BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Penentuan struktur senyawa organik

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

ADSORPSI PEWARNA METHYLENE BLUE MENGGUNAKAN PASIR VULKANIK GUNUNG MERAPI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

POLA ADSORPSI ZEOLIT TERHADAP PEWARNA AZO METIL MERAH DAN METIL JINGGA

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ber.ua Amerika, selanjutnya berkembang meiuas di se'.uiuh dur.ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Spektrofotometri UV-Vis

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

*ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo /

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

4 Hasil dan Pembahasan

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Spektrofotometer UV /VIS

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

Satuan bilangan gelombang. Part per million, satuan konsentrasi dalam bentuk mg/l

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SINTESIS KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (Musa Paradisiaca) MENGGUNAKAN AKTIVATOR NaOH DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN MALACHITE GREEN

TINJAUAN PUSTAKA Kadmium (Cd) Stuktur Kimia Zeolit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

Spektrofotometri uv & vis

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

SPEKTROFOTOMETRI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

PEMANFAATAN BENTONIT TEKNIS SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA USAGE OF TECHNICAL BENTONITE AS A DYE ADSORBENT

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri tekstil termasuk salah satu industri yang sangat banyak

ION EXCHANGE DASAR TEORI

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pasir Vulkanik Gunung Merapi Salah satu dampak dari erupsi dan banjir lahar dingin Gunung Merapi adalah melimpahnya pasir vulkanik pada sungai-sungai di lereng Merapi. Pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara ketika terjadi letusan (Sudaryo dan Sutjipto, 2009 : 716). Debu dan pasir gunung berapi dapat menyebabkan iritasi pada mata, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), kerusakan kulit dan juga dapat mencemari serta menurunkan kualitas air pada sumber-sumber air yang biasa digunakan warga (Wawan Budianta, 2011). Kandungan debu dan pasir vulkanik sangat berbahaya. Debu hasil erupsi yang pertama kali sangat berbeda karakteristiknya dari debu-debu pada umumnya. Material yang dilontarkan oleh Gunung Merapi ketika erupsi yang lalu, menebarkan abu yang mengandung SiO 2 kristalin atau pasir kuarsa yang biasa digunakan untuk pembuatan kaca. Sebagian besar sampel mengandung 3.6% kristobalit (Horwell, Damby, dan Baxter, 2011). Dari hasil penelitian Sudaryo dan Sutjipto pada tahun 2009 diketahui bahwa kandungan logam tanah vulkanik di daerah Cangkringan adalah logam Al berkisar antara 1,8-5,9%; Mg 1-2,4%; Si 2,6-28%; dan Fe 1,4-9,3% (Sudaryo dan Sutjipto, 2009 : 718). Sebagian besar lava Merapi merupakan senyawa alkalin, basaltik andesit dengan silika yang terkandung di dalamnya antara 52-57 %. Lava yang mengandung basalt dan andesit juga mungkin saja terjadi. Kandungan silika di dalamnya berkisar antara 49,5-60,5% (Camus, et.al., 2000 : 145).

Senyawa yang mudah ditemukan dalam batuan vulkanik adalah golongan feldspar (El Jamal dan Awala, 2011:45). Feldspar umumnya memiliki struktur yang tersusun atas cincin yang terbentuk dari empat buah struktur tetrahedral. Kalium dan natrium feldspar terdiri atas tiga buah silikon tetrahedral dan sebuah aluminium tetrahedral, sedangkan pada kalsium feldspar perbandingan antara tetrahedral silikon dan aluminium adalah 1:1. Natrium feldspar dinamakan albite sedangkan kalium feldspar dinamakan ortoklas. Permukaan feldspar terdiri atas muatan positif yang berupa ion Na+ atau K+ dan muatan negatif yang berupa gugus silanol atau siloksan (Prasanphan dan Nuntiya, 2006 : 183). Struktur albite tercantum pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur Albite 2. Zat Warna Zat warna adalah suatu zat kimia yang bila berikatan dengan suatu material akan memberikan warna pada material tersebut (Chelani, Yasmin Binti, 2004 : 10). Zat warna bisa berupa senyawa ionik maupun senyawa organik dengan gugus aril yang mempunyai elektron terdelokalisasi. Penyebab terbentuknya warna adalah adanya gugus kromofor pada struktur senyawa. Gugus kromofor adalah gugus senyawa radikal yang terdiri dari ikatan ganda terkonjugasi yang mengandung elektron

