BAB I PENDAHULUAN. terutama pada anak, karena alergi membebani pertumbuhan dan perkembangan anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terjadi pada 2-3% anak di seluruh dunia. 4 Angka kejadian ASS di. mengenai topik ini belum begitu banyak dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. imun. Antibodi yang biasanya berperan dalam reaksi alergi adalah IgE ( IgEmediated

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme alergi tersebut akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alergi merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yaitu 373 per

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB 1 PENDAHULUAN. dermatitis yang paling umum pada bayi dan anak. 2 Nama lain untuk

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Eat Your Vegetables! 6 Cara. for Kids. pada Anak. Untuk Balita, Gangguan Makan. Lebih Baik Sufor atau UHT ya? Macam-macam

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. anak diharapkan dapat terpenuhi secara lengkap melalui konsumsi susu, termasuk zatzat

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit. peradangan kulit kronik spesifik yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP) adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

Susu Sapi Perbedaan yang penting antara susu sapi dan ASI: - Protein & mineral lebih tinggi - Laktosa lebih rendah - Rasio protein whey dan casein leb

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

Diterbitkan melalui:

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar mammae ibu dan merupakan makanan bagi bayi (Siregar, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

PERBEDAAN STATUS GIZI ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI DENGAN BAYI YANG DIBERI PASI PADA BAYI KURANG DARI 6 BULAN DI DESA KATEGUHAN KECAMATAN SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. dialami oleh perempuan daripada laki-laki, khususnya pada awal melahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI

TENTANG KATEGORI PANGAN

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai umur 6 bulan tanpa diberikan MP ASI (Makanan Pendamping. diberikan sampai bayi berumur 2 tahun (Marmi, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi yang berkualitas. Modal dasar pembentukan manusia

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian mengenai Persepsi Ibu Pada Penyuluhan Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. payudara ibu. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Anak Balita

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. 1. manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit alergi telah berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius di negara maju, terlebih negara berkembang. 1 Angka kejadiannya terus meningkat secara drastis dalam beberapa dekade terakhir. 1-3 Peningkatan ini sangat problematis, terutama pada anak, karena alergi membebani pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan menurunkan kualitas hidupnya kelak. Alergi dialami satu dari empat anak sekolah dan menjadi penyakit kronik dengan penyumbang absen terbesar. 4 Sering absennya anak menyebabkan konsekuensi ekonomi dan kesehatan. Pembangunan negara menjadi terhambat karena kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi tidak maksimal dan alokasi dana yang besar justru terkuras untuk menangani penyakitnya dan bukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Penyakit alergi sebagian besar diperantarai antibodi imunoglobulin E (IgE) yang ditemukan pada anak dengan predisposisi herediter untuk menghasilkan antibodi IgE secara berlebihan terhadap suatu respon normal. IgE yang dihasilkan pada fase sensitisasi akan menempel pada sel mast atau basofil. Ketika alergen yang sama menempel pada dua hubungan silang (cross linking) IgE terjadilah degranulasi sel mast dan basofil, menghasilkan histamin. Histamin inilah penyebab utama dalam berbagai macam gejala alergi. 5 Gejala yang dapat sama antara berbagai penyakit alergi yang berbeda (karena diperantai oleh zat yang sama yaitu histamin), 1

2 menimbulkan kebingungan dalam menentukan jenis antigen yang berperan (serbuk sari, sisik hewan, serangga, jamur atau makanan). 6 Bahkan ditemukan fakta, persepsi ibu bahwa anaknya menderita suatu alergi tertentu dengan melihat gejala klinisnya, menyebabkan kesalahan diagnosa alergi mencapai 400%. 7 Persepsi ini kemudian ditindak lanjuti oleh ibu, dengan menghindarkan pemberian makanan atau minuman tertentu yang dianggap menyebabkan alergi. Pada anak dengan usia 3-4 tahun, susu berbahan dasar sapi masih menjadi produk yang sering dikonsumsi, sehingga penghindaran akan produk susu sapi karena sang ibu mempersepsikan anaknya menderita alergi susu sapi (ASS) banyak dilakukan. 8-9 Pemberian susu formula kedelai untuk menghindari susu formula sapi sangat banyak dilakukan. 10 Pemakaiannya mencapai angka 20% dari seluruh pemakaian susu formula, jauh di atas kejadian ASS (2-6%). 11 Namun, penggunaan susu formula kedelai atas indikasi ASS, sebenarnya hanya menjadi pilihan ketiga setelah susu 10, 12-13 formula hidrolisa dan asam amino. Penggunaan protein kedelai pada anak adalah irrasional, karena kandungan antinutrisi dan toksinnya hanya akan hilang sempurna melalui proses fermentasi. 14-15 Isolasi protein kedelai pada susu formula kedelai tidak melewati proses fermentasi ini, kedelai hanya dipanaskan sehingga kandungan antinutrisi dan toksinnya masih ada. Phytate, salah satu kandungan antinutrisi pada kedelai, mempengaruhi penyerapan mineral seperti seng, besi, kalsium, dll yang penting bagi tumbuh kembang anak. 16,17 Menanggapi pemakaian susu formula kedelai yang tinggi, penelitian mengenai nilai gizi susu formula kedelai dilakukan di Amerika Serikat pada tahun

