BAB V KELAIK LAUTAN KAPAL

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN YANG HARUS ADA DI KAPAL

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA


PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]


KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN NOMOR HK.2010/18a/VII/MP.14 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

ISM Code (International Safety Management Code)

KAJIAN TEKNOLOGI KAPAL DAN POLA PELAYANAN PELAYARAN- RAKYAT SEBAGAI MASUKAN UNTUK PEMBERDAYAAN MELALUI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN

Lampiran III MARPOL 73/78 PERATURAN TENTANG PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH BAHAN BAHAN BERBAHAYA YANG DIANGKUT MELALUI LAUT DALAM BENTUK KEMASAN

KESELAMATAN PELAYARAN DI TINJAU DARI UU NO. 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN. Jumaizi Stimart-AMNI ABSTRAKSI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

BAB II PERIHAL ORANG-ORANG. *Untuk pengurus kapal berkaitan erat dengan Badan Hukum atu orang seperti dibawah ini: PENGUSAHA KAPAL /PEMILIK KAPAL

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;

KEAHLIAN PELAUT YANG HARUS DIMILIKI PERWIRA DEK DI KAPAL NIAGA Ade Chandra Kusuma Dosen Akademi Maritim Yogyakarta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

PUTUSAN NOMOR HK.2010/06/I/MP.15 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

TENTANG ORGANISASI DAN TAT A KERJA KANTOR PELABUHAN BATAM

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

Technical Information

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN

BAB I PENDAHULUAN. garis khatulistiwa, oleh karenanya angkutan laut sangat dibutuhkan untuk

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

*35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 25 TAHUN TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2014 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS PENGAWAS PERIKANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran IV MARPOL 73/78 PERATURAN UNTUK PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH KOTORAN DARI KAPAL. Peraturan 1. Definisi

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESYAHBANDARAN UTAMA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR (PORT CLEARANCE)

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang Sesi ke2 dari SubCommittee on Implementation of IMO Instruments (III 2)

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L


BAB III PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANANAKHODA MENURUT UNDANG UNDANGNOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

BAB VIII PENGAWAKAN. Pasal 144. Pasal 145

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lampiran V MARPOL 73/78 PERATURAN TENTANG PENCEGAHAN PENCEMARAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SAMPAH DARI KAPAL. Peraturan 1. Definisi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2009/154, TLN 5073]

2017, No Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peratur

PUTUSAN NOMOR HK.2010/15/VI/MP.12 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA DAERAH PELAYARAN KAPAL PELAYARAN RAKYAT

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : KM 73 Tahun 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU MENTERI PERHUBUNGAN,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

Transkripsi:

BAB V KELAIK LAUTAN KAPAL Menurut Undang-Undang No.17 thn 2008 kelaik lautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan: a. Keselamatan kapal. b. Pencegahan pencemaran perairan dari kapal c. Pengawakan, d. pemuatan e. Kesehatan dan kesejahteraan awak kapal serta penumpang. f. Status hukum kapal untuk berlayar di perairan tertentu. g. Manajemen keselamatan h. Manajemen keamanan A Keselamatam kapal.. Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material,konstruksi,bangunan,permesinan dan pelistrikan,stabilitas,tata susunan serta perlengkapan termasuk radio dan eletronika kapal. Persyaratan keselamatan kapal diatur berdasarkan SOLAS 1974 utk yg melayari Pelayaran Internasional dan PP 51/2002 utk pelayaran domestik dan kapal non SOLAS. Untuk kapal-kapal yang dikecualikan dari SOLAS seperti: a. Kapal yang dibangun secara tradisional b. Kapal motor dengan tonase kurang dari GT 35 c. Kapal penangkap ikan d. Kapal yang tidak memiliki tenaga penggerak sendiri dan tidak berawak e. Kapal pesiar yang tidak digunakan untuk kegiatan niaga f. Kapal yang diperuntukkan berlayar di perairan daratan diatur dengan Peraturan Menteri. SOLAS 1974. SOLAS 1974 terdiri dari 12 Bab. 1. Bab I Aturan umum 2. Bab II Konstruksi permesinan,stabilitas dan pemadam kebakaran. 3. Bab III Alat-alat penolong 4. Bab IV Komunikasi radio, 5. Bab V Keselamatan Navigasi 6. Bab VI Pengangkutan muatan 7. Bab VII Pengangkutan barang berbahaya. 8. Bab VIII Kapal-kapal nuklir 9. Bab IX Manajemen untuk keselamatan operasi. 10. Bab X Tindakan keselamatan untuk kapal cepat 11. Bab XI Tindakan khusus utk meningkatkan keselamatan maritim

