BAB VIII PENGAWAKAN. Pasal 144. Pasal 145

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VIII PENGAWAKAN. Pasal 144. Pasal 145"

Transkripsi

1 Lampiran : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT Nomor : UM.008/9/20/DJPL - 12 Tanggal : 16 FEBRUARI 2012 BAB VIII PENGAWAKAN Pasal 144 (1) Pengawakan kapal Non-Convention terdiri dari : a. Seorang Nakoda; b. Sejumlah Perwira; c. Sejumlah Pelaut Bawahan (Able Seafarers dan Rating); d. Sejumlah juru masak/koki dan pelayan untuk kapal tertentu sehubungan keterbatasan jumlah kabin yang tersedia di atas kapal. (2) Pengawakan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), didasarkan pada : a. Ukuran gross tonnage (GT) Kapal; b. Total tenaga penggerak kapal (kilowatt/kw); c. Daerah Pelayaran. Pasal 145 (1) Batas ukuran tonase kotor (Gross Tonnage/GT) kapal terdiri dari : a. Kapal ukuran tonase kotor/gt 3000 atau lebih; b. Kapal ukuran tonase kotor/gt 1500 sampai dengan kurang dari GT 3000 ; c. Kapal ukuran tonase kotor/gt 500 sampai dengan kurang dari 1500; d. Kapal ukuran tonase kotor/ GT 175 sampai dengan kurang 500; e. Kapal ukuran tonase kotor/ GT 35 sampai dengan kurang 175; f. Kapal ukuran tonase kotor/ GT 7 sampai dengan kurang 35; g. Kapal ukuran tonase kotor/ GT kurang dari 7. (2) Batas total tenaga penggerak kapal (kilowatt/kw): a. Kapal dengan tenaga penggerak 3000 kw atau lebih; b. Kapal dengan tenaga penggerak 750 kw sampai dengan kurang dari 3000 kw; c. Kapal dengan tenaga penggerak kurang dari 750 kw. (3) Batas daerah pelayaran terdiri terdiri dari : a. Daerah pelayaran semua lautan (Un-Restricted Voyage/URV); b. Daerah pelayaran kawasan Indonesia (Near Coastal Voyage/NCV); c. Daerah pelayaran lokal (Local Voyage); d. Daerah pelayaran terbatas (Limited Voyage) e. Daerah pelayaran pelabuhan (Port Limited Voyage); f. Daerah pelayaran perairan daratan (Sungai, Kanal dan Danau). Page 1

2 Pasal 146 Jenis-jenis sertifikat pelaut terdiri dari : a. Sertifikat Keahlian Pelaut (Certificate of Competency). b. Sertifikate Keterampilan Pelaut (Certificate of Proficiency). c. Sertifikat pengukuhan (Certificate of Endorsement). Pasal 147 Jenis-jenis sertifikat dan dokumen yang wajib dimiliki seluruhnya atau sebagian oleh nakhoda dan anak buah kapal bagian dek dan katering dalam menduduki jabatan dan/atau tugas jaga di atas kapal. a. Nakhoda (Master) dan Mualim I (Chief Mate) terdiri dari : 1) Sertifikat keahlian pelaut (Certificate of Competency); 2) Sertifikat pengukuhan (Certificate of Endosment); 3) Sertifikat Brevet A dan Brevet B, bagi yang bekerja di kapal kecepatan tinggi (High Speed Craft) 4) Sertifikat operator radio GMDSS, jika kapal tersebut dilengkapi dengan peralatan GMDSS dan berlayar di wilayah A3 dan A4; 5) Sertifikat Radar Simulator untuk kapal yang dilengkapi dengan peralatan Radar atau sertifikat ARPA Simulator untuk kapal yang dilengkapi dengan peralatan ARPA; 6) Sertifikat Pelatihan Dasar Keselamatan (Basic Safety Training); 7) Sertifikat perawatan medis (Medical Care) bagi pemilik sertifikat keahlian (Competency) Tingkat I/II/III Nautika atau sertifikat Medical First Aid bagi pemilik sertifikat keahlian (Competency) Tingkat IV dan V Nautika; 8) Sertifikat Basic Oil and Chemical Tanker (BOCT) atau Basic Liquified Gas Tanker (BLGT) sesuai dengan jenis kapal; 9) Sertifikat Advance Oil Tanker atau Sertifikat Advance Chemical Tanker atau Sertifikat Advance Liquified Gas Tanker sesuai dengan jenis kapal; 10) Sertifikat Crowd Management dan Crisis Management and Human Behaviour bagi yang bekerja di kapal penumpang; 11) Sertifikat Crowd Management, Crisis Management and Human Behaviour dan Passenger Safety, Cargo Safety and Hull Intergrity bagi yang bekerja di kapal penumpang Ro Ro; 12) Sertifikat pemadaman kebakaran tingkat lanjut (Advance Fire Fighting) bagi pemilik sertifikat keahlian (Competency) Tingkat I/II/III/IV Nautika; 13) Sertifikat sekoci penyelamat dan sekoci penolong (Survival Craft and Rescue Boats); 14) Sertifikat Electronics Charts Display and Information System (ECDIS) untuk kapal yang dilengkapi dengan peralatan ECDIS; 15) Sertifikat Bridge Resource Management bagi pemilik sertifikat keahlian Tingkat I/II/III/IV Nautika, untuk kapal yang berlayar di daerah pelayaran semua lautan atau Kawasan Indonesia (Near Coastal Voyage/NCV); 16) Sertifikat Perwira Keamanan Kapal (Ship Security Officer) bagi yang ditunjuk sebagai penanggung jawab keamanan di kapal ; 17) Sertifikat Dynamic Position (DP) bagi yang bekerja pada kapal jenis Anchor Handling Tug Supply (AHTS) Vessel untuk kapal tersebut di lengkapi dengan Dynamic Position; 18) Sertifikat kesehatan pelaut; 19) Buku Pelaut. Page 2