terdelokalisasi. Gugus kromofor biasanya meliputi gugus azo (-N=N-), karbonil (- C=O-), karbon (-C=C-), karbon-nitrogen (-C=NH- atau -CH=N-), nitroso (-NO atau N-OH), nitro (-NO 2 atau =NO-OH), dan sulfur (C=S). Kromogen adalah senyawa aromatis yang biasanya mengandung cincin benzena, naftalena, atau antrasena merupakan bagian dari struktur kromogen-kromofor pada auksokrom. Adanya gugus terionisasi yang dikenal sebagai auksokrom memberikan peningkatan absorpsi dan kekuatan ikatan pada suatu senyawa. Beberapa gugus auksokrom adalah NH 3, - COOH, -HSO 3, -OH (Al-Ghouti, 2004). Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zat warna alam dan zat warna sintetik. Van Croft menggolongkan zat warna berdasarkan cara pemakaiannya. Zat warna yang langsung dapat mewarnai serat disebut zat warna substantif dan zat warna yang memerlukan zat-zat pembantu supaya dapat mewarnai serat disebut zat reaktif. Kemudian Henneck membagi zat warna menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkannya, yakni zat warna monogenetik apabila memberikan hanya satu warna dan zat warna poligenatik apabila dapat memberikan beberapa warna. Penggolongan zat warna yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan konstitusi (struktur molekul) dan berdasarkan aplikasi (cara pewarnaannya) pada bahan, misalnya di dalam proses pencelupan dan pengecapan bahan tekstil, kulit, kertas dan bahan-bahan lain (Renita Manurung, Rosdanelli Hasibuan, Irvan, 2004 : 4-5). Penggolongan zat warna menurut Colours Index volume 3 terutama didasarkan pada sistem kromofor yang berbeda misalnya zat warna azo, antrakuinon, ftalosia, nitroso, indigo, benzodifuran, okazin, polimetil, di- dan tri-aril karbonium, polisilik, aromatik karbonil, quionftalen, nitro, nitrosol dan lain-lain (Society of Dyers and Colorist, 2005). Zat warna azo merupakan jenis zat warna sistetis yang cukup penting. Lebih dari 50% zat warna dalam daftar Color Index adalah jenis zat warna azo. Zat warna azo mempunyai sistem kromofor dari gugus azo (-N=N-) yang berikatan dengan gugus aromatik. Lingkungan zat warna azo sangat luas, dari warna kuning, merah, jingga,

biru AL (Navy Blue), violet dan hitam, hanya warna hijau yang sangat terbatas (Renita Manurung, Rosdanelli Hasibuan, Irvan, 2004 : 5) 3. Methyl Red Methyl red biasa digunakan sebagai zat warna monoazo di laboratorium dan industri tekstil, serta industri-industri lainnya. Struktur molekul methy red dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Struktur Methyl red Sumber : Rosemal, Haris, dan Sathasivam, 2009 : 1692 Penggunaan methyl red dapat menyebabkan gangguan/iritasi pada mata dan kulit (Hayes, et.al,, 2004), iritasi pada saluran pencernaan, faringeal bila terhirup atau tertelan (Badr, Y, et al., 2008), terlebih methyl red bersifat mutagenik pada kondisi aerobik, mengalami biotransformasi menjadi asam dimetil-p-fenilen diamin (Vijaya, P. P, S. Sandhya, 2003). 2-aminobenzoat dan N-N Berdasar penelitian yang telah dilakukan oleh Rosemal, Haris, dan Sathasivam, pada tahun 2009 tentang adsorpsi zat warna methyl red menggunakan serat pseudotesm pada pisang didapatkan hasil panjang gelombang maksimum zat warna methyl red pada berbagai variasi ph seperti tercantum pada Tabel 1 (Rosemal, Haris, dan Sathasivam, 2009 : 1694).

