Isolasi Enzim Amiloglukosidase Terimmobilisasi dari Aspergillus Niger Ampas Tepung Sagu

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

PRODUKSI ENZIM AMILASE

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN

PEMEKATAN ENZIM SELULASE Penicillium sp. LBKURCC20 DENGAN PENGENDAPAN AMONIUM SULFAT 80% JENUH

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

THE EXAMINATIONS OF LIQUIFICATION CONDITIONS IN THE PRODUCTION OF GLUCOSE SYRUP FROM SAGO STARCH (Metroxylon sp.)

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

Febry Kurniawan, Titania T. Nugroho, Andi Dahliaty

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

3 Metodologi Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

OPTIMALISASI PRODUKSI ENZIM SELULASE BAKTERI SELULOLITIK DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTRAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

3 Metode Penelitian Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KESTABILAN ENZIM XILANASE DARI Trichoderma viride ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Alat dan Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

Rizki Wulandari, Silvera devi, Andi Dahliaty

MATERI DAN METODE. Prosedur

BABm METODA PENELITIAN

PENENTUAN WAKTU FERMENTASI OPTIMUM PRODUKSI XILANASE DARI JAGUNG DENGAN FERMENTASI SEMI PADAT ABSTRAK ABSTRACT

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI BIOETANOL DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK DENGAN VARIASI TEMPERATUR LIQUIFIKASI

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

Transkripsi:

Isolasi Enzim Amiloglukosidase Terimmobilisasi dari Aspergillus Niger Ampas Tepung Sagu Hermin Kombong 1) * 1) Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Haluoleo,Kendari, 93232, Indonesia Abstract Amyloglucosidase enzyme was isolated using the media of sago waste flour by batch culture method during 4 (four) days at 32 C. The supernatant of crude amiloglucosidase was obtained by purification with (NH 4 ) 2 SO 4 80 % (w/v) and then further purification by means of Sepadex G-200 column chromatography. The purified amyloglucosidase enzyme was characterized at the interval of temperature, ph, and concentration of starch substrate are 30-70 C, 2.5-8.0, and 0.5-3.0%, respectively. The isolate of Aspergillus niger from sago waste flour give the clear zone at the starch agar media by iod reagen addition. The specific activity of enzyme is 0.071 U/mg of protein. The purified enzyme by (NH 4 ) 2 SO 4 shows the specific activity of 0.210 U/mg of protein and increase more three time than the crude enzyme. The specific activity of the enzyme which purified by Sepadex G-200 column chromatography is 1.921 U/mg and more pure 27.1 times than crude enzyme. The optimum temperature, ph, and substrate concentration were obtained at 45 C, 6.4 and 2.0%, respectively. Keywords: Aspergillus Niger, amyloglucosidase, enzyme, sago waste starch Received: 18 April 2011 Accepted: 29 June 2011 Abstrak Enzim amiloglukosidase dari Aspergillus niger telah diisolasi menggunakan media ampas tepung sagu melalui fermentasi sistem bacth (kultur curah) selama 4 hari pada suhu 32 C. Supernatan amiloglukosidase kasar diperoleh melalui pemurnian hasil fermentasi dengan (NH 4 ) 2 SO 4 80 % (b/v) dan dilanjutkan dengan kolom kromatografi gel Sepadex G-200. Amiloglukosidase hasil pemurnian dikarakterisasi pada interval suhu 30-70 C, ph interval 2,5-8,0, dan konsentrasi substrat pati pada interval 0,5-3,0%. Hasil karakterisasi isolat kapang A.niger ampas tepung sagu memberikan zona bening pada media agar pati dengan penambahan reagen iod. Aktivitas spesifik enzim adalah 0,071 U/mg protein. Pemurnian dengan (NH 4 ) 2 SO 4 menunjukkan aktivitas spesifik 0,210 U/mg protein dengan tingkat kemurnian 3 kali dari enzim kasar. Pemurnian dengan kolom kromatografi meningkatkan kemurnian 27,1 kali dari enzim kasar dan aktivitas spesifiknya adalah 1,921 U/mg protein. Suhu, ph, konsentrasi substrat optimum dari amiloglukosidase diperoleh pada masing-masing 45 C, 6,4 dan 2,0%. Kata Kunci : Aspergillus niger, Amiloglukosidase, Ampas tepung sagu Diterima: 18 April 2011 Disetujui untuk dipublikasikan: 29 Juni 2011 *Penulis Korespondensi/corresponding author: Telp.+ 62 0401 3190877 Fax. +62 0401 3190496 E-mail: herminkombong@yahoo.com 8

