Nota Kesepahaman (MoU) Pemerintah RI GAM

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

QANUN ACEH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara maupun lembaga-lembaga negara lainnya di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

Letupan Konflik Aceh 1976

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

-1- QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH YANG MEMILIKI OTONOMI KHUSUS

MEMAHAMI ASPIRASI DAERAH UNTUK MENGUKUHKAN NKRI Satu Abad Mr. Sjafruddin Prawiranegara Palembang, 26 Juni 2011

SAMBUTAN KETUA UMUM FKPPI DALAM ACARA RAPIMPUS FKPPI 2014 "POLA PIKIR FKPPI DALAM MENGABDI PADA KEPENTINGAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3)

Nota Kesepahaman. antara. Pemerintah Republik Indonesia. dan. Gerakan Aceh Merdeka

Tidak mustahil dalam tubuh GAM yang di dalamnya juga ada mantan-mantan pejuang DI/TII, muncul perbedaan pendapat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 18

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

sherila putri melinda

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Butir-Butir Pembahasan Sidang Kabinet Terbatas Tentang Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD Nias

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB 3 TRANSFORMASI GERAKAN ACEH MERDEKA MENJADI PARTAI ACEH

BAB II. NOTA KESEPAHAMAN (MoU HELSINKI) ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN GERAKAN ACEH MERDEKA

BAB II SEJARAH ACEH DAN PERUBAHAN POLITIK PASCA MoU HELSINKI. juga menjadi adat yang melekat dalam diri masyarakat Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. lain Serambi Mekkah adalah wilayah yang unik dari segi budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

No kementeriannya diatur dalam undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pas

KEPUTUSAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

RUU TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN SENDIRI DI ACHEH YANG MENGACU KEPADA MOU HELSINKI 15 AGUSTUS Ahmad Sudirman Stockholm - SWEDIA.

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI

PANDANGAN DAN PENDAPAT ATAS TENTANG PEMERINTAHAN ACEH

QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA GUBERNUR ACEH,

-1- QANUN ACEH NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

Judul Penelitian : Oleh. Hendra Fauzi

-1- QANUN ACEH NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH ACEH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

PERUBAHAN KEBIJAKAN PERJUANGAN RAKYAT ACEH DARI DI/TII SAMPAI GERAKAN ACEH MERDEKA (GAM) TAHUN SKRIPSI. Oleh

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan berbagai kebijakan pemerintah dalam proses perjalanan kehidupan bernegara diarahkan pada upaya mewujudkan tujuan dari dibentuknya suatu negara. Di Indonesia sendri apa yang menjadi tujuan dari negara ini dibentuk telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa pada pembukaan undang-undang dasar 1945 alinia IV. kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahtraan umum... pemerintah indonesia memiliki tanggung jawab untuk melakukan berbagai kebijakan guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam undang-undang dasar tersebut. Pemerintah harus menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari terbentuknya negara ini. Sejarah Aceh banyak diwarnai oleh kekerasan. Sejak pemberontakan Daud Beureueh 1953 hingga Hasan Tiro 1976, banyak korban baik dari GAM dan masyarakat sipil Aceh maupun Pemerintah RI yang diwakili oleh TNI. Tak kurang pula upaya yang dijalankan pemerintah untuk menyelesaikan konflik itu, mulai dari era Soekarno, Soeharto sampai era pasca-soeharto. Serangkian kebijakan desentralisasi, berupa pemberian keistimewaan dalam bidang

2 ekonomi dan sosial budaya, tak kunjung mampu menyelesaikan konflik Aceh. Bahkan operasi militer pun tidak mampu meredam pemberontakan di Aceh. Sebab-sebab konflik Aceh seperti diungkapkan Neta S. Pane : Jika dirunut jauh kebelakang, lahirnya pemberontakan yang berlanjut kepada gerakan separatis Aceh Merdeka, tak terlepas dari adanya pro dan kontra di kalangan tokoh-tokoh Aceh, apakah daerah itu ikut bergabung ke dalam Republik Indonesia (RI) dan mendukung Proklamasi Kemerdekaan RI atau tidak. Soalnya, beberapa hari setelah Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI, pro kontra pun muncul di Aceh (Neta S. Pane, 2001:1). Pada akhirnya sebuah gerakan perlawanan yang diberi nama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diproklamirkan pada tanggal 24 Mei 1977 sebagai bentuk perlawanan terhadap pusat. GAM merupakan gerakan garis keras yang menuntut kebebasan, dengan bergerilnya melakukan perlawanan membuat suasana semakin kacau sehingga hukum ada hanya dijadikan sebagai simbol. Adanya berbagai konflik tersebut mengakibatkan terbentuknya suatu kebijakan Daerah Operasi Militer (DOM) dengan ditandai masuknya Tentara non-organik dengan sandi Operasi Jaring Merah yang berlaku sejak tahun 1988-1998 di Aceh. Konflik Aceh yang berlarut-larut dan memakan banyak korban jiwa akhirnya dan dapat diselesaikan dengan adanya Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki pada tahun 2005 melalui mediasi CMI (Conflik Management Initiative). Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh wakil-wakil Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan butir-butir kesepakatan yang baru disetujui inilah yang kemudian menjadi prinsip dasar untuk membangun Aceh Baru yang demokratis dan berlandaskan pada self