Tabel 1. Panjang Gelombang Larutan Methyl Red pada Berbagai ph. ph Panjang Gelombang Maksimum (nm) 2 527 3 525 4 433 5 403 6 407 7 420 4. Adsorpsi Adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase (Deni Swantomo, Noor Anis Kundari, Satriawan Luhur Pambudi, 2009 : 707). Adsorpsi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu : 1. Adsorpsi fisik Adsorpsi fisik terutama terjadi ketika terbentuk ikatan yang lemah antara adsorbat dan adsorben. Contoh dari ikatan yang lemah tersebut adalah gaya Van Der Waals, ikatan hidrogen, dan ikatan dipol-dipol (Allen dan Koumanova, 2005 : 176). Gaya Van Der Waals berlangsung bolak-balik. Ketika gaya tarik-menarik molekul antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari gaya tarik-menarik zat terlarut dengan pelarut, maka zat terlarut akan teradsorpsi di atas permukaan adsorben. 2. Adsorpsi kimia Adsorpsi kimia terjadi ketika terbentuk ikatan yang kuat antara adsorbat dan adsorben karena adanya pertukaran elektron. Ikatan yang terbentuk adalah ikatan kovalen dan ionik (Allen dan Koumanova, 2005 : 176). Reaksi kimia yang terjadi tidak berlangsung bolak-balik.

Menurut Reynolds (1982) ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju dan besarnya adsorpsi yaitu : 1. Luas permukaan adsorben. Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang dapat diserap, sehingga proses adsorpsi semakin efektif. 2. Ukuran partikel Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1 mm, sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh. 3. Waktu kontak Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Waktu kontak yang lebih lama memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat organik akan turun apabila waktu kontaknya cukup dan waktu kontak berkisar 10 15 menit. 4. Distribusi ukuran pori Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang masuk kedalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben merupakan bahan-bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu di dalam partikel tersebut. Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau adanya perbedaan polaritas yang menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan itu dan lebih erat dari pada molekul-molekul lainnya Isoterm suatu adsorpsi menyatakan hubungan antara jumlah adsorbat yang terserap oleh adsorben pada konsentrasi setimbang. Persamaan isoterm yang biasanya digunakan untuk menggambarkan kemampuan adsorben dalam mengadsorpsi adsorbat adalah Freundlich dan Langmuir. Model isoterm Freundlich digunakan dalam sistem heterogen dan tidak terbatas hanya pada lapisan monolayer. Menurut

Toor (2010) untuk menentukan isoterm Freundlich dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : log q e =log k f + 1/n log C e Keterangan: q e : daya adsorpsi pada kondisi setimbang (mg/g) k dan n : konstanta Freundlich C e : konsentrasi adsorbat pada kondisi setimbang (mg/l) Nilai k dan n dapat ditentukan dari slope dan intersep dari grafik log q e lawan log C e. Model isoterm Langmuir mengasumsikan adsorpsi terjadi pada lapisan monolayer dan hanya satu molekul zat warna yang dapat diadsorpsi pada satu situs adsorpsi. Persamaan isoterm Langmuir dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut : Keterangan: C e : konsentrasi adsorbat pada keadaan setimbang (mg/l) q e q m k : jumlah adsorbat yang terserap per unit adsorben (mg) : daya adsorpsi (mg/g) : konstanta Langmuir (L/g) Nilai q m dan k dapat ditentukan dari slope dan intersep grafik C e /q e lawan C e (Toor, 2010:139-142).

5. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah metode pengukuran jumlah radiasi ultraviolet tampak yang diserap oleh senyawa sebagai fungsi panjang gelombang radiasi. Cahaya tampak memiliki panjang gelombang 400 hingga 700 nm, sedangkan cahaya ultraviolet memiliki panjang gelombang 190 hingga 400 nm (Hardjono Sastrohamidjojo, 2007 : 2-8) Aspek kuantitatif pada penyerapan radiasi elektromagnetik dipelajari oleh Lambert (mempelajari hubungan tebal sel dengan penurunan sinar dan konsentrasi) dan Beer (mempelajari hubungan penurunan sinar dengan konsentrasi) sehingga persamaan matematik hubungan antara penurunan intensitas sinar terhadap tebal media (sel) dan konsentrasi disebut persamaan Lambert-Beer. Secara matematik bila sistem merupakan sistem ideal akan diperoleh garis lurus antara absorbansi dengan konsentrasi menurut hukum Lambert-Beer yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut (Hardjono Sastrohamidjojo, 2007 : 15) : A = ε. b. C Keterangan : A : absorbansi ε : tetapan absorptifitas b : jarak tempuh optik c : konsentrasi Hubungan antara konsentrasi dan absorbansi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Hubungan Konsentrasi dan Absorbansi

6. Spektrofotometri FTIR Spektrofotometri FTIR merupakan metode yang digunakan untuk menentukan gugus fungsi, khususnya senyawa organik. Jika menggambar persen absorbansi atau persen transmitansi versus frekuensi maka akan dihasilkan spektrum inframerah (Hardjono Sastrohamidjojo, 2007 : 43). Analisis kualitatif senyawa organik menggunakan spektrofotometer FTIR dilakukan dengan melihat bentuk spektrum hasil analisis dan membandingkannya dengan menunjukkan jenis gugus fungsional yang dimiliki oleh senyawa tersebut. Sedangkan analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa standar yang dibuat spektrumnya pada berbagai variasi konsentrasi (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29231/4/chapter%20ii.pdf). Daerah vibrasi kombinasi senyawa organik dan SiO 2 pada silika gel adalah pada daerah 1851, 66 cm -1 (Agus Prastiyanto, Choiril Azmiyawati, Adi Darmawan, http://eprints.undip.ac.id/2874/1/jurnal_prast.pdf). Daerah vibrasi gugus fungsi pada methyl red adalah gugus C=O pada daerah 1800-1650 cm -1, gugus N=N pada daerah 1630-1575 cm -1, gugus C-N pada daerah 1350-1000 cm -1, gugus OH pada daerah 4000-2500 cm -1, serta C=C cincin aromatis pada daerah 1600-1475 cm -1. 7. Difraksi Sinar-X Difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material kristalin antara lain penentuan parameter kisi dan struktur kristal. Prinsip dari metode difraksi sinar-x yaitu interaksi elektromagnetik untuk memberi efek perantara dengan membandingkan ukuran struktur dan panjang gelombang radiasi. Gambar 4 memperlihatkan sinar-x yang menumbuk suatu perangkat bidang pada kisi dua dimensi. Garis garis AB dan A B mewakili lintasan alur sinar-x pada panjang gelombang yang menuju ke bidang-bidang hablur pada sudut θ terhadap bidang dan masing-masing dipantulkan dalam arah BC dan B C. Beda lintasan

antara gelombang A B C terhadap gelombang ABC merupakan kelipatan bulat panjang gelombang sinar-x itu, yaitu : Gambar 4. Pantulan Sinar-X oleh Bidang Atom S 1 S 1 dan S 2 S 2 Terpisah pada Jarak d (A B + B C ) (AB + BC) = n λ (i) Oleh sebab DB = B E = d sin θ, maka syarat di atas dipenuhi apabila: 2 d sin θ = n λ (ii) Persamaan (ii) dinamakan sebagai syarat Bragg dan sudut θ dikenal sebagai sudut Bragg untuk penyinaran sinar-x oleh bidang-bidang atom hablur yang dipisahkan pada jarak d dan n = 1,2,3, Pada metode difraksi, hukum Bragg haruslah dipenuhi, karena itu perlu diatur orientasi kristal terhadap berkas datang. Menurut Asmuni (2000) metode difraksi sinar-x dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Metode kristal tunggal Metode ini sering digunakan untuk menentukan struktur kristal, dalam ini dipakai berbentuk kristal tunggal. 2. Metode serbuk Bahan sampel dibuat berbentuk serbuk, sehingga terdiri banyak kristal yang sangat kecil dan orientasi sampai tidak perlu diatur lagi karena semua orientasi bidang telah ada dalam sampel dengan demikian hukum Bragg dapat