1. Pendahuluan Mikroba sebagai mesin hayati yang dapat mensintesis banyak enzim yang dapat berfungsi dalam pertumbuhan, metabolisme, dan autolisis. Penggunaan mikroba sebagai penghasil enzim memiliki beberapa keuntungan, yaitu di antaranya biaya produksi relatif murah, dapat diproduksi dalam waktu singkat sesuai dengan permintan, memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi serta mudah dikontrol [1]. Kapang A. niger memiliki keunggulan dalam memproduksi enzim glukoamilase jika dibandingkan dengan jenis kapang lainnya. Oleh karena A. niger pada kondisi ph optimum 4,0-4,5 dengan suhu efektif 60 C yang ditumbuhkan pada pati hanya menghasilkan enzim amiloglukosidase [1]. Enzim amiloglukosidase menghidrolisis pati pada ikatan glikosida α 1-4 dan menghasilkan glukosa, sehingga enzim ini dapat digunakan untuk pembuatan gula glukosa dari tepung sagu yang mengandung pati. Glukosa yang diperoleh dari hasil hidrolisis diukur dengan cara penentuan gula pereduksi dengan cara Smogy-Nelson dan DNS (asam 3,5 dinitro salisilat) [1, 2] Sekarang ini pengadaan bahan baku sumber enzim cukup mahal. Untuk mengatasi masalah ini, maka digunakan tepung sagu sebagai bahan baku sumber enzim yang harganya lebih murah dan mudah diperoleh [3,4]. Selain itu tepung sagu jika ditinjau dari kandungan kimianya memiliki potensi untuk digunakan sebagai sumber enzim amiloglukosidase dengan memanfaatkan A. niger hasil isolasi dari ampas tepung sagu Daya hidrolitik suatu enzim dapat bervariasi meskipun enzim tersebut berbeda, hal ini sangat dipengaruhi oleh mikroba sumber dan substrat yang digunakan. Stabilitas aktivitas dan kondisi optimumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ph, suhu, bahan aditif, dan jenis uji yang digunakan [2,3]. Dengan kemajuan teknologi fermentasi dan rekayasa genetik telah meningkatkan hasil produksi enzim glukoamilase dari kapang [4]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim amiloglukosidase mutan F- 2035 diperoleh dari A. awamori var, dapat mencerna pati jagung mentah dua kali lebih cepat dari glukoamilase lanilla [3, 5]. Dalam penelitian ini telah diisolasi dan dikarakterisasi enzim amiloglukosidase menggunakan media ampas tepung sagu 9