3 b. Perwira Dek atau Mualim yang dikenai tugas jaga (Watchkeeping Officer) terdiri dari : 1) Sertifikat keahlian pelaut (Certificate of Competency); 2) Sertifikat pengukuhan (Certificate of Endosment); 3) Sertifikat Brevet A dan Brevet B, bagi yang bekerja di kapal kecepatan tinggi (High Speed Craft) 4) Sertifikat operator radio umum (ORU) atau GOC for the GMDSS, jika kapal tersebut diperlengkapi dengan peralatan GMDSS dan berlayar di wilaya A3 dan A4; 5) Sertifikat Radar Simulator untuk kapal yang dilengkapi dengan peralatan Radar atau sertifikat ARPA Simulator untuk kapal yang dilengkapi dengan peralatan ARPA dan; 6) Sertifikat Pelatihan Dasar Keselamatan (Basic Safety Training); 7) Sertifikat perawatan medis (Medical Care) bagi pemilik sertifikat keahlian (Competency) ANT- 1/II/III atau sertifikat Medikal First Aid bagi pemilik sertifikat keahlian (Competency) ANT IV dan V; 8) Sertifikat Tanker Familiarization dan Oil Tanker atau Chemical Tanker atau Liquefied Gas sesuai dengan jenis kapal tankinya; 9) Sertifikat Crowd Management dan Crisis Management and Human Behaviour bagi yang bekerja di kapal penumpang; 10) Sertifikat Crowd Management, Crisis Management and Human Behaviour dan Passenger Safety, Cargo Safety and Hull Intergrity bagi yang bekerja di kapal penumpang Ro Ro; 11) Sertifikat pemadaman kebakaran tingkat lanjut (Advance Fire Fighting) bagi pemilik sertifikat keahlian (Competency) ANT I/II/III/IV; 12) Sertifikat sekoci penyelamat dan sekoci penolong (Survival Craft and Resque Boats) jika kapal tersebut dengan sekoci; 13) Sertifikat Electronics Charts Display and Information System (ECDIS) jika kapal dilengkapi dengan peralatan ECDIS ; 14) Sertifikat Bridge Resource Management bagi pemilik sertifikat keahlian ANT I/II/III/IV, jika kapal berlayar di daerah pelayara semua lautan atau Kawasan Indonesia (Near Coastal Voyage/NCV); 15) Sertifikat Perwira Keamanan Kapal (Ship Security Officer) bagi yang ditunjuk sebagai penanggung jawab keamanan di kapal ; 16) Sertifikat Dynamic Position (DP) bagi yang bekerja pada kapal jenis Anchor Handling Tug Supply (AHTS) Vessel jika kapal tersebut di lengkapi dengan Dynamic Position; 17) Sertifikat (keterangan) kesehatan pelaut; 18) Buku Pelaut. c. Rating bagian dek yang dikenai tugas jaga di anjungan kapal terdiri dari : 1) Sertifikat keahlian pelaut (Certificate of Competency), atau Sertifikat keterampilan pelaut (Certificate of Proficiency) sebagai Able Seafarers deck atau Watchkeeping rating; 2) Sertifikat pelatihan dasar keselamatan (Basic Safety Training); 3) Sertifikat Basic Oil and Chemical Tanker (BOCT) atau Basic Liquified Gas Tanker (BLGT) sesuai dengan jenis kapal; 4) Sertifikat Crowd Management dan Crisis Management and Human Behaviour bagi yang bekerja di kapal penumpang; Page 3

4 5) Sertifikat Crowd Management, Crisis Management and Human Behaviour dan Passenger Safety, Cargo Safety and Hull Intergrity bagi yang bekerja di kapal penumpang Ro Ro; 6) Sertifikat sekoci penyelamat dan sekoci penolong (Survival Craft and Resque Boat) ; 7) Sertifikat kesehatan pelaut; 8) Buku Pelaut. d. Rating bagian dek yang tidak dikenai tugas jaga di anjungan kapal terdiri dari: 1) Sertifikat pelatihan dasar keselamatan (Basic Safety Training) ; 2) Sertifikat Tanker Familiarization bagi yang bertugas di kapal tanki ; 3) Sertifikat (keterangan) kesehatan pelaut; 4) Buku Pelaut. Pasal 148 Jenis-jenis sertifikat dan dokumen yang wajib dimiliki seluruhnya atau sebagian oleh anak buah kapal bagian mesin dalam menduduki jabatan dan/atau tugas jaga di atas kapal. a. Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer Officer) dan Masinis II (Second Officer) terdiri dari : 1) Sertifikat keahlian pelaut (Certificate of Competency) ; 2) Sertifikat pengukuhan pengukuhan (Certificate of Endosment); 3) Sertifikat Brevet A, bagi yang bekerja di kapal kecepatan tinggi (High Speed Craft) 4) Sertifikat pelatihan dasar keselamatan (Basic Safety Training). 5) Sertifikat Perawatan medis (Medical Care) bagi pemilik sertifikat keahlian Tingkat I/II/III Teknika atau Sertifikat Medical First Aid bagi pemilik sertifikat keahlian Tingkat IV/V Teknika; 6) Sertifikat Basic Oil and Chemical Tanker (BOCT) atau Basic Liquified Gas Tanker (BLGT) sesuai dengan jenis kapal; 7) Sertifikat Advance Oil Tanker atau Sertifikat Advance Chemical Tanker atau Sertifikat Advance Liquified Gas Tanker sesuai dengan jenis kapal; 8) Sertifikat Crowd Management dan Crisis Management and Human Behaviour bagi yang bekerja di kapal penumpang; 9) Sertifikat Crowd Management, Crisis Management and Human Behaviour dan Passenger Safety, Cargo Safety and Hull Intergrity bagi yang bekerja di kapal penumpang Ro Ro; 10) Sertifikat Pemadaman kebakaran tingkat lanjut (Advance Fire Fighting) bagi pemilik sertifikat keahlian Tingkat I/II/III/IV Teknika; 11) Sertifikat sekoci penyelamat dan sekoci penolong (Survival Craft and Resque Boats); 12) Sertifikat Engine Resource Management bagi pemilik sertifikat Tingkat I/II/III/IV Teknika, bagi yang berlayar di daerah pelayaran semua lautan dan kawasan Indonesia; 13) Serifikat Perwira Keamanan Kapal (Ship Security Officer) bagi yang ditunjuk sebagai penanggung jawab keamanan di kapal; 14) Sertifikat kesehatan pelaut ; 15) Buku Pelaut. Page 4