12. Bab XII Tindakan keselamatan tambahan untuk kapal curah SOLAS diberlakukan untuk kapal-kapal yang melayari pelayaran Internasional. Sertifikat-sertifikat yang diterbitkan berdasarkan SOLAS 1974 adalah 1 Untuk kapal penumpang.:; Sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang. 2 Untuk kapal barang: a. Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal Barang b. Sertifikat Keselamatan Perlengkapan Kapal Barang c. Sertifikat keselamatan Radio Kapal Barang. Untuk sertifikat sertifukat tsb dilakukan survei: a. Survei pertama (initial survei) b. Survei tahunan (annual survei) c. Survei antara (intermediate survei) d. Survei pembaruan sertifikat e. Susvei diluar jadwal (additional survei). Untuk kapal yang tidak diberlakukan SOLAS diberikan Sertifikat Keselamatan yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2002 B. Pencegahan pencemaran Pencegahan pencemaran dari kapal diatur berdasarkan Konvensi Internasional untuk pencegahan pencemaran dari kapal (MARPOL 73/78) MARPOL 73/78 terdiri dari 6 lampiran (Annex) 1. Annex I Peraturan pencegahan pencemaran oleh minyak. 2. Annex II Peraturan pengawasan pencemaran oleh zat cair beracun yang diangkut dalam bentuk curah. 3. Annex III Peraturan pencegahan pencemaran oleh barang berbahaya yang diangkut dalam kemasan. 4. Annex IV Peraturan pencegahan pencemaran oleh kotoran (sewage) dari kapal. 5. Annex V Peraturan pencegahan pencemaran oleh sampah dari kapal. 6. Annex VI Peraturan pencegahan pencemaran udara dari cerobong kapal.. Bagi kapal-kapal yang telah memenuhi persyaratan sesuai masing-masing Annex diterbitkan sertifikat.bagi kapal-kapal yang telah memenuhi persyaratan sesuai Annex I diberi kan Serifikat Pencegahan Pencemartan oleh Minyak atau Internationan Oil \Pollution Prevention Certificate (IOPP Cert.).Sertifikat diwajibkan bagi kapal tanker > GT 150 dan Non tanker ukuran > GT 400.Kapal-kapal tsb harus dilengkapi dengan OWS,ODM and Control system serta slop tank.disamping itu kapal tsb harus menyelenggarakan Buku Catatan Minyak (Oil Record Book ).Buku bag.i untuk ruang permesinan,buku bagian II untuk ruang muatan.

Hal-hal yang harus dicatat dalam Oil Record Book Bag.I: a. Pengisian ballast atau pencucian tanki bahan bakar. b. Pembuangan balast kotor atau air pencuci tanki bahan bakar. c. Pengumpulan atau pembuangan residu (sludge) d. Pembuangan air got kamar mesin. e. Kondisi dari OWS dan ODM. f. Pembuangan minyak karena kecelakaan. g. Pengisian bahan bakar dan minyak lumas. Hal hal yang dicatat dalam Oil Record Book bag.ii: a. Pemuatan munyak. b. Pemindahan internal muatan minyak c. Pembongkaran minyak d. Penggunaan crude oil washing e. Pengisian/pembuangan balast ke/dari tanki muat f. Pengisian /balast balast ke/dari dedicated ballast tank. g. Pencucian tanki muatan. h. Pembuangan balast kotor dan pembuangan dari slop tank i. Kondisi dari OWS dan ODM and control system Aturan pembuangan minyak/campuran berminyak Dari ruang permesinan a. Kapal berada diluar daerah khusus b. Kapal sedang berlayar c. Kadar kandungan minyak tidak melebihi 15 ppm d. Kapal dioperasikan dengan peralatan OWS dan ODM Dari ruang muat: a. Kapal berada diluar daerah khusus b. Kapal berada lebih dari 50 mil dari daratan c. Kapal dalam keadaan berlayar d. Kecepatan pembuangan 30 liter per mil e. Jumlah yang dibuang tidak melebihi 1/30.000 DWT untuk kapal baru dan 1/15.000 DWT untuk kapal lama. Pengecualian a. Pembuangan untuk menyelamatkan jiwa manusia atau kapal. b. Karena kerusakan peralatan namun telah ditempuh segala usaha untuk mencegah/mengurangi pencemaran. c. Telah diijinkan Pemerintah