melalui fermentasi sistem bacth (kultur curah). 2. Bahan dan Metode 2.1. Bahan dan Alat yang Digunakan Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: Potata Dextro Agar (PDA), pereaksi Somogy-Nelson, amilum murni (starct), glukosa murni (larutan standar), larutan nutrisi pertumbuhan yang terdiri atas: amonium sulfat, MgSO 4.7H 2 O, KH 2 PO 4, dan ZnSO 4, dan pati sagu, larutan buffer fosfat, aquades steril, dan kultur murni A. niger. Alat yang digunakan, diantaranya: autoklaf, inkubator, ph meter, timbangan analitik, spektrofotometer 20 D, sentrifus, penangas air, pengaduk magnet, dan alatalat gelas yang umum digunakan di Laboratorium kimia, seperti: pipet volumetrik, pipet ukur, gelas kimia, gelas ukur, tabung reaksi, elenmeyer, gelas ukur, botol semprot. 2.2. Isolasi Enzim Amiloglukosidase Penelitian ini dilakukan dalam beberapa langkah, isolasi kapang A. niger dari ampas tepung sagu, pengujian kemampuan A. niger pda media agar pati dengan reagen iod, peremajaan kultur A. niger dalam media padat PDA (Potato dextro Agar), pembuatan substrat fermentasi ampas sagu pembuatan nutrien, inokulsi A. niger pada media ampas tepung sagu untuk isolasi enzim amiloglukosidase, fermentasi dengan sistem bacth selama 4 hari pada suhu 32 C, panenan hasil fermentasi (isolasi) enzim, dengan sentrifus pada kecepatan 3500 rpm selama 15 menit, karakterisasi enzim amiloglukosidase dengan pengujian aktivitas terhadap media uji pati murni (starch), Sedangkan untuk melihat kecepatan reaksinya digunakan variasi terhadap: pengaruh suhu dan ph, Enzim dimurnikan dengan fraksi (NH4) 2 SO 4 80% (b/v) yang kemudian dilanjutkan kolom kromatografi gel Sepadex G-200. Hasil pemurnian dikarakterisasi untuk mengetahui suhu maksimum, ph, dan konsentrasi optimumnya. Glukosa hasil aktivitas enzim amiloglukosidase dari pati murni ditentukan dengan metode Smogy Nelson dan DNS menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm dan kadar protein terlarutnya ditentukan dengan metode Biuret pada panjang gelombang 540 nm. Aktivitas amiloglukosidase diukur, dengan mengambil 1 ml filtrat enzim kasar dan dimasukkan ke dalam 4 ml larutan pati 4% dalam larutan buffer asetat 10

ph 4,8. Aktivitas glukoamilase diukur dengan mengukur jumlah kadar glukosa yang terbentuk pada suhu 60 C selama 1 jam.pengukuran aktivitas amiloglukosidase dilakukan dengan 4 macam variasi konsentrasi pati sebagai media uji (2%, 4%, 6%, dan 8%) dengan suhu bervariasi, yaitu dari 30 C sampai 70 C. dan ph divariasi mulai dari 2,5-8,0 Pengaruh suhu terhadap reaksi hidrolitik dan denaturasi enzim dapat ditunjukkan dengan persamaan Arrhenius: E a RT k = Ae (1) Dengan k, Ea, A, R, T masing-masing adalah tetapan laju reaksi, Ea = energi aktivasi (11 kkal/g mol), tetapan Arrhenius, tetapan gas, dan suhu absolut. Pengaruh ph terhadap reaksi hidrolitik enzim amiloglukosidase ditentukan dengan menggunkan kurva untuk melihat ph optimum dengan kadar glukosa tertinggi [4]. selama 30 menit. Larutan tersebut di atas dipipet 5 ml ke dalam gelas kimia 50 ml dan ditambahkan 5 ml larutan pereaksi Somogy, kemudian diletakkan dalam air mendidih selama 15 menit. Larutan kemudian didinginkan, lalu ditambahkan 2 ml larutan Iod-asetat dan 3 ml larutan H 2 SO 4 2 N,. Larutan dikocok perlahanlahan hingga semua endapan larut. Larutan dibiarkan dalam air dingin selama 5 menit, sambil dikocok beberapa kali. Larutan dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,005 N yang sudah distandarisasi (b ml). Dibuat pula blanko dengan cara yang sama (a ml). Aktivitas enzim amiloglukosidase dinyatakan dalam satuan Unit Aktivitas Amiloglukosidase (UAA) ataau unit per ml filtrat enzim. Satu unit aktivitas setara dengan 1 mikromol glukosa (sebagai gula pereduksi) yang dihasilkan dari perlakuan enzim tersebut di atas. Perhitungan aktivitas amiloglukosidase dapat dihitung dengan rumus seperti berikut ini: 2.3. Penentuan Aktivitas Amiloglukosidase Sepuluh ml larutan pati 1% dipipet ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0,5 ml filtrat enzim, kemudian diletakkan dalam penangas air pada suhu 37-40 0 C 0,048 ( a b) + 180 1000 UAA = 0,1099 (2) s 11

