Bab V PENUTUP A. Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Investor Relations Pemerintah Kabupaten Kendal

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

9. URUSAN PENANAMAN MODAL

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang dapat di manfaatkan dalam

P. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Kebijakan Penanaman Modal PEMERINTAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

P. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENANAMAN MODAL SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. menyusun strategi untuk menarik hati para pelanggan mereka (Budi, 2013: 1).

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

URUSAN WAJIB PENANAMAN MODAL

BAB IV STRATEGI KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM MENINGKATAN INVESTASI ASING

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Ikhtisar Eksekutif. vii

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DAERAH

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan. daya alam dan manusia serta memperluas lapangan pekerjaan dan

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand

BAB I PENDAHULUAN. konvensi diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan pertemuan asosiasi,

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 50 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-T TAHUN 2011 TENTANG

DATA DAN INFORMASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN (BPMP) KABUPATEN SUBANG TAHUN 2016

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

TABEL RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2015 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2016 KOTA PADANG

INTERVIEW GUIDE. Jabatan : Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Kendal. 1. Bagaiamana peran humas Kabupaten Kendal?

BAB V RENCANA AKSI. Bab ini akan menjelaskan beberapa aspek yang berkaitan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dari berbagai uraian yang telah

STRATEGI PROMOSI DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal atau investasi menurut undang-undang nomor 25 tahun 2007 adalah

2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja BPMPT Tahun 2014 dan Capaian Renstra BPMPT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 23,220,498, BELANJA LANGSUNG 18,724,865,000.00

B A B III AKUNTABILITAS KINERJA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Rencana Kerja Perubahan Tahun 2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN

LAPORAN PERCEPATAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG PENANAMAN MODAL TAHUN 2013 (SEMESTER II)

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

BAB VI Kesimpulan dan Saran. Desa Wisata Kalibuntung lebih memilih produk wisata yang berdasarkan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, T

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PROGRAM KERJA APEKSI

BAB V PENUTUP. terbuka terhadap masuknya penanaman modal terlihat dari jargon Bela Beli Kulon

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KUISIONER PENILAIAN KABUPATEN / KOTA INVESTMENT AWARD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN LEMBAR PENYATAAN

BUPATI SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2017

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

Transkripsi:

Bab V PENUTUP A. Kesimpulan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta terbentuk atas inisiasi dari Wali Kota Surakarta Joko Widodo pada tahun 2005 untuk memperpendek waktu pelayanan perizinan di Kota Surakarta. Peningkatan pelayanan perizinan dilakukan dengan mengadopsi pelayanan di sektor swasta yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta merupakan peleburan dari Kantor Penanaman Modal (KPM) dan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT). Terpisahnya Kantor Penanaman Modal dan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu menghambat proses pelayanan perizinan dan investasi yang masuk ke Kota Surakarta. Praktik Investor Relations oleh pemerintah Kota Surakarta dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta yang memiliki wewenang dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan. Badan inilah yang menjadi perpanjangan tangan bagi pemerintah Kota Surakarta untuk berhubungan dengan investor. Sebagai fungsi Investor Relations, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu berperan sebagai transmisi informasi yang berkaitan dengan kebijakan atau tata kelola pemerintahan. Untuk melaksanakan tugasnya, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta dibantu oleh tiga bidang, yaitu: Bidang Penanaman Modal, Bidang Perizinan, dan Bidang Informasi, Pengaduan dan Data. Ketiga bidang ini bekerja dalam satu rotasi. Bidang Penanaman Modal bertugas dalam hal identifikasi dan pemetaan potensi investasi; Bidang Perizinan bertanggung jawab dalam pelayanan perizinan, dan Bidang Informasi Pengaduan dan Data bertanggung jawab untuk informasi pasca pengurusan perizinan. 102

Kegiatan pemasaran dalam pengertian Investor Relations di Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta dilakukan oleh Bidang Penanaman Modal. Memetakan potensi investasi, mempromosikan peluang investasi, dan menginformasikan perizinan kepada investor adalah upaya Bidang Penanaman Modal BPMPT Kota Surakarta untuk memasarkan Kota Surakarta kepada investor. Aktivitas selling atau memasarkan dalam Investor Relations dilakukan oleh Bidang Penanaman Modal BPMPT Kota Surakarta dengan cara bertemu muka dengan investor dan menggunakan media promosi seperti leaflet, booklet, dan CD untuk memberikan informasi kepada investor. Sebagai fungsi Investor Relations ada dua hal yang harus dikejar, yaitu membidik investor melalui promosi investasi dan menjalin hubungan dengan investor dengan berkomunikasi langsung dengan investor. Membidik investor yang sesuai inilah yang masih pekerjaan rumah bagi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Dalam praktik Investor Relations, riset pasar untuk menganalisis target investor penting. Namun, hal ini belum dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Tidak adanya pemetaan investor membuat Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta tidak memiliki treatment khusus untuk menghadapi satu investor dengan investor lainnya. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta hanya berkomunikasi secara langsung dengan investor. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta berkomunikasi langsung dengan investor menggunakan dua pendekatan: pendekatan basic dan pendekatan intermediate. Masing-masing pendekatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan investor. Pendekatan basic dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan rutin dengan investor dan asosiasi pengusaha, sedangkan pendekatan intermediate diupayakan dengan aktif mengikuti pameran promosi potensi investasi dan keunggulan daerah. Pendekatan basic dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu melalui tiga upaya. Pertama, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta mengadakan sosialisasi perizinan dengan para 103