5 b. Perwira mesin atau Masinis yang dikenai tugas jaga (Watchkeeping Engineer Officer) terdiri dari : 1) Sertifikat keahlian pelaut (Certificate of Competency) ; 2) Sertifikat pengukuhan pengukuhan (Certificate of Endorsement); 3) Sertifikat Brevet A, bagi yang bekerja di kapal kecepatan tinggi (High Speed Craft 4) Sertifikat pelatihan dasar keselamatan (Basic Safety Training); 5) Sertifikat Perawatan medis (Medical Care) bagi pemilik sertifikat keahlian Tingkat I/II/III Teknika atau Sertifikat Medical First Aid bagi pemilik sertifikat keahlian Tingkat IV/V Teknika; 6) Sertifikat Basic Oil and Chemical Tanker (BOCT) atau Basic Liquified Gas Tanker (BLGT) sesuai dengan jenis kapal; 7) Sertifikat Advance Oil Tanker atau Sertifikat Advance Chemical Tanker atau Sertifikat Advance Liquified Gas Tanker sesuai dengan jenis kapal; 8) Sertifikat Crowd Management dan Crisis Management and Human Behaviour bagi yang bekerja di kapal penumpang; 9) Sertifikat Crowd Management, Crisis Management and Human Behaviour dan Passenger Safety, Cargo Safety and Hull Intergrity bagi yang bekerja di kapal penumpang Ro Ro; 10) Sertifikat Pemadaman kebakaran tingkat lanjut (Advance Fire Fighting) bagi pemilik sertifikat keahlian Tingkat I/II/III/IV Teknika; 11) Sertifikat sekoci penyelamat dan sekoci penolong (Survival Craft and Rescue Boats); 12) Sertifikat Engine Resource Management bagi pemilik sertifikat Tingkat I/II/III/IV Teknika, bagi yang berlayar di daerah pelayaran semua lautan dan kawasan Indonesia; 13) Sertifikat Perwira Keamanan Kapal (Ship Security Officer) bagi yang ditunjuk sebagai penanggung jawab keamanan di kapal; 14) Sertifikat kesehatan pelaut; 15) Buku Pelaut. c. Rating bagian mesin yang dikenai tugas jaga terdiri dari: 1) Sertifikat keahlian pelaut (Certificate of Competency), atau Sertifikat keterampilan pelaut sebagai Able Seafarers Engine atau Watchkeeping rating; 2) Sertifikat pelatihan dasar keselamatan (Basic Safety Training); 3) Sertifikat Basic Oil and Chemical Tanker (BOCT) atau Basic Liquefied Gas Tanker (BLGT) sesuai dengan jenis kapal; 4) Sertifikat Crowd Management dan Crisis Management and Human Behavior bagi yang bekerja di kapal penumpang; 5) Sertifikat Crowd Management, Crisis Management and Human Behavior dan Passenger Safety, Cargo Safety and Hull Integrity bagi yang bekerja di kapal penumpang Ro Ro; 6) Sertifikat sekoci penyelamat dan sekoci penolong (Survival Craft and Rescue Boat); 7) Sertifikat kesehatan pelaut; 8) Buku Pelaut. Page 5

6 d. Rating bagian mesin yang tidak dikenai tugas jaga terdiri dari : 1) Sertifikat pelatihan dasar keselamatan (Basic Safety Training); 2) Sertifikat Tanker Familiarization bagi yang kerja di kapal tanki; 3) Sertifikat (keterangan) kesehatan pelaut ; 4) Buku Pelaut. Pasal 149 Persyaratan minimal jumlah awak kapal dan sertifikat kepelautan bagian dek dan bagian katering di kapal niaga yang berukuran tonase kotot (Gross Tonnage) kurangdari GT 500, untuk daerah pelayaran semua lautan ditentukan sebagai berikut : a. Untuk kapal berukurang tonase kotor/gt 175 sampai dengan kurang 500, Jumlah awak kapal sekurang - kurangnya 6 (enam) orang dengan jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Master sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Mate sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Officer sesuai yang tercantum pada 147 huruf b, 4) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c, di mana juru mudi dapat merangkap sebagai koki. b. Untuk kapal berukurang tonase kotor (GT) kurang dari 175, jumlah awak kapal sekurangkurangnya 5 (lima) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut: 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Master sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufa; 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Mate sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Officer sesuai yang tercantum pada 147 hurufb; 4) 2 (dua) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc, di mana juru mudi dapat merangkap sebagai koki. Page 6

7 Pasal 150 Persyaratan minimal jumlah awak kapal dan sertifikat kepelautan bagian mesin di kapal niaga yang berukuran tonase kotor/gt kurangdari 500, untuk daerah pelayaran semua lautan ditentukan sebagai berikut : a. Untuk kapal dengan tenaga penggerak KW atau lebih, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya kapal 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Engineer sesuai yang tercantum pada 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Enginer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Second Enginer Officer sesuai yang tercantum pada 3) 1 (satu) orang Masinis jaga (Watchkeeping Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Engineer Officer sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; 4) 1 (satu) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c; b. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 3000 kw atau lebih, pada ruang mesin yang tidak diawaki secara berkala (Periodically unattended machineri space) jumlah awak kapal sekurang-kurangnya kapal 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Engineer sesuai yang tercantum pada 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Enginer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Second Enginer Officer sesuai yang tercantum pada 3) 1 (satu) orang Masinis jaga (Watchkeeping Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Engineer Officer sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; 4) 1 (satu) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. Page 7

8 c. Untuk kapal dengan tenaga kurang dari kw, pada ruang mesin yang tidak diawaki secara berkala (Periodically unattended machineri space) jumlah awak kapal sekurangkurangnya kapal 3 (tiga) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Engineer sesuai yang tercantum pada 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Enginer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Second Enginer Officer sesuai yang tercantum pada 3) 1 (satu) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. d. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 750 kw sampai dengan kurang dari kw, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Engineer sesuai yang tercantum pada 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Second Engineer sesuai yang tercantum pada 3) 1 (satu) orang Masinis jaga (Watchkeeping Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Engineer Officer sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb 4) 2 (dua) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc; e. Untuk kapal dengan tenaga penggerak kurang dari 750 kw, jumlah awak kapal sekurangkurangnya 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Engineer sesuai yang tercantum pada 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Second Engineer sesuai yang tercantum pada 3) 2 (dua) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. Page 8

9 Pasal 151 Persyaratan minimal jumlah jabatan, sertifikat kepelautan dan jumlah awak kapal bagian dek dan bagian katering di kapal niaga yang belayar di daerah kawasan Indonesia (Near Coastal Voyage /NCV) ditentukan sebagai berikut: a. Untuk kapal dengan tonase kotor/gt di atas 3.000, jumlah awak kapal sekurangkurangnya 7 (tujuh) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Master sesuai dengan yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud pada pasal 144 huruf a; 2) 1 (satu) orang Mualim I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Mate sesuai dengan yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud pada pasal 144 huruf a; 3) 2 (dua) orang Mualim jaga (Watchkeeping officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Officer sesuai dengan yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud pada pasal 144 huruf b; 4) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud pada pasal 144 huruf c; b. Untuk kapal dengan tonase kotor/gt 500 sampai dengan kurang dari GT 3.000, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 6 (enam) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Master sesuai dengan yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud pada pasal 144 huruf a; 2) 1 (satu) orang Mualim I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Mate sesuai dengan yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud pada pasal 144 huruf a; 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Officer sesuai dengan yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud pada pasal 144 huruf b; 4) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud pada pasal 144 huruf c; c. Untuk kapal dengan tonase kotor/gt 175 sampai dengan kurang dari GT 500, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 6 (enam) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Master sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Mate sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Officer sesuai yang tercantum pada 147 huruf b; Page 9

