BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berbeda jauh dengan konsep penyembuhan secara modern.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non. akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative

BAB I PENDAHULUAN. melalui pasal 28 huruf H ayat (1), Undang undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara duduk atau berdiri, ditambah dengan daya tarik gravitasi telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. tradisional dan obat tradisional sebagai bagian yang tidak dapat diabaikan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

KAJIAN PELAKSANAAN REKAM MEDIS GIGI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KOTA PONTIANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, budaya, lingkungan, ekonomi serta politik. Pada kalangan masyarakat,

Nisa khoiriah INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BLORA 2015

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif merupakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang. Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

Penggunaan Obat Herbal Berbasis Bukti (Evidence-Based Herbal Medicine)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara, atau disebut sebagai karsinoma mamae merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia kaya akan tanaman. di dunia setelah Brasil (Notoatmodjo, 2007).

yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kanker pada wanita. Kanker payudara merupakan keganasan terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT KELURAH CANDIREJO UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PAUD DENGAN KEIKUTSERTAAN ANAK PADA PAUD DI DESA KARANGBANGUN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : GALIH SETIA ADI NIM.

PENGARUH WAKTU TUNGGU PETUGAS PELAYANAN REKAM MEDIS TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI PENDAFTARAN RAWAT JALAN DI RSUD. DR. R. M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB I PENDAHULUAN. oleh penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak lepas terkait dengan status gizi ataupun kesehatan setiap. individu. Indikator yang digunakan salah satunya adalah Indeks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan. semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Traditional Medicine/Complementary and Alternative. Medicine (TM/CAM) marak diperbincangkan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedokteran modern mengakui Hipocrates merupakan orang pertama yang menggunakan tanaman berkhasiat. Akan tetapi lebih tepatnya yang menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua (Agoes, 1992). Pengobatan tradisional memiliki banyak istilah yang berkembang di masyarakat. WHO (World Health Organization) menyebut sebagai traditional medicine tapi para ilmuwan lebih menyukai traditional healing (WHO, 1972). Pengobatan tradisional memiliki kelangsungan hidup dari abad ke abad hingga dewasa ini tidak pernah surut bahkan semakin marak di kalangan masyarakat seperti halnya dengan pengobatan modern. Sebelum masuknya penyembuhan modern oleh tenaga kesehatan, bangsa Indonesia telah mengenal dan mempraktikkan penyembuhan dari mereka dan oleh mereka sendiri, yang disebut penyembuhan tradisional (Notoatmodjo, 2010). Istilah "pengobatan komplementer" atau "pengobatan alternatif" disebut juga sebagai pengobatan tradisional di beberapa negara. Pengobatan tradisional merujuk kepada sekumpulan luas praktik perawatan kesehatan yang bukan bagian dari tradisi negara itu sendiri dan tidak menyatu ke dalam sistem perawatan kesehatan yang utama (WHO, 2000). 1

Obat herbal termasuk dalam obat-obatan tradisional telah dan terus digunakan di seluruh dunia. Banyak negara berkembang (70 s.d. 95% dari penduduk) bergantung pada obat-obatan tradisional untuk perawatan primer. Di negara maju dan berkembang, produk obat tradisional belum diakui secara resmi di bawah hukum, meskipun organisasi-organisasi nasional dan daerah telah menciptakan model untuk bagaimana menghadapi tantangan ini, sistem peraturan untuk obat tradisional belum diadopsi secara luas (WHO, 2011). Di beberapa negara Asia dan Afrika, 80% dari penduduknya tergantung pada obat tradisional untuk pelayanan kesehatan primer dan di banyak negara maju, 70 s.d. 80% dari populasi telah menggunakan beberapa bentuk pengobatan alternatif atau pengobatan komplementer (misalnya akupunktur) (WHO, 2011a). Pengobatan sendiri merupakan upaya pengobatan sakit menggunakan obat-obat atau cara tradisional. Hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2007 menunjukkan penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam kurun waktu sebulan sebelum survei yaitu 299.463 orang (30,8%). Dari penduduk yang mengeluh sakit sebesar 195.123 orang (65,01%) memilih pengobatan sendiri. Persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional dalam pengobatan sendiri meningkat dari tahun 2000 (15,59%) sampai tahun 2001 (30,24%) dan tahun 2002 mengalami penurunan (29,73%). Pada tahun 2003-2006 penggunaan pengobatan tradisional dalam pengobatan sendiri terus meningkat yaitu tahun 2003 (30,67%), 2004 (32,87%), 2005 (35,52%), dan 2006 (38.30%) (Supardi, 2010). 2