pelaku usaha di lima kecamatan (Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Laweyan, dan Kecamatan Serengan). Sosialisasi perizinan ini juga dimaksudkan untuk mewujudkan kerjasama strategis antara usaha besar dan UMKM. Kedua, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta mengadakan Forum Group Discussion dengan asosiasi pengusaha (KADIN, HIPMI, dan IWAPI) setiap tahun. FGD dilakukan untuk memfasilitasi koordinasi kerjasama di bidang investasi. Dalam FGD tersebut, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta juga melibatkan asosiasi pengusaha dalam pemetaan potensi investasi. Ketiga, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta melakukan pertemuan rutin dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal setiap dua kali dalam setahun. Pertemuan dimaksudkan untuk menggelar sosialisasi kebijakan penanaman modal bagi para pelaku usaha di Kota Surakarta. Dalam kesempatan ini, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta juga melakukan kegiatan penawaran potensi investasi Kota Surakarta. Perbedaan ruang lingkup antara perusahaan dan daerah menunjukkan adanya sedikit perbedaan dalam pendekatan yang digunakan. Dalam pendekatan basic yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta tidak ada penyampaian informasi laporan finansial tahunan kepada investor. Pendekatan intermediate merupakan upaya Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta untuk mempromosikan potensi investasi kepada investor. Langkah awal adalah menyediakan media promosi seperti CD, leaflet, dan booklet yang menginformasikan potensi dan peluang investasi di Kota Surakarta. Untuk menarik minat investor yang lebih besar, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta aktif turut serta dalam kegiatan pameran berskala lokal, nasional, dan internasional. Central Java Investment Business Forum (CJIBF) Invesda Expo, Inacraft dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) merupakan contoh 104

pameran berskala lokal dan nasional yang pernah diikuti oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Sementara untuk pameran berskala internasional, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta bergabung dengan Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Propinsi Jawa Tengah mengikuti pameran keunggulan daerah di Guangzhou, China pada tahun 2011. Pendekatan dengan investor di level intermediate yakni promosi investasi ini belum cukup hanya dengan keikutsertaan di beberapa pameran. Teknologi media dalam hal ini penggunaan situs webyang juga berperan sebagai alat promosi belum digunakan. Simpedal (Sistem Informasi Penanaman Modal) yang menjadi akses informasi bagi investor belum bisa direalisasikan karena terkendala oleh anggaran. Padahal akses informasi melalui web yang menjanjikan kemudahan dan kecepatan merupakan salah satu yang dipakai investor untuk melihat potensi investasi. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta hanya menggunakan pendekatan basic dan intermediate sebagai upaya berkomunikasi langsung dengan investor. Pendekatan advanced berupa roadshow dan conference calls belum diupayakan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta.Sejauh ini kunjungan yang pernah dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta hanya berupa kunjungan ke Kota Batam untuk menjalin kerjasama promosi silang pariwisata dan potensi keunggulan daerah. Dalam Investor Relations framework menggambarkan bahwa fungsi Investor Relations perlu melakukan upaya lebih dari sekedar berkomunikasi langsung dengan investor. Muncul peran media, analis, dan agen pemberi peringkat sebagai perantara untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan investor. Analis dan agen pemberi peringkat tidak dilibatkan dalam lingkup investasi daerah sebab keduanya hanya dibutuhkan perusahaan untuk memberi penilaian tentang saham dan kelayakan kredit. Sehingga media menjadi satusatunya perantara penting dalam dinamika hubungan investor di daerah. 105

