HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sifat fisik. mikroorganisme karena suhu merupakan salah satu indikator dalam mengurai

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

TINJAUAN PUSTAKA II.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL

Pengaruh Nisbah C/N pada Campuran Feses Sapi Perah... Prima Adi Yoga

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengujian fisik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR BMF BIOFAD TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah Ternak untuk Kompos dan Biogas

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

S U N A R D I A

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI AKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN SEKAM PADI (Oryza sativa)

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos. sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

JURNAL INTEGRASI PROSES. Website:

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekali limbah khususnya limbah organik. Limbah organik yang berbentuk padat

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) dapat dilihat. pada Gambar 1. Gambar 1. Morfologi Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)

Macam macam mikroba pada biogas

Pengaruh Perbandingan Limbah... Stephanus

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Fisik. dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja dekomposisi, disamping itu juga untuk

PENGARUH PENAMBAHAN UREA TERHADAP BENTUK FISIK DAN UNSUR HARA KOMPOS DARI FESES SAPI

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat

KAJIAN BEBERAPA DEKOMPOSER TERHADAP KECEPATAN DEKOMPOSISI SAMPAH RUMAH TANGGA

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot pada Tabel 3. Data hasil pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot disajikan Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot Ulangan Perlakuan T1 T2 T3 T4 T5 g/m 2.... 1 0.545 0.639 0.837 0.587 1.044 2 0.841 0.929 0.663 0.980 1.072 3 0.529 0.664 0.756 0.953 1.132 4 0.525 0.920 0.743 0.829 0.930 Jumlah 2.440 3.152 2.999 3.349 4.178 Rataan 0.610 0.788 0.750 0.837 1.045 Keterangan : T 1 = Litter serbuk gergaji dengan berat 1,0 Kg/m 2 T 2 = Litter serbuk gergaji dengan berat 1,5 Kg/m 2 T 3 = Litter serbuk gergaji dengan berat 2,0 Kg/m 2 T 4 = Litter serbuk gergaji dengan berat 2,5 Kg/m 2 T 5 = Litter serbuk gergaji dengan berat 3,0 Kg/m 2 Tabel 3 memperlihatkan bahwa ternak marmot yang diberi perlakuan serbuk gergaji menghasilkan produksi berat total limbah kandang ternak marmot yang berkisar antara T 5 1,045 Kg/m 2 yang terdapat pada perlakuan T 5 dengan Litter serbuk gergaji dengan berat 3,0 Kg/m 2 dan angka terendah terdapat pada perlakuan T 1 6,10 Kg/m 2 yang terdapat pada perlakuan T 1 dengan Litter serbuk gergaji dengan berat 1,0

35 Kg/m 2. Masing-masing merunut diantaranya rataan berat total limbah kandang T 5 yaitu sebesar 1,045 Kg/m 2, kemudian rataan berat total limbah kandang T 4 yaitu sebesar 0,837 Kg/m 2, sedangkan rataan berat total limbah kandang ternak marmot T 2 yaitu sebesar 0,788 Kg/m 2, kemudian rataan berat total limbah kandang T 3 yaitu sebesar 0,750 Kg/m 2, serta rataan berat total limbah kandang T 1 yaitu sebesar 0,610 Kg/m 2. Penggunaan limbah kandang ternak marmot yang salah satunya dengan cara penanganan, untuk mengidentifikasi tingkat pencemaran, gangguan atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan peternakan marmot dilakukan upaya dalam merekap jumah pakan yang diberikan, sisa pakan serta feses yang dihasilkan setiap harinya, juga temperature dan kelembaban udara yang ada didalam kandang serta pengolahan limbah kandang ternak sebelum digunakan sebagai pupuk organik (Musofie, 2004). Pengomposan pada hakekatnya adalah menumpukkan bahan - bahan organik limbah kandang ternak dan membiarkannya terurai menjadi bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah sebelum digunakan sebagai pupuk (Sutedjo et al. (1995). Untuk mengetahui pengaruh perbedaan litter serbuk gergaji terhadap produksi limbah kandang marmot, maka dilakukan analisis statistik dangan uji sidik ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil dari analisis statistik tersebut menunjukkan bahwa perbedaan berat litter serbuk gergaji berpengaruh tidak nyata (F hitung >F tabel 0,05 ) terhadap produksi limbah kandang marmot.

