RESOLUSI AGAMA LELUHUR. Tobelo, 20 Aprill 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Pesan Ibu Nusantara Bagi Arah Kebangsaan Indonesia: Akui dan Penuhi Hak-hak Konstitusional Pemeluk Agama Leluhur dan Penghayat Kepercayaan

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

Disampaikan pada Peningkatan Kompetensi Pengelola di Bidang Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi Semarang, 25 Oktober 2016

PERAN NEGARA DAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN LEMBAGA KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KENALI HAK ANDA. Kompilasi oleh Komnas Perempuan. Hak Konstitusional SETIAP WARGA NEGARA INDONESIA. dalam. Rumpun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

Ringkasan Putusan.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT (VERSI KEMENDAGRI)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PETUNJUK TEKNIS SOSIALISASI

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

HAK MASYARAKAT ADAT. Materi Perkuliahan HUKUM & HAM (Tematik ke-5) Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGURUS PUSAT STATUTA PERSEKUTUAN PEREMPUAN ADAT NUSANTARA- ALIANSI MASYARAKAT ADAT NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM KERJA AMAN PERIODE

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

DIFERENSIASI SOSIAL (Kemajemukan)

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

ANGGARAN DASAR (AD) AMAN Ditetapkan oleh Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke-Empat (KMAN IV) Tobelo, 24 April 2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh Bersama Ke-5, Jakarta, 8 Februari 2012 Rabu, 08 Pebruari 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG

Disajikan oleh: Dr. FAUZI, M.Ag. (Dosen FTIK IAIN Purwokerto)

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme

FORMULIR PENDAFTARAN ANGGOTA 1 ALIANSI MASYARAKAT ADAT NUSANTARA (AMAN)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh: Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah

VISI DAN MISI CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI PEMALANG PERIODE

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms of

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB IV PENUTUP. 1. Kesimpulan. Penelitian ini menarasikan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh

SELAYANG PANDANG KOTA PALU

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas wilayah dihuni oleh sejumlah penduduk dan mempunyai adat-istiadat

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

RESOLUSI AGAMA LELUHUR Tobelo, 20 Aprill 2012

RESOLUSI AGAMA LELUHUR Kami Masyarakat Adat dari berbagai wilayah di Indonesia berkumpul dalam Dialog Budaya Komunitas Adat yang diselenggarakan pada tanggal 20 April 2012, di Tobelo, Halmahera Utara. Kami adalah para pelaku ajaran yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan sebagai bukti keimanan kepada yang Maha Pencipta dalam mengimani hukum-hukum adikodrati. Kami adalah para pelaku dan pelestari budaya spiritual, yang memiliki cara ritual tersendiri, yang telah ada jauh sebelum Negara Indonesia lahir. Kami mempraktikkan agama leluhur dengan berbagai penamaan seperti Alukta, Marga Bayat, Kape, Marga Lalan, Lapalolo, Kaharingan, Merapu, Sunda Wiwitan, Tolotang, Sendana, Bantik, Naului, Jingitiu, Parmalim, Boti, Motamba, Taliabu, Alut Todolo, Balian, Safu, Alifuru, Lawapaku, Naulu, Hualu, Pekasowia, Motamba, Nobalia, Powunja, Sanana, Mangole, dan Taliabu. Sampai sekarang, kami mengalami diskriminasi, peminggiran dan stigmatisasi karena kami mempraktikkan agama leluhur yang kami percaya. Sebagai anggota 2 Resolusi Agama Leluhur

komunitas, kami tidak mendapatkan kesempatan yang setara dalam pekerjaan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan administrasi negara. Kami sulit mendapatkan Kartu Tanda Penduduk, dan Kartu Keluarga, serta kami tidak dapat menjalankan ritual perkawinan seperti ajaran leluhur kami. Sebagai kesatuan komunitas aset kami atas harta kekayaan turun-temurun tidak diakui, lahan kami dirampas tanpa kompensasi, cara-cara kami berladang, dan bertani bahkan dituduh sebagai perusak lingkungan. Padahal eksistensi kami diakui oleh Konstitusi, Pasal 28E, 28I (3) dan 29 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. Namun, peraturan perundangan dibawahnya serta berbagai peraturan daerah dan praktik-praktik dalam masyarakat terus menegasikan keberadaan kami. Kami percaya bahwa berketuhanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan bagian dari proses pembangunan peradaban bangsa. Mendorong kehidupan Berketuhanan Yang Maha Esa di Indonesia yang bhinneka adalah, tanggap perubahan dan sadar terhadap konteks ke-indonesia-an serta mengakui hak dasar kemanusiaan, tanpa diskriminasi serta bias kepentingan politik identitas. Resolusi Agama Leluhur 3