dimana UAA adalah unit aktivitas enzim amiloglukosidase, a adalah jumlah ml titran Na 2 S 2 O 3 untuk blanko, b adalah jumlah ml titran Na 2 S 2 O 3 untuk sampel, c adalah faktor pengenceran, s merupakan bobot sampel (g). 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Isolasi Kapang Aspergilus Niger Isolasi kapang A. niger diawali dengan membiarkan ampas sagu mengalami pembusukan oleh mikroorganisme. Setelah tampak adanya pembusukan oleh mikrorganisme, limbah kemudian disuspensikan ke dalam larutan fisiologis NaCl 1% steril dan disebarkan di atas media PDA dan diinkubasi selama beberapa hari pada suhu 32 C. Proses isolasi ini dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh kultur kapang A. niger murni. Kapang A. niger tampak sebagai koloni dengan hifa berwarna putih pada tahap awal pertumbuhan seperti terlihat pada Gambar 1. Setelah empat hari, konidianya mulai tumbuh di atas hifa yang tampak berwarna hitam kecokelatan. Kemampuan amilolitik isolat kapang yang diperoleh diuji dengan menumbuhkan pada media agar pati dan mengamati zona bening dengan menggunakan reagen Iod. Isolat A. niger yang memperlihatkan zona bening kemudian diperbanyak/diremajakan dalam media agar miring untuk keperluan produksi enzim. 3.2. Produksi dan Pemurnian Amiloglukosidase Produksi amiloglukosidase dari isolat kapang yang diperoleh dilakukan dengan fermentasi sistem batch (kultur curah). Fermentasi ini dilakukan dengan memanfaatkan ampas tepung sagu sebagai induser amiloglukosidase yang merupakan enzim ekstraseluler dari A. niger. Fermentasi berlangsung pada suhu 32 o C dengan shaker selama empat hari yang didasarkan pada hasil pengukuran optical density dari spora A. niger. Hasil fermentasi dimurnikan melalui sentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit untuk memisahkan cairan enzim dari sel-sel kapang dan sisa media fermentasi. Supernatan yang diperoleh merupakan enzim kasar yang selanjutnya dimurnikan melalui fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 80% (b/v). Hasil fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 80% (b/v) mampu meningkatkan kemurnian enzim hingga 3 kali dari enzim kasarnya dengan aktivitas spesifik 0,210 U/mg protein. Enzim yang diperoleh dari fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 80% (b/v), kemudian diaplikasikan ke dalam kolom filtrasi gel 12

Koloni A. niger Zona bening bening Pembentukan zona bening Kultur A. niger dalam media agar miring Gambar 1. Isolat kapang A. niger 0.6 Aktivitas [Protein] 1.6 0.5 1.4 A k tiv ita s (U /m L ) 0.4 0.3 0.2 1.2 1 0.8 0.6 0.4 [P ro tein ] (m g /m L ) 0.1 0.2 0 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F13 F14 F15 F16 F17 F18 F19 F20 0 No. Fraksi Gambar 2. Pola protein (λ=540 nm) dan aktivitas amiloglukosidase (λ=560 nm) hasil filtrasi gel Sephadex G-200 dengan ukuran 2,5 x 25 cm pada elusi buffer phosfat ph 6,4 dengan menggunakan Sephadex G-200. Hasil pemisahan dengan Sephadex G-200 diperoleh pola protein dan aktivitas amiloglukosidase seperti pada Gambar 2. Hasil pemisahan menunjukkan tiga puncak protein, tetapi yang memiliki aktivitas amiloglukosidase hanya pada puncak protein antara fraksi F11-F18 sedangkan fraksi yang lain tidak 13

