Bab V PENUTUP A. Kesimpulan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta terbentuk atas inisiasi dari Wali Kota Surakarta Joko Widodo pada tahun 2005 untuk memperpendek waktu pelayanan perizinan di Kota Surakarta. Peningkatan pelayanan perizinan dilakukan dengan mengadopsi pelayanan di sektor swasta yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta merupakan peleburan dari Kantor Penanaman Modal (KPM) dan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT). Terpisahnya Kantor Penanaman Modal dan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu menghambat proses pelayanan perizinan dan investasi yang masuk ke Kota Surakarta. Praktik Investor Relations oleh pemerintah Kota Surakarta dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta yang memiliki wewenang dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan. Badan inilah yang menjadi perpanjangan tangan bagi pemerintah Kota Surakarta untuk berhubungan dengan investor. Sebagai fungsi Investor Relations, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu berperan sebagai transmisi informasi yang berkaitan dengan kebijakan atau tata kelola pemerintahan. Untuk melaksanakan tugasnya, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta dibantu oleh tiga bidang, yaitu: Bidang Penanaman Modal, Bidang Perizinan, dan Bidang Informasi, Pengaduan dan Data. Ketiga bidang ini bekerja dalam satu rotasi. Bidang Penanaman Modal bertugas dalam hal identifikasi dan pemetaan potensi investasi; Bidang Perizinan bertanggung jawab dalam pelayanan perizinan, dan Bidang Informasi Pengaduan dan Data bertanggung jawab untuk informasi pasca pengurusan perizinan. 102
Kegiatan pemasaran dalam pengertian Investor Relations di Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta dilakukan oleh Bidang Penanaman Modal. Memetakan potensi investasi, mempromosikan peluang investasi, dan menginformasikan perizinan kepada investor adalah upaya Bidang Penanaman Modal BPMPT Kota Surakarta untuk memasarkan Kota Surakarta kepada investor. Aktivitas selling atau memasarkan dalam Investor Relations dilakukan oleh Bidang Penanaman Modal BPMPT Kota Surakarta dengan cara bertemu muka dengan investor dan menggunakan media promosi seperti leaflet, booklet, dan CD untuk memberikan informasi kepada investor. Sebagai fungsi Investor Relations ada dua hal yang harus dikejar, yaitu membidik investor melalui promosi investasi dan menjalin hubungan dengan investor dengan berkomunikasi langsung dengan investor. Membidik investor yang sesuai inilah yang masih pekerjaan rumah bagi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Dalam praktik Investor Relations, riset pasar untuk menganalisis target investor penting. Namun, hal ini belum dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Tidak adanya pemetaan investor membuat Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta tidak memiliki treatment khusus untuk menghadapi satu investor dengan investor lainnya. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta hanya berkomunikasi secara langsung dengan investor. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta berkomunikasi langsung dengan investor menggunakan dua pendekatan: pendekatan basic dan pendekatan intermediate. Masing-masing pendekatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan investor. Pendekatan basic dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan rutin dengan investor dan asosiasi pengusaha, sedangkan pendekatan intermediate diupayakan dengan aktif mengikuti pameran promosi potensi investasi dan keunggulan daerah. Pendekatan basic dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu melalui tiga upaya. Pertama, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta mengadakan sosialisasi perizinan dengan para 103
pelaku usaha di lima kecamatan (Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Laweyan, dan Kecamatan Serengan). Sosialisasi perizinan ini juga dimaksudkan untuk mewujudkan kerjasama strategis antara usaha besar dan UMKM. Kedua, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta mengadakan Forum Group Discussion dengan asosiasi pengusaha (KADIN, HIPMI, dan IWAPI) setiap tahun. FGD dilakukan untuk memfasilitasi koordinasi kerjasama di bidang investasi. Dalam FGD tersebut, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta juga melibatkan asosiasi pengusaha dalam pemetaan potensi investasi. Ketiga, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta melakukan pertemuan rutin dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal setiap dua kali dalam setahun. Pertemuan dimaksudkan