3 2012 dengan membandingkan dampak pemberian susu formula kedelai dan sapi terhadap pertumbuhan dan kepandaian infant. Didapatkan tidak ada perbedaan signifikan pada kepandaian infant. Pada susu formula kedelai rata-rata indeks pertumbuhan mental dan psikologis adalah 101,31 dan 96,37 sedangkan pada susu formula sapi adalah 100,86 dan 96,37. 18 Studi lain di Amerika Serikat mengungkapkan pemberian susu formula kedelai pada anak umur 4-12 bulan, menunjukan penambahan berat dan tinggi badan yang sama dengan yang diberi susu formula sapi. 19 Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, tidak didapatkan perbedaan bermakna pada tumbuh kembang antara anak yang mendapat susu formula kedelai maupun susu formula sapi. Namun perlu dicermati, penelitian tersebut subjeknya hanya diikuti hingga usia 12 bulan, sehingga efek kronik dari pemakaian susu formula kedelai tidak dapat terlihat. Penelitian mengenai pengaruh pemberian susu formula kedelai dan sapi terhadap kejadian alergi belum pernah dilakukan sebelumnya. Padahal informasi tentang efikasi pemberian susu formula kedelai dan sapi sangat krusial. Jika pemberian susu formula kedelai ternyata tidak mengurangi angka kejadian alergi pada anak umur 3-4 tahun, tentu pemakaian susu formula kedelai dapat dihentikan, karena memiliki konsekuensi penurunan kualitas hidup bayi akibat paparan antinutrisi dan racun dalam jangka waktu lama.

4 1.2 Rumusan masalah Apakah terdapat pengaruh susu formula kedelai dan sapi pada angka kejadian alergi anak umur 3-4 tahun? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui pengaruh susu formula kedelai dan sapi pada angka kejadian alergi anak umur 3-4 tahun. 1.3.2 Tujuan khusus Membuktikan adanya penggunaan susu formula kedelai di luar indikasi pada anak umur 3-4 tahun. 1.4 Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1.4.1 Manfaat untuk pendidikan/keilmuan Menambah wawasan serta memberikan landasan ilmiah bahwa jenis susu formula (kedelai dan sapi) yang diberikan pada anak umur 3-4 tahun merupakan faktor yang tidak signifikan berpengaruh pada angka kejadian alergi. 1.4.2 Manfaat untuk pelayanan kesehatan dan masyarakat Untuk meningkatkan praktek pemberian susu formula yang tepat bagi balita di Indonesia.

5 1.4.3 Manfaat untuk penelitian Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut. 1.5 Keaslian penelitian Peneliti telah melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian terdahulu dan tidak mendapatkan penelitian yang dapat menjawab permasalahan penelitian. Namun, peneliti mendapatkan beberapa penelitian yang memiliki kaitan dan kesamaan dengan penelitian ini, sebagai berikut : Tabel 1. Penelitian mengenai perbandingan pemberian susu formula Penelitian Desain Subjek Variabel Hasil Developmental Kohort 391 bayi Variabel bebas : Status of 1-Year- Old Infants Fed sehat dan tidak Pemberian Air Susu Ibu (ASI), Breast Milk, Cow's memiliki susu formula Milk Formula, or Soy Formula. Aline Andres, dkk Pediatrics. 2012 18 riwayat komplikasi saat kehamilan berumur 1-2 bulan sapi, dan susu formula kedelai Variabel terikat : Status perkembangan bayi Tidak terdapat perbedaan bermakna pada status perkembangan bayi dengan pemberian susu formula sapi dan susu formula kedelai. Namun terdapat keuntungan pada perkembangan kognitif bayi dengan pemberian ASI

6 Tabel 1. Penelitian mengenai perbandingan pemberian susu formula (lanjutan) Body Fat and Bone Kohort 207 bayi Variabel bebas : Terdapat perbedaan Mineral Content of dengan Pemberian ASI, komposisi tubuh Infants Fed Breast usia susu formula bermakna pada Milk, Cow's Milk kehamilan sapi, dan susu pemberian susu Formula, or Soy yang formula kedelai formula kedelai di Formula during the cukup saat mana bayi lebih First Year of Life. dilahirkan Variabel ramping dan Aline Andres, dkk terikat : kandungan massa The Journal of Lemak tubuh tulang yang lebih Pediatrics. 2013. 20 dan kandungan sedikit di usia 3 mineral bayi bulan daripada susu formula sapi dan pemberian ASI Penelitian pertama berbeda dengan penelitian peneliti, dikarenakan penelitian di atas menggunakan desain penelitian kohort sedangkan pada penelitian ini digunakan desain kasus kontrol. Subjek penelitian di atas adalah bayi di bawah 1 tahun sedangkan pada penelitian ini subjek penelitian adalah anak umur 3-4 tahun. Pada penelitian di atas diteliti pengaruh pemberian ASI, susu formula sapi, dan kedelai sedangkan pada penelitian ini tidak diteliti pengaruh ASI. Variabel terikat yang diteliti juga didapati berbeda, pada penelitian di atas diteliti laju perkembangan kecerdasan sedangkan penelitian ini meneliti angka kejadian alerginya. Penelitian kedua memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian ini. Desain penelitian di atas adalah kohort sedangkan penelitian ini kasus kontrol. Penelitian di

7 atas ditujukan bagi bayi dibawah 1 tahun sedangkan penelitian ini meneliti anak yang berusia 3-4 tahun. Selain itu variabel terikat penelitian ini berbeda yaitu : angka kejadian alergi. Sedangkan penelitian di atas variabel terikatnya adalah komposisi tubuh yaitu : massa lemak dan densitas mineral tulang.