menunjukkan adanya aktivitas. Fraksi enzim yang memiliki aktivitas tertinggi adalah F15 dengan aktivitas 0,484 U/mL. Proses pemurnian menggunakan Sephadex G-200 telah meningkatkan aktivitas amiloglukosidase sebesar 1,921 U/mg protein. Dengan demikian tahap filtrasi gel telah meningkatkan kemurnian enzim 27 kali dari enzim kasarnya. A k tiv ita s R ela tif (% ) 100 90 80 70 60 50 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Suhu ( o C) Gambar 3. Pengaruh suhu terhadap aktivitas glukoamilase 3.3. Karakterisasi Amiloglukosidase Pengamatan pengaruh suhu terhadap aktivitas amiloglukosidase dilakukan pada interval suhu 30-70 C yang diperlihatkan pada Gambar 3. Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas amiloglukosidase terus meningkat diatas suhu 30 o C dan mencapai maksimum pada suhu 45 o C. Aktivitas enzim kemudian turun diatas suhu 45 C yang disebabkan oleh denaturasi enzim pada suhu tinggi. Sedangkan pengamatan pengaruh ph terhadap aktivitas amiloglukosidase menunjukkan ph optimum amiloglukosidase berada pada ph 6,4 (Gambar 4). A k tiv ita s R ela tif (% ) 100 75 50 25 3.2 4 4.8 5.6 6.4 7.2 8 Gambar 4. Pengaruh ph terhadap aktivitas glukoamilase Aktivitas Relatif (%) 100 90 80 70 60 50 ph 0.5 1 1.5 2 2.5 3 [Substrat] (%) Gambar 5. Pengaruh konsentrasi substrat pati terhadap aktivitas glukoamilase Selain pengaruh suhu dan ph, pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas 14

enzim juga diamati. Gambar 5 memperlihatkan penambahan konsentrasi substrat pati dapat meningkatkan aktivitas glukoamilase hingga mencapai optimumnya pada konsentrasi pati 2% (b/v). Diatas konsentrasi pati 2% (b/v), aktivitas enzim tidak bertambah lagi dan menunjukkan pola yang konstan. Hal ini disebabkan enzim telah jenuh dengan substrat. 4. Kesimpulan Enzim amiloglukosidase dari Aspergilus niger telah diisolasi menggunakan media ampas tepung sagu melalui fermentasi sistem bacth (kultur curah) dan dikarakterisasi pada interval suhu 30-70 C, ph interval 2,5-8,0, dan konsentrasi substrat pati pada interval 0,5-3,0%. Suhu, ph, dan konsentrasi substrat optimum dari amiloglukosidase diperoleh pada masing-masing 45 C, 6,4 dan 2,0%. 5. Pustaka 1. Ji, L.N., Zhao, X.R., dan Yang, H.Y. 1992. Effects of Trace Elements on citric acid fermentation by Aspergillus niger and treatment of cane molasses, J. Industrial Microbiology, 22 (2): 16-21. 2. Kulp, K. 1975. Carbohydrates. Academic Press. New York. p: 45. 3. Fukuda, Y., K. Teramoto, S. Hayashida, 1992, The hyperdigestion of raw starch by a carbohydrate rich glucoamylase from a protease and glycosidase-negative mutant of Aspergilus awomori var. kawachi F- 2035, Journal of Biosci, Biotech. Biochem. 56(1), 8-12. 4. Azis, S.A., D.C Ang, H.M. Yusof, M.I.A. Karim, A.B. Ariff, K.Uchiyama, S. Shioya, 2001, Effect of C/N ratio and starch concentration on ethanol production from sago starch using recombinant yeast, World Journal of Microbiology & Biotechnology, 17: 713-719. 5. Darwis, A.A. dan Sukara, E. 1990. Isolasi, purifikasi dan karakterisasi enzim. Penuntun Praktikum. Depdikbud. DIKTI. PAU-Biotek. IPB. Bogor. 15