Untuk berkomunikasi secara tidak langsung, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta mengabaikan peran penting media di wilayah ini. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta melimpahkan hubungan dengan media kepada humas pemerintah kota. Kondisi ini menunjukkan bahwa Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta belum mampu melihat kekuatan penting yang dimiliki oleh media dalam mempromosikan sebuah daerah. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta tidak memperhatikan peluang bahwa liputan media yang baik di media akan memberikan dampak bagi bertambahnya minat investor untuk menanamkan modalnya ke Kota Surakarta. Minimnya pendekatan dengan media menjadi kelemahan bagi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Menyerahkan sepenuhnya hubungan media hanya dengan humas Pemerintah Kota Surakarta menjadikan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta tidak responsif terhadap isu-isu yang berkembang. Fungsi Investor Relations dan fungsi humas perlu bekerjasma ketika berhubungan dengan media. Hal ini penting sebab fungsi Investor Relations tidak dapat bekerja sendirian untuk mengontrol bagaimana berita yang telah meluas dan melakukan segala daya upaya untuk meyakinkan investor. Setelah mampu menjalin hubungan investor, maka upaya mempertahankan investor untuk tetap menanamkan modalnya juga perlu diperhitungkan. Strategi menjaga hubungan dengan investor dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) melalui dua cara, yaitu menjadi tuan rumah yang baik dan memerlakukan investor dengan semestinya. Menjadi tuan rumah yang baik dilakukan dengan cara menjaga kolaborasi kohesif antara masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah daerah. Upaya menjadi tuan rumah yang baik belum sepenuhnya terpenuhi. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta memang telah mampu mereformasi kebijakan mempermudah pengurusan pelayanan perizinan, namun tidak adanya peraturan daerah yang mengatur tentang 106

penanaman modal di Kota Surakarta seringkali menimbulkan masalah antara investor dan masyarakat. Memerlakukan investor dengan semestinya telah mampu diupayakan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta dengan menciptakan rasa aman, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dan menyediakan infrastruktur yang memadai. Pembenahan infrastruktur di kawasan utara Kota Surakarta terus-menerus diupayakan agar investor tertarik menanamkan modalnya ke kawasan utara Kota Surakarta sehingga tercapai pemerataan pembangunan daerah. Langkah strategis membangun rumah yang nyaman belum dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta, sebab belum ada infrastruktur pendukung selain infrastruktur utama. Proyek pembangunan gedung MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang mengintegrasikan gedung pertemuan dan pameran masih dalam tahap perencanaan. Belum siapnya infrastruktur menjadi salah satu hambatan dalam pembangunan proyek ini. Dua langkah strategis yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta menunjukkan bahwa upaya menjaga hubungan dengan investor masih menggunakan pendekatan yang birokratis. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta masih berorientasi pada prosedur baku birokrasi yang menyebabkan Kota Surakarta seringkali kurang responsif terhadap isu investasi yang terus berkembang. Spirit korporasi yang mengarah pada pendekatan strategic entrepreneurial belum sepenuhnya dilakukan. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta perlu mengupayakan cara agar peka terhadap setiap peluang, fokus pada ekspektasi dan kebutuhan, serta responsif terhadap isu yang terus berkembang. Dari hasil penelitian ini kita bisa melihat bahwa Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta hanya mengadopsi sebagian dari praktik Investor Relations pada perusahaan. Ada banyak lubang yang perlu 107

ditambal. Tidak dapat dipungkiri bahwa Investor Relations pada perusahaan dan pemerintah daerah memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan keduanya terletak pada jenis investasi dan pihak-pihak yang terlibat dalam investasi. Namun, praktik Investor Relations secara umum harus terus diperbaiki. Tidak adanya pemetaan investor secara khusus sebagai salah satu upaya riset pasar dan tidak optimalnya pengelolaan situs web sebagai pintu masuk bagi investor melemahkan daya tawar Kota Surakarta di mata investor. Selain itu, pendekatan yang kurang terhadap media juga membuat visibilitas Kota Surakarta menjadi minim di mata investor. B. Saran Penelitian tentang praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta adalah penelitian yang menarik. Membaca sejarah pembentukan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta yang merupakan inisiasi Wali Kota untuk meningkatkan pelayanan investasi menggunakan cara sektor swasta memberikan pelayanan investasi dan mengetahui sejauhmana praktik Investor Relations pada level perusahaan ini diadopsi tidak mudah. Sebab, secara praktik banyak teori yang dilewatkan. Penelitian mengenai praktik Investor Relations pada institusi pemerintah daerah dalam menarik minat investor sebaiknya tidak berhenti hanya sampai di sini. Penjelasan tentang praktik Investor Relations hanya di Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta, tidak akan bisa memberi gambaran utuh bagaimana praktik Investor Relations pada institusi pemerintah daerah di dalam menarik investor. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta hanya salah satu, dan penjelasan tentang praktik Investor Relations hanyalah perspektif kecil dari puzzle besar yang harus dirangkai satu sama lain. Akan sangat menarik apabila di kemudian hari ada penelitian lanjutan yang menggali informasi lebih dalam mengenai praktik Investor Relationsbadan penanaman modal di daerah. Mungkin penelitian studi kasus dengan 108

membandingkan praktik Investor Relations pada badan penanaman modal satu daerah dengan daerah yang lain menjadi menarik untuk dilakukan. 109