10 4) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc; d. Untuk kapal tonase kotor/ GT kurang dari 175, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Master sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Mate sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 3) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc; Pasal 152 Persyaratan minimal jumlah awak kapal dan sertifikat kepelautan bagian mesin di kapal niaga yang berukuran tonase kotor/gt kurangdari 500, untuk daerah pelayaran kawasan Indonesia (Near Coastal Voyage /NCV) ditentukan sebagai berikut : a. Untuk kapal dengan tenaga penggerak KW atau lebih, jumlah awak sekurangkurangnya kapal 6 (enam) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Engineer sesuai yang tercantum pada 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Enginer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Second Enginer Officer sesuai yang tercantum pada 3) 1 (satu) orang Masinis jaga (Watchkeeping Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Engineer Officer sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; 4) 3 (tiga) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc; b. Untuk kapal dengan tenaga penggerak kw atau lebih, pada ruang mesin yang tidak diawaki secara berkala (Periodically unattended machineri space) jumlah awak kapal sekurang-kurangnya kapal 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Engineer sesuai yang tercantum pada Page 10

11 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Enginer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Second Enginer Officer sesuai yang tercantum pada 3) 1 (satu) orang Masinis jaga (Watchkeeping Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Engineer Officer sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; 4) 1 (satu) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. c. Untuk kapal dengan tenaga kurang dari kw, pada ruang mesin yang tidak diawaki secara berkala (Periodically unattended machineri space) jumlah awak kapal sekurangkurangnya kapal 3 (tiga) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Engineer sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Enginer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Second Enginer Officer sesuai yang tercantum pada 147 huruf a; 3) 1 (satu) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. d. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 750 sampai dengan kurang dari kw, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Engineer sesuai yang tercantum pada 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Second Engineer sesuai yang tercantum pada 3) 1 (satu) orang Masinis jaga (Watchkeeping Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Watchkeeping Engineer Officer sesuai yang tercantum pada sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb 4) 2 (dua) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. e. Untuk kapal dengan tenaga penggerak kurang dari 750 kw, jumlah awak kapal sekurangkurangnya 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Chief Engineer sesuai yang tercantum pada Page 11

12 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut dan pengukuhan sebagai Second Engineer sesuai yang tercantum pada 3) 2 (dua) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc Pasal 153 Persyaratan minimal jumlah awak kapal dan sertifikat kepelautan bagian dek dan bagian katering di kapal niaga untuk daerah pelayaran lokal (Local Voyage) ditentukan sebagai berikut: a. Untuk kapal tonase kotor/gt atau lebih, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat II Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat III Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim I dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 2 (dua) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; 4) 1 (satu) orang serang/bosun yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufd; 5) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc; 6) 1 (satu) orang kelasi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufd; 7) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf d; b. Untuk kapal tonase kotor/gt sampai dengan kurang 3.000, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang dengan jumlah, jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat III Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim I dan memiliki sertifikat sebagaimana Page 12

13 3) 2 (dua) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; 4) 1 (satu) orang serang yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufd; 5) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc; 6) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufd. c. Untuk kapal tonase kotor/gt 500 sampai dengan kurang jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang dengan jumlah, jabatan dan sertifikat sebagai berikut: 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim - I dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf b; 4) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc; 5) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufd. d. Untuk kapal tonase kotor/gt 175 sampai dengan kurang 500, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 6 (enam) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut: 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim - I dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; 4) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. e. Untuk kapal tonase kotor/gt 35 sampai dengan kurang dari GT 175, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : Page 13

14 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan, serta memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 3) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c. f. Untuk kapal tonase kotor/gt 7 sampai dengan kurang dari GT 35, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:. 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan, serta memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 3) 2 (dua) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c. Pasal 154 Persyaratan minimal jumlah awak kapal dan sertifikat kepelautan bagian mesin di kapal niaga untuk daerah pelayaran lokal (Local Voyage)ditentukan sebagai berikut: a. Untuk kapal dengan tenaga penggerak kw atau lebih, jumlah awak kapal bagian mesin 6 (enam) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1(satu) orang Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat II Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala kamar mesin dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat III Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis - II dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Masinis jaga (Watchkeeping Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala masinis jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; 4) 3 (tiga) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. b. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 750 kw sampai dengan kurang dari kw, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1. 1 (satu) orang Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat III Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala kamar mesin dan memiliki sertifikat sebagaimana Page 14

15 2. 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat III Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis - II dan memiliki sertifikat sebagaimana 3. 1 (satu) orang Masinis jaga (Watchkeeping Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; 4. 2 (dua) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. c. Untuk kapal dengan tenaga penggerak kurang dari 750 kw, jumlah awak kapal sekurangkurangnya 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala kamar mesin dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis - II dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Masinis jaga (Watchkeeping Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; 4) 1 (satu) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. Pasal 155 Persyaratan minimal jumlah awak kapal dan sertifikat kepelautan bagian dek dan bagian katering di kapal niaga untuk daerah pelayaran pelayaran terbatas (Limited Voyage) ditentukan sebagai berikut: a. Untuk kapal tonase kotor / GT atau lebih, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat III Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim I dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf b; Page 15

16 4) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c; 5) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf d. b. Untuk kapal tonase kotor/gt sampai dengan kurang 3.000, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 6 (enam) orang dengan jumlah, jabatan dan sertifikat sebagai berikut: 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim I dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf b; 4) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c. c. Untuk kapal tonase kotor/gt 500 sampai dengan kurang jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dengan jumlah, jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim - I dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf b; 4) 2 (dua) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c. d. Untuk kapal tonase kotor/gt 175 sampai dengan kurang 500, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut: 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana Page 16

17 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim - I dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 2 (dua) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c. e. Untuk kapal tonase kotor/gt 35 sampai dengan kurang dari GT 175, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 4 empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut: 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan, serta memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 3) 2 (dua) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c; f. Untuk kapal tonase kotor/gt 7 sampai dengan kurang dari GT 35, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan, serta memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c. Pasal 156 Persyaratan minimal jumlah awak kapal dan sertifikat kepelautan bagian mesin di kapal niaga untuk daerah pelayaran terbatas (Limited Voyage) ditentukan sebagai berikut: a. Untuk kapal dengan tenaga penggerak kw atau lebih, jumlah awak kapal bagian mesin 5 (lima) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1(satu) orang Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat III Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala kamar mesin dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis - II dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Masinis jaga (Watchkeeping Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala masinis jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufb; Page 17