untuk menggelar sosialisasi kebijakan penanaman modal bagi para pelaku usaha di Kota Surakarta. Dalam kesempatan ini, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta juga melakukan kegiatan penawaran potensi investasi Kota Surakarta. Perbedaan ruang lingkup antara perusahaan dan daerah menunjukkan adanya sedikit perbedaan dalam pendekatan yang digunakan. Dalam pendekatan basic yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta tidak ada penyampaian informasi laporan finansial tahunan kepada investor. Pendekatan intermediate merupakan upaya Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta untuk mempromosikan potensi investasi kepada investor. Langkah awal adalah menyediakan media promosi seperti CD, leaflet, dan booklet yang menginformasikan potensi dan peluang investasi di Kota Surakarta. Untuk menarik minat investor yang lebih besar, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta aktif turut serta dalam kegiatan pameran berskala lokal, nasional, dan internasional. Central Java Investment Business Forum (CJIBF) Invesda Expo, Inacraft dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) merupakan contoh 104
pameran berskala lokal dan nasional yang pernah diikuti oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Sementara untuk pameran berskala internasional, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta bergabung dengan Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Propinsi Jawa Tengah mengikuti pameran keunggulan daerah di Guangzhou, China pada tahun 2011. Pendekatan dengan investor di level intermediate yakni promosi investasi ini belum cukup hanya dengan keikutsertaan di beberapa pameran. Teknologi media dalam hal ini penggunaan situs webyang juga berperan sebagai alat promosi belum digunakan. Simpedal (Sistem Informasi Penanaman Modal) yang menjadi akses informasi bagi investor belum bisa direalisasikan karena terkendala oleh anggaran. Padahal akses informasi melalui web yang menjanjikan kemudahan dan kecepatan merupakan salah satu yang dipakai investor untuk melihat potensi investasi. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta hanya menggunakan pendekatan basic dan intermediate sebagai upaya berkomunikasi langsung dengan investor. Pendekatan advanced berupa roadshow dan conference calls belum diupayakan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta.Sejauh ini kunjungan yang pernah dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta hanya berupa kunjungan ke Kota Batam untuk menjalin kerjasama promosi silang pariwisata dan potensi keunggulan daerah. Dalam Investor Relations framework menggambarkan bahwa fungsi Investor Relations perlu melakukan upaya lebih dari sekedar berkomunikasi langsung dengan investor. Muncul peran media, analis, dan agen pemberi peringkat sebagai perantara untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan investor. Analis dan agen pemberi peringkat tidak dilibatkan dalam lingkup investasi daerah sebab keduanya hanya dibutuhkan perusahaan untuk memberi penilaian tentang saham dan kelayakan kredit. Sehingga media menjadi satusatunya perantara penting dalam dinamika hubungan investor di daerah. 105
Untuk berkomunikasi secara tidak langsung, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta mengabaikan peran penting media di wilayah ini. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta melimpahkan hubungan dengan media kepada humas pemerintah kota. Kondisi ini menunjukkan bahwa Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta belum mampu melihat kekuatan penting yang dimiliki oleh media dalam mempromosikan sebuah daerah. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta tidak memperhatikan peluang bahwa liputan media yang baik di media akan memberikan dampak bagi bertambahnya minat investor untuk menanamkan modalnya ke Kota Surakarta. Minimnya pendekatan dengan media menjadi kelemahan bagi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Menyerahkan sepenuhnya hubungan media hanya dengan humas Pemerintah Kota Surakarta menjadikan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta tidak responsif terhadap isu-isu yang berkembang. Fungsi Investor Relations dan fungsi humas perlu bekerjasma ketika berhubungan dengan media. Hal ini penting sebab fungsi Investor Relations tidak dapat bekerja sendirian untuk mengontrol bagaimana berita yang telah meluas dan melakukan segala daya upaya untuk meyakinkan investor. Setelah mampu menjalin hubungan investor, maka upaya mempertahankan investor untuk tetap menanamkan modalnya juga perlu diperhitungkan. Strategi menjaga hubungan dengan investor dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) melalui dua cara, yaitu menjadi tuan rumah yang baik dan memerlakukan investor dengan semestinya. Menjadi tuan rumah yang baik dilakukan dengan cara menjaga kolaborasi kohesif antara masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah daerah. Upaya menjadi tuan rumah yang baik belum sepenuhnya terpenuhi. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta memang telah mampu mereformasi kebijakan mempermudah pengurusan pelayanan perizinan, namun tidak adanya peraturan daerah yang mengatur tentang 106