36 4.2 Nisbah C/N Limbah Kandang Marmot Tabel 4. Pengaruh Perbedaan Litter Serbuk Gergaji terhadap Nisbah Carbon/Nitrogen (C/N). Perlakuan Ulangan T 1 T 2 T 3 T 4 T 5 % 1 41.94 34.21 23.58 26.46 35.40 2 34.52 21.63 42.37 53.08 22.01 3 20.64 14.64 19.55 51.74 25.47 4 26.93 19.59 16.37 27.72 23.71 Jumlah 124.029 90.070 101.868 158.999 106.585 Rataan 31.007 22.517 25.467 39.750 26.646 Keterangan : C / N = Carbon per Nitrogen Tabel 4. memperlihatkan bahwa rataan hasil analisis perbedaan pemberian litter serbuk gergaji terhadap kandungan Carbon/Nitrogen (C/N) tertinggi pada kolom T 1 perlakuan T 3 U 1 yaitu sebesar 41,94 persen, T 3 U 4 yaitu sebesar 34,52 persen, T 2 U 3 yaitu sebesar 20,64 persen, T 2 U 2 yaitu sebesar 26.93 Pada tabel diatas kolom T2 yakni perlakuan T 5 U 1 yaitu sebesar 34,21 persen,t 3 U 2 yaitu sebesar 21,63 persen, T 2 U 4 yaitu sebesar 14,64 persen, T 1 U 4 yaitu sebesar 19,59 persen. Pada tabel diatas kolom T 3 yakni perlakuan T 3 U 3 yaitu sebesar 23.58, T 2 U 1 yaitu sebesar 42.37, T 4 U 3 yaitu sebesar 19.55, T 1 U 2 yaitu sebesar 16.37. Pada tabel diatas kolom T 4 yakni perlakuan T 4 U 4 yaitu sebesar 26.46, T 5 U 3 yaitu sebesar 53.08, T 4 U 2 yaitu sebesar 51.74, T 5 U 4 yaitu sebesar 27.72. Pada tabel diatas kolom T 5 yakni perlakuan T 5 U 2

37 yaitu sebesar 35.40, T 1 U 3 yaitu sebesar 22.01, T 4 U 1 yaitu sebesar 25.47, T 1 U 1 yaitu sebesar 23.71. Pada tabel 4 memperlihatkan bahwa Pengaruh Perbedaan Litter Serbuk Gergaji terhadap Kandungan Carbon/Nitrogen (C/N) dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan T 4 39,750 dan nilai rataan terendah pada perlakuan T 2 22,517. Untuk mengetahui nisbah C/N kandang marmot, maka dilakukan analisis statistik dangan uji sidik ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil dari analisis statistik tersebut menunjukkan bahwa perbedaan berat litter serbuk gergaji berpengaruh nyata (F hitung < F tabel 0,05 ) terhadap produksi limbah kandang marmot. Nitrogen dan Carbon merupakan penyusun senyawa-senyawa penting dalam sel yang menentukan aktivitas pertumbuhan mikrooganisme, setiap bahan organik mengandung unsur C (karbon) dan N (nitrogen) dengan perbandingan yang berbedabeda antara bahan yang satu dengan bahan yang lain. Perbandingan unsur C dan N dalam suatu bahan dinyatakan dengan C/N Ratio, C/N ratio adalah perbandingan karbon dan nitrogen yang terkandung dalam suatu bahan organik. Suatu bahan yang mengandung unsur C tinggi maka nilai C/N ratio-nya akan tinggi, sebaliknya bahan yang mengandung unsur N yang tinggi nilai C/N ratio-nya akan rendah, nilai C/N ratio akan berpengaruh terhadap proses pengomposan. Dalam proses pengomposan, C merupakan sumber energi bagi mikroba sedangkan N berfungsi sebagai sumber makanan dan nutrisi bagi mikroba. Besarnya rasio C/N tergantung pada jenis sampah. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi

38 dan menggunakan N untuk sintesis protein. Mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein (Adi Budi Yulianto, dkk., 2009). Angka C/N rasio yang semakin rendah menunjukkan bahwa bahan organik sudah terdekomposisi dan hampir menjadi humus. Semakin tinggi C/N ratio suatu bahan maka semakin lambat untuk di ubah menjadi kompos sebaliknya dengan C/N ratio yang rendah akan mempercepat proses pengomposan, tetapi apabila nilai C/N ratio terlalu rendah maka pengomposan menghasilkan produk sampingan yaitu gas amoniak berbau busuk. Nisbah C/N yang baik antara 20-30, nisbah C/N yang terlalu tinggi mengakibatkan proses berjalan lambat karena kandungan nitrogen yang rendah. C/N rasio akan mencapai kestabilan saat proses dekomposisi berjalan sempurna (Djuarnani dkk. 2009),. Rasio C:N yang rendah akan meningkatkan emisi dari nitrogen sebagai amonium yang dapat menghalangi perkembangbiakan bakteri. Sedangkan rasio C:N yang tinggi akan menyebabkan proses degradasi berlangsung lebih lambat karena nitrogen akan menjadi faktor penghambat (Alexander, 1994). Rasio C:N tergantung dari kontaminan yang ingin didegradasi, bakteri serta jenis nitrogen yang digunakan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rasio C:N optimum pada proses biodegradasi adalah 100:10 (Shewfelt et al, 2005).