18 4) 2 (dua) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. b. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 750 kw sampai dengan kurang dari 3000 kw, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala kamar mesin dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer) yang memiliki sertifikat keahlian serendah-rendahnya pelaut tingkat IV Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis - II dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 2 (dua) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. c. Untuk kapal dengan tenaga penggerak kurang dari 750 kw, jumlah awak kapal sekurangkurangnya 3 (tiga) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala kamar mesin dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis - II dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. Pasal 157 Persyaratan minimal jumlah awak kapal dan sertifikat kepelautan bagian dek dan bagian katering di kapal niaga untuk daerah pelayaran pelabuhan (Port Limited Voyage) ditentukan sebagai berikut: a. Untuk kapal tonase kotor / GT atau lebih, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 6 (enam) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat III Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim I dan memiliki sertifikat sebagaimana Page 18

19 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf b; 4) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c; b. Untuk kapal tonase kotor/gt sampai dengan kurang 3.000, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dengan jumlah, jabatan dan sertifikat sebagai berikut: 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendahrendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim I dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut serendah-rendahnya tingkat V Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf b; 4) 2 (dua) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c; c. Untuk kapal tonase kotor/gt 500 sampai dengan kurang jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 4 (empat) orang dengan jumlah, jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf a; 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat V Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim - I dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf a; 3) 2 (dua) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c; d. Untuk kapal tonase kotor/gt 175 sampai dengan kurang 500, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut: 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf a; Page 19

20 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat V Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim - I dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf a; 3) 2 (dua) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c; e. Untuk kapal tonase kotor/gt 35 sampai dengan kurang dari GT 175, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 4 empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut: 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan, serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 3) 2 (dua) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c; f. Untuk kapal tonase kotor/gt 7 sampai dengan kurang dari GT 35, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan, serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat V Nautika dan sertifikat pengukuhan serta memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 3) 1 (satu) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf c; Pasal 158 Persyaratan minimal jumlah awak kapal dan sertifikat kepelautan bagian mesin di kapal niaga untuk daerah pelayaran pelabuhan (Port Limited Voyage)ditentukan sebagai berikut: a. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 3000 kw atau lebih, jumlah awak kapal bagian mesin 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1(satu) orang Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat III Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala kamar mesin dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat IV Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis - II dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 3) 2 (dua) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. Page 20

21 b. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 750 kw sampai dengan kurang dari kw, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 4 (empat) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut tingkat IV Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala kamar mesin dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat V Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis - II dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 3) 2 (dua) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. c. Untuk kapal dengan tenaga penggerak kurang dari 750 kw, jumlah awak kapal sekurangkurangnya 3 (tiga) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : keahlian pelaut tingkat V Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai kepala kamar mesin dan memiliki sertifikat sebagaimana 2) 1 (satu) orang Masinis II (Second Engineer Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat V Teknika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai masinis - II dan memiliki sertifikat sebagaimana 3) 1 (satu) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 hurufc. Pasal 159 Persyaratan minimal jumlah awak kapal dan sertifikat kepelautan bagian dek dan bagian katering di kapal niaga untuk daerah pelayaran perairan daratan (Sungai, Kanal dan Danau) ditentukan sebagai berikut: a. Untuk kapal tonase kotor / GT atau lebih, jumlah awak kapal sekurang-kurangnya 6 (enam) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut : 1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai nakhoda dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf a; 2) 1 (satu) orang Muliam I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim I dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf a; 3) 1 (satu) orang Mualim jaga (Watchkeeping Officer) yang memiliki sertifikat keahlian pelaut tingkat IV Nautika dan/atau memiliki sertifikat pengukuhan yang memperbolehkan jabatan sebagai mualim jaga dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 huruf b; 4) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 143huruf c; Page 21

-2- c. bahwa usulan perubahan tarif layanan Badan Layanan Umum Politeknik Pelayaran Surabaya pada Kementerian Perhubungan, telah dibahas dan dikaji ol

-2- c. bahwa usulan perubahan tarif layanan Badan Layanan Umum Politeknik Pelayaran Surabaya pada Kementerian Perhubungan, telah dibahas dan dikaji ol No.541, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Poltek Pelayaran. Surabaya. Tarif. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/PMK.05/2016 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN

Lebih terperinci

V/ k PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.04/BPSDMP-2017 TENTANG

V/ k PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.04/BPSDMP-2017 TENTANG V/ k PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.04/BPSDMP-2017 TENTANG KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KETERAMPILAN PELAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN. No. Jenis Layanan Satuan Tarif (Rp)

TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN. No. Jenis Layanan Satuan Tarif (Rp) 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PMK.05/2014 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN ILMU PELAYARAN PADA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

V/ k PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK. 09/BPSDMP-2017 TENTANG

V/ k PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK. 09/BPSDMP-2017 TENTANG V/ k PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK. 09/BPSDMP-2017 TENTANG KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KETERAMPILAN PELAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN ,. MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK. 05/2018 TENT ANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ILMU PELAYARAN

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGAN REPUBUK INDONES!A SALIN AN

MENTER! KEUANGAN REPUBUK INDONES!A SALIN AN MENTER! KEUANGAN REPUBUK INDONES!A SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 /PMK.05/2016 TENT ANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA PADA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1089, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pendidikan. Pelatihan. Sertifikasi. Pelaut. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2062, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Politeknik Ilmu Pelayanan Makassar. Tarif Layanan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 262/PMK.05/2015 TENTANG

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa Menteri Perhubungan melalui Surat Nomor: PR.306/1/3 PHB 2015 tanggal 26 Maret 2015, telah mengajukan usulan perubahan terhad

2015, No c. bahwa Menteri Perhubungan melalui Surat Nomor: PR.306/1/3 PHB 2015 tanggal 26 Maret 2015, telah mengajukan usulan perubahan terhad No.2060, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Tarif Layanan. Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar. Kementerian Perhubungan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 262/PMK.05/2015

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN LAMPIRAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK l A ;A FORLAYlA1/ A N ct A l 4 UMUM SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. MENTERI KEUANGAN TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

MENTEHI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTEHI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN , I MENTEHI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO MOR 25/PMK. 05/2018 TENT ANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ILMU PELAYARAN

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN ILMU PELAYARAN PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN ILMU PELAYARAN PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN LAMPIRAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 9 I p MK 0 5 I 2 0 1 4 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR. PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN ILMU PELAY ARAN PADA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBUK!NDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBUK!NDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBUK!NDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/PMK. 05/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 97 /PMK.05/2014 TENTANG TARIF LAYANAN

Lebih terperinci

TENT ANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN ILMU PELAYARAN PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

TENT ANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN ILMU PELAYARAN PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185/PMK.05/2016 TENT ANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/PMK. 05/2018 TENT ANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALA! PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ILMU PELAYARAN TANGERANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134/PMK.05/2014 TENTANG of 5 06/11/2014 12:04 MENTERI KEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 134/PMK.05/2014 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran diatur

Lebih terperinci

MENTEHIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.

MENTEHIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. i MENTEHIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PMK. 05/2018 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM POLITEKNIK ILMU PELAYARAN MAKASSAR PADA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 262/PMK.05/2015 TENT ANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 262/PMK.05/2015 TENT ANG MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.05/2015 TENT ANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 135/PMK.05/2013 TENTANG TARIF LAYANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Badan Layanan Umum. Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran. Tarif.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Badan Layanan Umum. Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran. Tarif. No.260, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Badan Layanan Umum. Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran. Tarif. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.05/2010 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran diatur ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarh Singkat PT. Pelnas Lestari Indoma Bahari 1

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarh Singkat PT. Pelnas Lestari Indoma Bahari 1 18 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarh Singkat PT. Pelnas Lestari Indoma Bahari 1 Melalui akta tertanggal 02 November 1979 No 90 yang dikeluarkan NOTARIS dan Penjabat Pembuat Akta Tanah, telah

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI NAUTIKA

PROGRAM STUDI NAUTIKA PROGRAM STUDI NAUTIKA V I S I Menghasilkan lulusan yang berkualitas dan profesional dalam bidang Kenautikaan dan IPTEK Kelautan yang berstandar Internasional pada tahun 2016 M I S I - Menyelenggarakan

Lebih terperinci

Magelang, 14 Juli Hal: Lamaran pekerjaan. Kepada Yth:

Magelang, 14 Juli Hal: Lamaran pekerjaan. Kepada Yth: Magelang, 14 Juli 2017 Hal: Lamaran pekerjaan Kepada Yth: PANITIA REKRUITMENT DAN SELEKSI TENAGA KHUSUS CALON PANDU KANTOR PUSAT PT.PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) JL. PERAK TIMUR 610 SURABAYA 60165

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 45 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU

Lebih terperinci

KEAHLIAN PELAUT YANG HARUS DIMILIKI PERWIRA DEK DI KAPAL NIAGA Ade Chandra Kusuma Dosen Akademi Maritim Yogyakarta

KEAHLIAN PELAUT YANG HARUS DIMILIKI PERWIRA DEK DI KAPAL NIAGA Ade Chandra Kusuma Dosen Akademi Maritim Yogyakarta KEAHLIAN PELAUT YANG HARUS DIMILIKI PERWIRA DEK DI KAPAL NIAGA Ade Chandra Kusuma Dosen Akademi Maritim Yogyakarta ABSTRAK In the world of the distribution industry is accepted as a commercial implementation

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 25 TAHUN TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 25 TAHUN TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 25 TAHUN 2015 2014 TENTANG STANDAR KESELAMATAN TRANSPORTASI SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UMUM Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia pelaut dimaksudkan untuk menciptakan

Lebih terperinci

Ijazah yang diberikan untuk jurusan Teknika adalah : - Ijazah Akademik : Diploma III (A.Md) - Ijazah Profesi : ATT III (Ahli Teknika Tingkat III)

Ijazah yang diberikan untuk jurusan Teknika adalah : - Ijazah Akademik : Diploma III (A.Md) - Ijazah Profesi : ATT III (Ahli Teknika Tingkat III) Tujuan umum jurusan Teknika adalah mendidik dan melatih para lulusan SMU/SMK/MA untuk menjadi Perwira Pelayaran Besar (Samudra) bidang keahlian Mesin Kapal. Tugas dan tanggung jawab untuk jurusan Teknika

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INQONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INQONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INQONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO MOR 23/PMK. 05/2018 TENT ANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALA! PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TRANSPORTASI LAUT

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN BP3IP JAKARTA 2016

LAPORAN TAHUNAN BP3IP JAKARTA 2016 BAB II KEGIATAN POKOK A. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERHUBUNGAN LAUT 1. Target dan Realisasi a. Pelatihan Peningkatan Pelatihan Peningkatan (Upgrading Training) ini ditujukan untuk para pelaut yang sudah

Lebih terperinci

B A B II PERENCANAAN KINERJA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN

B A B II PERENCANAAN KINERJA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN B A B II PERENCANAAN KINERJA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN A. RENCANA KINERJA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PERHUBUNGAN Pusat Pengembangan SDM Perhubungan laut telah menetapkan Visi

Lebih terperinci

Bahari Jogja, Volume XIII Nomor 21, Juli 2015

Bahari Jogja, Volume XIII Nomor 21, Juli 2015 Abstract STUDI KOMPETENSI PERWIRA DEK DALAM PENGOPERASIAN KAPAL NIAGA Oleh: Ade Chandra Kusuma Many accidents which are caused by disobedience to the standard rules lead to a lot of mistakes and inappropriate

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.18 TAHUN 2011 TENTANG STANDARDISASI PENGAWAKAN SARANA SAR DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.18 TAHUN 2011 TENTANG STANDARDISASI PENGAWAKAN SARANA SAR DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.18 TAHUN 2011 TENTANG STANDARDISASI PENGAWAKAN SARANA SAR DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

2015, No lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan melalui Surat Nomor: S

2015, No lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan melalui Surat Nomor: S BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2015 KEMENKEU.. Operasi Patroli Laut. Udara. Pengamanan. Penyelamatan. Instalasi. Sarana Operasi. Standar Biaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran diatur ketentuanketentuan

Lebih terperinci

INFORMASI DIKLAT KETERAMPILAN PELAUT (DKP) 2017

INFORMASI DIKLAT KETERAMPILAN PELAUT (DKP) 2017 INFORMASI DIKLAT KETERAMPILAN PELAUT (DKP) 2017 BIAYA PER DIKLAT (lm rupih) 1 BASIC SAFETY TRAINING 9 HARI F. Ijzh SLTP tu srjt F.Surt kshtn ri polklinik n s ut wrn 2.150.000 F.Surt Knl Lhir / Akt Klhirn

Lebih terperinci

Tujuan umum dari jurusan Nautika adalah melatih para lulusan SMU/SMK/MA untuk menjadi perwira Pelayaran Besar (Samudra) bidang keahlian Nautika.