dipenuhi. Metode serbuk lebih cepat dan lebih sederhana dibandingkan dengan metode kristal tunggal. B. Penelitian yang Relevan Pada tahun 2009 dilakukan penelitian tentang penghilangan azobenzena dari air menggunakan kaolinit, yang merupakan senyawa aluminosilikat. Dari penelitian terlihat bahwa adsorpsi azobenzena oleh kaolinit mengikuti pola isoterm Langmuir dan Freundlich serta kinetika reaksinya mengikuti reaksi pseudo orde dua (Zhang, dkk., 2009 : 1068). Pada tahun 2011 dilakukan penelitian tentang adsorpsi zat warna metil merah dan metil jingga menggunakan zeolit. Pada penelitian ini ditentukan ph optimum, waktu optimum dan pola adsorpsi zeolit. ph dan waktu optimum berturut-turut adalah 2 dan 60 menit untuk kedua jenis pewarna tersebut. Pola adsorpsi zeolit pada metil merah mengikuti pola isoterm Langmuir (Endang WL, Regina Tutik P, M Pranjoto Utomo, 2011: K-115) Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, pada penelitian ini diharapkan dapat dipelajari tentang adsorpsi zat warna methyl red menggunakan pasir vulkanik Gunung Merapi. C. Kerangka Berfikir Meningkatnya jumlah industri tekstil di Indonesia mengakibatkan produksi limbah tekstil juga meningkat. Salah satu limbah industri tekstil adalah limbah cair yang berupa limbah pewarna tekstil, salah satunya adalah limbah zat warna methyl red. Upaya pengelolaan limbah zat warna dapat dilakukan dengan cara adsorpsi, degradasi, serta menggunakan mikroorganisme. Pengelolaan limbah cair umumnya menggunakan adsorpsi. Adsorben yang digunakan dapat berupa silika gel, zeolit, bentonit, dan lain-lain.

Gunung Merapi yang masih aktif memiliki fase erupsi yang periodik, yaitu lima tahun sekali. Erupsi Gunung Merapi menghasilkan pasir vulkanik yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara maksmimal. Pasir vulkanik Gunung Merapi mengandung silika yang jumlahnya berkisar antara 50-60%. Pasir vulkanik juga mengandung senyawa aluminosilikat amorf yang dapat berikatan dengan senyawa organik serta senyawa feldspar yang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben. Pengotor pengotor seperti Fe dan Mg serta oksida logam lain yang terdapat dalam pasir vulkanik dapat diminimalisir menggunakan asam pekat. Pasir vulkanik Gunung Merapi yang telah diaktivasi diharapkan mampu digunakan sebagai adsorben zat warna terutama zat warna methyl red. Pada penelitian ini dilakukan variasi waktu kontak adsorben-adsorbat dan variasi konsentrasi zat warna. Efektifitas pasir vulkanik sebagai adsorben methyl red dapat dilihat melalui daya adsorpsinya pada berbagai variasi konsentrasi zat warna. Selain itu dapat diketahui waktu kontak yang optimum antara pasir vulkanik dan zat warna. Pengurangan pengotor dan senyawa yang dominan pada pasir vulkanik sebelum dan setelah aktifasi dapat diketahui menggunakan difraktogram difraksi sinar-x. Terjadinya proses adsorpsi dapat dilihat menggunakan data pada spektra FTIR.