Pengawakan Kapal harus diawaki dengan awak kapal yang cukup,cakap dan memiliki sertifikat yang diharuskan serta sehat jasmani dan rohani sesuai pemeriksaan dari rumah sakit yang ditunjuk Pemeritah.Setiap awak kapal harus familiar dengan tugas-tugasnya dikapal dan menguasai peralatan yang ada dikapal serta dapat berkoodinasi dengan baik dalam menanggulangi keadaan darurat.jumlah awak kapal minimum sesuai dengan Safe Manning Certificate dan susunan Perwiranya sesuai ketentuan Pemerintah. d. Pemuatan 1) Susunan muatan harus diperhatikan baik yang menyangkut stabilitas kapal maupun yang menyangkut masalah keselamatan. Muatan tidak boleh mengganggu pemandanagan dari anjungan serta tidak mengganggu operasi dari alat-alat penolong dan pemadam kebakaran.stabilitas kapal harus baik dan selamat untuk berlayar. 2) Batas benaman tidak boleh melebihi garis Plimsol sesuai daerah dan musim.pentuan letak Plimsol Mark diadasarkan perhitungan sesuai Load Line Convention 1966 dimana sertifikatnya harus ada dikapal. Kesejahteraan dan kesehatan awak kapal dan penumpang. Persediaan permakanan harus mencukupi selama pelayaran baik untuk awak kapal maupun untuk penumpang.jumlah kamar mandi.wc, serta persediaan air tawar harus cukup untuk awak kapal dan penumpang.ketentuan mengenai persyaratan diatur dalam PP 7 tahun 2000 dan Convensi ILO 147. F.Status Hukum Kapal Kapal harus mempunyai Surat tanda Kebangsaan yang masih berlaku sesuai ukuran kapal. Dokumen-dokumen dan Sertifikat yang harus ada dikapal. Setiap kapal harus membawa dikapal : 1. Surat Tanda Kebangsaan(Surat Laut/Pas Tahunan/Pas Kecil) 2. Surat Ukur 3. Buku Sijil 4. Setifikat-Sertifikat: a) Sertifikat Kes. Konstruksi Kpl.Barang b) Sertifikst Kes.Perlengkapan Kpl.Barang c) Sertifikat Kesd.Radio Kpl. Barang. d) Sertifikat Keselamatan Kpl.Penumpang. e) DOC dan SMC (berdasarkan ISM Code) f) Sertifukat Pecegahan Pencemaran oleh Minyak(IOPP) g. Buku Catatan Minyak dan SOPEP h. Minimum Safe Manning Certificate i. Sertfikat dari Perwira dan ABK

j. Load Line Certificate k. Surat Ijin Berlayar dari Pelabuhan terakhir l. Crew List m. Cargo Manifest n. Buku Kesehatan. Pengawasan Keselamatan Kapal Pengawasan terhadap keselamatan kapal dilaksanakan oleh: 1. Pemerintah Negara Bendera (Flag State)yang dibebani tanggung jawab atas keselamatan kapal-kapal yang menggunakan bendera mereka. 2. Pemerintah Negara Pelabuhan (Port State) yang diberi kewenangan untuk mengawasi kapal-kapal asing yang memasuki pelabuhan Negara mereka. Pengawasan dilakukan terhadap kelengakapan Setifikat serta kondisi kapal dan perlengkapannya.psco dapat menahan kapal yang sertifikatnya tidak ada/expire atau yang kondisi kapalnya tidak aman untuk berlayar Pemeriksaan Sebab-sebab kecelakaan Sesuai SOLAS 1974 Bab pasal 21 setiap Negara harus mengadakan penyelidikan terhadap sebab-sebab kecelakaan yang menimpa kapal-kapal mereka dan melaporkan hasilnya kepada Sekjen IMO.Di Indonesia sebab-sebab kecelakaan dilakukan pemeriksaan oleh Syahbandar untuk membuat Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan.BAPP tersebut dikirimkan ke Direktur Jenderal Perhubungan Laut.Dirjen Perhubungan Laut memimnta Mahkamah Pelayaran untuk mengadakan pemeriksaan lanjutan.mahkamah Pelayaran adalah suatu instansi yang berada dibawah Menteri Perhubungan yang fungsinya untuk mngetahui sebab-sebab kecelakaan serta menjatuhkan sanksi Administratif berupa penjcabutan kewenangan untuk jabatan tertentu maksimim 2 tahun di kapal-kapal berbendera Indonesia.Apabila dalam suatu kecelakaan terdapat korban jiwa maka petugas kepolisian ikut mengadakan pemeriksaan untuk menyelidiki kalau terjadi tindak pidana dalam kecelakaan tersebut.pemeriksaan dari Kepolisian disampaikan kepada Kejaksaan untuk diteruskan ke Pengadilan Negeri.

G. Tugas Mandiri 1. Jelaskan tentang kelaikan lautan Kapal?? 2. Jelaskan keselamatan kapal menurut SOLAS 1974?? 3. Sebutkan isi dari SOLAS 1974??? 4. Sebutkan dan jelaskan sertifikat yang diterbitkan berdasarkan SOLAS 1974?? 5. Jelaskan hal hal yang ditulis pada oil record book bagian I dan II 6. Jelaskan aturan pembuangan cairan berminyak (campuran ) pada kamar mesin?? 7. Sebutkan dan jelaskan sertifikat / dokumen yang harus ada diatas kapal?? 8. Bagimanakah pelaksanaan pengawasan keselamatan kapal?? 9. Bagaimanakah pengawakan diatas kapal?? 10. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan pemeriksaan sebab sebab kecelakaan??