Karena itu Kami: 1. Mendorong agar terus-menerus dilakukan ruang dialog antar agama dalam masyarakat baik yang difasilitasi negara maupun kelompok-kelompok dalam masyarakat agar mencari masukan dan formula melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan nilai-nilai budaya Komunitas Adat, dalam hal ini mengenai kepercayaan komunitas adat, sebagai bagian dari perwujudan kehidupan bangsa Indonesia yang berketuhanan yang maha esa. Komunikasi vertikal dan horisontal dilakukan secara damai dan saling menghormati, untuk menemukan hakikat dan prinsip yang sama, dalam rangka menempatkan agama dan kepercayaan masyarakat adat bukan dalam posisi yang berhadapan, bertentangan atau berlawanan. 2. Mendorong terciptanya pemahaman umum untuk menempatkan agama dan kepercayaan dalam posisi yang sejajar dan setara. Kami mendesak agar negara memperlakukan agama leluhur setara dengan enam agama lainnya, sehingga kami dapat menjalankan agama leluhur kami dengan kepastian bahwa masing-masing memiliki hak ruang dan 4 Resolusi Agama Leluhur

kesempatan yang sama untuk memberi peran bagi pembangunan kebudayaan Indonesia yang berketuhanan yang maha esa. Dialog-dialog budaya yang konstruktif antar berbagai unsur terkait terusmenerus dilakukan, dalam rangka membangun kesepahaman mengenai hak-hak masyarakat adat untuk berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan bermartabat secara budaya. 3. Mendorong kehidupan warga negara yang aman dan sejahtera dalam identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbhineka dan berketuhanan yang maha esa. Melalui Dialog ini, kami menegaskan tentang pentingnya menghormati dan melestarikan keragaman budaya, sehingga setiap bentuk pembangunan harus dilakukan dengan tetap menghargai dan berorientasi pada budaya lokal, salah satunya dengan mengakui keberadaan kepercayaan komunitas adat. 4. Mendesak pemerintah agar membangun sarana dan prasarana pendidikan yang mengakui eksistensi kami sebagai penganut agama leluhur sehingga tradisi kami dapat terpelihara dan tersosialisasikan dengan baik. Resolusi Agama Leluhur 5

5. Mendorong agar Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) melakukan Judicial Review atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan segala peraturan di bawahnya agar mengakui, menghormati dan memelihara Agama Leluhur yang kami jalankan. 6. Mendorong AMAN untuk memasukkan jaminan praktik Agama Leluhur dalam RUU Masyarakat Adat, termasuk menambahkan pasal-pasal yang berpihak kepada perempuan. Tobelo, 20 April 2012 6 Resolusi Agama Leluhur

Resolusi agama leluhur ini lahir dari kesepakatan para penganut agama leluhur dan masyarakat adat yang hadir dalam sarasehan dengan tema Agama Asli dan Posisinya dalam NKRI, pada tanggal 20 April 2012 di Tobelo. Sarasehan dilaksanakan dalam rangkaian Kongres Masyarakat Adat di Tobelo, Provinsi Maluku Utara, pada 19-25 April 2012, dan difasilitasi oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). Narasumber yang hadir dalam sarasehan itu antara lain: Julianus Mojau (Universitas Halmahera) Arimbi Heroepoetri (Komnas Perempuan), I Gede Ardika (Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Dewi Kanti (Komunitas Kepercayaan Sunda Wiwitan, Jawa Barat), Endek (Agama Kaharingan, Kalimantan Tengah), Tenri Bibi (Agama Tolotang, Sulawesi Selatan), Christoper (Universitas Arizona, Amerika), Neng Dara Affiah (Komnas Perempuan), dan Giring (Institute Dayakologi, Kalimantan Barat). Keterangan Foto Cover: Perempuan adat, penganut agama leluhur/penghayat kepercayaan, yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, sedang melantunkan doa dan kidung sesuai adat istiadat dan kepercayaannya masing-masing dalam acara Seren Taun pada November 2011. Seren Taun merupakan ritual budaya tahunan yang digelar oleh Komunitas Kepercayaan Sunda Wiwitan, Kuningan, Jawa Barat. Dokumen Komnas Perempuan, 2011. Resolusi Agama Leluhur 7

www.aman.or.id www.komnasperempuan.or.id