penanaman modal di Kota Surakarta seringkali menimbulkan masalah antara investor dan masyarakat. Memerlakukan investor dengan semestinya telah mampu diupayakan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta dengan menciptakan rasa aman, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dan menyediakan infrastruktur yang memadai. Pembenahan infrastruktur di kawasan utara Kota Surakarta terus-menerus diupayakan agar investor tertarik menanamkan modalnya ke kawasan utara Kota Surakarta sehingga tercapai pemerataan pembangunan daerah. Langkah strategis membangun rumah yang nyaman belum dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta, sebab belum ada infrastruktur pendukung selain infrastruktur utama. Proyek pembangunan gedung MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang mengintegrasikan gedung pertemuan dan pameran masih dalam tahap perencanaan. Belum siapnya infrastruktur menjadi salah satu hambatan dalam pembangunan proyek ini. Dua langkah strategis yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta menunjukkan bahwa upaya menjaga hubungan dengan investor masih menggunakan pendekatan yang birokratis. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta masih berorientasi pada prosedur baku birokrasi yang menyebabkan Kota Surakarta seringkali kurang responsif terhadap isu investasi yang terus berkembang. Spirit korporasi yang mengarah pada pendekatan strategic entrepreneurial belum sepenuhnya dilakukan. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta perlu mengupayakan cara agar peka terhadap setiap peluang, fokus pada ekspektasi dan kebutuhan, serta responsif terhadap isu yang terus berkembang. Dari hasil penelitian ini kita bisa melihat bahwa Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta hanya mengadopsi sebagian dari praktik Investor Relations pada perusahaan. Ada banyak lubang yang perlu 107
ditambal. Tidak dapat dipungkiri bahwa Investor Relations pada perusahaan dan pemerintah daerah memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan keduanya terletak pada jenis investasi dan pihak-pihak yang terlibat dalam investasi. Namun, praktik Investor Relations secara umum harus terus diperbaiki. Tidak adanya pemetaan investor secara khusus sebagai salah satu upaya riset pasar dan tidak optimalnya pengelolaan situs web sebagai pintu masuk bagi investor melemahkan daya tawar Kota Surakarta di mata investor. Selain itu, pendekatan yang kurang terhadap media juga membuat visibilitas Kota Surakarta menjadi minim di mata investor. B. Saran Penelitian tentang praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta adalah penelitian yang menarik. Membaca sejarah pembentukan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta yang merupakan inisiasi Wali Kota untuk meningkatkan pelayanan investasi menggunakan cara sektor swasta memberikan pelayanan investasi dan mengetahui sejauhmana praktik Investor Relations pada level perusahaan ini diadopsi tidak mudah. Sebab, secara praktik banyak teori yang dilewatkan. Penelitian mengenai praktik Investor Relations pada institusi pemerintah daerah dalam menarik minat investor sebaiknya tidak berhenti hanya sampai di sini. Penjelasan tentang praktik Investor Relations hanya di Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta, tidak akan bisa memberi gambaran utuh bagaimana praktik Investor Relations pada institusi pemerintah daerah di dalam menarik investor. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta hanya salah satu, dan penjelasan tentang praktik Investor Relations hanyalah perspektif kecil dari puzzle besar yang harus dirangkai satu sama lain. Akan sangat menarik apabila di kemudian hari ada penelitian lanjutan yang menggali informasi lebih dalam mengenai praktik Investor Relationsbadan penanaman modal di daerah. Mungkin penelitian studi kasus dengan 108
membandingkan praktik Investor Relations pada badan penanaman modal satu daerah dengan daerah yang lain menjadi menarik untuk dilakukan. 109