3 goverment. Dalam MoU Helsinki yang terdiri dari 71 butir kesepakatan, terdapat butir-butir yang mengatur tentang partisipasi politik antara yaitu butir 1.2.6 yang berbunyi: Partisipasi penuh semua orang Aceh dalam pemilihan lokal dan nasional, akan dijamin sesuai dengan Konstitusi Republik Indonesia. Pengaturan partisipasi politik di Aceh yang diatur dalam MoU Helsinki ini merupakan ruang publik yang telah dibuka bagi keterlibatan kelompokkelompok masyarakat di Aceh termasuk mantan GAM dalam bidang politik. Pimpinan GAM sejak awal 2006 menyatakan keinginan menduduki jabatanjabatan eksekutif dan mempersiapkan diri menghadapi pilkada langsung. Meskipun belum memiliki kendaraan politik karena belum ditetapkannya aturan mengenai dan calon independen dalam Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) tahun 2006, sebagian pimpinan GAM tidak tertarik jika ditawarkan menjadi calon dalam pilkada melalui Partai Nasional. Namun ada sebagian anggota GAM yang tidak menolak bekerjasama dengan partai nasional yang telah ada. Dibentuknya Partai Aceh (PA) yang merupakan perubahan nama dari Partai GAM oleh para mantan panglima dan aktifis GAM pada tahun 2007 merupakan perahu yang digunakan oleh mantan anggota GAM dalam menghadapai Pilkada, Pileg lokal dan nasional pada pemilihan umum pada tahun-tahun berikutnya. Kehadiran partai-partai lokal pasca MoU Heslinki diharapkan mampu menampung aspirasi seluruh rakyat Aceh, termasuk mantan combatan dan aktifis GAM yang selama ini seolah terpinggirkan oleh pemerintah pusat melalui prinsip-prinsip demokrasi.

4 Dengan berakhirnya konflik antara GAM dan Pemerintah Indonesia melalui MoU Helsinki bukan berarti segala tindak kekerasan telah hilang dari bumi Serambi Mekkah. Sebagian pihak GAM yang merasa bahwa implementasi MoU Helsinki yang diratidikasi dalam Undang-Undang Pemerintahan Aceh tahun 2006 (UUPA) banyak yang menyimpang, terutama tentang masalah "Self Geverment". Demonstarsi dan bentuk kekerasan lain terus terjadi di Aceh yang menuntut Pemerintah Indonesia di Jakarta meratifikasi UUPA sesuai dengan hasil MoU Helsinki tahun 2006. Partisipasi politik masyarakat Aceh merupakan sarana untuk menyuarakan aspirasi demi kemajuan Aceh. Dengan adanya partisipasi politik tersebut, mereka memiliki media untuk mengembangkan sistem politik agar mekanisme politik itu hidup dan berjalan sesuai dengan prosesnya. B. Analisis Masalah B.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Partisipasi politik masyarakat Aceh pasca MoU Helsinki dalam kegiatan pemilihan pada pilkada Aceh tahun 2006. 2. Partisipasi politik masyarakat Aceh pasca MoU Helsinki dalam pembentukan partai lokal di Aceh.

5 3. Partisipasi politik masyarakat Aceh pasca MoU Helsinki dalam tindak kekerasan di Aceh. B.2 Pembatasan Masalah Agar masalah yang diangkat dalam penelitian ini tidak terlalu meluas, maka peneliti membatasi masalah yaitu: Partisipasi politik masyarakat Aceh pasca MoU Helsinki dalam kegiatan pemilihan pada pilkada Aceh tahun 2006. Diharapkan dengan adanya pembatasan masalah tersebut, peneliti dapat menyusun sebuah penelitian sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. B.3 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa sajakah bentuk-bentuk partisipasi politik masyarakat Aceh pasca MoU Helsinki dalam kegiatan pemilihan pada pilkada Aceh tahun 2006?. C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian C.1 Tujuan Penelitian Adapun Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :Untuk mengetahui bentuk-bentuk partisipasi politik masyarakat Aceh pascapenandatanganan Nota Kesepahaman Perdamaian antara Pemerintah Indonesia dan GAM.

6 C.2 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan, adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan informasi mengenai latar belakang lahirnya otonomi khusus Aceh dalam bidang politik. b. Untuk memberikan gambaran tentang partisipasi politik masyarakat Aceh dalam pelaksanaan pilkada Aceh tahun 2006. c. Sebagai sarana untuk memotivasi peranan sejarah dalam mempertahankan identitas daerah bagi masyarakat, khususnya Aceh. C.3 Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek penelitian : Partisipasi Politik 2. Subjek penelitian : Masyarakat Aceh 3. Tempat penelitian : Perpustakaan Unila dan Perpustakaan Daerah 4. Waktu penelitian : 2013 5. Bidang Ilmu : Sejarah Politik

7 REFERENSI Neta S. Pane. 2001. Sejarah dan kekuatan Gerakan Aceh Merdeka: solusi, harapan, dan impian. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal.1.