Tujuan umum dari jurusan Nautika adalah melatih para lulusan SMU/SMK/MA untuk menjadi perwira Pelayaran Besar (Samudra) bidang keahlian Nautika. Tujuan umum dari jurusan Nautika adalah melatih para lulusan SMU/SMK/MA untuk menjadi perwira Pelayaran Besar (Samudra) bidang keahlian Nautika. Tugas dan Tanggung Jawab untuk lulusan jurusan Nautika adalah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG PEDOMAN STANDARISASI PENYELENGGARAAN SIMULATOR UNTUK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPELAUTAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran diatur ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN STANDAR METODE PENGUKURAN KAPAL NON KONVENSI BAB VIII STANDAR PENGAWAKAN WORKSHOP III JAKARTA, 27-29 MEI 2009 DAFTAR ISI BAGIAN A MANNING...4 Seksi 1 Introduction...4

Lebih terperinci

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 HALAMAN SAMPUL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 Hukum Maritim 1 SMK / MAK Kelas X Semester I NAUTIKA KAPAL NIAGA KELAS X-1 I Hukum Maritim 1 DISKLAIMER (DISCLAIMER) Penulis

Lebih terperinci

4 KESELAMATAN KAPAL PENANGKAP IKAN

4 KESELAMATAN KAPAL PENANGKAP IKAN 4 KESELAMATAN KAPAL PENANGKAP IKAN Kapal penangkap ikan dikaitkan dengan bidang pekerjaannya yang sangat dinamis dan berisiko tinggi mengharuskan kapal memiliki stabilitas yang cukup. Kapal yang didesain

Lebih terperinci

BUKU HUKUM MARITIM SEMESTER 2

BUKU HUKUM MARITIM SEMESTER 2 BUKU HUKUM MARITIM SEMESTER 2 PENULIS : IJAT DANAJAT, S.Pi DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA DAERAH PELAYARAN KAPAL PELAYARAN RAKYAT

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA DAERAH PELAYARAN KAPAL PELAYARAN RAKYAT PENETAPAN KRITERIA DAERAH PELAYARAN KAPAL PELAYARAN RAKYAT LAMPIRAN 9 i 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Kriteria Pelayaran Rakyat 4.3. Daerah

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lemba

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lemba No.1870, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Diklat Sertifikat. Dinas Jaga Pelaut. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 140 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

75 TAHUN 2015 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN

75 TAHUN 2015 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN 75 TAHUN 2015 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN Contributed by Administrator Wednesday, 07 October 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pengukuran Kapal. Tata cara. Metode. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGUKURAN KAPAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.879, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Manajemen Keselamatan kapal. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN KESELAMATAN

Lebih terperinci

- Recruitment Section PTI -

- Recruitment Section PTI - PT. INCO membuka penerimaan tenaga kerja untuk menempati 13 posisi guna mendukung operasi perusahaan. Kirimkan surat lamaran dengan ketentuan sebagai berikut: Ketentuan: Lowongan terbuka bagi seluruh penduduk

Lebih terperinci

4 PROFIL PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

4 PROFIL PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4 PROFIL PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4.1 Pendidikan Menengah Kejuruan Kelautan dan Perikanan Pendidikan menengah kejuruan kelautan dan perikanan merupakan program pendidikan yang

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI KAPAL DAN POLA PELAYANAN PELAYARAN- RAKYAT SEBAGAI MASUKAN UNTUK PEMBERDAYAAN MELALUI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN

KAJIAN TEKNOLOGI KAPAL DAN POLA PELAYANAN PELAYARAN- RAKYAT SEBAGAI MASUKAN UNTUK PEMBERDAYAAN MELALUI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KAJIAN TEKNOLOGI KAPAL DAN POLA PELAYANAN PELAYARAN- RAKYAT SEBAGAI MASUKAN UNTUK PEMBERDAYAAN MELALUI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN Romeiza Syafriharti Staf Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN UMUM PELAYARAN DAN NAHKODA

BAB 2 TINJAUAN UMUM PELAYARAN DAN NAHKODA BAB 2 TINJAUAN UMUM PELAYARAN DAN NAHKODA 2.1. Pelayaran Pada Umumnya 2.1.1. Pengertian Pelayaran Indonesia adalah Negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia. Laut-laut yang berada diantara

Lebih terperinci

PENATAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI AWAK KAPAL PENANGKAP IKAN DI INDONESIA (ARRANGEMENT OF CERTIFICATION COMPETENCE CREW OF FISHING VESSEL IN INDONESIA)

PENATAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI AWAK KAPAL PENANGKAP IKAN DI INDONESIA (ARRANGEMENT OF CERTIFICATION COMPETENCE CREW OF FISHING VESSEL IN INDONESIA) Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 2 November 2016: 145-152 ISSN 2087-4871 PENATAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI AWAK KAPAL PENANGKAP IKAN DI INDONESIA (ARRANGEMENT OF CERTIFICATION COMPETENCE

Lebih terperinci

2.Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

2.Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041); KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1982 TENTANG TUNJANGAN PENGAMANAN DAN PENYELAMATAN PELAYARAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DITUGASKAN PADA INSTALASI KEAMANAN DAN KESELAMATAN PELAYARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena dengan sumber daya manusia yang baik maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena dengan sumber daya manusia yang baik maka perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan asset terpenting dalam suatu perusahaan karena dengan sumber daya manusia yang baik maka perusahaan akan mampu bersaing

Lebih terperinci

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat

Lebih terperinci

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Kapal Laut

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Kapal Laut FINAL KNKT-08-01-01-03 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Laporan Investigasi Kecelakaan Kapal Laut Terbakarnya MT. Pendopo Balongan, Indramayu, Jawa Barat 27 Januari 2008 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENERBITAN SURAT UKUR KAPAL, PAS KECIL KAPAL, DAN SERTIFIKAT KELAIKAN KAPAL BERUKURAN ISI KOTOR LEBIH KECIL DARI GT 7 BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA. Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.

BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA. Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya. BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya. a. Sesuai peraturan Internasional isyarat-isyarat bahaya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2033, 2014 KEMENHUB. Pemanduan Kapal. Prasarana. Sarana Bantu. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : NOMOR PM 93 TAHUN 2014 TENTANG SARANA BANTU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat beberapa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran

Lebih terperinci

Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Pendidikan Entrepreneurship Dalam Rangka Menghadapi AEC Benny Agus Setiono

Strategi Peningkatan Daya Saing Melalui Pendidikan Entrepreneurship Dalam Rangka Menghadapi AEC Benny Agus Setiono Analisis Pengaruh Penggunaan Peralatan Navigasi Elekronik di Kapal dan Persyaratan Pengawakan Pada Kapal Niaga Terhadap Beban Kerja Awak Bagian Deck Kuncowati Pengembangan Sistem Informasi Pengendalian

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.14.09.07.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Kebakaran di FSO. CILACAP/PERMINA SAMUDRA 104 (IMO No. 7378585) Di Sekitar 6 Mil Timur Dari Tanjung Pemancingan Pulau

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER.91/DJ-PSDKP/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER.91/DJ-PSDKP/2014 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN 1 DAN PERIKANAN DIREKTORATJENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Lt.15 Gd.Mina Bahari II, Jakarta Pusat 10110 Telp (021) 3519070 ext 1524/1526,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PENERBITAN SERTIFIKAT KESEMPURNAAN KAPAL, PAS KAPAL, REGISTRASI KAPAL DAN SURAT KETERANGAN KECAKAPAN AWAK KAPAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau yang tersebar di seluruh wilayah, 2/3 bagian wilayahnya merupakan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURAT UKUR KAPALSUNGAI DAN DANAU. Nomor :.

REPUBLIK INDONESIA SURAT UKUR KAPALSUNGAI DAN DANAU. Nomor :. LAMPIRAN II : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : 73 Tahun 2004 TANGGAL : 1 Oktober 2004 Contoh : 1 REPUBLIK INDONESIA Logo Lambang garuda Indonesia SURAT UKUR KAPALSUNGAI DAN DANAU Nomor :. Dikeluarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2011 TENTANG SISTEM STANDAR MUTU PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, UJIAN, SERTA SERTIFIKASI PELAUT KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2016 KEMENHUB. Kendaraan diatas Kapal. Pengangkutan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 115 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR HK.2010/06/I/MP.15 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

PUTUSAN NOMOR HK.2010/06/I/MP.15 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG PUTUSAN NOMOR HK.2010/06/I/MP.15 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG KECELAKAAN KAPAL TERBAKARNYA KLM. ANUGRAH BAHARI DI DERMAGA NIPAH KUNING PONTIANAK

Lebih terperinci

BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV

BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV Jawaban jawaban dibawah ini tidak mutlak, tidak seperti matematika atau ilmu pasti, semua jawaban dapat berkembang dan dapat diperinci lagi per bagian-bagian

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI RADIO ELEKTRONIKA DAN OPERATOR RADIO GLOBAL MARITIME DISTRESS AND SAFETY SYSTEM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V KELAIK LAUTAN KAPAL

BAB V KELAIK LAUTAN KAPAL BAB V KELAIK LAUTAN KAPAL Menurut Undang-Undang No.17 thn 2008 kelaik lautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan: a. Keselamatan kapal. b. Pencegahan pencemaran perairan dari kapal c.

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR HK.2010/18a/VII/MP.14 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

PUTUSAN NOMOR HK.2010/18a/VII/MP.14 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG PUTUSAN NOMOR HK.2010/18a/VII/MP.14 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG KECELAKAAN KAPAL, KANDASNYA KM. PILAR KALIMANTAN DI PERAIRAN SEBELAH UTARA INDRAMAYU

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17 JL. MEDAN MERDEKA BARAT No. 8 JAKARTA -10110 TEL. : 3811308,3505006,3813269,3447017 3842440 Pst. : 4213,4227,4209,4135

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I

LAPORAN PENDAHULUAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I KNKT/KL.08.38/08.4.32 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN PENDAHULUAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I DI SUNGAI MENTAYA HILIR SELATAN KOTA WARINGIN TIMUR,

Lebih terperinci

2011, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Ne

2011, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Ne No.132, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI dan Informatika. Sertifikasi. Radio Elektronika. Operator Radio. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL LAMPIRAN 8 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Kompetensi Marine

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil simpulan yang berkenaan dengan pertanyaan penelitian yang hendak dijawab, yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.11/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.11/BPSDMP-2017 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.11/BPSDMP-2017 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI KEPELAUTAN PERWIRA DAN RATING KAPAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

by Sanoesi Setrodjijo jj 10/17/2010 San Set 1 SOLAS : the International Convention for the Safety of Life at Sea, 1974 Latar belakang : Terjadinya suatu kecelakaan k kapal, yaitu tenggelamnya S.S. TITANIC

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nom

2017, No Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.306, 2017 KEMENHUB. Penyelenggaraan Angkutan Laut Perintis. Komponen Penghasilan. Biaya diperhitungkan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 15

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TRANSPORTASI DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) MANAJEMEN OPERASI

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TRANSPORTASI DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) MANAJEMEN OPERASI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TRANSPORTASI DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) MANAJEMEN OPERASI DISUSUN OLEH : M. CHUSNUL SYAICHUDIN (5518116) Universitas Mercu Buana

Lebih terperinci

Informasi Teknik. : Sistem Identifikasi Otomatis (Automatic Identification System (AIS)) Bagi Kapal Berbendera Indonesia

Informasi Teknik. : Sistem Identifikasi Otomatis (Automatic Identification System (AIS)) Bagi Kapal Berbendera Indonesia Informasi Teknik No. : 068-2016 22 Agustus 2016 Kepada Perihal : Semua Pihak yang Berkepentingan : Sistem Identifikasi Otomatis (Automatic Identification System (AIS)) Bagi Kapal Berbendera Indonesia Ringkasan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SAFETY MANAGEMENT SYSTEM STRUKTUR SMS DOKUMENTASI SMS IMPLEMENTASI SMS MONITORING DAN PENGENDALIAN SMS 1 DEFINISI 1. Sistem Kumpulan elemen atau komponen yg saling berhubungan dan saling tergantung untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.282, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kapal Berbendera Indonesia. Kewajiban Klasifikasi. Badan Klasifikasi.

BERITA NEGARA. No.282, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kapal Berbendera Indonesia. Kewajiban Klasifikasi. Badan Klasifikasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.282, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kapal Berbendera Indonesia. Kewajiban Klasifikasi. Badan Klasifikasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 7

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 100 (1) Barangsiapa dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan apapun yang mengakibatkan tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki wilayah laut yang sangat luas maka salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan adalah angkutan

Lebih terperinci

FINAL REPORT KNKT/KL / LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I

FINAL REPORT KNKT/KL / LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I FINAL REPORT KNKT/KL.2008.38/2008.3.31 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I DI SUNGAI MENTAYA HILIR SELATAN KOTA WARINGIN

Lebih terperinci

*35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN PP 1/1998, PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL Menimbang: *35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU DI KABUPATEN KOTAWARINGIN

Lebih terperinci