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan sebesar 33,24% dan yang memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami (65,59%) lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan (44,37%). Sedangkan persentase penduduk yang memilih tempat untuk berobat jalan di Puskesmas/Pustu sebesar 35,50%, praktik dokter sebesar 30,11%, petugas kesehatan sebesar 28,82%, dan pengobatan batra sebesar 1,97% (Depkes RI, 2009). Salah satu jenis pengobatan non konvesional yang sangat besar penggunaannya dalam masyarakat adalah pengobatan komplementer alternatif dan tradisional. Pada tahun 2010 berdasarkan hasil Susenas tentang penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer alternatif digunakan oleh 40% penduduk Indonesia. Untuk mendukung penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik mengeluarkan Surat Keputusan yang menetapkan 12 rumah sakit pendidikan melaksanakan pelayanan pengobatan komplementer alternatif dan tradisional (Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI, 2010). Berdasarkan hasil penelitian dari Lembaga Penelitian SMERU diketahui bahwa persentase tren pilihan penyedia layanan pengobatan tradisional di Provinsi Jawa Tengah yaitu tahun 2004 (1,1%), kemudian naik 0,1% pada tahun 2005 (1,5%), dan mengalami penurunan 0,1% pada tahun 2006 (1,4%) (Devina, 2009). Sedangkan untuk Kota Surakarta jumlah 3

pengobat tradisional yang terdaftar di DKK (Dinas Kesehatan Kota) Surakarta sampai dengan tahun 2010 sebanyak 127 pengobat tradisional, termasuk diantaranya pengobatan Nakamura (DKK Surakarta, 2011). Berdasarkan penelitian Nasution (2011) tentang karakteristik responden yang menggunakan pengobatan tradisional refleksi mayoritas pada kelompok usia 20-39 tahun (54%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (50%), pekerjaan wiraswasta (49%), Penghasilan per bulan >Rp2.000.000,00 (57%). Hasil analisa menunjukkan bahwa alasan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi ditinjau berdasarkan masing-masing faktor (faktor pengetahuan (100%), faktor sosial (92%), faktor psikologi (90%), persepsi tentang sakit (90%), faktor ekonomi (87%), dan faktor kejenuhan (83%)). Berdasarkan penelitian Jauhari (2008) tentang pasien pengobatan tradisional menunjukkan faktor biaya merupakan motivasi dalam pemilihan pengobatan. Faktor pengalaman masyarakat dan pengalaman pribadi juga mendorong pasien untuk berobat ke sinse. Pada umumnya pasien memperoleh pengalaman positif tentang keberhasilan pengobatan melalui informasi langsung dari orang yang telah mengalami pengobatan atau melihat langsung keberhasilan pengobatan sinse. Tren pemilihan penyedia layanan pengobatan tradisional ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu demografi, persepsi, pengalaman, dan jenis penyakit. Demografi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam pemilihan pengobatan tradisional. Berdasarkan penelitian Setyawati (2010) diketahui adanya pengaruh faktor pendidikan ibu dari aspek pendidikan terhadap pemilihan pelayanan kesehatan tradisional. 4

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dalam prilaku kesehatan pencarian pengobatan (Notoatmodjo, 2007). Pengobatan tradisional yang sedang berkembang cukup pesat di Indonesia adalah Nakamura. Nakamura merupakan pengobatan tradisional Jepang yang meliputi refleksi, akupresur, dan kiropraksi. Nakamura berdiri di tahun 2004, sampai saat ini sudah memiliki 37 outlet di Indonesia, bahkan di Surakarta sudah ada empat outlet. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai faktor demografi, pengetahuan, dan jenis penyakit dalam pemilihan pengobatan tradisional khususnya pengobatan tradisional Nakamura di Surakarta. B. Masalah Penelitian 1. Apakah demografi masyarakat berhubungan dengan pemilihan pengobatan tradisional Nakamura di Surakarta? 2. Apakah pengetahuan masyarakat berhubungan dengan pemilihan pengobatan tradisional Nakamura di Surakarta? 5

3. Apakah jenis penyakit berhubungan dengan pemilihan pengobatan tradisional Nakamura? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan faktor demografi, pengetahuan, dan jenis penyakit pasien terhadap pemilihan pengobatan terdisional Nakamura di Surakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara demografi pasien berupa tingkat pendidikan dengan pemilihan pengobatan tradisional Nakamura di Surakarta. b. Mengetahui hubungan antara demografi pasien berupa jenis pekerjaan dengan pemilihan pengobatan tradisional Nakamura di Surakarta. c. Mengetahui hubungan antara demografi pasien berupa jumlah penghasilan dengan pemilihan pengobatan tradisional Nakamura di Surakarta. d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan pengobatan tradisional Nakamura di Surakarta. e. Mengetahui hubungan antara penyakit fisik responden dengan pemilihan pengobatan tradisional Nakamura di Surakarta. f. Mengetahui hubungan antara penyakit psikis responden dengan pemilihan pengobatan tradisional Nakamura di Surakarta. 6

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat Memberikan informasi tentang faktor demografi, persepsi, dan jenis penyakit yang mempengaruhi pasien dalam memilih pengobatan tradisional Nakamura di Surakarta. 2. Bagi ilmu pengetahuan Menambah pengetahuan tentang pengobatan komplementer dan alternatif yang dapat digunakan sebagai salah satu pengobatan lain setelah pengobatan konvensional. 3. Bagi Nakamura Sebagai gambaran umum untuk mengetahui prilaku masyarakat dalam pemilihan atau penggunaan pengobatan tradisional. 4. Bagi peneliti lain Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu dasar dan referensi bagi peneliti lain dalam rangka mendalami dan mengembangkan penelitian pengobatan tradisional di Indonesia. 7